Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI

MENGETAHUI SISTEM MANAJEMEN MATERIAL DAN FUNGSI


KOMPONEN

Dosen Pengampu :
Apt. Atika Jaya Rani, M.Farm

DISUSUN OLEH :

Rangga Adliano Pratama (16210100005)


Adinda Maryam Putri R. (16210000018)
Fia Dianti Oktaviani (16210000010)
Ismayona (16210000006)
Salsabila Anura Zahrani (16210000015)
M Kiki Baehaki (16210000016)
Wafda Nur Azizah (16210000012)
Dewi Gracia Yuyun M (16210000005)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Mengetahui Sistem Manajemen Material dan Fungsi Komponen”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Jakarta, Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian CSSD.....................................................................................3
B. Alat dan Fasilitas CSSD..........................................................................4
C. Bahan dan Alkes CSSD...........................................................................6
D. Macam Sterilisasi...................................................................................7
E. Pencegahan Infeksi Nosocomial............................................................10
F. Ruang Lingkup Produksi.......................................................................11
G. Macam Produksi di IFRS.......................................................................11
H. Manajemen Farmasi di Apotek..............................................................13
I. Cara Pendirian Apotek...........................................................................15
J. Penjelasan Isi Proposal Studi Kelayakan...............................................17
K. Membuat Studi Kelayakan Bisnis..........................................................25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................27
B. Saran.........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................28

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Siklus CSSD.......................................................................................4
Gambar 2. Washer Desinfector............................................................................4
Gambar 3. Steam Sterilizer..................................................................................5
Gambar 4. Ethylene Oxide...................................................................................5
Gambar 5. Hydrogen Peroxide Plasma Sterilization............................................6
Gambar 6. Sterilisasi Panas Basah.......................................................................8
Gambar 7. Sterilisasi Panas Kering......................................................................8
Gambar 8. Sterilisasi Dengan Penyinaran............................................................9
Gambar 9. Penyaringan Cairan.............................................................................9
Gambar 10. Siklus Manajemen Farmasi di Apotek.............................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen material adalah suatu fungsi yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan perencanaan (planning), pencarian sumber (sourcing),
pembelian (purchasing), penyimpanan (storing) dan pengendalian (controlling)
material secara optimal sehingga dapat memenuhi  kebutuhan pelanggan.
Manajemen Material juga dapat diartikan sebagai teknik ilmiah yang berkaitan
dengan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian aliran bahan mulai dari
pembelian awal hingga tiba di tempat tujuannya. Salah satu unsur terpenting
dalam Sistem Produksi adalah Material. Tanpa Material, Produksi tidak mungkin
dapat menghasilkan barang jadi atau produk akhir yang diinginkan. 
Material atau sering juga disebut dengan Bahan pada dasarnya adalah benda
yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu, contohnya untuk membuat barang jadi
baju kemeja diperlukan material seperti kain, benang dan kancing sedangkan
untuk memproduksi Ponsel diperlukan bahan baku atau material adalah
komponen-komponen elektronika seperti Transistor, IC, Resistor, LCD dan lain
sebagainya. Di Sistem Produksi, Material merupakan masukan atau Input yang
digunakan untuk mengolah menjadi barang jadi, Material yang dimaksud disini
dapat berupa bahan mentah ataupun bahan yang telah diproses sebelum digunakan
untuk proses produksi lebih lanjut. Dalam perusahaan manufakturing, Material
perlu ditangani secara profesional agar dapat memberikan kontribusi yang paling
optimal kepada perusahaannya. Cabang Ilmu Manajemen yang menangani
Material dalam sebuah perusahaan disebut dengan Manajemen Material.
Ruang linkup pemasok atau SCM (Supply Chain Management) adalah
modifikasi praktik tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke
arah koordinasi dan kemitraan antar pihak–pihak yang terlibat dalam pengelolaan
aliran informasi dalam produk tersebut. SCM adalah mata rantai dimana dari

1
berbagai pemasok kemudian masuk ke pabrikan, grosir, distributor, sampai ke
tangan konsumen. Keunggulan kompetitif SCM adalah bagaimana perusahaan
mampu mengelola aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply. Dengan
kata lain model SCM mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan
produksi dan distribusi suatu perusahaan dapat bekerja bersama–sama untuk
memenuhi tuntutan konsumen.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai Sistem Manajemen material fungsi komponen.
2. Untuk mengetahui lingkup pembelian pemasok dan traspotasi material.
3. Untuk Mengetahui cara transportasi kuantitatif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Manajemen material


Sistem manajemen material adalah kegiatan mengelola material atau bahan
untuk produksi, mulai dari awal, pemroresan, sampai akhirnya menjadi produk jadi
yang siap dikirimkan kepada pelanggan. Manajemen material merupakan sistem
manajemen yang berkaitan dengan bahan baku atau material produksi, yang
termasuk pada perencanaan, pengaturan, pembelian dan penyimpanan bahan baku.
Seorang ahli bernama Bell mengatakan, manajemen material didefinisikan sebagai
suatu sistem manajemen yang diperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan
kualitas, jumlah material, dan penempatan peralatan yang tepat waktu, harga yang
baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 1. Pendekatan Sistem Manajemen Material

Fungsi dan kegunaan manajemen material:


Lim and Pheng (1992) menyatakan fungsi dari manajemen material:
1. Mengurangi risiko kekurangan bahan
2. Mengantisipasi ketidakpastian dalam perencanaan material
3. Mengurangi faktor ketergantungan kepada pemasok
4. Meningkatkan keuntungan perusahaan
Heinritz (1991) menyatakan keuntungan penggunaan manajemen material:
1. Pengontrolan dan persediaan menjadi lebih mudah dan sederhana
2. Pekerjaan dibidang administrasi berkurang banyak
3. Berbagai permasalahan dari jadwal pengiriman, permintaan darurat dan
penyimpanan dapat diminimalkan.
3
Handoko (1994) menyatakan bahwa manajemen material ditunjukan untuk
mendukung agar dapat menjamin penyelesaian pelaksanaan material secara
efektif dan efisien. Adapun tujuan dari manajemen material meliputi:
1. Pembelian dengan harga yang baik
Manajemen material bertujuan membeli material dengan harga yang baik.
Dimana harga yang baik itu tidak selalu harga yang murah dipasaran. Harga
tersebut adalah harga yang sudah termasuk diskon dan transport.
2. Persediaan material
Material yang datang pada saat yang tepat dengan jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan rencana biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Kelancaran pengiriman
Kelanacaran pengiriman menyangkut pada aktifitas pekerjaan yang
berhubungan langsung dengan waktu dan biaya.
4. Hubungan dengan pemasok
Melakukan hubungan yang baik dengan pemasok akan memberikan
peningkatan pelayanan pada kontraktor
5. Penyimpanan material
Penyimpanan material ini merupakan suatu kegiatan untuk melakukan
pengaturan persediaan material di tempat penyimpanan. Penerimaan
material haruslah sesuai dengan spesifikasi pesanan yang telah ditentukan.
6. Pemakaian material
Pada dasarnya pemakaian material yang dibutuhkan dapat dipenuhi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan
7. Jenis dan kualitas material
Banyak hal yang biasa terjadi pada saat pengiriman material oleh pemasok,
antara lain tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan banyak
terjadi kerusakan material. Maka tugas manajemen material adalah untuk
dapat menentukan kualitas pemasok
8. Sistem administrasi
Menyediakan pelayanan administrasi logistik yang efektif dan efisien.
4
B. Ruang Lingkup Manajemen Material
Mengenai ruang lingkup dari Manajemen Material yaitu meliputi Perencanaan
dan Pengendalian Material, Pembelian, Manajemen Penyimpanan dan
Manajemen Persediaan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa ruang
lingkup Manajemen Material :
1. Perencanaan dan Pengendalian Material (Material Planning and Control)
Ruang Lingkup Manajemen Material pertama adalah Perencanaan dan
Pengendalian Material. Material yang dibutuhkan akan direncanakan dan
dikendalikan berdasarkan Sales Forecast atau Perkiraan Penjualan dan
Perencanaan Produksi (Production Planning). Perencanaan dan Pengendalian
Material ini melibatkan perkiraan kebutuhan setiap material, menyiapkan
anggaran material, meramalkan tingkat persediaan, menjadwalkan
pemesanan material dan melakukan pemantauan kinerjanya yang
berhubungan dengan produksi dan penjualan. Berikut ini adalah beberapa
tujuan penerapannya :
 Mengurangi jumlah persediaan : Dapat menentukan jumlah
komponen/bahan baku yang dibutuhkan dan kapan komponen/bahan
baku tersebut dibutuhkan untuk suatu Jadwal Produksi Induk (Master
Produksi Schedule). Dengan demikian, perusahaan manufaktur yang
bersangkutan hanya perlu membeli material (komponen/bahan baku)
tersebut pada saat dibutuhkan saja sehingga dapat menghindari
kelebihan persedian material.
 Mengurangi waktu tenggang (lead time) produksi dan pengiriman ke
pelanggan : Mengidentifikasikan jumlah dan waktu material yang
dibutuhkan sehingga pihak purchasing (pembelian) dapat melakukan
tindakan yang tepat untuk memenuhi batas waktu yang ditetapkan.
Dengan demikian dapat membantu untuk menghindari keterlambatan
produksi yang dikarenakan oleh material.

5
 Komitmen pengiriman yang realistis kepada pelanggan : Pihak
Produksi dapat memberikan informasi yang cepat terhadap
kemungkinan waktu pengirimannya.
 Meningkatkan Efisiensi Operasi : Setiap unit kerja dapat terkordinasi
dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional setiap
unit kerja pada perusahaan.

Gambar 2. Perencanaan Material

2. Pembelian (Purchasing)
Ruang Lingkup Pembelian atau Purchasing meliputi pemilihan sumber
pasokan, melakukan pembelian melalui penerbitan Purchase Order (PO),
mengikuti perkembangan pembelian tersebut hingga material tersebut tiba di
tempat tujuannya, menjaga hubungan baik dengan para pemasok, menyetujui
pembayaran kepada pemasok, mengevaluasi dan menilai kinerja setiap
pemasok. Langkah pertama dalam proses Purchasing adalah mengerti dan
memahami kebutuhan dari pihak yang membutuhkan barang dan jasa
tersebut. Pihak atau bagian yang membutuhkan tersebut akan mengajukan
permintaan pemesanan atau pembelian dengan dokumen tertulis seperti
Purchase Requisition Form (Formulir Permintaan Pembelian) yang telah
disetujui oleh kepala bagian ataupun Manajer terkait. Formulir Permintaan
Pembelian harus tertera jelas mengenai barang yang diinginkan seperti
spesifikasi material, jumlah yang diinginkan, tanggal diperlukan dan
pemasok yang disarankan.
 Pemilihan Pemasok
6
Proses pemilihan Pemasok atau Supplier biasanya terdiri dari dua
aspek dasar, yaitu melakukan pencarian terhadap semua pemasok
potensial dan membuat daftar semua pemasok yang telah
diidentifikasi. Informasi-informasi mengenai Pemasok pada
umumnya bisa didapatkan dari beberapa sumber seperti direktori
perdagangan, iklan, email rekomendasi diri dari pemasok itu sendiri,
menghadiri pameran, partisipasi di konvensi industri ataupun saran
dari asosiasi dan forum bisnis. Semakin banyak sumber yang kita
identifikasikan dapat membantu kita dalam menentukan pemasok
mana yang paling tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
pemasok adalah harga bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam
mendapatkan Pemasok yang tepat. Karena selain harga, beberapa
poin penting yang harus dipertimbangkan seperti kemampuan dalam
menyediakan jumlah yang dibutuhkan, kualitas produk yang
dibutuhkan, kemampuan finansial perusahaan pemasok dan lain
sebagainya. Jika semua poin yang disebutkan sama, maka Hargalah
yang menjadi penentu dalam pemilihan Pemasok.
 Melakukan Pemesanan
Setelah menetapkan Pemasok/Supplier mana yang dipilih, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pemesanan atau dalam
industri biasanya disebut dengan “Purchase Order” atau “PO”.
Purchase Order pada dasarnya adalah sebuah dokumen yang
dikirimkan ke Pemasok untuk memasokan barang atau jasa yang
dibutuhkan. Pada umumnya, dokumen atau surat Purchase Order
(PO) terdiri dari 6 salinan, masing-masing salinan tersebut dituju
kepada Pemasok, pihak pemohon (requestor), Petugas Gudang,
bagian akuntansi, bagian inspeksi dan satu salinan lagi untuk bagian
Purchasing sendiri sebagai arsip.
 Menindaklanjuti dan memantau perkembangan Pesanan

7
Setelah melakukan Pemesanan dan Pemasok telah mengetahui apa
yang dibutuhkan, maka prosedur Purchasing selanjutnya adalah
melakukan pemantauan perkembangan pesanan tersebut atau
biasanya disebut dengan “Follow-up” di Industri. Prosedur ini
diperlukan agar Pemasok dapat menyediakan serta mengirimkan
barang atau jasa yang dibutuhkan tersebut tepat pada waktu dan
jumlah yang dijanjikan. Petugas Purchasing biasanya akan
menanyakan ke Pemasok mengenai perkembangan barang dan jasa
yang dibutuhkan tersebut melalui Email, telepon atau kunjungan
langsung ke kantor/pabrik pemasok.
 Penerimaan Barang dan Pemeriksaan
Bagian Penerimaan akan menerima barang yang dipasok oleh
Pemasok dan mencocokan jumlah dengan dokumen Purchase Order.
Bagian Purchasing akan diberitahukan tentang ketibaan barang
tersebut dan juga hasil dari pemeriksaannya.
 Pembayaran Faktur
Setelah barang yang dipesan tersebut diterima dengan kondisi yang
memuaskan dan sesuai dengan permintaan, Faktur tagihan akan
diperiksa sebelum disetujui. Setelah Faktur diperiksa dan disetujui
maka pembayaran pun dilakukan sesuai dengan perjanjian yang
ditetapkan.
 Pemiliharaan Dokumen Pembelian
Sebagian besar pembelian di perusahaan Industri merupakan
pembelian yang berulang atau Repeat Order. Oleh karena itu,
dokumen-dokumen penting pada pembelian sebelumnya merupakan
panduan untuk pembelian selanjutnya. Dari Dokumen-dokumen
tersebut, Petugas Purchasing ataupun Manajemen dapat lebih jelas
mengetahui pemasok mana yang baik dan tepat untuk pemesanan
atau pembelian pada masa yang akan datang.
 Memelihara dan Menjaga hubungan dengan Pemasok
8
Hubungan antara Perusahaan yang bersangkutan dengan Pemasok
harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Hubungan ini harus dijalin
dalam bentuk saling percaya dan itikad baik untuk saling membantu
dan menghargai. Hubungan baik akan bermanfaat dan
menguntungkan kedua pihak baik bagi pembeli maupun pemasok.
3. Manajemen Penyimpanan (Store Management)
Manajemen Penyimpanan atau Store Management meliputi pengawasan dan
pengendalian material secara fisik, menjaga dan merawat wilayah atau
tempat penyimpanan, meminimalisasi keusangan dan kerusakan material
melalui penanganan yang efisien, mencatat jumlah persediaan dan
menempatkan material pada tempat yang sesuai. Manajemen Penyimpanan
ini juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi terhadap kondisi dan
jumlah material secara fisik serta mencocokannya dengan jumlah yang
tercatat di pembukuan. Store atau Penyimpanan ini memegang peranan yang
sangat penting dalam sebuah perusahaan Manufakturing.
4. Manajemen Persediaan (Inventory Management)
Dalam Sistem Produksi, Inventory atau Persediaan diartikan sebagai sumber
daya yang menganggur (idle resource) pada suatu perusahaan. Persediaan
dapat berupa barang-barang jadi yang disimpan dan siap untuk dijual ataupun
barang-barang setengah jadi yang akan menjalankan proses selanjutnya
maupun yang masih berbentuk bahan mentah. Interval waktu dari pembelian
material hingga ditransformasikan menjadi barang jadi yang siap untuk dijual
akan bervariasi pada setiap perusahaan tergantung pada siklus waktu
produksinya. Oleh karena itu, diperlukannya jumlah persediaan material
yang cukup untuk dijadikan sebagai buffer atau penyangga agar produksi
dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan yang dikarenakan
kekurangan material. Salah satu metode pengendalian persediaan yang sering
digunakan adalah metode pengendalian persediaan Just In Time atau JIT.

9
C. Fungsi Komponen
Fungsi komponen dari manajemen material yang baik menurut Bell dan Stukhart
(1986) adalah:
1. Naiknya produktifitas, pekerja dapat merencanakan pekerjaan mereka,
komponen material dapat diperoleh saat dibutuhkan, dan pekerjaan ulang
(rework) dapat diminimalkan.
2. Mengurangi pemesanan yang berlebihan.
3. Meningkatkan kinerja pensuplai komponen material saat pengiriman,
kualitas dan penghematan biaya.
4. Meningkatkan kemampuan untuk memenuhi jadwal pelaksanaan.
5. Mengurangi kemungkinan komponen material yang ditolak (kualitas tidak
memenuhi syarat/spesifikasi atau salah memilih komponen material).

D. Lingkup Pembelian
Pembelian pada siklus pengeluaran menjadi beberapa aktifitas yaitu aktifitas
pertama dalam subsistem pembelian adalah memesan persediaan atau
perlengkapan. Proses ini diawali dengan adanya permintaan pembelian dari unit
tertentu ke unit yang bertanggung jawab terhadap pemesanan pembelian.
Permintaan pembelian ini dapat dilakukan setelah adanya pengecekan dalam
data persediaan, apakah barang atau jasa tersebut telah mencapai titik pemesanan
kembali atau memang benar dibutuhkan dalam operasional perusahaan.
Setelah adanya permintaan pembelian, maka unit yang menangani
pemesanan pembelian harus membuat keputusan penting, yaitu menentukan
pemasok. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah harga, kualitas
bahan baku dan keandalan dalam melakukan pengiriman. Untuk membantu
dalam pemilihan, biasanya perusahaan mempunyai data referensi dan riwayat
pemasok. Proses selanjutnya dalam aktivitas pemesanan adalah membuat
pesanan pembelian yang dicatat dalam data pemesanan. Sering kali, beberapa
pesanan pembelian dibuat untuk memenuhi satu permintaan pembelian. Seiring
dengan data pemesanan direkam, perusahaan juga menambahkan kuantitas yang
10
dipesan dalam data persediaan. Perusahaan kemudian memasukkan informasi
mengenai pemasok yang terpilih, seperti alamat dan nomor telepon pada data
pemasok. Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian
besar perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling memakan biaya.
Pembelian berarti perolehan barang atau jasa. Kegiatan pembelian adalah salah
satu tugas bagian pengadaan barang (procurement) yang paling rutin dilakukan.
Pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan
margin kontribusi.
Ruang lingkup pembelian (purchasing) meliputi :
1 pemilihan sumber pasokan
2. melakukan pembelian melalui penerbitan Purchase Order (PO)
3. mengikuti perkembangan pembelian tersebut hingga material tersebut
tiba di tempat tujuannya
4. menjaga hubungan baik dengan para pemasok
5. menyetujui pembayaran kepada pemasok
6. mengevaluasi
7. menilai kinerja setiap pemasok
Tujuan utama dari pembelian material dan komponen adalah (Gasperz, 2004
dikutip oleh Anggela, 2012):
1. Mempertahankan kontinuitas dari supplier agar sesuai dengan jadwal
2. Memberikan material dan komponen yang memenuhi atau tingkat kualitas
yang ditetapkan kepada bagian produksi untuk diproses menjadi produk akhir
guna memenuhi permintaan dari pelanggan.
3. Memperoleh item-item yang dibutuhkan pada ongkos yang serendah mungkin
tetapi masih tetap konsisten dengan kebutuhan kualitas, waktu penyerahan, dan
performansi lainnya.
Sedangkan tujuan dari kegiatan pembelian adalah (Render dan Heizer, 2001
Anggela, 2012):
1. Membantu mengindetifikasi produk atau jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal
11
2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan supplier, harga dan
pengiriman yang terbaik bagi barang atau jasa tersebut.

E. Pemasok
Manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam
rangka memperoleh bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses atau barang
setengah jadi dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen
melalui sistem distribusi. Rantai pasok juga suatu pendekatan yang digunakan untuk
mencapai proses yang efisien dari supplier (pemasok), manufacturer (pabrik),
distributor (distribusi), retailer (pengecer) dan customer (pelanggan). Artinya barang
diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat dan pada tempat yang tepat
dengan tujuan mencapai biaya dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga
mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan

1. Supplier
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan
mulai. Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah,
bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.
2. Manufacturer
Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang
merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk

12
melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost
dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
3. Distribution
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan,
dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang
merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Retail Outlets
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets).
Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil
produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak
dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5. Customer
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam
konteks ini sebagai end-user.

Contoh siklus pasok pada obat terlihat pada gambar

13
Diagram alir prosedur seleksi, evaluasi dan audit pemasok

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kho,Budhi.2016.Ilmu Management Industri,Pengertian Manajemen Material


dan Ruang Lingkupnya:Jakarta. link:
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-manajemen-material-ruang-
lingkup-material-management/
2. Lumbantoruan, Magdalena (1992). Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan
Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.

3. SS,Edison,2013,Management Material.Universitas Trisakti;Jakarta

4. Taurany, M Hendrik. 2007. Bahan kuliah Seminar Manajemen Rumah Sakit.


Depok: Universitas Indonesia.

5. Suwondo, Chandra (2013). manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta Barat:


halaman Moeka Publishing. ISBN 9786022690177.

15
16

Anda mungkin juga menyukai