Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

RESUME UNDANG – UNDANG KEFARMASIAN

BLOK ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER (IDIA)

OLEH :

NAMA : MAFHUMUL ZULHIJJAH

NIM : 15120200143

ANGKATAN :X

DOSEN : Prof. Dr. apt. H. Tadjuddin Naid.,


S.Si., M.Sc

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

RESUME
1. UU REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG

KESEHATAN

Sediaan farmasi adalah obat tradisional, kosmetika dan alat


kesehatan yang harus memenuhi standar dan persyaratan yang
ditentukan dapat diedarkan setelah mendapat izin edar.
Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan ditetapkan
dengan peraturan pemerintah. Pengamanan penggunaan bahan yang
mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan
membahayakan kesehatan perorangan keluarga masyarakat dan
lingkungan
Produksi, peredaran dan penggunaan bahan yang mengandung
zat adiktif harus memenuhi standar dan persyaratan tertentu.
Apotik merupakan sarana farmasi yang melaksanakan peracikan
pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan
obat. Apotik juga merupakan sarana penyalur perbekalan farmasi
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Pengelolaan apotik menjadi tugas dan tanggung jawab seorang
Apoteker Tugas Apoteker :
 Paham pada bidang
 Pengelola bisnis
 Pengelola pelayanan kefarmasian
Farmasi RS merupakan salah satu sarana penunjang di RS,
umumnya mempunyai tugas – tugas yang dalam pelaksanaannya
perlu bekerjasama dengan bagian lain yang ada di RS
Tugas – tugas farmasi Rumah Sakit tersebut :
1. Manajemen penyediaan obat – obatan
2. Manajemen formulasi produk dan pengemasan kembali
3. Pelayanan yang berorientasi kepada pasien
4. Menjamin terapi obat – obat secara rasional
5. Jaminan kualitas
6. Aktivitas dalam pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat RS
7. Aktivitas dalam penelitian
Komite farmasi dan terapi adalah suatu tim yang beranggotakan
para dokter dan sarjana farmasi yang berfungsi dalam membantu
pimpinan RS untuk menentukan kebijaksanaan penggunaan obat dan
pengobatan
Apotik adalah suatu tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat
Instalasi farmasi RS diwajibkan mengelola obat RS secara
berdaya guna dan berhasil guna. Apotik berkewajiban menyediakan
obat esensial dengan nama generik. Apotek berkewajiban melayani
resep dokter dan dilarang mengganti obat yang tertulis dalam resep.
2. PERATURAN PEMERINTAH NO. 51 TAHUN 2009

Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi :


a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi
Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi,
fasilitas distribusi atau penyalurandan fasilitaspelayanan sediaan
farmasi dan harus dilakukan oleh Tenaga kefarmasian.
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus
memiliki Apoteker penanggungjawab dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Industri farmasi
harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab
masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan
pengawasan mutu setiap produksi Sediaan Farmasi.
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi; dan
Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa
obat harus memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa:
a. Apotek;
b. Instalasi farmasi rumah sakit;
c. Puskesmas;
d. Klinik;
e. Toko Obat; atau
f. Praktek bersama.
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Kefarmasian terdiri atas :
a. Apoteker; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis kefarmasian terdiri dari SarjanaFarmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi.
Surat tanda registrasi diperuntukkan bagi :
a. Apoteker berupa STRA; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi
persyaratan :
a. Memiliki ijazah Apoteker;
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker;
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
yang memiliki surat izin praktik; dan
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
STRA dikeluarkan oleh Menteri. STRA berlaku selama5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
3. UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

A. Pengadaan
Menteri menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B. Produksi
Menteri memberi izin khusus untuk memproduksi Narkotika kepada
Industri Farmasi tertentu yang telah memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan setelah dilakukan
audit oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Menteri
melakukan pengendalian terhadap produksi Narkotika sesuai
dengan rencana kebutuhan tahunan Narkotika. Badan Pengawas
Obat dan Makanan melakukan pengawasan terhadap bahan baku,
proses produksi, dan hasil akhir dari produksi Narkotika.
C. Penyimpanan dan Pelaporan
Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi,
pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
disimpan secara khusus.
Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu
pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
Narkotika yang berada dalam penguasaannya.
D. Impor dan Ekspor
Menteri memberi izin kepada 1 (satu) perusahaan pedagang besar
farmasi milik negara yang telah memiliki izin sebagai importir
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan untuk
melaksanakan impor Narkotika.
Importir Narkotika harus memiliki Surat Persetujuan Impor dari
Menteri untuk setiap kali melakukan impor Narkotika.
Pelaksanaan impor Narkotika dilakukan atas dasar persetujuan
pemerintah negara pengekspor dan persetujuan tersebut
dinyatakan dalam dokumen yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan di negara pengekspor.
E. Pemeriksaan
Pemerintah melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dokumen
impor, ekspor, dan/atau Transito Narkotika.
F. Peredaran
Peredaran Narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian
kegiatan penyaluran atau penyerahan Narkotika, baik dalam rangka
perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindah tanganan,
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
G. Penyaluran
Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi.
H. Penyerahan
Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:
1. apotek;
2. rumah sakit;
3. pusat kesehatan masyarakat;
4. balai pengobatan; dan
5. dokter.
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada :
1. rumah sakit;
2. pusat kesehatan masyarakat;
3. apotek lainnya;
4. balai pengobatan;
5. dokter; dan
6. pasien.
Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai
pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien
berdasarkan resep dokter.
I. Label dan Publikasi
Industri Farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan Narkotika,
baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku Narkotika. Label
pada kemasan Narkotika dapat berbentuk tulisan, gambar, kombinasi
tulisan dan gambar, atau bentuk lain yang disertakan pada kemasan
atau dimasukkan ke dalam kemasan, ditempelkan, atau merupakan
bagian dari wadah, dan/atau kemasannya. Setiap keterangan yang
dicantumkan dalam label pada kemasan Narkotika harus lengkap dan
tidak menyesatkan.
4. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Bangunan rumah sakit sebagaimana paling sedikit terdiri atas
ruang :
a. rawat jalan;
b. ruang rawat inap;
c. ruang gawat darurat;
d. ruang operasi;
e. ruang tenaga kesehatan;
f. ruang radiologi;
g. ruang laboratorium;
h. ruang sterilisasi;
i. ruang farmasi;
j. ruang pendidikan dan latihan;
k. ruang kantor dan administrasi;
l. ruang ibadah, ruang tunggu;
m. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. ruang menyusui;
o. ruang mekanik;
p. ruang dapur;
q. laundry;
r. kamar jenazah;
s. taman;
t. pengolahan sampah; dan
u. pelataran parkir yang mencukupi.
Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana yaitu Rumah
Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan
penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan.
1. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan
terjangkau.
2. Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti
standar pelayanan kefarmasian.
3. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis
pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi
sistem satu pintu.
4. Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah
Sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang
ditetapkan Pemerintah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes Republik Indonesia, 2009, Undang - Undang No. 35 Tahun


2009 Tentang Narkotika, Jakarta.

Kemenkes Republik Indonesia, 2009, Undang – Undang Republik


Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Jakarta.

Kemenkes Republik Indonesia, 2009, Undang – Undang Republik


Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Jakarta.

Peraturan Pemerintah NO. 51 Tahun 2009, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai