Anda di halaman 1dari 16

DASAR-DASAR MANAJEMEN

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Disusun oleh:
Kelompok 4 MPI.C

Parianti Fahira 1930203085


Dwi Safitri 1930203

Dosen Pengampu : Zulkipli.M.Pd.I

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU THARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembahasan manajemen tidak dapat dipisahkan dengan etika karena
hampir semua aspek manajemen dikaitkan dengan etika.
banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kesuksesan kegiatan
manajemen. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang
wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak
pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya.
Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan
bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang
baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang
baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai moral.
Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, maka semakin besar pula
tuntutan masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak
lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan.
Oleh karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi
syarat dalam etika bisnis manajerial, baik secara moral maupun norma
masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan dapat memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok. 
Dalam kata ‘etika bisnis’ termuat kata ‘etika’ dan ‘bisnis’. Pengertian
bisnis umumnya sudah lama diketahui yakni bisnis terdapat dua pengertian bisnis,
petama bisnis merupakaan kegiatan-kegiatan, dan kedua bisnis merupakan sebuah
perusahaan. Mengenai kata etika agar lebih jelas yang dimaksudkan sekurang-
kurangnya dalam tulisan ini kata etika dalam praktik dapat berarti bermacam-
macam.misalnya:
1. Pertama etika dapat diartikan sopan santun atau adat kebiasaan seperti
etika dalam makan,minum dan berbicara di depan umum.
2. Kedua berarti filsafat tentang moral, dalam pengertian ini etika adalah
penyelidikan filsafat tentang bidang yang mengenai kewajiban-
kewajibanmanusia serta tentang yang baik dan buruk. Etika adalah filsafat
yang praktis tentang manusia.
3. Etika sering disamakan dengan moral, kumpulan asas atau nilai moral
yaitu rangka normatif bagi tingkah laku manusia yang mencangkup aturan
bertindak, ukuran penilaian dan norma yang mengarah ketindakan
manusia terhadap dirinya maupun terhadap manusia lain. Moral menilai
manusia sebagai manusia. Pengertian ini sering di gunakan dalam kataa
“kode etik”.
4. Dalam pengertian etika bisnis, etika lebih berarti moral dalam melakukan
bisnis. Dengan demikian sudah dapat dikatakan bahwa etika bisnis
menyangkut moral dalam berbisnis, yaitu norma yang menyangkut tingkah
laku bisnis, apakah suatu bisnis itu di lakukan dengan baik ataau tidak.

3
Yang di kaji bukanlah perusahaan melainkan pelaku bisnis yaitu orangnya
yang dinilai baik buruk adalah prilaku orang yang berbisnis tersebut.1

B. Bidang Dasar Etika Manajerial


Etika manajerial adalah standar-standar prilaku yang membimbing manajer
individual dalam perkerjaan mereka walau etika dapat memengaruhi pekerjaan
manajerial dengan banyak cara, tiga bidang yang mendapat perhatian khusus dari
manajer adalah hubungan perusahaan terhadap karyawan, karyawan terhadap
perusahaan, dan perusahaan terhadap agen ekonomi lainnya. Manajer perlu
mendekati setiap rangkaian hubungan tersebut dari perspektif etika dan moral.
1. Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawan mereka
Salah satu bidang etika manajerial yang penting adalah perlakuan
karyawan oleh organisasi mereka. Bidang ini termaksud hal-hal seperti
memperkerjakan dan memecat orang, upah dan kondisi kerja, dan
kebebasan pribadi karyawan dab rasa hormat, sebagai contoh, baik
petunjukan etika dan hukum menyarankan bahwa keputusan untuk
memperkerjakan dan memecat orang.
2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi mereka
Sejumlah persoalan etika juga berakar dari bagaimana karyawan
memperlakukan organisasi mereka, terutama berkenaan dengan konflik
kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran.konflik kepentingan muncul
ketika suatu keputusan secara potensi menguntungkan individu tetapi
mungkin merugikan organisasi. Bidang ketiga yang menjadi perhatian
adalah kejujuran secara umum. Masalah yang sering muncul dalam bidang
ini termaksud menggunakan telpon perusahaan untuk membuat pangilan
interokal pribadi mencuri perlengkapan kantor dan menambah
pengeluaran. Walaupun sebagian besar karyawan pada dasarnya jujur ,
organisasi harus waspada untuk menghibdari kemungkinan terjadinya
masalah dari prilaku macam itu.

1
Richardus Eko Indrajid, Proses Bisnis Outsourcing ,(Jakarta:Pt Granmedia Widiasarana
Indonesia, 2003) hal.117-119.

4
3. Bagaimana karyawan dan organisasi memperlakukan agen ekonomi
lainnya.
Etika manajerial juga memainkan permainan dalam hubungan
antara perusahaan dan karyawannya dengan agen ekonomi lainnya, agen-
agen utama yang berkepentingan termaksud konsumen, kompetitor,
pemegang saham, pemasok,dealer, dan serikat tenaga kerja. Perilaku
antara organisasi dan agen-agen tersebut yang mungkin rentang terhadap
ambiguitas etika termaksud iklan dan promosi penggunaan pinansial,
pemesanan dan pembelian, pengiriman dan pemohonana permintaan,
penwaran dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya. Kunci dari
situasi macam ini adalah memungkunkan keseimbangan antara penetapan
harga yang masuk akan dan penipuan harga.2

C. Nilai Personal sebagai Standar Etika


Nilai adalah nilai – nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (KKBI). Nilai
merupakan keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap standar perilaku
personal. Simon (1973) menyatakan bahwa nilai adalah seperangkat keyakinan
dan sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari
suatu pemikiran, objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan
pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang.
Nilai dan norma dalam personal merupakan suatu hal yang penting dalam
manajemen sebab hal itu memiliki peranan penting dalam hal pengambilan
keputusan dan etika manajemen. Hal ini memunculkan perlunya pengkajian
seputar nilai personal sebagai standart etika. Nilai sendiri pada dasarnya
merupakan pandangan ideal yang mempengaruhi cara pandang, cara berfikir, dan
perilaku dari seseorang. Nilai personal pada dasarnya merupakan cara pandang,
cara berfikir dan keyakinan yang dipegang oleh seseorang sehubungan dengan
segala kegiatan yang dilakukannya. Menurut Kreitner nilai personal dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :

2
Ricky W. Griffin, Manajemen, (Jakarta: Erlangga 2004).hal. 101-103

5
1. Nilai Terminal merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang
terwujud melalui perilakunya, yang di dorong oleh motif dirinya dalam
meraih sesuatu.
2. Nilai Instrumental adalah pandangan dan cara berfikir seseorang yang
berlaku untuk segala keadaan dan diterima oleh semua pihak sebagai
sesuatu yang memang harus diperhatikan dan dijalankan.
Pandangan Empiris mengenai Nilai Personal. Nilai-nilai yang perlu
dimiliki oleh personal adalah kejujuran, tanggung jawab, kapabilitas,
ambisi, dan independensi.

D. Relativisme Moral
Relativisme moral adalah pendekatan filosofis yang mengatakan bahwa
moralitas didasarkan terutama pada budaya,dan bahwa pada kenyataannya tidak
ada kebenaran dan kesalahan mutlak. Kita sering kali sulit untuk menerima
konsep ini ketika kita memiliki keyakinan yang pada norma budaya kita sendiri.
Namun konsep ini memang menunjukan pada kita kesulitan –kesulitan yang
dialami dan mencoba untuk menjelaskan kebenaran dan kesalahan mutlak di satu
sisi, dan menggunakan pandangan situasional terhadap suatu keadaan disisi lain.3
Meskipun relativisme moral dan pembuatan keputusan etis situasional
tidak benar-benar sama, mereka saling terkait dan kita perlu untuk mendalami hal
ini sebelum kita pelajari permasalahan yang terkait dengan pendekatan
situasional.
Maksud relativisme moral adalah bahwa tidak ada hukum moral universal
(kulli) dan absolut (muthlaq). Dengan kata lain, relativisme moral meyakini
bahwa kreadibilitas hukum-hukum moral bergantung pada kondisi-kondisi
tertentu. Sehingga bila kita menghapus kondisi-kondisi itu dari sebuah proposisi
moral, maka proposisi moral lain yang bertebtangan dengan proposisi pertama
dalam kondisi lain bisa diterima. Contoh menurut sebagian penganut paham
relativisme etika, hukum moral’ hijab itu baik untuk para wanita’ hanya berlaku

3
Patricia J. Parsons , Etika Public Relations (London : Erlangga Published 2006),hal.39

6
untuk masyarakat tertentu, maka dari itu ‘hijab tidak baik untuk wanita’ juga
dapar berlaku untuk masyarakat lain pada saat yang sama.
Disisi lain, para penganut pandangan irealisme tidak menerima bahwa
nilai dan keharusan moral memiliki sumber objektif. Oleh karena itu, mereka
menggantungkan setiap hukum moral. Berdasarkan relativisme moral, penilaian
kita terhadap nilai-nilai moral sebangun dengan conto-contoh berikut:
Contoh pertama : barangkali memaafkan orang lain menyenangkan bagi anda ,
namun tidak menyenangkan bagi orang lain, maka memaafkan orang lain ‘baik’
bagi anda dan ‘buruk’untuk orang lain.
Contoh kedua : barangkali masyarakaat di lingkungan anda sepakaat keharusan
membantu orang-orang miskin, sedangkan masyarakat di lingkungan lain
menyepakati hal sebaliknya. Maka, membuntu orang-orang miskin ‘baik’ untuk
masyarakat anda dan ‘buruk’ bagi masyarakat lain.
Dalam kedua contoh yang kami kemukakan ini, barangkali orang yang
melanggar mementingkan diri sendiri justru akan memerintahkannya, atau selerah
anda untuk memanfatkan orang lain akan berubah, dan masyarakat anda akan
menyepakati ketidak harusan membantu orang-orang miskin. Perubahan perintah,
selerah,dan kesepakatan pihak lain juga hal yang mungkin terjadi. Sesuai
pandangan irealismre, semua hukuman moral lain juga dapat berubah dan
berbeda-beda sebagaimana contoh-contoh di atas, dan kita tidak dapat
memberikan penilaian secara mutlak dan permanen sekaitan dengan hukum-
hukum moral ini.4

E. Pendekatan Etika
Etika berurusan dengan Orthopraxis, yakni tindakan yang benar ( right
action). Kapan suatu tindakan itu dipandang benar ditafsirkan sedara berbeda oleh
berbagai aliran ( istilah aliran ini kiranya lebih tepat disebut pendekatan) etika
yang secara global bisa di bagi menjadi dua, yaitu aliran deontologis (etika
kewajiban) dan aliran teleologis ( etika tujuan atau manfaat) ( Rachmat, 1992).

4
Mujtaba Misbah, Daur Ulang Jiwa, (Jakarta:Al-Huda, 2008),hal. 41-42.

7
Menurut pendekatan deontologis yang dari pemikiran immanuel kant ini,
baik buruk suatu tindakan dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, bukan dari
akibatnya. Suatu tindakan baik, apabila tindakan itu sesuai dengan aturan (norma)
yang ada, baik itu berasal dari agama yang dianutnya ,kesusilaan,sopan santun,
maupun hukum.
Sebaliknya pendekatan teotologis, yang lebih menekankan pada unsur
hasil. Suatu tindakan dikatakan baik apabila buah dari tindakan itu lebih banyak
untungnya dari pada ruginya. Pendekatan teotologis ini muncul dua pandangan,
yaitu (keraf, 1993:31), yaitu Egoisme dan utilitarisme.
Pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari seseorang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memanjukan diri sendiri
karena ini satu-satunya tujuan dan juga kewajiban motal setiap pribadi adalah
untuk mengejar kepentinganannya dan memajukan diri sendiri.
Sedangkan utilitarianisme menilai baik atau buruknya suatu tindakan itu
bagi sebanyak mungkin orang. Karena itu teori etika ini disebutkan universalisme
etis. Unuversalisme, karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak
mungkin orang , etis, karena menekankan akibat yang bsaik disebut
utilitarianisme karena dia menilai baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan
kegunaan atau manfaat dari tindakan itu.

F. Upaya Perwujudan dan Peningkatan Etika Manajemen


1. Pelatihan Etika ( Ethics Training )
Melalui pelatihan ini kita diajak untuk mengenal lebih jauh tentang kode
etik batasan kerja dan pengertian etika serta berbagai kajian secara tuntas
mengenai, bagaimana orang bekerja dan mendorong orang menemukan
nilai-nilai dalam dirinya. Berbagai potensi/kualitas harus diketahui dan
disadari oleh karyawan supaya dapat berkinerja secara bagus serta dapat
membangun etika kerja secara profesional didalam era globalyang dapat
dipandang sebagai dasar sukses sosial, organisasi dan pribadi.
2. Advokasi Etika ( Etical Advocates )

8
Upaya persuhaan untuk menjalankan etika dalam kegiatannya dengan cara
menempatkan orang atau tim khusus dalam tim manajemen perusahaan
yang bertugasuntuk mengontrol dan mengawasi segala kegiatan
perusahaan agar tetap memenuhi standar-standar etika.
3. Menerapkan Kode Etik
Menetapkan standar aturan mengenai aturan etika yang harus dijalankan
oleh perusahaan.
4. Keterlibatan publik dalam etika manajemen perusahaan.

G. Alasan Perusahaan menerapkan Tanggung Jawab Sosial


Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan
CSR sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :
1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak
yang berkepentinganterutama terkait dengan nilai-nilai moral dan
keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat.Hal tersebut bersifat
tanpa mengharapkan balas jasa.
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap pihak-pihakyang berkepentingan karena pertimbangan
kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargaikarena tindakan tanggung
jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder karena tindakanyang dilakukan akan mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder untukmenghindari campur tangan kelompok-kelompok yang
ada didalam lingkungan kerja dalampengambilan keputusan manajemen.
Orang-orang yang mendukung tanggung jawab sosial menyatakan bahwa
karena perusahaan menciptakan banyak masalah yang perlu diatasi, seperti polusi
udara dan air dan pengurasan sumber daya, perusahaan seharusnya memainkan
suatu peran utama dalam memecahkan masalah tersebut. Mereka juga
berpendapat bahwa karena perusahaan adalah entitas hukum yang sebagian besar

9
hak-haknya sama dengan penduduk sipil, bisnis seharusnya tidak berusaha
menghindari kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Para pendukung dari
tanggung jawab sosial menyatakan bahwa karena organisasi pemerintah telah
memperketat anggaran mereka hingga batas tertentu, banyak bisnis besar sering
memiliki pendapatan berlebih yang secara potensial dapat digunakan untuk
membantu memecahkan masalah sosial. Sebagai contoh, IBM secara rutin
menyumbangkan kelebihan komputer ke sekolah-sekolah dan banyak restoran
memberikan kelebihan makanan ke penampungan tunawisma.
Walaupun setiap argumentasi yang baru saja disebutkan merupakan suatu
pembenaran yang nyata untuk perilaku yang bertanggung jawab secara sosial
sebagai bagian dari organisasi, alasan lain yang lebih umum untuk tanggungjawab
sosial adalah laba itu sendiri. Sebagai contoh, organisasi yang membuat kontribusi
dengan jelas dan nyata kepada masyarakat dapat memperoleh reputasi yang
meningkat dan menghimpun pasar yang lebih luas untuk produk mereka. Walau
pernyataan mengenai aktivitas yang bertanggung jawab secara sosial dapat
memukul balik perusahaan jika pernyataan tersebut berlebihan atau tidak tulus,
aktivitas ter/sebut juga dapat bermanfaat bagi organisasi maupun masyarakat jika
aktivitas yang diiklankan adalah benar dan akurat.5

H. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab
sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab
sosial. Contohnya, perusahaan tembakaudi masa lalu cenderung untuk
menghindarkan diri dari isu yang menghubungkan konsumsi rokokdengan
peluang penyakit kanker. Akan tetapi, karena adanya peraturan pemerintah
untukmencantumkan bahaya rokok setiap iklan, maka hal tersebut
dilakukan oleh perusahaan rokok.
2. Strategi Defensif

5
Ricky W.Griffin, Op.Cit, hal.112

10
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan terkait denganpenggunaan pendekatan legal atau jalur hukum
untuk menghindarkan diri atau menolaktanggung jawab sosial. Perusahaan
yang menghindarkan diri dari tanggung jawab limbah sajaberargumen
melalui pengacara yang disewanya untuk mempertahankan diri dari
tuntutan hukumdengan berargumen bahwa tidak hanya perusahaannya saja
yang membuang limbah ke sungaiketika lokasi perusahaan
tersebut beroperasi, terdapat juga prusahaan lain yang beroperasi.
3. Strategi Akomodatif
Strategi Akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan
perusahaan dikarenakanadanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan
sekitar akan hal tersebut. Tindakan seperti initerkait dengan strategi
akomodatif dalam tanggung jawab sosial. Contoh lainnya,perusahaan-
perusahaan besar pada era orde baru dituntut untuk memberikan pinjaman
kredit lunak kepadapara pengusaha kecil, bukan disebabkan karena adanya
kesadaran perusahaan, akan tetapisebagai langakah akomodatif yang
diambil setelah pemerintah menuntut para korporat untuklebih
memperhatikan pengusaha kecil.
4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari
tanggung jawabuntuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders
terpuaskan, maka citra positif terhadapperusahaan akan terbangun.Dalam
jangka panjang perusahaan akan diterima oleh masyarakatdan perusahaan
tidak akan khawatir akan kehilangan pelanggan, justru akan berpotensi
untuk menambah jumlah pelanggan akibat citra positif yang
disandangnya.Langkah yang dapat diambiloleh perusahaan adalah dengan
mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial, misalnyadengan
membuat khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap kegiatan
sosial lingkungan masyarakat atau dengan membarikan pelatihan terhadap
masyarakat di sekitarlingkungan masyarakat.

11
I. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
1. Manfaat bagi Perusahaan
Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan
perusAahaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi
positif di masyarakat. Selain membantu perekonomian masyarakat,
perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat membantu dalam
mewujudkan keadaan lebih baik di masa yang akan datang.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat
dengan perusahaanakan lebih erat dalam situasi win-win solution. Artinya
terdapat kerjasama yang saling menguntungkan ke dua pihak. Hubungan
bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak yang
mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan
dalam membangun masyarakat lingkungan kebih baik. 
3. Manfaat bagi Pemerintah
Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam
hal tanggung jawabsosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi
sebagai wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat
dengan dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi pihak yang
melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legtimasi untuk
mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih baik akan
mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.
Para pihak yang mempercayai bahwa program-program tanggung jawab sosial
perusahaan dapat berkontribusi terhadap pembangunan pada umumnya
menjelaskan manfaat-manfaat dari program-program tanggung jawab sosial
perusahaan baik untuk perusahaan bersangkutan maupun untuk negara-negara
tempat perusahaan multinasional beroperasi, terutamanya di negara-negara dunia
ketiga. Ada empat manfaat tanggung jawab sosial perusahaan untuk perusahaan-
perusahaan yang terlibat:
Pertama, Tanggung jawab sosial perusahaan dapat membantu perusahaan-
perusahaan untuk menangani resiko dan memperbaiki reputasi serta citra umum

12
mereka dengan cara memperkuat hubungan antara perusahaan dengan masyarakat
dimana mereka menjalankan kegiatannya.6 Aktivitas perusahaan yang memberi
manfaat kepada masyarakat dapat meningkatkan penyertaan masyarakat dan
menumbuhkan sikap positif ke arah sektor-sektor umum dan swasta. Kesatuan
masyarakat ini adalah kunci untuk menciptakan keadaan politik yang stabil dan
bisnis yang menguntungkan.
Kedua, Tanggung jawab sosial perusahaan dapat meningkatkan prestasi
keuangan perusahaan disebabkan oleh kecendrungan bertambahnya orang banyak
untuk membuat keputusan-keputusan investasi yang sadar dari segi sosial.7
Investasi yang beretika telah mengalami suatu peningkatan yang signfikan.
Sebagai contoh, sebagaimana dijelaskan oleh Hopkins, dipekirakan sebayak US$
1,4 triliun bentuk aset kini diinvestasikan dalam portofolio-portofolio tanggung
jawab sosial dan lingkungan di perusahaan-perusahaan Amerika.8
Ketiga, Tanggung jawab sosial perusahaan memberikan perusahaan-
perusahaan mempunyai nilai kompetisi yang lebih positif, terutama berkompetisi
untuk mendapatkan kontrak-kontrak bisnis. Sebagai contoh, Frynas
memperhatikan bahwa sejumlah negara-negara penghasil minyak, didukung oleh
pemerintah untuk memperoleh konsesi minyak dan gas. Pula, perusahaan-
perusahaan menengah dan kecil yang telah berkomitmenlebih besar untuk
melaksanakan aktivtas-aktivitas bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan
lingkungan diberikan kemudahan dalam jalinan penjualan oleh pembeli-pembeli
internasional.
Keempat,Tanggung jawab sosial perusahaan dapat membantu perusahaan –
perusahaan dalam penerimaan pergawai yang berbakat tinggi sekaligus membuat
mereka betah bekerja di perusahaan tersebut dalam jangka waktu lama.
Saat tanggung jawab sosial perusahaan dengan jelas memberi dampak baik
terhadap kondisi perusahaan pada umumnya lebih memperhatikan dampak-
dampak tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
6
M.Hopkins, Corporate Social Responsibility: An Issues Paper, (International Labour
Office:Geneva.2004),hal.3.
7
S.Zadek, Thind Generation Corporate Citizenship, (The Foreign Policy
Centre:London.2001), hal.4.
8
M.Hopkins,Op.Cit, hal.4

13
Tanggung jawab sosial perusahaan dapat membantu perusahaan-perusahaan
memaksimumkan nilai Foreign Direct Investment (FDI). Sebagai contoh, Fox
dkk. Mengemukakan bahwa negara-negara dapat memastikan FDI berkontribusi
untuk pembangunan dalam bentuk perluasan lapangan kerja, alih pengetahuan dan
teknologi, dan penyediaan infrastruktur melalui penerimaan kebijakan-kebijakan
berkaitan dengan praktek-praktek tanggung jawab sosial perusahaan.

14
BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikp dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
kelompok, dengan begitu Etika Manajemen merupakan standar kelayakan
pengelolaan yang memenuhi kriteria Etika. Nilai personal sebagai standar etika
tergolong menjadi beberapa yaitu: Nilai (Values), Nilai Personal (Personal
Values), Nilai Personal terdiri dari Nilai Terminal dan Nilai Instrumental, yang
merupakan cara pandang,  cara berpikir dan perilaku dari seseorang.
Mendorong etika dalam manajemen dapat diperlakukan diantaranya
pelatihan etika agar pembiasaan kepada pelaku organisasi, harus memiliki standart
aturan etika di suatu perusahaan untuk keterlibatan masyarakat dalam mengontrol
etika itu sendiri.
Penerapan etika manajemen dalam organisasi bisnis keduanya baik
konsumen maupun produsen harus saling menguntungkan dengan menerapkan
kode etik. Etika Manajemen berhubungan dengan nilai-nilai internal yang
merupakan sebagian dari budaya perusahaan. Sudah banyak perusahaan-
perusahaan di Indonesia maupun di luar negeri yang telah menerapkan etika
manajemen dan tanggung jawab sosial. Dampaknya pun telah dirasakan, karena
dari penerapan  hal tersebut masyarakat semakin mengenal perusahaan tersebut
dan cenderung mengapresiasi produknya. Untuk itu, perlu pemahaman lebih
mendalam tentang etika manajemen.

15
DAFTAR PUSTAKA

Griffin, Ricky W.2004.Manajemen. Jakarta: Erlangga.


Indrajid, Richardus Eko.2003.Proses Bisnis Outsourcing. Jakarta: Pt Granmedia
Widiasarana Indonesia.
Misbah, Mujtaba.2008.Daur Ulang Jiwa. Jakarta:Al-Huda.
M.Hopkins.2004.Corporate Social Responsibility: An Issues Paper. International
Labour Office:Geneva.
Parsons, Patricia J.2006. Etika Public Relations. London : Erlangga Published.
S.Zadek.2001.Thind Generation Corporate Citizenship.The Foreign Policy
Centre:London.

16

Anda mungkin juga menyukai