Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

NOMOR 1 TAHUN 2015


tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
Menimbang:

bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan Farmasi di Rumah


Sakit Bhayangkara Kediri dipandang perlu menetapkan peraturan.

Mengingat:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit;
7. Peraturan Kapolri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
8. Keputusan Kapolri Nomor : Kep/881/XII/2013 tanggal 14
Desember 2013 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan
dalam Jabatan di Lingkungan Polri.

Memutuskan .....

PERATURAN KARUMKIT BHAYANGKARA KEDIRI


NOMOR
:
1
TAHUN 2015
TANGGAL
:
2015

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KEDIRI
Pasal 1

Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Peraturan ini
Pasal 2
Ketentuan yang belum ada dalam lampiran Peraturan ini dapat berpedoman pada
perundangan yang berlaku

Ditetapkan di
: Kediri
pada tanggal
:
2015
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. PRIMA HERU Y., M.Kes


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 68070564

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT


NOMOR :
1
TAHUN 2015
TANGGAL :
2015

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
I.

PENDAHULUAN
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kebijakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bhayangkara kediri bertujuan untuk:
1. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian.
2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri terdiri dari :
1. Kebijakan umum
2. Kebijakan khusus :
a. Kebijakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
b. Kebijakan pelayanan farmasi klinik
A. Kebijakan Umum
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau melalui sistem satu pintu.
2. Instalasi
Farmasi
adalah
unit
pelaksana
fungsional
yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
3. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.
4. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh sarana
dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
5. Pimpinan Rumah Sakit membentuk Panitia Farmasi dan Terapi untuk merumuskan
dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
6. Organisasi dan Manajemen :
a. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.

b. Sediaan farmasi
/ perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.
c. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker sebagai penanggung jawab,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memilliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
d. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek
hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan
farmasi dan pengawasan distribusi.
e. Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian yang meliputi monitoring dan
evaluasi dilakukan untuk menjamin mutu.
f. Setiap
Tenaga
Kefarmasian
yang
menyelenggarakan
Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
g. Setiap staf diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya.
h. Laporan Pelayanan Kefarmasian dilaporkan secara berjenjang sesuai
perundangan yang berlaku.
7. Rumah Sakit mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan
keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication).
karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event)
dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD).
8. Rumah Sakit mengembangkan Manajemen Risiko Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
9. Pemilik Rumah Sakit, Kepala Rumah Sakit dan semua staf Rumah Sakit serta
pihak-pihak terkait di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
harus
mendukung penerapan Kebijakan dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit Bhayangkara kediri.
B. Kebijakan khusus
1. Kebijakan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi:
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
2. Kebijakan Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);


1.a. Pemilihan
1. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang digunakan di Rumah sakit Bhayangkara kediri harus dilakukan secara
cermat dengan mempertimbangkan asas Cost effectiveness
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang menunjukkan
keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan ,
ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah.
Proses pemilihan obat mengikuti Standar Prosedur operasional penyusunan
Formularium.
3. Penyediaan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus dibatasi untuk mengefisienkan pengelolaannya dan menjaga
kualitas pelayanan
4. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit
Bhayangkara kediri untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Bhayangkara kediri tertuang dalam buku Formularium Rumah Sakit Bhayangkara
Kediri .
5. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan Formularium Rumah Sakit yang mengacu
Formularium nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi ( PFT )
6. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, dan
disetiap lokasi pelayanan pasien di Rumah Sakit
7. Formularium Rumah Sakit disusun dan diperbaharui setiap 1 ( satu ) tahun sekali
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat.
8. Formularium Rumah Sakit harus dievaluasi secara rutin dan dilakukan
sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.

revisi

9. Pengajuan usulan obat baru untuk dimasukkan ke dalam formularium ke Panitia


Farmasi dan Terapi berdasarkan fakta bahwa obat tersebut tercantum di dalam
clinical pathway atau pedoman pelayanan medik yang diterbitkan oleh Komite
Medis Rumah Sakit.
10. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus
dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk
sediaan dan kekuatan, dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus,
kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di
dalam formularium, perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan obat atau
cara pengobatan terdahulu. kecuali yang memiliki data bioekuivalensi (BE) dan/
atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (EBM).
11. Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru yang
ditambahkan dalam formularium
12. Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat tersebut sudah tidak
beredar lagi di pasaran, tidak ada lagi yang meresepkan, atau sudah ada obat lain

yang lebih cost-effective


13. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan peraturan / prosedur tentang penambahan
dan pengurangan obat dari formularium atas usulan Panitia Farmasi dan
Terapi. dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan
biaya.
14. Penulis Resep yang membutuhkan Obat Non Formularium pada kasus tertentu
dapat mengajukan permohonan khusus kepada Panitia Farmasi dan terapi ( PTF )
untuk mendapatkan persetujuan dengan mengisi Formulir Permintaan Khusus
Obat Non Formularium.
15. Apabila Obat Formularium
yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi
Farmasi akan menyampaikan pemberitahuan kepada penulis resep dan
menyarankan obat pengganti.
16. Pengawasan kepatuhan pemakaian obat sesuai formularium dilakukan
secara berjenjang , berkala dan berdasarkan data penggunaan obat dari
Instalasi Farmasi.
1.b. Perencanaan Kebutuhan
1. Perencanaan perbekalan farmasi merupakan proses kegiatan dalam pemilihan
jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran yang bertujuan untuk menghindari kekosongan obat.
2. Perencanaan mengacu kepada formularium serta daftar alat kesehatan dan
reagensia yang telah disepakati oleh pengguna dan ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.
3. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain metode konsumsi, epidemiologi, komninasi metode konsumsi dan
epidemiologi
1.c. Pengadaan
1. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan melalui pembelian dan Sumbangan / hibah
2. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan berdasarkan perencanaan yang diajukan oleh pengguna
3. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia untuk seluruh kebutuhan Rumah
Sakit Bhayangkara Kediri dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a. bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;
b. bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar; dan
d. expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, segera
digunakan dan lain-lain).
5. Pengadaan obat yang tidak tercantum dalam formularium serta alat kesehatan dan
bahan habis pakai / reagensia yang tidak tercantum dalam daftar alat kesehatan
dan reagensia hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari PFT dan
disetujui oleh Pimpinan Rumah Sakit.
6. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia di luar jam
mengikuti prosedur yang adai.

kerja

dilakukan

1.d. Penerimaan
1. Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian atau sumbangan / hibah
2. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan oleh Panitia penerimaan barang yang ditunjuk oleh
Pimpinan Rumah Sakit.
3. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan pada order pembelian rumah sakit dengan
kondisi fisik yang diterima.
4. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima,
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
1.d. Penyimpanan
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh dimasuki oleh petugas yang
diberi wewenang.
2. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan
sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
keamananya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat
pelayanan.
3. Metode penyimpanan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan
First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen
4. Khusus bahan berbahaya bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, iritasi dan berbahaya lainnya
harus disimpan terpisah dan disertai tanda bahan berbahaya dan MSDS
(Material Safety Data Sheet)
5. gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.

6. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada
isinya.
7. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi
keselamatan
8. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu berkunci. Untuk
penyimpanan narkotika di gudang dan Depo obat, pintu berkunci ganda.
9. Bahan baku dan zat untuk peracikan harus diberi label yang mencantumkan:
kandungan, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.
10. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label khusus sesuai prosedur Penyimpanan Obat High
Alert.
11. Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar Obat High Alert, tidak boleh disimpan
di ruang perawatan.
12. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (NORUM/LASA) disimpan tidak
berdekatan dan diberi label NORUM pada rak/wadah penyimpanannya.
13. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi sesuai dengan
aturan penyimpanan yang ditetapkan produsen.
14. Sediaan farmasi yang dibawa masuk oleh pasien harus diidentifikasi dan dicatat
dalam Formulir Rekonsiliasi Obat. Obat disimpan di Depo farmasi dalam wadah
terpisah dan diberi label yang jelas.
15. Obat emergensi disimpan dalam troli/ wadah emergensi terkunci, diperiksa,
dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya
sudah tidak sesuai lagi dengan daftar.
16. Obat emergensi tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya
dimonitor sesuai dengan prosedur yang ditetapkan rumah sakit.
17. Obat-obat yang dikeluarkan dari wadah asli disimpan di wadah baru yang sesuai
dan disertai label baru.
18. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, kadaluwarsa dan dicabut ijin edarnya harus
dikembalikan ke gudang farmasi sesuai prosedur yang ada.
19. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, kadaluwarsa dan dicabut ijin edarnya harus
disimpan terpisah di gudang farmasi sambil menunggu pemusnahan.
20. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan tempat
penyimpanannya harus diperiksa secara berkala
1.e. Pendistribusian

1. Sistem distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara kediri dilakukan dengan sistem
Resep Perorangan untuk pasien rawat jalan dan Sistem Unit Dose Dispensing
( UDD ) untuk pasien rawat inap.
1.f. Pemusnahan dan penarikan .
1. Rumah Sakit Bhayangkara Kediri melakukan Pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan dan dicabut izin edarnya.
3. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Produk ditarik oleh BPOM atau
pabrikan asal.
4. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai

1.g. Pengendalian .
1. Panitia Farmasi dan Terapi bersama Instalasi Farmasi melaksanakan
pengendalian terhadap jenis, jumlah dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit Bhayangkara kediri
yang meliputi penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit,
penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi , serta memastikan
persediaan efektif dan efisien
1.h. Administrasi .
1. kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus di adminstrasikan secara tertib dan bersikenambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu dengan melaksanakan
Pencatatan dan pelaporan

2.a. Pengkajian dan Pelayanan Resep


. A . Peresepan
1. Dokter yang boleh menulis resep di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
adalah semua dokter yang telah mendapatkan Surat Penugasan (Clinical
Appointment) dari Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
yang memuat
kewenangan klinis (Clinical Privileges) yang boleh dilakukan di Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri.
2. Resep resmi harus ditulis oleh dokter peminta, bila pesanan obat per telepon,
resep dituliskan oleh dokter jaga IGD sesuai dengan advis per telepon oleh
dokter spesialis.
3. Resep harus ditulis pada lembar kertas resep yang memiliki logo atau kop resmi.
4. Resep harus ditulis lengkap dengan tulisan tangan yang jelas dan mudah
dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang lazim sehingga tidak disalahartikan.
5. Tanda tangan dan paraf dokter dalam penulisan resep sesuai dengan
spesimen tanda tangan dan paraf.
6. Lembaran resep dilayani apabila sudah memenuhi persyaratan administrasi,
melputi :
a. Identitas penulis resep / nama dokter.
b. Tempat dan tanggal penulisan resep (pada pojok kanan atas resep).
c. Identitas pasien : nama pasien, nomor medical record, umur, alamat, berat
badan jika diperlukan, khususnya untuk pasien anak-anak.
d. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan item resep atau item obat.
e. Nama obat (generik atau paten bila diperlukan), satuan dosis/kekuatan, rute
atau bentuk sediaan, jumlah obat, signa obat dituliskan dengan j
f. Penulisan k/p, atau prn harus disertai dengan indikasi penggunaan
atau kapan diperlukannya, misalnya : prn sakit kepala atau prn mual.
g. Bila ada permintaan obat yang tulisannya mirip dengan obat lain (lihat
daftar obat NORUM), beri tanda garis bawah atau huruf kapital.
h. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep dibagian akhir penulisan resep
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
i. Tanda seru atau paraf dokter untuk resep obat yang mengandung obat
dengan jumlah dosis yang melebihi dosis maksimum.
j. dibubuhi stempel Unit Pelayanan tempat pasien dirawat/berobat.
7. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontraindikasi,

interaksi obat, dan reaksi alergi.


8. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin terjadi
akibat penggunaan obat.
9. Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus agar sah harus
dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf).
10. Saat dokter psikiatri tidak ada, dokter umum boleh menuliskan resep terapi
obat lanjutan bagi pasien psikiatri, dengan jumlah obat tidak lebih dari terapi
satu minggu atau sampai dengan jadwal praktek dokter psikiatri berikutnya.
11. Dokter harus mengenali obat-obat yang masuk dalam daftar NORUM yang
diterbitkan oleh Instalasi Farmasi, untuk menghindari kesalahan pembacaan
oleh tenaga kesehatan lain.
12.

Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium Rumah


sakit Bhayangkara Kediri.

13. Pasien dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus diresepkan obat
sesuai Formularium Nasional (Fornas). Jika dibutuhkan obat non Fornas, maka
harus mendapatkan persetujuan Pimpinan Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
14. Alat kesehatan yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam
Daftar Alat Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
15. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani:
pengganti obat emergensi.

resep reguler, resep cito, resep

16. Resep/instruksi pengobatan yang tidak memenuhi kelengkapan yang


ditetapkan, tidak akan dilayani oleh Instalasi farmasi
17. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka
perawat/apoteker/asisten Apoteker yang menerima resep/instruksi pengobatan
tersebut harus menghubungi dokter penulis resep sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional Penanganan Resep Yang Tidak Jelas.
18. Instruksi lisan (Verbal Order) harus diminimalkan.Instruksi lisan untuk obat
high alert tidak dibolehkan kecuali dalam situasi emergensi. Instruksi lisan tidak
dibolehkan saat dokter berada di ruang rawat. Pelaksanaan instruksi lisan
mengikuti Standar Prosedur Operasional Instruksi Lisan.
19. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam rekam
medik.

B. Penyiapan
1. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan
sistem dosis unit dan untuk pasien rawat jalan diberlakukan sistem resep
individual. Sistem dosis unit adalah penyiapan obat yang dikemas untuk satu
kali pemakaian. Sistem resep individual adalah penyiapan obat yang
dikemas sesuai permintaan jumlah yang tercantum di resep.
2. Penyiapan Obat adalah proses mulai dari resep/instruksi pengobatan diterima
oleh apoteker/ asisten apoteker sampai dengan obat diterima oleh perawat di
ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai dengan obat
diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan bahwa obat
yang diberikan tepat dan bermutu baik.
3. Waktu penyiapan obat (response time) adalah waktu mulai dari setelah resep
selesai diverifikasi sampai obat siap untuk diserahkan kepada perawat (untuk
pasien rawat inap) atau kepada pasien/keluarga pasien (untuk pasien rawat
jalan).
4. Waktu penyiapan obat jadi pasien rawat jalan (sistem resep individual) adalah
kurang dari 30 (tiga puluh menit) dan waktu penyiapan obat racikan adalah
kurang dari 60 menit (untuk maksimal 30 bungkus)
5. Waktu penyiapan obat cito (segera) adalah kurang dari 15 (lima belas) menit
dan ditunggu oleh petugas ruangan.
6. Waktu penyiapan obat pasien rawat inap (sistem dosis unit) adalah paling
lambat 1 (satu) jam sebelum waktu pemberian obat.
7. Pelayanan Resep dimulai dari :penerimaan, pengkajian Resep, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi,peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi
8. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
9. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
a. Persyaratan administrasi meliputi:
1). nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
2). nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
3). tanggal Resep; dan
4). ruangan/unit asal Resep
b. Persyaratan farmasetik meliputi:
1). nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
2). dosis dan Jumlah Obat;
3). stabilitas; dan
4). aturan dan cara penggunaan.
c. Persyaratan klinis meliputi:
1). ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;

2).
3).
4).
5).

duplikasi pengobatan;
alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
kontraindikasi; dan
interaksi Obat.

10. Bila pada kegiatan pengkajian Resep ditemukan masalah terkait Obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep
11. Apoteker / asisten apoteker diberi akses ke data klinis pasien yang diperlukan
untuk melakukan telaah resep.

12. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substitusi
generik, artinya
farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan
yang zat aktifnya sama dan tersedia di RS Bhayangkara Kediri dengan terlebih
dahulu memberitahu dokter.
13. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi
berbeda zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh
petugas farmasi dengan terlebih dahulu minta p e r s e t u j u a n d o k t
e r p e n u l i s r e s e p / k o n s u l e n . Persetujuan dokter atas substitusi
terapeutik dapat dilakukan secara lisan/melalui telepon. Petugas farmasi
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter yang
memberikan persetujuan, dicatat pada lembar resep atau dalam sistem informasi
farmasi.
14. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan
dan standar praktik kefarmasian.
15. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas
farmasi.
16. Petugas yang
Teknik Aseptik.

menyiapkan

obat

steril

harus mendapatkan pelatihan

17. Petugas yang menyiapkan radiofarmaka harus dibawah supervisi Apoteker


atau tenaga terlatih.
18. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai Standar Prosedur
Operasional Pembuatan Etiket.
19. Penyiapan obat harus dipastikan akurat mengikuti Standar Prosedur
Operasional Penyiapan Obat Sistem Dosis Unit, Standar Prosedur
Operasional Penyiapan Obat Sistem Resep Individual, dan Standar
Prosedur Operasional Peracikan Obat

Pemberian
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang
sudah memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin praktik di Rumah Sakit
Bhayangkara kediri.
2. Kebijakan tentang kewenangan tenaga keperawatan dalam pemberian obat
ditetapkan melalui Peraturan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
3. Pemberian obat ke pasien
Operasional Pemberian Obat.

harus

sesuai

dengan Standar Prosedur

4. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus
atau syringe pump. Apabila obat yang diberikan lebih dari satu, maka label nama
obat ditempelkan pada setiap syringe pump dan di setiap ujung jalur selang.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/
dokter mengenai kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi:
nama obat, waktu dan frekuensi pemberian, dosis, rute pemberian dan identitas
pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik
dengan diperiksa secara visual.
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi dengan obat
yang akan diberikan.
8. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa kembali oleh perawat kedua (
double check ) sebelum diberikan kepada pasien.
9. Pemberian obat harus dicatat di Lembar Pemberian Obat sesuai Standar
Prosedur Operasional Pemberian Obat.
10. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan edukasi terlebih
dahulu dan dipantau oleh perawat.
11. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan perbekalan farmasi, termasuk
kehilangan, maka konsekuensi finansial menjadi tanggung jawab pihak yang
bersalah.

Rekonsiliasi Obat
1. Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah

terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak diberikan,


duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication
error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah
Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit
ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
2. Rekonsiliasi obat dilakukan terhadap semua Pasien Rawat inap di Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri.
3. Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas
termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi

Pelayanan Informasi Obat (PIO)


1. Instalasi farmasi / Apoteker melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang
merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit.

Konseling
1. Apoteker dapat melakukan Konseling kepada kepada pasien dan/atau keluarganya
yang merupakan aktivitas pemberian nasehat atau saran terkait terapi obat
2. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan
dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya.
Visite
1. Apoteker dapat melaksanakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,
meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
2. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang
biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy
Care).
3. Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri
dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa
terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain

Pemantauan Terapi Obat ( PTO )


1. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat harus dilakukan
pada setiap pasien.
2. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat baru yang
masuk Formularium RS BHAYANGKARA KEDIRI dan obat yang terbukti dalam
literatur menimbulkan efek samping serius.
3.
Pemantauan efek samping obat didokumentasikan dalam Formulir Pelaporan
Efek Samping Obat dan dicatat dalam rekam medik.
4. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi Terapi adalah yang berat,
fatal, meninggalkan gejala sisa sesuai Standar Prosedur Operasional Pemantauan
Efek Samping Obat.
5. Pemantauan dan Pelaporan efek samping obat dilaporkan setiap bulan kepada
Panitia Farmasi dan Terapi, Komite Mutu dan Keselamatan Kerja.
6. Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah dokter,
perawat, apoteker di ruang rawat / Poliklinik.
7. Panitia Farmasi dan Terapi RS BHAYANGKARA KEDIRI melaporkan hasil evaluasi
pemantauan ESO kepada Pimpinan Rumah Sakit dan menyebarluaskannya ke seluruh
Instalasi/Unit Pelayanan di RS BHAYANGKARA KEDIRI sebagai umpan
balik/edukasi.
Monitoring Efek Samping Obat ( MESO )
1. Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan
Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara
kolaboratif, dengan prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.
2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi
Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam
dokumen rekam medik pasien dan dilaporkan selambat - lambatnya 2 x
24 jam dalam bentuk laporan MESO.

XI.
1.

Kesalahan Obat
Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep,
penyiapan/peracikan atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan
ataupun tidak.
2.
Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh
petugas
yang

menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau atasan langsungnya.


3. Pelaporan dilakukan secara tertulis menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien RS BHAYANGKARA KEDIRI
4. Kesalahan obat harus dilaporkan maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden.
5. Tipe kesalahan obat yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC): terjadinya kesalahan obat yang belum terpapar ke
pasien
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC): kesalahan obat yang sudah terpapar ke pasien
tetapi tidak menimbulkan cedera pada pasien
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD); kesalahan obat yang mengakibatkan cedera pada
pasien
6. Kesalahan obat dilaporkan dan ditindaklanjuti m e n g i k u t i S t a n d a r P
r o s e d u r O p e r a s i o n a l Pelaporan Insiden dan Standar Prosedur
Operasional Pelaporan Kesalahan Obat
7. Komite Mutu dan Keselamatan dan Kinerja (KMKK) bertanggung jawab untuk
menindaklanjuti laporan kesalahan obat dalam upaya memperbaiki sistem dan
proses penggunaan obat di rumah sakit.

Mutu
1. Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan
keselamatan pasien bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.

Ditetapkan di
: Kediri
pada tanggal
:
2015
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. PRIMA HERU Y., M.Kes


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 68070564

Anda mungkin juga menyukai