Anda di halaman 1dari 14

Lampiran. SK Direktur RS.

Bakti Timah Pangkalpinang


Nomor : 13/PT.RSBT/SK-1200//2018
Tanggal : 20 Juni 2018

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH

Organisasi dan Manajemen


1. Instalasi Farmasi dipimpin oleh apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker, telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker,
memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktek
Apoteker (SIPA)
2. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum
dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap manajemen dan pelayanan
kefarmasian.
3. Rapat rutin dilakukan minimal satu kali dalam sebulan.
4. Unit manajemen dan pelayanan di Instalasi Farmasi dibagi atas Bagian,
Farmasi Klinik, Perencanaan Farmasi, Pengadaan farmasi, Gudang Farmasi,
Kamar Obat dan Depo Rawat Inap.
5. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi seleksi, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, administrasi dan farmasi klinik.
6. Setiap unit harus melakukan pelaporan setiap satu bulan sekali atas proses
manajemen dan pelayanan yang telah dilaksanakan.
7. Semua petugas di Instalasi Farmasi wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
8. Petugas farmasi yang berhak melakukan pekerjaan kefarmasian ditetapkan
dengan peraturan Rumah Sakit.

9. Instalasi Farmasi melakukan program pendidikan dan pelatihan tenaga


farmasi di dalam maupun di luar rumah sakit

1
10. Instalasi Farmasi melakukan evaluasi atas sistem manajemen obat minimal
satu kali dalam setahun

11. Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat dan


dikembangkan guna mengarahkan dan mengorganisir semua tahapan
manajemen dan penggunaan obat di rumah sakit
12. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, Standar
Prosedur Opersional (SPO) yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak
pasien

Supervisi Manajemen dan Pelayanan Farmasi


1. Supervisi merupakan proses pengawasan dan pemastian terhadap
pelaksanaan kegiatan manajemen dan pelayanan farmasi berdasarkan
standar-standar yang telah ditetapkan.
2. Kegiatan supervisi dan pengawasan dilakukan secara rutin dan berkala
meliputi aspek manajemen dan pelayanan kefarmasian.
3. Supervisi dilakukan oleh Kepala Unit dan staf yang telah dilatih.
4. Hasil supervisi didokumentasikan dan dievaluasi guna perbaikan dalam
kegiatan manajemen dan pelayanan farmasi yang dilakukan.

Pelayanan Kefarmasian
1. Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di rumah sakit harus sesuai
dengan undang–undang dan peraturan yang berlaku
2. Penggunaan obat di rumah sakit diorganisir secara efisien guna memenuhi
kebutuhan pasien
3. Pelayanan obat dilakukan secara desentralisasi di Instalasi Farmasi yaitu
Kamar Obat untuk pasien rawat jalan dan Depo Rawat Inap untuk pasien
rawat inap.
4. Pelayanan obat di Instalasi Farmasi dilaksanakan 24 jam melalui Kamar Obat
5. Pelayanan di Instalasi Farmasi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien
6. Instalasi Farmasi menyediakan sumber informasi obat bagi semua yang
terlibat dalam penggunaan obat
2
Seleksi dan Formularium Obat Rumah Sakit
1. Obat dalam formularium dipilih berdasarkan proses seleksi.
2. Seleksi obat dilakukan berdasarkan evaluasi formularium obat periode
sebelumnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan kasus penyakit yang ada.
3. Obat yang masuk atau terpilih dari proses seleksi harus memenuhi kriteria
evidence based medicine, aspek legal, kualitas obat, kualitas produsen,
kualitas supplier dan efisiensi biaya.
4. Proses revisi formularium obat dilakukan secara berkala setiap 2 tahun.
5. Formularium obat dievaluasi secara berkala setiap 3 bulan.
6. Penambahan dan pengurangan obat dari formularium dilakukan sesuai aturan
yang berlaku.

Monitoring dan Pengawasan Obat Baru


1. Daftar obat baru ditetapkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
2. Monitoring terhadap obat baru dilakukan dengan mengawasi ketepatan
indikasi obat, efektivitas obat terhadap pasien, risiko efek samping dan KTD
yang muncul selama penggunaan.

Perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap perencanaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang ada di Rumah Sakit.
2. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan menggunakan metode konsumsi dan sesuai dengan formularium
obat yang berlaku.

Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan satu pintu melalui unit Pengadaan di Instalasi Farmasi.
2. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berdasarkan pada perencanaan yang dibuat oleh Instalasi Farmasi.

3
Distribusi
1. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari
Gudang Farmasi ke unit layanan lain harus tepat, cepat dan aman.
2. Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dari Gudang Farmasi ke unit layanan lain didasarkan pada permintaan dari
unit melalui sistem yang tersedia.

Pelayanan Resep
Pelayanan resep di unit layanan Instalasi Farmasi dibagi menjadi 2 kategori
yaitu pelayanan resep cash dan resep non cash (NCR dan FJP).

Peresepan
1. Yang berhak menulis resep adalah dokter yang memiliki surat izin praktik
(SIP).
2. Peresepan obat harus mengacu pada Formularium Obat yang berlaku.
3. Resep yang tidak memenuhi kelengkapan yang ditetapkan, tidak akan dilayani
oleh Instalasi Farmasi.
4. Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan adanya kontraindikasi,
interaksi obat dan reaksi alergi.
5. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam
rekam medik.
6. Peresepan, penyiapan, pemberian dan penyimpanan obat high alert harus
selalu dilakukan dengan aman dan hati-hati.
7. Instruksi lisan untuk obat High Alert tidak diperbolehkan, kecuali dalam situasi
emergensi.
8. Daftar obat High Alert ditentukan oleh Instalasi Farmasi, termasuk didalamnya
obat narkotika dan elektrolit konsentrat.
9. Peresepan obat emergensi diberi tanda CITO yang digarisbawahi atau diberi
tanda seru. Selain CITO bisa juga menggunakan URGENT (penting), STATIM
(penting), atau PIM (Periculum In Mora=berbahaya bila ditunda).

4
10. Automatic Stop Order (ASO)
a. Automatic Stop Order (ASO) diterapkan pada obat-obat kategori tertentu
yang dianggap sebagai obat yang kuat/potent dan obat-obatan yang
memerlukan terview regular.
b. Pengobatan diresepkan untuk jangka waktu yang jelas, bukan
menggunakan perkiraan waktu.
c. Pengobatan atau peresepan yang tidak disebutkan secara khusus
tentang jumlah obat atau lama pengobatan, maka akan dikenai kebijakan
automatic stop order
11. Peresepan obat Tappering
Intruksi harus rinci dituliskan tahapan penurunan dosis atau perpanjangan
interval waktu pemberiannya.

Pengkajian Resep
1. Sebelum obat disiapkan, Apoteker/Tenaga Tekhnis Kefarmasian terlatih harus
melakukan pengkajian terhadap resep yang meliputi aspek administratif,
farmasetik dan klinik.
2. Pengkajian resep tidak perlu dilakukan pada keadaan emergensi/resep cito

Permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari Unit
Lain ke Instalasi Farmasi
1. Permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
oleh petugas terbatas hanya untuk obat standar ruangan.
2. Hanya petugas yang ditetapkan unit terkait yang mempunyai wewenang untuk
meminta sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ke
Instalasi Farmasi.

Pelayanan Informasi dan Konsultasi Obat


Pelayanan informasi dan konsultasi obat dibuka dalam bentuk layanan
terbuka bagi setiap pasien di Rumah Sakit Bakti Timah.

Sumber Informasi Obat


1. MIMS adalah sumber informasi umum penggunaan obat di Rumah Sakit Bakti
Timah.
2. Semua unit yang terkait dalam penggunaan obat harus memiliki MIMS
5
3. Aplikasi online dapat diakses untuk mendapatkan informasi mengenai
interaksi dari obat yang diresepkan oleh Dokter

Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Instalasi Farmasi harus dilaksanakan berdasarkan Puchase Order (PO).
2. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diterima
harus diperiksa dengan baik mulai dari kemasan, isi, jumlah, tanggal
kadaluwarsa dan nomor batch.

Permintaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai Ketika
Gudang Farmasi Tutup
Instalasi Farmasi harus tetap berupaya memenuhi kebutuhan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai bilamana gudang farmasi tutup.

Pengajuan Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Pakai
yang Tidak Ada di Formularium
1. Instalasi Farmasi bertanggung jawab atas ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang ada di Rumah Sakit.
2. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang tidak
ada stock atau tidak standar disediakan sesuai prosedur yang berlaku.

Dispensing Sediaan Farmasi


1. Kegiatan dispensing meliputi; penerimaan, pengetiketan,
pengambilan/penyiapan, pengemasan, pengkoreksian dan penyerahan obat.
2. Dalam proses dispensing harus selalu memperhatikan ketepatan dari segala
aspek terutama tepat pasien, tepat obat, tepat jumlah dan dosis obat.
3. Pemberian obat kepada pasien harus disertai dengan informasi yang cukup
tentang cara penggunaan obat.

6
Waktu Tunggu Pelayanan Obat
1. Waktu tunggu pelayanan obat di Instalasi Farmasi berdasarkan pada Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang meliputi pelayanan obat jadi dan obat
racikan.
2. Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah ≤ 30 menit dan waktu tunggu
pelayanan obat racikan adalah ≤ 60 menit.

Pencampuran Obat Steril


1. Pencampuran obat steril didelegasikan kepada perawat yang telah mendapat
pelatihan atau kepada penanggungjawab di ruang perawatan.
2. Dalam pengerjaan pencampuran obat steril harus memperhatikan hal-hal
terkait teknik aseptik, cuci tangan dan tempat yang bersih.

Pelabelan Obat dan Bahan Kimia


1. Setiap obat dan bahan kimia yang disimpan harus diberi label.
2. Penyimpanan bahan kimia harus dilengkapi dengan label yang akurat
menyebutkan nama bahan, tanggal produksi, dan tanggal kedaluwarsa.

Layanan Antar Obat


Layanan antar obat dilakukan atas persetujuan pasien.

Pengembalian atau Retur Obat


1. Obat-obat yang dapat dikembalikan hanya obat-obat yang dibeli di Instalasi
Farmasi dengan melampirkan kwitansi dan nota asli dari pembelian dan obat-
obatan yang dihentikan dokter selama dalam masa perawatan.
2. Untuk pasien yang meninggal dunia, diberi tenggang waktu 3 hari untuk
melakukan retur obat.
3. Untuk pasien yang pulang APS (atas permintaan sendiri) dan atas izin Dokter,
retur obat harus dilaksanakan hari kepulangan sebelum penyelesaian
administrasi pasien pulang.

7
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Penyimpanan perbekalan farmasi harus sesuai dengan persyaratan dan
standar kefarmasian, yaitu disusun secara alfabetis dengan sistem FIFO (First
In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), dipisahkan berdasarkan
bentuk dan jenis sediaan, suhu serta stabilitas sediaan.
2. Area penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai tidak boleh dimasuki oleh petugas selain petugas farmasi.
3. Setiap penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai harus dicatat di dalam kartu stok.

Penyimpanan Produk Nutrisi


1. Produk nutrisi yang dimaksud adalah produk nutrisi parenteral yang sudah
melalui proses pencampuran atau pengemasan ulang.
2. Produk nutrisi disimpan dalam wadah dan suhu penyimpanan yang dapat
menjamin stabilitas produk.
3. Produk nutrisi yang disimpan harus dilengkapi dengan etiket/label yang jelas.

Penyimpanan Obat High Alert


1. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas dan diberi
penandaan yang jelas.
2. Penandaan obat high alert dilakukan dengan cara penempelan stiker high
alert pada setiap tempat penyimpanan dan kemasan terkecil

Penyimpanan Elektrolit Konsentrat


1. Elektrolit konsentrat harus disimpan ditempat terpisah dalam lemari berkunci,
akses terbatas, dan diberi penandaan yang jelas.
2. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit perawatan pasien kecuali
dibutuhkan secara klinis dan di ruangan tertentu seperti ICU, UGD, Ruang
Operasi/Bedah, dan Ruang Kebidanan.

8
Penyimpanan Obat LASA
1. Obat LASA harus disimpan terpisah atau berjarak antara satu dengan lainnya
dan diberi penandaan yang jelas.
2. Penandaan obat LASA dilakukan dengan cara penempelan stiker LASA pada
tempat penyimpanan dan kemasan terkecil
3. Penempelan stiker obat LASA pada kemasan terkecil hanya dilakukan pada
semua obat sound a like dan setiap obat look alike yang berbeda isi.

Penyimpanan Obat Narkotika


Obat narkotika harus disimpan di dalam satu lemari dua pintu dan dua kunci,
akses terbatas dan diberi penandaan yang jelas.

Penyimpanan Obat Psikotropika


Obat psikotropika harus disimpan didalam lemari terkunci

Penanganan Resep Dokter yang Kurang Jelas


Petugas farmasi harus mengkonfirmasi ulang setiap resep yang kurang jelas
kepada Dokter peresep guna menghindari terjadinya medication error.

Penanganan Resep Obat Kosong atau Obat yang Tidak Standar


Penanganan obat yang kosong atau tidak standar dilakukan dengan
menggantikan obat tersebut dengan obat lain yang isi atau indikasinya sama
sesuai persetujuan Dokter dan atau pasien.

Penyimpanan Obat Emergensi


1. Obat emergensi disimpan dalam kotak/troli emergensi terkunci.
2. Kotak/troli emergensi hanya boleh diisi sesuai dengan standar.
3. Obat-obat emergensi tidak diwajibkan untuk mengikuti setiap prosedur dan
pedoman penggunaan obat high alert.

Penggantian Obat Emergensi


Obat-obat emergensi dipastikan selalu tersedia dan harus segera diganti jika
jenis atau jumlahnya tidak sesuai dengan standar.

9
Pertukaran Petugas Jaga atau Shift
1. Pertukaran informasi dan jaga dilakukan 5 menit sebelum waktu tugas
berakhir.
2. Petugas jaga pengganti diharuskan datang 5 menit sebelum waktu tugas
dimulai.

Pemantauan Efek Samping Obat


1. Laporan efek samping obat diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk kemudian
diteruskan ke Panitia Farmasi dan Terapi untuk dievaluasi.
2. Monitoring efek samping obat diprioritaskan terhadap obat-obat baru dalam
Formularium Obat yang berlaku.
3. Pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah Dokter,
Perawat, dan Apoteker.

Pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan medis Habis Pakai ke
Rekanan
1. Pembelian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan untuk menutupi kekurangan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai.
2. Pembelian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ke
Rekanan diprioritaskan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang ada dalam Formularium Obat Rumah Sakit

Sediaan Farmasi yang Dibawa Pasien dari Luar


1. Pasien tidak diperbolehkan membawa sediaan farmasi dari luar Rumah Sakit
kecuali atas persetujuan Dokter.
2. Petugas pelaksana verifikasi adalah Apoteker.
3. Sediaan farmasi yang disetujui untuk digunakan disimpan diruang perawatan

Penarikan Obat
1. Penarikan obat dilakukan pada obat-obat yang harus dikembalikan karena
berdasarkan informasi dari pabrikan farmasi atau distributor.

10
2. Instalasi Farmasi adalah unit yang bertanggung jawab melakukan penarikan
obat di lingkungan Rumah Sakit Bakti Timah.

Identifikasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Kedaluwarsa
1. Identifikasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
obat-obatan yang kedaluwarsa dilakukan secara berkala oleh unit-unit tempat
penyimpanan obat.
2. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
kedaluwarsa harus dipisahkan dari sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai lainnya dan dikoordinasikan ke Kepala unit agar
dapat dikembalikan ke distributor.
3. Pemisahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang kedaluwarsa dilakukan 1 bulan sebelum tanggal Expire Date.

Retur Obat Kedaluwarsa dari Unit


1. Retur obat-obatan yang kedaluwarsa dari unit tempat penyimpanan diterima
jika memenuhi ketentuan :
a. Obat tersebut bisa dikembalikan ke distributor yang menyalurkan obat.
b. Kondisi obat masih memenuhi persyaratan dan dalam kondisi yang utuh
(dalam box).
c. Dikembalikan ke unit penyalur obat sesuai ketentuan waktu dari
distributor penyalur obat .
2. Obat-obat kedaluwarsa yang tidak memenuhi ketentuan untuk dikembalikan,
menjadi beban afkir obat kedaluwarsa dari masing-masing unit.

Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
Rusak atau Kedaluwarsa
1. Instalasi Farmasi mengkoordinir pengumpulan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang rusak atau kedaluwarsa yang
ada di Rumah Sakit.

11
2. Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang rusak atau kedaluwarsa dilakukan oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit dengan disaksikan oleh petugas dari Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, Dinas Kesehatan dan atau BPOM.

Pencatatan dan Pelaporan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan


Bahan Medis Habis Pakai.
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi semua aspek dalam
pengelolaan farmasi.

Pengawasan Kuantitas Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
1. Kuantitas sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
ada di RS Bakti Timah diawasi dengan cara stok opname dan menjalankan
kartu stok.
2. Stok opname dilakukan secara rutin paling sedikit 1 kali dalam setahun
3. Setiap transaksi yang dilakukan atas sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dicatat dalam kartu stok.
4. Setiap area penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dilengkapi dengan CCTV

Pengawasan Penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai
1. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai didistribusikan
berdasarkan permintaan diawasi dengan menggunakan formulir permintaan
atau resep.
2. Penggunaan obat pasien diawasi dengan cara pelaksanaan pengkajian/
telaah obat oleh petugas farmasi
3. Penggunaan obat pasien rawat inap diawasi dengan cara pengisian Daftar
Pemberian Obat oleh Dokter di ruang perawatan.

12
4. Untuk meningkatkan kepatuhan dan ketepatan pasien terhadap penggunaan
obat yang direkomendasikan DPJP, maka petugas farmasi terutama Apoteker
dan Asisten Apoteker juga melaksanakan pelayanan informasi obat dan
konseling kepada pasien.

Penyimpanan dan Pengendalian Produk Sampel

1. Produk sampel adalah produk yang diberikan oleh perusahaan farmasi untuk
digunakan di Rumah Sakit tanpa imbalan apapun untuk diuji coba
efektivitasnya.
2. Produk sampel harus disimpan terpisah dari produk reguler lainnya guna
mempermudah pengawasan dan pengendalian.

Pengkajian Interaksi Obat


1. Pengkajian interaksi obat dilakukan oleh apoteker pada resep atau terapi yang
dijalankan oleh pasien
2. Pengkajian interaksi obat dilakukan dengan menggunakan software yang
terpercaya

Stock Opname
1. Stock opname dilakukan sebagai bentuk pengawasan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang ada di Rumah Sakit
2. Stock opname dilakukan secara rutin paling sedikit 1 kali dalam setahun
3. Stock opname dilakukan atas koordinasi Instalasi Farmasi dan Bagian
Keuangan Rumah Sakit sebagai bentuk pengawasan eksternal.

Pencampuran Obat Suntik


1. Pencampuran obat injeksi harus dilakukan dengan metode aseptik (steril)
guna menjaga mutu dan kualitas produk.
2. Sediaan injeksi yang akan digunakan segera oleh pasien rawat inap,
preparasinya dapat dilakukan di ruang tindakan ruangan rawat inap oleh
perawat ruangan yang telah dilatih teknik aseptik dispensing.
3. Seluruh pencampuran (rekonstitusi) obat kemoterapi dilakukan dengan
menggunakan Standar Prosedur Operasional (SPO) handling cytotoxic dan
13
dilakukan oleh petugas farmasi terlatih di ruang khusus dengan menggunakan
alat biological safety cabinet (BSC).

Penyimpan Obat yang DiBawa Pasien

DITETAPKAN DI : PANGKALPINANG
PADA TANGGAL : 20 JUNI 2018

RS. BAKTI TIMAH PANGKALPINANG

dr.Hj.Sufiyati

Direktur

14

Anda mungkin juga menyukai