Anda di halaman 1dari 5

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KEPOLISIAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI


Nomor : Kep/ /I/2015/Rumkit

tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI RS BHAYANGKARA KEDIRI

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Bhayangkara Kediri, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan Farmasi yang bermutu tinggi;
2. Bahwa agar pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Bhayangkara
Kediri dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit Bhayangkara Kediri;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tentang Pekerjaan Kefarmasian
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
KEDIRI TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

Kedua : Kebijakan pelayanan Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dilaksanakan oleh
Kasubbid Jangmedum Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan


apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Kediri
pada tanggal : Januari 2015

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. PRIMA HERU Y., M.Kes


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 68070564
Lampiran Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
Nomor

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

1. Kebijakan Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai


pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

2. Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:


a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

3. Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi :


a. Kebijakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
b. Kebijakan pelayanan farmasi klinik

4. Organisasi dan Manajemen :


a) Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.
b) Pelayanan farmasi dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan
sistem satu pintu.
c) Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan,
penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan,
pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan.
d) Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis
e) Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
f) Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang
telah memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
g) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum
dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.

2. Pemilihan dan Pengadaan :


a) Pengadaan obat di rumah sakit dilaksanakan mengacu pada Formularium rumah
sakit dan Formularium Nasional. Proses pengadaan dilaksanakan sesuai undang
- undang yang berlaku, yang melibatkan jalur distribusi obat yang resmi, dengan
pengelolaan yang dikendalikan secara penuh oleh rumah sakit.
b) Pemilihan obat masuk formularium dan penghapusan obat dari formularium
harus mengikuti ketentuan yang berlaku.
c) Bila suatu obat dalam resep tidak tersedia di instalasi farmasi, ada proses yang
sudah ditetapkan rumah sakit untuk pemberitahuan kepada dokter penulis
resep, saran substitusi, atau pengadaannya.
d) Pengawasan penggunaan obat di rumah sakit dilaksanakan oleh Komite
Farmasi dan Terapi
e) Anggota Komite Farmasi dan Terapi diputuskan sesuai SK Karumkit
f) Komite Farmasi dan Terapi terlibat dalam proses pemesanan, penyaluran,
pemberian dan monitoring pengobatan pasien, evaluasi dan penggunaan obat
dalam formularium rumah sakit
g) Kriteria dan prosedur untuk penambahan dan pengurangan obat dari
formularium ditetapkan oleh Karumkit atas usulan Komite Farmasi dan Terapi
h) Komite Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru yang
ditambahkan dalam formularium
i) Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun, berdasarkan
informasi tentang keamanan dan efektivitasnya. Proses telaah formularium
dilakukan oleh Komite Farmasi dan Terapi.
j) Prosedur persetujuan dan pengadaan obat - obat yang diperlukan dalam
pelayanan tetapi tidak tersedia dalam stok ditetapkan oleh rumah sakit.

3. Penyimpanan :
a) Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi khusus (obat yang dibawa oleh
pasien, obat emergency, obat program kesehatan) dilaksanakan berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
b) Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika,
Total Parenteral Nutrition (TPN) dan produk steril karena belum ada fasilitas BSC
(Biological Safety Cabinet).
c) Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat dan
perbekalan farmasi lainnya.
d) Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat
High Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi,
dan bahan radioaktif, dikelola dengan prosedur yang ditetapkan rumah sakit
e) Elektrolit konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan, kecuali di tempatkan di
kotak obat emergensi
f) Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat dan
terapi boleh dilanjutkan, disimpan di Instalasi Farmasi rumah sakit untuk
dilakukan proses UDD.
g) Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat dan alat
kesehatan, ditunjuk satu orang petugas farmasi untuk melakukan inspeksi secara
berkala setiap dua minggu sekali.
h) Obat emergensi tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya
dimonitor sesuai dengan prosedur yang ditetapkan rumah sakit
i) Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
rumah sakit
j) Obat - obat yang kadaluwarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan
dan dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh rumah sakit
k) Obat-obat yang dikeluarkan dari wadah asli disimpan di wadah baru yang sesuai
dan disertai label baru

4. Penyiapan dan pengeluaran :


a) Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang
memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku
b) Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit
c) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri memberikan pelayanan 24 jam.
d) Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses skrining resep sebelum
melayani resep
e) Ada prosedur yang ditetapkan rumah sakit bila resep dokter tidak terbaca
f) Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan resep
individual
g) Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem resep individual, Unit
Dose Dispensing (UDD) dan Floor Stock
h) Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses pengelolaan mutasi
stok dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi

5. Pemberian :
a) Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah
memiliki SIPA dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki SIKTTK.
b) Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat
didelegasikan kepada perawat. Perawat yang berwenang memberikan obat
adalah perawat yang telah ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis
Perawat.
c) Dokter yang berwenang memberikan obat adalah semua dokter yang telah
mendapatkan Surat Penugasan ( Clinical Appointment ) dari Karumkit yang
memuat kewenangan klinis ( Clinical Privileges ) yang boleh dilakukan di rumah
sakit
d) Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan obat
e) Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien yang
menggunakan obat sendiri
f) Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk ke
rumah sakit, dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter, dan
pengelolaan obat berikutnya dilakukan oleh instalasi farmasi
g) Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat sampel yang ditujukan untuk uji klinis kepada pasien.

6. Pemantauan
a) Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat
Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara kolaboratif, dengan
prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit
b) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat
Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen rekam medik
pasien dan dilaporkan selambat - lambatnya 2 x 24 jam dalam bentuk laporan
MESO.
c) Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan
pasien bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

7. Pelayanan farmasi klinik dapat meliputi :


a) pelayanan resep (dispensing),
b) pelayanan informasi obat,
c) konsultasi informasi dan edukasi,
d) pencatatan penggunaan obat,
e) identifikasi, pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD) dan efek samping obat,
f) pemantauan terapi obat,
g) ronde visite,
h) evaluasi penggunaan obat

Ditetapkan di : Kediri
pada tanggal : Januari 2015
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. PRIMA HERU Y., M.Kes


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 68070564

Anda mungkin juga menyukai