Anda di halaman 1dari 16

Apt. Linda Suryanti, M.

Farm

DISTRIBUSI
OBAT
Riyan Apriyani 16210000017
Salsabila Anura Zahrani 16210000015
LATAR BELAKANG

Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan


untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit,
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau
hewan.Distribusi adalah suatu proses yang menunjukkan
penyaluran barang yang dibuat dari produsen kepada
konsumen. Dengan demikian, distribusi bisa menjadi aspek
dalam sediaan farmasi. Sistem distribusi obat suatu proses
penyerahan obat sejak disediakan oleh IFRS.
MANFAAT

Mengetahui apa saja aspek yang berkaitan dengan


kegiatan distribusi obat. Hal ini dapat meningkatkan
kemampuan petugas di masa depan dalam melakukan
pengelolaan obat, menyusun rencana kebutuhan obat
secara efektif, perbekalan kesehatan sesuai kebutuhan
dan perbekalan kesehatan di pelayanan kesehatan dasar
dengan baik dan benar
MATERI
PEMBAHASAN
1. Pengertian Distribusi Obat

2. Tujuan Distribusi Obat

3. Pekerjaan Kefarmasian dalam


Industri Obat

4. Fasilitas Distribusi Obat

5. Pengertian Pedagang Besar


Farmasi

6. Cara Distribusi Obat yang baik


NAME OF THE PHARMACY

DISTRIBUSI OBAT
Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta
tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan.
Secara umum distribusi obat merupakan suatu proses pemindahan barang
dari suatu tempat ke tempat lain seperti: 
1. Pemindahan dari supplier kegudangpabrik (GP)
2. Pemindahan dari gudang pabrik (GP)ke unit produksi atau pemakai
3. Pemindahan produk dari unit produksi kegudang pabrik (GP)
4. Pemindahan dari gudang pabrik (GP)ke gudang cabang pabrik(GCP)
5. Pemindahan gudang pabrik (GP)gudang cabang pabrik (GCP) kegudang
distributor (GD)
6. Pemindahan gudang distributor (GD)kegudang cabang distributor (GCD)
7. Pemindahan gudang distributor (GD)gudang cabang distributor (GCD)
kepengencer 
8. Pemindahan dari pengencer ke konsumen
MENURUT PARA AHLI

Menurut para ahli Pengertian distribusi adalah:

1.Kegiatan memindahkan produk dari sumber ke konsumen akhir


dengan saluran distribusi pada waktu yang tepat (Assauri, 2004)

2. Arti distribusi adalah aktivitas menyalurkan atau mengirimkan


barang dan jasa supaya sampai hingga konsumen akhir
(Soekartawi, 2001).

3. Definisi distribusi adalah saluran pemasaran yang dipakai oleh


pembuat produk untuk mengirimkan produknya keindustri atau
konsumen. Lembaga yang terdapat pada saluran distribusi adalah
produsen, distributor, konsumen atau industri (BasuSwastha, 2002).
TUJUAN DISTRIBUSI OBAT
1. Menyalurkan produk dari produsen ke
konsumen
2. Mempertahankan dan mengembangkan
kualitas produksi
3. Menjaga stabilitas perusahaan
4. Sebagai pemerataan perolehan produk di
setiap wilayah
5. Peningkatan nilai barang dan jasa
6. Supaya proses produksi merata
7. Mempertahankan kontinuitas proses produksi
8. Menjaga stabilitas harga barang dan jasa
PEKERJAAN KEFARMASIAN DALAM DISTRIBUSI
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi : OBAT

1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi


2. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
3. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
4. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 Tahun 2009 Pasal 14 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian Dalam Distribusi:

1.Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus memiliki seorang
Apoteker sebagai Penanggungjawab.
2. Apoteker sebagai penanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu oleh
Apoteker Pendamping atau Tenaga Teknis Kefarmasian
3.Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksaan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi
atau Penyaluran Sediaan Farmasi sebagai dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
No 51 Tahun 2009 Pasal 15

“Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi yang
Baik yang ditetapkan oleh Menteri.”
 
No 51 Tahun 2009 Pasal 16

1. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 harus menetapkan StandarProsedur Operasional.
2. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus
menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
No 51 Tahun 2009 Pasal 17
“Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses distribusi atau
penyaluran SediaanFarmasi pada Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas
dan fungsinya.”
 
No 51 Tahun 2009 Pasal 18
“Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas
Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau penyaluran.”
FASILITAS OBAT
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 Tahun 2009 Pasal 1 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian Dalam Distribusii, Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah
sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu
Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.

Fasilitas pelayanan kefarmasian berupa :


1. Apotek 4. Kilinik
2. Instalasi farmasi rumah sakit 5. Toko Obat
3. Puskesmas 6. Praktek Bersama
 
No 51 Tahun 2009 Pasal 20
”Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan Tenaga Teknis Kefarmasian.”

No 51 Tahun 2009 Pasal 21


1. Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada fasilita spelayanan kefarmasian, Apoteker harus
menerapkan standar pelayanan kefarmasian
2. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarakan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
3. Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan Tenaga Teknis
Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi
wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menurut jenis Fasilitas Pelayanan Kefarmasian ditetapkan oleh Menteri.
5. Tata cara penempatan dan kewenangan Tenaga Teknis Kefarmasian di daerah terpencil sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur denganPeraturan Menteri.

No 51 Tahun 2009 Pasa l 22


“Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter gigi yang telah memiliki Surat
Tanda Registrasi mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
 
No 51 Tahun 2009 Pasal 23

1 . Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dmaksud dalamPasal 20 harus


menetapkan Standar Prosedur Operasional.
2. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan ketentuanperaturan, perundang-
undangan.
No 51 Tahun 2009 Pasal24
1. Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA;
2. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain
atas persetujuan dokter dan/ataupasien; dan
3. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 
No 51 Tahun 2009 pasal 25
1. Apotek er dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan
maupun perusahaan.
2. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian
harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
3. Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturanperundang-undangan.
 
No 51 Tahun 2009 pasal 26
1. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian sebagaimana dimaksud dalamPasal 19 huruf e dilaksanakan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian yang memiliki STRTTK sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Dalam menjalankan praktek kefarmasian di Toko Obat, Tenaga Teknis Kefarmasian harus menerapkan standar
pelayanan kefarmasian di Toko Obat.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Pelayanan Kefarmasian di Toko Obat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan standar pelayanan kefarmasian di toko obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.
PENGERTIAN PEDAGANG BESAR FARMSI
Pedagang Besar Farmasi adalah suatu usaha berbentuk badan hukum yang memiliki izi n untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/ MENKES/ PER/ VI/ 2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi yang dimaksud dengan Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izinuntuk pengadaan, penyimpanan, penyaluranobat
atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berikut adalah sebagai tugas-tugasP edagang Besar Farmasi (PBF) :


1. Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang meliputi obat, bahan obat, dan alat kesehatan.
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi kesarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
meliputi :apotek, rumahsakit, toko obatberizin dan saranapelayanankesehatanmasyarakat lain serta PBF lainnya.
3. Membuat laporan dengan lengkap setiappengadaan, penyimpanan, penyaluran, perbekalan farmasi sehingga
dapat di pertanggungjawabkan setiap dilakukan pemeriksaan. Untuk toko obat berizin, pendistribusian obat
hanya pada obat-obatan golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, sedang kan untuk Apotek, rumah sakit
dan PBF lain melakukan pendistribusian obatbebas, obatbebas terbatas, obat keras dan obat keras tertentu.
CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah cara distribusi/penyaluran obat, bahan obat
yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan
dan tujuan penggunaannya. Tujuan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah untuk
menjamin dan memastikan bahwa distribusi/penyaluran obat/bahan sesuai dengan persyaratan
dan tujuan penggunaannya.

Tujuan Distribusi Obat yaitu :

1. Terlaksananya pengiriman obat secara teratur dan meratas ehingga dapat diper oleh pada saat
dibutuhkan 
2. Terjamin kecukupan dan terpelihara efisiensi penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan 
3. Terlaksana pemerataan kecukupan obatsesuai kebutuhan pelayanan dan program Kesehatan
 
 
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai