Anda di halaman 1dari 11

RESUME

ALUR PERIZINAN APOTEK DAN PENGATURAN BEBAN KERJA,


TUGAS/FUNGSI DAN SUPERVISI/PENGAWASAN

OLEH :

NAMA : NISRINA

NIM : 15120210097

KELOMPOK : IX (SEMBILAN)

PEMBIMBING : Apt. SAFRIANI RAHMAN, S.Farm., M.Si

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
ALUR PERIZINAN APOTEK DAN PENGATURAN BEBAN KERJA,
TUGAS/FUNGSI DAN SUPERVISI/PENGAWASAN

A. Alur Perizinan Apotek


Apotek diselenggarakan oleh seorang Apoteker yang memiliki Izin
Apotek. Adapun persyaratan untuk memperoleh Izin Apotek, yaitu
(Permenkes No.26 2018) :
1. STRA
2. Surat izin praktik Apoteker
3. Denah bangunan
4. Daftar sarana dan prasarana, dan
5. Berita acara pemeriksaan
Menurut PMK No.9 Tahun 2017 tentang Apotek terkait alur perizinan
pendirian suatu apotek, yaitu :
1. Apotek wajib memiliki surat izin (SIA) dari menteri (Menteri melimpahkan
kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota) dan SIA yang diperoleh hanya berlaku selama 5 tahun
dan dapat diperpanjang selama memenuhi syarat.
2. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan
Formulir 1.
3. Permohonan tertulis harus ditandatangani oleh Apoteker yang disertai
dengan kelengkapan dokumen administratif, yaitu :
- Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli
- Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
- Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
- Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan, dan
- Daftar prasarana, sarana dan peralatan
4. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja terhitung sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima surat permohonan dari Apoteker dan
dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif, maka
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam melakukan pemeriksaan
terhadap Apotek harus melibatkan unsur Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang terdiri atas :
- Tenaga Kefarmasian, dan
- Tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
6. Sejak tim pemeriksa ditugaskan (kurun waktu paling lama 6 hari), tim
pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilengkapi dengan
BAP (Berita Acara Pemeriksaan) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
7. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota akan menerbitkan SIA dengan
tembusan kepada DirJen, Kepala Dinkes Provinsi, Kepala BPOM Kepala
DInkes Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan
formulir 4 setelah menerima laporan hasil pemeriksaan (dilengkapi BAP)
dan dinyatakan memenuhi persyaratan (paling lama dalam waktu 12
hari).
8. Apabila pada saat pemeriksaan apotek masih belum memenuhi
persyaratan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus
mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam kurun waktu 12 hari
kerja dengan menggunakan formulir 5.
9. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan, maka
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan
dengan menggunakan formulir 6.
10. Jika Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA melebihi
jangka waktu 12 hari kerja setelah menerima laporan dari tim pemeriksa,
Apoteker pemohon dapat mendirikan Apotek dengan menggunakan
BAP sebagai pengganti SIA.
11. Penerbitan SIPA untuk Apoteker pemengang SIA bersamaan dengan
penerbitan SIA dan masa berlakunya juga sama.

B. Pengaturan Beban Kerja


Apotek biasanya melakukan pelayanan setiap hari yaitu pada hari
senin sampai ahad dan pengaturan beban kerja biasanya dilakukan secara
proporsional sesuai dengan jabatan. Setiap karyawan biasanya diberikan 7-
8 jam kerja dan dibagi dalam 2 shift yaitu pagi pukul 08.00-15.00 dan sore
pukul 15.00-23.00.
C. Tugas/Fungsi
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukannya praktik kefarmasian oleh Apoteker (PerMenKes 2016).
Pelayanan kefarmasian di Apotek dilakukan oleh Apoteker dan dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (PerMenKes
2016)
Fungsi Apotek (PerMenkes 2017) :
- Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
- Pelayanan farmasi klinik termasuk di komunitas.
Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan,
etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan kepentingan
pasien (PerMenKes 2017).
1. Apotek
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi :
- Ruang penerimaan Resep
- Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas
- Ruang penyerahan obat
- Ruang konseling
- Ruang penyimanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
- Ruang Arsip
2. Apoteker
Adapun tugas/fungsi Apoteker di Apotek, yaitu (PerMenKes 2016) :
- Pemberi layanan
- Pengambil keputusan
- Komunikator
- Pemimpin
- Pengelola
- Pembelajar seumur hidup
- Peneliti

D. Supervisi/Pengawasan
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek dilakukan oleh
(PerMenkes 2016) :
- Menteri
- Kepala Dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota
- Khusus terkait pengawasan sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan
farmasi dilakukan juga oleh Kepala BPOM sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
- Kepala BPOM juga dapat melakukan pemantauan, pemberian
bimbingan, dan pembinaan terhadap pengelolaan sediaan farmasi.
- Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan
Kepala BPOM kemudian dilaporkan secara berkala kepada Menteri
(paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun.
DAFTAR ISI
Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 26 Tahun 2018, Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI, No.9 Tahun 2017, Apotek.

Anda mungkin juga menyukai