Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN STRATEGIK

STRATEGY EVALUTION DI LEMBAGA PENDIDIKAN

Disusun oleh: Kelompok 11

Parianti Fahira 1930203085


Monica Salsabila 1930203089

Dosen Pengampu : Rabial Kanada, M.Pd.

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU THARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberlangsungan kegiatan pendidikan sejauh ini tidak hanya membutuhkan
keterlibatan guru dan murid saja, akan tetapi dibutuhkan keterlibatan seluruh
aspek yang ada pada pendidikan tersebut dan membutuhkan alat untuk mencapai
visi dan misi pendidikan pada lembaga pendidikan. Alat tersebut adalah
penerapan fungsi-fungsi manajemen strategik. Yang mana dalam penerapannya,
manajemen strategik memakai penerapan waktu untuk rencana jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang, alokasi atau pemakaian seluruh sumber daya
lembaga pendidikan, dan semua manajemen pada lembaga pendidikan tersebut
akan masuk pada manajemen strategik. Hal tersebut adalah untuk
keberlangsungan lembaga pendidikan yang berjangka panjang.
Manajemen strategik menurut Pearch dan Robinson (1997) merupakan proses
atau rangkaian kegatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya. Rumusan ini dibuat oleh
pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan.1 Sementara itu, Nawawi (2003) menyatakan bahwa
manajemen strategik adalah kombinasi dari tiga kegiatan analisis strategi,
perumusan strategi dan strategi implentasi. 2 Berdasarkan pengertian manajemen
strategi yang cukup luas di atas, maka manajemen strategik merupakan suatu
sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-
sama) ke arah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan strategi
dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama
organisasi. Komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsur-
unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran,
1
Pearch Robinson, Manajemen Strategik: formulasi, implementasi, dan pengendalian,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997).
2
Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003).

1
kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan
evaluasi serta umpan balik.
Penerapan manajemen strategi dalam organisasi pendidikan sesungguhnya
merupakan paradigma baru dalam perencanaan pendidikan. Sebelumnya
organisasi pendidikan dipahami sebagai organisasi nonprofit yang didasarkan
pada nilai dan falsafah pengabdian dan kemanusiaan, sehingga dalam pengelolaan
dan perencanaannya organisasi pendidikan terlihat asing dan menjaga jarak
dengan strategi dan manajemen yang digunakan oleh organisasi-organisasi profit
yang berorientasi bisnis dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Meskipun demikian, disadari bahwa penentuan manajemen strategi dalam
organisasi pendidikan sangat dibutuhkan, sebab manajemen strategik memiliki
banyak manfaat diantaranya: pertama, manajemen strategik memberikan
penekanan pada analisis internal-eksternal organisasi dalam merumuskan dan
mengimplementasikan rencana organisasi. Kedua, manajemen strategis
memberikan sekumpulan keputusan dan tindakan strategis untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi. Ketiga, manajemen strategik merupakan puncak
penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen yang terjadi sejak 1970
an, yaitu ketika model “perencanaan jangka panjang”,perencanaan, pemrograman,
peranggaran, atau anggaran dan kontrol keuangan dan kebijakan bisnis menjadi
satu.3

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian evaluasi strategi pendidikan ?
2. Tujuan evaluasi strategi pendidikan ?
3. Prinsip-prinsip evaluasi strategi pendidikan ?
4. Ruang lingkup evaluasi strategi pendidikan ?
5. Langkah-Langkah evaluasi strategi pendidikan ?

3
Imam Machali & Ara Hidayat, The Handbook of Education Management: Teori dan
Praktik Pengelolaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2018), hal.201.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation)


Strategi adalah suatu tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan
potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari
suatu sasaran kegiatan. Secara umum strategi dapat berupa garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi juga dapat dikatakan siasat memadukan berbagai upaya untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang mampu memotivasi anak didik untuk
terlibat secara optimal dalam proses belajar.4
Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang mengandung kata
dasar value “nilai”. Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan
keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau salah, kuat atau
lemah, cukup atau belum cukup, dan mempertimbangkan suatu hal atau gejala
dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif,
misalnya baik-tidak baik, kuat lemah, memadai-tidak memadai, tinggi rendah, dan
sebagainya. Maka jika dikaitkan dengan pendidikan bisa disimpulkan bahwa
evaluasi pendidikan merupakan kegiatan dalam penilaian tentang pendidikan.
Sedangkan evaluasi strategik juga memiliki pengertian sendiri mengenai strategi
dalam penilaian yang juga bisa diterapkan dalam dunia pendidikan.
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses manajemen strategi.5 Sebagaimana
dikemukakan oleh Amirullah (2015:19), bahwa evaluasi strategi merupakan tahap
proses strategi dimana manajemen puncak mencoba menjamin bahwa strategi
yang mereka pilih terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan menurut Jauch dan Gluek (1999:45) mengemukakan “evaluasi strategi adalah
tahap proses manajemen strategi dimana manajemen puncak berusaha memastikan bahwa
strategi yang mereka pilih sudah konsisten, tepat dan dapat dijalankan serta sebagai

4
Rahmah Johar & Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Deepublish,
2016), Hal.2
5
Andri Muhamad Nuroni, “Evaluasi Strategi Pada PT.Elco Indonesia
SejahteraMenggunakan Analisis Servo”, Jurnal Wacana Ekonomi, Vol.16, No.3,
file:///C:/Users/User/Downloads/405-1010-2-PB.pdf , Juni 2021.

3
sarana untuk memanfaatkan umpan balik sebagai suatu masukan untuk perencanaan
strategi baru.
Suchman memandang evaluasi sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan. Sedangkan Worthen dan Sanders mengemukakan bahwa evaluasi adalah
kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu: dalam pencarian
tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai
keberadaan suatu program, produksi, prosedur, sertaalternatif strategi yang
diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Stufflebeam menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,
pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif putusan. Evaluasi Strategi adalah alat
utama untuk mengetahui kapan strategi dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal dan
eksternal secara konstan dapat berubah. Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan
hari ini tidak menjamin kesuksesan dihari esok. Tiga kegiatan pokok dari evaluasi
strategi diatas adalah, mengevaluasi kembali, apakah faktor-faktor internal dan
faktor-faktor eksternal masih bisa dijadikan acuan untuk penetapan strategi pada
saat sekarang, mengukur kinerja organisasi dan mengevaluasi dan mengkoreksi
tindakan yang diambil.6
Evaluasi strategik merupakan proses menilai sejauh mana strategi yang
dijalankan mempengaruhi kinerja.7 Maka evaluasi strategi juga merupakan salah
satu fungsi manajemen strategik yang harus diterapkan pada lembaga pendidkan,
karena lembaga pendidikan juga membutuhkan ketercapaian tujuan pendidikan
dilembaganya. Sedangkan untuk mengetahui tercapainya tujuan pendidikan di
suatu lembaga pendidikan, maka harus dilakukan evaluasi proses dan hasil belajar
pada tiap satuan pendidikan. Evaluasi pada setiap satuan pendidikan dilaksanakan
oleh guru, sekolah, dan pemerintah. Evaluasi yang dilaksanakan oleh seorang
6
Ahmad Suryadi dan Diah Mutiara, “Strategi Pencapaian Standar Layanan Pendidikan
Nonformal Pada Pusat Kegiatan Belajar masyarakat”, Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan
Islam, Vol.5, No.1, jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzibi, Juni 2021
7
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama, 2005), hal.12

4
guru adalah untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar sesuai dalam silabus atau kurikulum mata pelajaran. Evaluasi yang
dilaksanakan oleh sekolah adalah sebagai sarana mengukur tercapaianya satndar
kompetensi kelulusan untuk seluruh mata pelajaran dan juga penilaian akhir untuk
menentukan kelulusan dari sekolah. Sedangkan pemerintah yang juga
melaksanakan evaluasi bertujuan untuk penilaian kompetensi lulusan secara
nasional dalam bentuk ujian nasional. Evaluasi pada lembaga pendidikan
menuntut guru untuk mengetahui serta memahami bagaimana prosedur
melaksanakan penilaian dan evaluasi hasil belajar dengan benar. Selain itu
evaluasi yang dilaksanakan oleh guru dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar guru.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses penentuan keputusan tentang
kualitas suatu objek atau aktivitas dengan melibatkan pertimbangan nilai
berdasarkan data dan informasi yang dikumpulakn, dianalisis dan ditafsirkan
secara sistematis.8
Evaluasi juga penilaian yang mana harus dilandaskan pada pengamatan
selama proses pada evaluasi dihasilkan. Pedoman penilaian SD atau MI tes
disampaikan dengan bentuk lisan dan tulisan dan dilakukan sejak siswa
melakukan persiapan sampai dengan hasil akhir. Evaluasi melahirkan keputusan
melanjutkan, melanjutkan dengan perbaikan dan menghentikan. Kelulusan suatu
lembaga pendidikan merupakan evaluasi pendidikan yang utuh, maka perlu
mempertimbangkan aspek efektifnya.9
Strategi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu : a) pengukuran dan analisis kinerja,
b) pelaporan dan pertanggung jawaban. Pengukuran kinerja merupakan tahapan
yang paling penting untuk melihat dan mengevaluasi kinerja organisasi dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu dengan adanya evaluasi strategi, organisasi
pendidikan diharapkan mampu mengevaluasi diri untuk berbenah lebih baik
kedepannya. Dengan bertolak dari hasil evaluasi, kendala serta hambatan-
8
Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018 ), hal.1-2
9
Yahya Hairun, Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish,
2020), hal.2

5
hambatan yang dihadapi, pimpinan mampu merumuskan strategi-strategi baru
yang lebih baik untuk perbaikan kedepan.

B. Tujuan Evaluasi Strategi Pendidikan


Terdapat tujuan umum dan tujuan khusus dalam evaluasi strategik pendidikan.
Tujuan umum tersebut diantaranya :
1. Untuk mengumpulkan data-data tentang perkembangan murid selama
pembelajaran di sekolah.
2. Sebagai alat untuk guru menilai aktifitas mengajar yang dijalankan.
3. Untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan oleh guru sudah efektif
atau sebaliknya.
Sedangkan tujuan khusus dari evaluasi strategik pendidikan diantaranya :
1. Sebagai sarana memotivasi siswa dalam perjalanannya menempuh
pendidikan.
2. Untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi sebab keberhasilan atau
kegagalan siswa dalam pembelajaran.
3. Sebagai media untuk mendapat bahan laporan mengenai perkembangan
siswa untuk orang tua dan lembaga pendidikan.
4. Sarana dalam mengetahui mutu pembelajaran dan metode yang digunakan
oleh guru.10

C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Strategi


Evaluasi strategi dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip yang jelas sebagai
landasan pijak. Prinsip dalam hal ini berarti rambu-rambu atau pedoman yang
seharusnya dipegangi oleh guru sebagai evaluator dalam melaksanakan kegiatan
evaluasi. Prinsip-prinsip yang harus ada diantaranya :

10
Risa Kharisma, “ Evaluasi Strategik Kepala Sekolah Demi Tercapainya Tujuan
Lembaga Pendidikan”,Review Article, Vo.1, No.2, hal.203,
file:///C:/Users/User/Downloads/Evaluasi_Strategik_Kepala_Sekolah_Demi_Tercapainya.pdf,
Juni 2021

6
1. Prinsip continuity atau berkesinambungan adalah dimana evaluasi pada
pendidikan harus dilakukan secara terusmenerus atau kontinu agar guru
memperoleh informasi perkembangan peserta didiknya.
2. Prinsip comprehensive atau menyeluruh adalah dimana evaluasi akan
terlaksana secara menyeluruh apabila dalam pengevaluasian dilakukan
dengan baik, yang mencakup semua aspek tingkah laku siswa baik
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Prinsip objectivity atau objektifitas adalah melakukan kegiatan penilaian
secara objektif atau jujur tanpa ada unsur subjektifitas.
4. Prinsip kriteria yaitu standar mutlak atau patokan dan standar relatif yang
biasanya menjadi kriteria evaluasi pendidikan.
5. Prinsip kegunaan yaitu dalam prinsip ini evaluasi yang dilakukan haruslah
bermanfaat bagi siswa dan pelaksana pendidikan.
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu trigulasi atau
hubungan erat tiga komponen, yaitu:11
1. Tujuan pembelajaran
2. Kegiatan pembelajaran atau KBM, da
3. Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan wvaluasi harus
bertitik dari prinsip-prinsip, Menurut Khusnuridlo (2010), prinsip-prinsip evaluasi
terdiri dari:
1. Komprehensif
Evaluasi harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh baik
aspek personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi
tidak hanya ditinjau pada salah satu aspek saja. Misalnya aspek
personalnya, jangan hanya menilai gurunya aja, tetapi juga murid,
karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan
operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.
2. Komparatif
11
Ahmad Gozali Almandili, Prinsip-prinsip Evaluasi dan Alat Evaluasi,
http://islamiceducation001.blogspot.com/2016/08/prinsip-prinsip-evaluasi-dan-alat.html, 10 Juni
2021

7
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus
dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua orang. Sebagai contoh
dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar, harus
bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan
bahkan dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan
dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
3. Kontinyu
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus menerus selama proses
pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil
yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai tahap laporan.
Hal ini penting dimaksudkan utuk selalu dapat memonitor setiap saat atas
keberhasilan hasil yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu.
Aktivitas yang berhasil diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan
aktivitas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.
4. Objektif
Mengadakan evaluasi harus menilai sesuai dengan kenyataan yang ada.
Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan
sampai mengatakan yang hijau itu kuning, dan yang kuning itu hijau.
Sebagai contoh, apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar, maka
katakanlah bahwa guru ini sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu
kurang berhasil. Untuk mencapai keobyektifan dalam evaluasi perlu
adanya data dan fakta. Dari dada dan fakta inilah dapat mengolah untuk
kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang
dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.
5. Berdasarkan kriteria yang Valid
Selain perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan
tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini idgunakan agar memiliki
standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervisi pendidikan.
Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat
harus mempertimbangkan hakikat substansi supervisi pendidikan.

8
6. Fungsional
Evaluasi memiliki nilai guna baik secara lansung maupun tidak lansung.
Kegunaan lansungnya adalah dapatnya hasil evaluasi digunakan untuk
perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak lansungnya
adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan
lainnya.
Menurut Sudijono (2013:31-33), evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana
dengan baik apabila dalam pelaksanaanya senantiasa berpegang pada prinsip dasar
yaitu:12
1. Prinsip keseluruhan
Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip
komprehensif dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secar bulat, utuh atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar
harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan
perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup.
2. Prinsip berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas.
Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah
evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung
menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar dilaksanakan
secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh
kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau
merumuskan kebijaksanaan untuk masa depan serta memperoleh
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau
perkembangan peserta didik.
3. Prinsip objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar
dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor-
faktor yang sifatnya subyektif.

12
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.20

9
D. Ruang Lingkup Evaluasi Strategi Pendidikan
Ruang lingkup evaluasi ini ada tiga komponen :
1. Evaluasi tentang program pengajaran, yang mencakup
a. Evaluasi pada tujuan pembelajaran,
b. Evaluasi pada program pengajaran,
c. Evaluasi pada strategi belajar mengajar.
2. Evaluasi tentang proses pelaksanaan pengajaran,
a. Kesesuain antara pengajaran dengan program yang ditentukan,
b. Kesiapan guru dalam mengajar,
c. Minat siswa pada pelajaran,
d. Keaktifan serta partisipasi siswa,
e. Komunikasi guru dan siswa selama pembelajran,
f. Pemberian motivasi pada siswa,
g. Pemberian tugas pada siswa.13
Ruang lingkup dari evaluasi dalam pendidikan di sekolah mencakup tiga
komponen utama, yaitu: evaluasi mengenai program pengajaran, evaluasi
mengenai proses pelaksanaan pengajaran, evaluasi mengenai hasil belajar (hasil
pengajaran). Anas Sudijono menyatakan dalam bukunya Evaluasi Pendidikan
menyatakan komponen ruang lingkup evaluasi pendidikan itu sebagai berikut:
1. Konsep Dasar Ruang Lingkup Evaluasi Strategi Pendidikan
a. Evaluasi program pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup
tiga diantaranya evaluasi terhadap tujuan pengajaran, evaluasi terhadap
isi program pengajaran, dan evaluasi terhadap strategi belajar
mengajar.
b. Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup :
1) Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlansung,
dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah
ditentukan.

13
Risa Kharisma, Op.Cit, hal.204

10
2) Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran.
3) Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
4) Minat atau perhatian siswa di dalam mengikuti pelajaran.
5) Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran.
6) Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang
memerlukannya.
7) Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses
pembelajaran lansung.
8) Pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa
9) Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rngka penerapan teori-
teori yang diperlehan di dalam kelas.
10) Upaya menghilangkan negatif yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
c. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar perserta didik mencakup:
1) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap
tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program
pengajaran yang bersifat terbatas.
2) Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap
tujuan-tujuan umum pengajaran.14
2. Subjek dan Objek Evaluasi Pendidikan
a. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Dalam ranah kognitif ada 6 jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang tertinggi. Keenam tersebut dijelaskan
Bloom dalam Anas sebagai berikut :
1) Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang agama,
istilah, ide, gejala, rumus0rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapan kemampuan untuk menggunakannya.

14
Anas Sudjino, Op.Cit, hal.29-30

11
2) Pemahaman (Comprehesion) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui,
diingat dari berbagai segi sehingga dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan kata-
kata sendiri.
3) Penerapan atau pengaplikasian adalah kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori,
dalam situasi yang baru dan konkret.
4) Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-
bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor lainnya.
5) Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan
kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu
proses yag memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara
logis, sehingga menjadi suatu pola yang berstruktu atau berbentuk
pola baru.
6) Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide.
b. Ranah Afektif (Sikap) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif memiliki 5 jenjangnya, Krathwohl dalam Anas
menyatakan sebagai berikut :
1) Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima ransangan
dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala.
2) Responding adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

12
3) Valuing adalah memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan
atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan membawa kerugian dan penyesalan.
4) Organization merupakan mempertemukan perbedaan nilai seingga
terbentu nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada
perbaikan umum.
5) Characterization by a value complex yakni keterpaduan sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
Pengukuran afektif tidak dilakukan setiap saat karena perubahan
tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu.
c. Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman
belajar tertentu.15 Pengukuran psikomotorik dilakukan terhadap hasil-
hasil beljar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya
pengukuran ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah
kognitif sekaligus. Instrument yang digunakan mengukur keterampilan
biasanya berupa matriks.16
Ranah psikomotorik lebih menekan kepada keterampilan siswa dalam
mengerjakan sesuatu setelah mendapatkan hasil belajar kognitif dan
afektif. Hal ini dapat terlihat siswa mempraktekkan keilmuannya
dalam setiap kegiatan dilabor-labor mata pelajaran. Bagian dari ranah
psikomotorik ada 7 yang dijelaskan oleh Sudaryo dalambukunya
yaitu :
1) Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan deskriminasi
yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasakan
pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi

15
Anas Sudjino, Ibid. hal.57
16
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal.177-178.

13
menunjukkan kesadaran akan hadirnya ransangan dan perbedaan
antara ransangan yang ada.
2) Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3) Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkain gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi
contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapat latihan yag
cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh.
4) Gerakan terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi
contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapat latihan yang
benar.
5) Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan
suatu keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan
tepat, efisien, yang dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan
yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan
menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.
6) Penyesuaian gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi
setempat dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah
mencapai kemahiran.
7) Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-
gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif
sendiri.17
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
tu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.

17
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
hal.48-49.

14
E. Langkah-Langkah Evaluasi Strategi Pendidikan
Evaluasi strategik memiliki tiga langkah yang harus dilakukan, diantaranya :18
1. Meninjau faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi saat ini.
2. Melakukan pengukuran prestasi dan kinerja
3. Mengambil dan melakukan tindakan korektif.
Langkah diatas juga dapat diadopsikan pada lembaga pendidikan dengan
1. Meninjau faktor internal dengan memperhatikan kekuatan lemabaga yang
akan menjadi bahan agar lembaga pendidikan tetap berdiri, serta
kelemahan yang akan menjadikan lembaga pendidikan mengalami
kemunduran, dan meriview faktor eksternal dengan memperhatikan
peluang apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan agar dapat
menjadi lembaga yang mandiri, dan ancaman apa yang memungkinkan
dihadapi oleh lembaga pendidikan yang akan menjadikan kemunduran
lembaga pendidikan.
2. Mengukur kinerja dengan menggunakan metode Balance Scorecard
(BSC) agar lebih egektif dan efisien. Sebagaimana yang telah dibahas oleh
Fred R. David dalam bukunya : “the Balanced Scorecard is a strategy
evaluation and control technique. Balanced Scorecard derives its name
from the perceived need of firms to balance financial measures that are
oftentimes used exclusively in strategy evaluation and control with
nonfinancial measures such as product quality and customer service.19
Pernyataan David tersebut, menyatakan bahwa Balance Scorecard
(BSC) adalah teknik evaluasi dan kontrol. Balance Scorecard (BSC)
berasal dari kebutuhan perusahaan untuk menyeimbangkan ukuran
keuangan yang seringkali digunakan secara eksklusif dalam evaluasi dan
pengendalian strategi dengan langkah-langkah nonfinansial seperti kualitas
produk dan layanan pelanggan. Maka dari pernyataan David tersebut
Balance Scorecard (BSC) merupakan salah satu alat manajemen yang juga

18
Taufiqurokhamn, Manajemen Strategik, (Cetakan Pertama, Jakarta Pusat: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Univ. Prof. Dr.Moestopo Beragama, 2016), hal.44
19
Fred R. David, Strategic Management Concepts And Cases, (Ed. XIII, New Jersey:
Prentice Hall, 2011), hal.135-136

15
dapat diterapkan pada lembaga pendidikan untuk mengukur seberapa
efektif dan efisien kinerja sekolah dilihat dari kinerja keuangan dan non
keuangannya.20 Penggunaan Balance Scorecard (BSC) memiliki banyak
manfaat apabila diterapkan pada lembaga pendidikan, seperti:
a) Mengklarifikasi dan mengkomunikasikan strategi kseluruh bagian
organisasi
b) Menyelaraskan sasaran tiap departemen dan individu dengan
strategi organisasi
c) Mengaitkan sasaran strategi dengan target jangka panjang dan
anggaran tahunan
d) Mengidentifikasikan dan menyelaraskan inisiatif strategi
e) Melaksanakan peninjauan strategi secara periodik,
f) Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk perbaikan
strategi.
3. Mengambil tindakan korektif dengan melakukan perbaikan apabila terjadI
ketidaksesuaian.
Sedangkan pada referensi lain dikatakan langkah-langkah manajemen strategik
yang di dalamnya juga memuat evaluasi meliputi :21
1. Analisis lingkungan, yang meliputi evaluasi konteks organisasi dan
deteksi, lingkungan eksternal dan internal organisasi.
2. Formulasi strategi, yang mencakup desain dan pilihan strategi yang sesuai.
3. Implementasi strategi, proses bagaimana strategi dilakukan dengan
tindakan nyata.
4. Evaluasi strategi, proses menilai sejau mana strategi yang dijalankan
mempengaruhi kinerja.
Tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah evaluasi strategik pada umumnya,
pendidikan juga harus mengadopsi langkahlangkah yang sudah jelas relevan.

20
Eddy Mustofa, Analisis Kajian Evaluasi Strategik Dengan Pengukuran Balance
Scorecard Dalam Upaya Pencapaian Kinerja Sekolah, 2017, hal.1
21

16
1. Formulasi strategi, cerminan dari tujuan lembaga pendidikan itu sendiri.
Maka lembaga pendidikan harus merumuskan visi, misi, tujuan, serta
mengamati lingkungannya baik internal maupun eksternal.
2. Implementasi strategi, langka ini mengharuskan lembaga pendidikan
mewujudkan dan melaksanakan strategi yang telah dibuat dan kebijakan
melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
3. Evaluasi strategik, usaha untuk memonitor hasil dari perumusan dan
penerapan strategi termasuk juga mengukur kinerja organisasi, dan
mengambil langkah perbaikan bila diperlukan.22
Adapun langkah-Langkah Strategi Pendidikan secara umum, sebagai berikut :
1. Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan
langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksnaan pembelajaran
dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah
persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan
adalah:
a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
c) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya
adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negative
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
3) bukalah file (wawasan) dalam otak siswa.
2. Penyajian
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap
guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat

22
Winardi Karshi, Manajemen Strategi cet 1, (Bandung: Mandar Maju,1997), hal. 86

17
dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini:
a) Gunakan bahasa yang komunikatif dan sesuai dengan perkembangan
siswa yang diajar
b) Gunakan intonasi suara yang terkontrol dan sesuai dengan materi yang
disampaikan
c) Guru harus menjaga kontak mata dengan siswa
d) Gunakan joke-joke yang menyegarkan
3. Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada lain untuk
memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah di milikinya maupun makna
untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan
motorik siswa.
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan
langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui
langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses
penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada
siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian, siswa tidak
merasa ragu lagi akan penjelasan guru.
Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya
pertama, dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi
pokok persoalan. Dengan cara demikian, di harapkan siswa dapat
menangkap inti materi yang telah disajikan. Kedua, dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah
disajikan. Dengan cara demikian, diharapkan siswa dapat mengingat

18
kembali keseluruhan materi pelajaran yang telah dibahas, Ketiga, dengan
cara maping melalui pemetaan keterkaitan antar materi pokok-pokok
materi.
5. Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini
guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan
pada langkah ini di antaranya, dengan membuat tugas yang relevan dengan
materi yang telah disajikan. Lalu, dengan memberikan tes yang sesuai
dengan materi pelajaran yang telah disajikan.23

23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia, 2016), hal.50

19
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Evaluasi strategik merupakan proses menilai sejauh mana strategi yang
dijalankan mempengaruhi kinerja. Maka evaluasi strategi juga merupakan salah
satu fungsi manajemen strategik yang harus diterapkan pada lembaga pendidkan,
karena lembaga pendidikan juga membutuhkan ketercapaian tujuan pendidikan
dilembaganya. Sedangkan untuk mengetahui tercapainya tujuan pendidikan di
suatu lembaga pendidikan, maka harus dilakukan evaluasi proses dan hasil belajar
pada tiap satuan pendidikan.
Terdapat tujuan umum dan tujuan khusus dalam evaluasi strategik
pendidikan. Tujuan umum tersebut diantaranya untuk mengumpulkan data-data
tentang perkembangan murid selama pembelajaran di sekolah, sebagai alat untuk
guru menilai aktifitas mengajar yang dijalankan, dan untuk mengetahui apakah
metode yang diterapkan oleh guru sudah efektif atau sebaliknya. Ada satu prinsip
umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu trigulasi atau hubungan erat tiga
komponen, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
evaluasi.
Ruang lingkup dari evaluasi dalam pendidikan di sekolah mencakup tiga
komponen utama, yaitu: evaluasi mengenai program pengajaran, evaluasi
mengenai proses pelaksanaan pengajaran, evaluasi mengenai hasil belajar (hasil
pengajaran). Dan evaluasi strategik memiliki tiga langkah yang harus dilakukan,
diantaranya meninjau faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi
saat ini, melakukan pengukuran prestasi dan kinerja, mengambil dan melakukan
tindakan korektif.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa banyak sekali
kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca yang dapat membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik. Muda-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Almandili, Ahmad Gozali. 2016. Prinsip-prinsip Evaluasi dan Alat Evaluasi,


http://islamiceducation001.blogspot.com/2016/08/prinsip-prinsip-
evaluasi-dan-alat.html. diakses Juni 2021.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
David, Fred R. 2011. Strategic Management Concepts And Cases. Ed. XIII. New
Jersey: Prentice Hall.
Hairun, Yahya. 2020. Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepublish
Kharisma, Risa. 2020. “Evaluasi Strategik Kepala Seklah Demi Tercapainya
Tujuan Lembaga Pendidikan”, Review Article. 1(2).
file:///C:/Users/User/Downloads/Evaluasi_Strategik_Kepala_Sekolah_
Demi_Tercapainya.pdf.
Johar, Rahmah & Latifah Hanum. 2016. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Deepublish.
Karshi, Winardi.1997. Manajemen Strategi cet 1. Bandung: Mandar Maju.
Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Machali, Imam & Ara Hidayat. 2018. The Handbook of Education Management:
Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah. Jakarta: Kencana.
Mustofa, Eddy. 2017. Analisis Kajian Evaluasi Strategik Dengan Pengukuran
Balance Scorecard Dalam Upaya Pencapaian Kinerja Sekolah.
Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif.
Yogyakarta: Gajah Mada University.
Nuroni, Andri Muhamad. 2017. “Evaluasi Strategi Pada PT.Elco Indonesia
SejahteraMenggunakan Analisis Servo” .Jurnal Wacana Ekonomi.
16(3). file:///C:/Users/User/Downloads/405-1010-2-PB.pdf. diakses
Juni 2021.

21
Robinson, Pearch. 1997. Manajemen Strategik: formulasi, implementasi, dan
pengendalian. Jakarta: Binarupa Aksara.
Rukajat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Suryadi, Ahmad dan Diah Mutiara. 2021. “Strategi Pencapaian Standar Layanan
Pendidikan Nonformal Pada Pusat Kegiatan Belajar masyarakat”,
Jurnal Tahdzibi: Manajemen Pendidikan Islam. 5(1).
jurnal.umj.ac.id/index.php/Tahdzib.
Taufiqurokhamn. 2016. Manajemen Strategik. Cetakan Pertama. Jakarta Pusat:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Univ. Prof. Dr.Moestopo
Beragama.

22

Anda mungkin juga menyukai