Mengingat:
Memutuskan .....
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Ditetapkan di
: Kediri
pada tanggal
:
2015
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
PENDAHULUAN
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kebijakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bhayangkara kediri bertujuan untuk:
1. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian.
2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri terdiri dari :
1. Kebijakan umum
2. Kebijakan khusus :
a. Kebijakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
b. Kebijakan pelayanan farmasi klinik
A. Kebijakan Umum
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau melalui sistem satu pintu.
2. Instalasi
Farmasi
adalah
unit
pelaksana
fungsional
yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
3. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh
ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.
4. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh sarana
dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
5. Pimpinan Rumah Sakit membentuk Panitia Farmasi dan Terapi untuk merumuskan
dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
6. Organisasi dan Manajemen :
a. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.
b. Sediaan farmasi
/ perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.
c. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker sebagai penanggung jawab,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memilliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
d. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek
hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan
farmasi dan pengawasan distribusi.
e. Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian yang meliputi monitoring dan
evaluasi dilakukan untuk menjamin mutu.
f. Setiap
Tenaga
Kefarmasian
yang
menyelenggarakan
Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
g. Setiap staf diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya.
h. Laporan Pelayanan Kefarmasian dilaporkan secara berjenjang sesuai
perundangan yang berlaku.
7. Rumah Sakit mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan
keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication).
karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event)
dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD).
8. Rumah Sakit mengembangkan Manajemen Risiko Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
9. Pemilik Rumah Sakit, Kepala Rumah Sakit dan semua staf Rumah Sakit serta
pihak-pihak terkait di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
harus
mendukung penerapan Kebijakan dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit Bhayangkara kediri.
B. Kebijakan khusus
1. Kebijakan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi:
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
2. Kebijakan Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
revisi
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, segera
digunakan dan lain-lain).
5. Pengadaan obat yang tidak tercantum dalam formularium serta alat kesehatan dan
bahan habis pakai / reagensia yang tidak tercantum dalam daftar alat kesehatan
dan reagensia hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari PFT dan
disetujui oleh Pimpinan Rumah Sakit.
6. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia di luar jam
mengikuti prosedur yang adai.
kerja
dilakukan
1.d. Penerimaan
1. Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian atau sumbangan / hibah
2. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan oleh Panitia penerimaan barang yang ditunjuk oleh
Pimpinan Rumah Sakit.
3. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan pada order pembelian rumah sakit dengan
kondisi fisik yang diterima.
4. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima,
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
1.d. Penyimpanan
1. Area penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh dimasuki oleh petugas yang
diberi wewenang.
2. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan
sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
keamananya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat
pelayanan.
3. Metode penyimpanan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan
First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen
4. Khusus bahan berbahaya bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, iritasi dan berbahaya lainnya
harus disimpan terpisah dan disertai tanda bahan berbahaya dan MSDS
(Material Safety Data Sheet)
5. gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.
6. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada
isinya.
7. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi
keselamatan
8. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu berkunci. Untuk
penyimpanan narkotika di gudang dan Depo obat, pintu berkunci ganda.
9. Bahan baku dan zat untuk peracikan harus diberi label yang mencantumkan:
kandungan, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.
10. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di
tempat terpisah dan diberi label khusus sesuai prosedur Penyimpanan Obat High
Alert.
11. Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar Obat High Alert, tidak boleh disimpan
di ruang perawatan.
12. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (NORUM/LASA) disimpan tidak
berdekatan dan diberi label NORUM pada rak/wadah penyimpanannya.
13. Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi sesuai dengan
aturan penyimpanan yang ditetapkan produsen.
14. Sediaan farmasi yang dibawa masuk oleh pasien harus diidentifikasi dan dicatat
dalam Formulir Rekonsiliasi Obat. Obat disimpan di Depo farmasi dalam wadah
terpisah dan diberi label yang jelas.
15. Obat emergensi disimpan dalam troli/ wadah emergensi terkunci, diperiksa,
dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya
sudah tidak sesuai lagi dengan daftar.
16. Obat emergensi tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya
dimonitor sesuai dengan prosedur yang ditetapkan rumah sakit.
17. Obat-obat yang dikeluarkan dari wadah asli disimpan di wadah baru yang sesuai
dan disertai label baru.
18. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, kadaluwarsa dan dicabut ijin edarnya harus
dikembalikan ke gudang farmasi sesuai prosedur yang ada.
19. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, kadaluwarsa dan dicabut ijin edarnya harus
disimpan terpisah di gudang farmasi sambil menunggu pemusnahan.
20. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan tempat
penyimpanannya harus diperiksa secara berkala
1.e. Pendistribusian
1. Sistem distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara kediri dilakukan dengan sistem
Resep Perorangan untuk pasien rawat jalan dan Sistem Unit Dose Dispensing
( UDD ) untuk pasien rawat inap.
1.f. Pemusnahan dan penarikan .
1. Rumah Sakit Bhayangkara Kediri melakukan Pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan dan dicabut izin edarnya.
3. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Produk ditarik oleh BPOM atau
pabrikan asal.
4. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
1.g. Pengendalian .
1. Panitia Farmasi dan Terapi bersama Instalasi Farmasi melaksanakan
pengendalian terhadap jenis, jumlah dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit Bhayangkara kediri
yang meliputi penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit,
penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi , serta memastikan
persediaan efektif dan efisien
1.h. Administrasi .
1. kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus di adminstrasikan secara tertib dan bersikenambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu dengan melaksanakan
Pencatatan dan pelaporan
13. Pasien dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus diresepkan obat
sesuai Formularium Nasional (Fornas). Jika dibutuhkan obat non Fornas, maka
harus mendapatkan persetujuan Pimpinan Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
14. Alat kesehatan yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam
Daftar Alat Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
15. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani:
pengganti obat emergensi.
B. Penyiapan
1. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap diberlakukan
sistem dosis unit dan untuk pasien rawat jalan diberlakukan sistem resep
individual. Sistem dosis unit adalah penyiapan obat yang dikemas untuk satu
kali pemakaian. Sistem resep individual adalah penyiapan obat yang
dikemas sesuai permintaan jumlah yang tercantum di resep.
2. Penyiapan Obat adalah proses mulai dari resep/instruksi pengobatan diterima
oleh apoteker/ asisten apoteker sampai dengan obat diterima oleh perawat di
ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap, atau sampai dengan obat
diterima oleh pasien/ keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan bahwa obat
yang diberikan tepat dan bermutu baik.
3. Waktu penyiapan obat (response time) adalah waktu mulai dari setelah resep
selesai diverifikasi sampai obat siap untuk diserahkan kepada perawat (untuk
pasien rawat inap) atau kepada pasien/keluarga pasien (untuk pasien rawat
jalan).
4. Waktu penyiapan obat jadi pasien rawat jalan (sistem resep individual) adalah
kurang dari 30 (tiga puluh menit) dan waktu penyiapan obat racikan adalah
kurang dari 60 menit (untuk maksimal 30 bungkus)
5. Waktu penyiapan obat cito (segera) adalah kurang dari 15 (lima belas) menit
dan ditunggu oleh petugas ruangan.
6. Waktu penyiapan obat pasien rawat inap (sistem dosis unit) adalah paling
lambat 1 (satu) jam sebelum waktu pemberian obat.
7. Pelayanan Resep dimulai dari :penerimaan, pengkajian Resep, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi,peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi
8. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
9. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
a. Persyaratan administrasi meliputi:
1). nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
2). nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
3). tanggal Resep; dan
4). ruangan/unit asal Resep
b. Persyaratan farmasetik meliputi:
1). nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
2). dosis dan Jumlah Obat;
3). stabilitas; dan
4). aturan dan cara penggunaan.
c. Persyaratan klinis meliputi:
1). ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
2).
3).
4).
5).
duplikasi pengobatan;
alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
kontraindikasi; dan
interaksi Obat.
10. Bila pada kegiatan pengkajian Resep ditemukan masalah terkait Obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep
11. Apoteker / asisten apoteker diberi akses ke data klinis pasien yang diperlukan
untuk melakukan telaah resep.
12. Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substitusi
generik, artinya
farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan
yang zat aktifnya sama dan tersedia di RS Bhayangkara Kediri dengan terlebih
dahulu memberitahu dokter.
13. Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi
berbeda zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh
petugas farmasi dengan terlebih dahulu minta p e r s e t u j u a n d o k t
e r p e n u l i s r e s e p / k o n s u l e n . Persetujuan dokter atas substitusi
terapeutik dapat dilakukan secara lisan/melalui telepon. Petugas farmasi
menuliskan obat pengganti, tanggal, jam komunikasi, dan nama dokter yang
memberikan persetujuan, dicatat pada lembar resep atau dalam sistem informasi
farmasi.
14. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan
dan standar praktik kefarmasian.
15. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain petugas
farmasi.
16. Petugas yang
Teknik Aseptik.
menyiapkan
obat
steril
Pemberian
1. Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau perawat yang
sudah memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin praktik di Rumah Sakit
Bhayangkara kediri.
2. Kebijakan tentang kewenangan tenaga keperawatan dalam pemberian obat
ditetapkan melalui Peraturan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
3. Pemberian obat ke pasien
Operasional Pemberian Obat.
harus
sesuai
4. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol infus
atau syringe pump. Apabila obat yang diberikan lebih dari satu, maka label nama
obat ditempelkan pada setiap syringe pump dan di setiap ujung jalur selang.
5. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/
dokter mengenai kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi:
nama obat, waktu dan frekuensi pemberian, dosis, rute pemberian dan identitas
pasien.
6. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik
dengan diperiksa secara visual.
7. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi dengan obat
yang akan diberikan.
8. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa kembali oleh perawat kedua (
double check ) sebelum diberikan kepada pasien.
9. Pemberian obat harus dicatat di Lembar Pemberian Obat sesuai Standar
Prosedur Operasional Pemberian Obat.
10. Penggunaan obat secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan edukasi terlebih
dahulu dan dipantau oleh perawat.
11. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan perbekalan farmasi, termasuk
kehilangan, maka konsekuensi finansial menjadi tanggung jawab pihak yang
bersalah.
Rekonsiliasi Obat
1. Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
Konseling
1. Apoteker dapat melakukan Konseling kepada kepada pasien dan/atau keluarganya
yang merupakan aktivitas pemberian nasehat atau saran terkait terapi obat
2. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan
dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya.
Visite
1. Apoteker dapat melaksanakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,
meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
2. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang
biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy
Care).
3. Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri
dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa
terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain
XI.
1.
Kesalahan Obat
Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep,
penyiapan/peracikan atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan
ataupun tidak.
2.
Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh
petugas
yang
Mutu
1. Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan
keselamatan pasien bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
Ditetapkan di
: Kediri
pada tanggal
:
2015
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI