Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH START-UP BISNIS

KONSEP DASAR DAN APLIKASI MANAJEMEN OPERASIONAL

Dosen Pengampu :
Dwi Hari Laksana, S.E.,M.M.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Sella Anjelita Diah Cahyani (141210327)


Ryan Putra Nuryawan (141210328)
Maisando Mulya Dharma (141210331)
Bevando Pangea Prawiratama (141210332)
Annisa Amanda Putri Handoko (141210347)
Ilham Eka Prakosya (141210356)
Amira Eka Damayanti (141210368)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Start-Up Bisnis ini dengan judul “Konsep Dasar dan Aplikasi
Manajemen Operasi”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Dwi Hari Laksana,
S.E.,M.M. pada mata kuliah Start-Up Bisnis di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dwi Hari Laksana, S.E.,M.M. selaku
dosen mata kuliah Start-Up Bisnis. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat membantu menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 17 Maret 2024

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................5
C. Tujuan………………………………………………………………………………………….5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Manajemen Operasional................................................................................ 6
B. Tujuan Manajemen Operasional...................................................................................... 6
C. Perbedaan Operasi Barang dan Jasa................................................................................ 8
D. Proses Produksi............................................................................................................... 8
E. Jenis Proses Produksi.....................................................................................................10
F. Pengertian Rantai Nilai………………………………………………………………………..10
G. Pengelompokan Rantai Nilai……………………………………………………………….11
H. Strategi Proses Rantai Nilai & Proses Rantai Nilai.......................................................12
I. Pengertian Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan......................................... 14
J. Bidang Utama dalam Pembuatan Keputusan Rantai Pasokan........................................14
K. Strategi dan Proses Manajemen Rantai Pasokan...........................................................16
BAB III.................................................................................................................................... 19
PENUTUPAN......................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal
dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai
efisiensi mutu, waktu dan biaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Juarti, 2008). Dalam
penelitian yang dilakukan Vrijhoef (1999) dijelaskan bahwa pada dasarnya di dalam
suatu rantai pasok terdapat keterlibatan berbagai pihak mulai dari hubungan hulu
(upstream) hingga ke hilir (downstream), dalam proses dan kegiatan yang berbeda
untuk menghasilkan barang dan jasa yang bernilai hingga sampai kepada pelanggan
terakhir. Sehingga keterlibatan dari berbagai pihak tersebut akan membentuk suatu
pola hubungan yang menempatkan suatu pihak sebagai salah satu mata rantai dalam
suatu rangkaian rantai proses produksi yang menghasilkan produk konstruksi. Karena
adanya keterlibatan berbagai pihak dengan keahlian dan kepentingan yang
berbeda-beda tersebut menunjukkan terpecah-pecahnya suatu pekerjaan konstruksi ke
dalam beberapa paket pekerjaan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berbeda
sehingga dalam suatu pola rantai pasok tersebut terjadi beberapa permasalahan,
seperti meningkatnya biaya pelaksanaan, terjadinya keterlambatan, terjadinya konflik
dan 1 perselisihan, sehingga mengakibatkan industri konstruksi dikenal sebagai
industri yang tidak efisien (Tucker et al., 2001).
Semakin pendek, dan harapan pelanggan terhadap produk dan jasa yang
semakin tinggi, akan memaksa perusahaan untuk lebih mengutamakan perhatian
dalam rantai persediaan mereka untuk mencapai keunggulan kompetitif yang dapat
menunjang kelangsungan bisnisnya. Bersamaan dengan itu, teknologi transportasi dan
komunikasi terus berkembang pesat, misalnya: mobile communication, internet dll,
telah mendorong terjadinya evolusi yang berkelanjutan menyangkut rantai persediaan
dan teknik yang berkaitan dengan manajemen pengaturannya.
Di dalam suatu rantai produk riil, bahan baku diperoleh dan diproduksi dalam
fasilitas pengolahan, kemudian mengirimkan ke gudang penyimpanan (finished goods
warehouse) dan kemudian mengirimkan ke pelanggan (customer) atau pengecer
(retailer). Sebagai konsekuensi, untuk mengurangi harga dan meningkatkan kualitas
pelayanan, strategi rantai persediaan secara efektif harus mempertimbangkan interaksi

4
di berbagai tingkatan di dalam rantai persediaan yang terjadi. Rantai persediaan juga
dikenal sebagai jaringan logistik, terdiri dari para penyalur, pusat pabrikasi atau
manufaktur, gudang, pusatdistribusi, dan toko pengecer, seperti halnya bahan baku,
persediaan barang setengah jadi (work in process inventory), dan produk jadi.
Manajemen rantai pasokan mempertimbangkan dengan saksama tiap-tiap fasilitas
yang berdampak signifikan dan berperan dalam membuat produk untuk dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen operasional ?
2. Apa tujuan dari manajemen operasional ?
3. Apa yang dimaksud dengan proses produksi ?
4. Apa saja jenis-jenis dari proses produksi ?
5. Apa yang dimaksud dengan rantai nilai ?
6. Bagaimana strategi rantai nilai dan rantai pasokan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen operasi, rantai nilai, dan rantai
pasokan.
2. Untuk mengetahui strategi dan proses rantai nilai.
3. Untuk mengetahui bidang utama dalam pembuatan keputusan rantai pasokan.
4. Untuk mengetahui perbedaan operasi barang dan jasa.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Operasional


Manajemen operasional adalah suatu bentuk dari pengelolaan yang menyeluruh dan
optimal pada sebuah masalah tenaga kerja, barang, mesin, peralatan, bahan baku, atau produk
apapun yang bisa dijadikan sebuah barang atas jasa yang bisa diperjual belikan. Kegiatan
yang merupakan tanggung jawab dari manajer operasional terhadap penghasilan produk dan
jasa, mengambil keputusan yang berhubungan dengan fungsi operasi dan sistem transformasi,
dan menimbangkan pengambilan keputusan dari fungsi operasi. Dalam pelaksanaan kegiatan
produksi perusahaan, diperlukan manajerial yang berguna untuk menerapkan
keputusan-keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber
daya dari kegiatan produksi. Kegiatan manajemen operasional di sektor barang dan jasa :
● Barang
Berupa manufaktur, pertanian, perkebunan, perikanan, berbagai pabrik pembuatan
produk barang, pertambangan, industri berat/ringan, konstruksi, otomotif, perumahan.
● Jasa
Berupa jasa professional, pendidikan, hukum, kesehatan, perdagangan, layanan
masyarakat, transportasi, perbankan, asuransi, hiburan, administrasi, real estate, jasa
perbaikan.

B. Tujuan Manajemen Operasional

1) Peningkatan efisiensi
Salah satu tujuan yang paling penting adalah efisiensi. Peningkatan efisiensi
dalam produksi digunakan untuk mencapai tujuan sesuai visi misi perusahaan tetapi
saling berkelanjutan. Namun, selain memiliki visi misi, pengetahuan yang baik akan
operasional sangatlah berguna. Tanpa pengetahuan yang baik, manajemen perusahaan
tak akan mampu mencapai tujuan dengan seefisien mungkin.

2) Peningkatan efektifitas produksi


Produktivitas perusahaan sangatlah penting. Manajemen operasi dan produksi
yang digunakan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh konsumen. Tidak hanya itu, peningkatan produktivitas dalam

6
bisnis juga dipengaruhi oleh sistem yang diterapkan. Ketika orang-orang dalam
perusahaan berhasil menerapkan produktivitas yang baik, perusahaan dapat
dikendalikan dengan baik sehingga dapat menghindari hal-hal yang kurang
menguntungkan. Bahkan produktivitas dapat mempercepat tujuan akhir untuk
memberikan manfaat dari segi tujuan.

3) Menekan biaya produksi


Menghemat biaya produksi barang atau jasa dalam perusahaan sangat
berpengaruh besar terhadap sisi ekonomis perusahaan. Seluruh kegiatan perusahaan
tidak boleh lepas dari keuangan dan pengeluaran serta pendapatan yang dihasilkan
selama periode tertentu. Pembengkakan biaya produksi bisa berdampak besar
terhadap sebuah perusahaan bahkan membuat perusahaan bangkrut. Karena itu,
penerapan operasional yang tepat dapat membantu perusahaan melacak pengeluaran
dan pendapatan sehingga terjadi keseimbangan ekonomis dalam bisnis.

4) Peningkatan kualitas produksi


Tidak hanya pada ekonomi dan produktivitas, perusahaan diwajibkan untuk
meningkatkan kualitas produk sesuai tujuan pasar dan produk yang sesuai.
Perusahaan dapat menyelidiki dan melakukan serangkaian riset pasar untuk mencari
tahu apa yang sedang dibutuhkan oleh pasar. Tidak hanya itu, dengan controlling atau
mengawasi, produk yang dihasilkan diharapkan tetap konsisten dari segi kualitas.
Produk yang memiliki kualitas tinggi mampu meningkatkan pendapatan dan
kepercayaan dari pelanggan

5) Pengurangan waktu proses


Inti dari tujuan ini adalah untuk mengurangi waktu dan proses produksi.
Dalam produksi barang atau jasa, perusahaan masih mempunyai waktu maksimum
produksi. Sayangnya, ada nggak ada waktu yang digunakan tidak sesuai dan terjadi
hal- hal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Karena itu, tujuan yang 5
manajemen diperlukan untuk mengontrol waktu yang digunakan untuk produksi dan
aktivitas lain. Tidak hanya itu operasional yang akan dilaksanakan dengan baik akan
bermanfaat untuk mengurangi waktu produksi

7
C. Perbedaan Operasi Barang dan Jasa
● Entitas, Barang adalah entitas nyata sedangkan jasa adalah tidak berwujud
● Kapasitas dan persediaan, Jasa dipandang sebagai produk yang tidak tahan lama, tidak
dapat disimpan sebagai persediaan untuk penggunaan dimasa datang. Sedangkan
barang dapat disimpan sebagai persediaan.
● Mutu, Jasa tidak berwujud sehingga tidak dapat dinilai mutunya.
● Penyebaran, Jasa sering disebarkan secara geografis dan diproduksi saat pelanggan
mengkonsumsinya. Sedangkan barang dapat memusatkan operasi karena produk
mereka dapat dikirim ke tujuan.
● Pemasaran dan operasi, Jasa dikonsumsi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Pada
barang pemasaran pemasaran dan operasi merupakan fungsi yang terpisah. Demikian
juga dengan produksi dan penjualan barang. Sehingga integrasi bidang pemasaran dan
operasi menjadi permasalahaan yang sulit bagi perusahaan penghasil barang.

D. Proses Produksi
Menurut Assauri (2008:35) pengertian proses produksi adalah cara, metode dan
teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada. Fungsi
Proses Produksi : Proses produksi pada hakekatnya berfungsi untuk pengubahan
(transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi produk lain yang mempunyai
nilai lebih tinggi atau dalam proses terjadi penambahan nilai.
● Input
Dalam sistem produksi terdapat beberapa input sebagai berikut:
1. Tenaga kerja. Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan
orang-orang yang terlibat dalam sistem produksi dianggap sebagai input
tenaga kerja.
2. Mesin. Untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi, maka sebuah sistem
produksi membutuhkan mesin.
3. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,
diperlukan material atau bahan baku.
4. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Fasilitas peralatan,
mesin produksi, bangunan pabrik, gudang dan lain-lain dianggap sebagai
barang modal.

8
5. Metoda. Aktivitas sistem produksi untuk mengubah material menjadi barang
jadi memerlukan teknologi. Teknologi tersebut harus bisa dioperasikan. Cara
untuk mengoperasikan teknologi disebut dengan metoda.
6. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainnya membutuhkan
energi untuk menjalankan aktivitas itu. Berbagai macam bahan bakar, minyak
pelumas, tenaga listrik, air untuk keperluan pabrik, dll, dianggap sebagai input
energi.
7. Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai input.
Berbagai macam informasi tentang: kebutuhan pelanggan, kuantitas
permintaan pasar, perilaku pesaing, dll, dianggap sebagai input informasi.
8. Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam lingkungan pasar
global yang sangat kompetitif membutuhkan: supervisi, perencanaan,
pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efektif untuk
meningkatkan performansi sistem itu secara terus menerus.

● Proses Transformasi
Proses transformasi dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai
integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin
atau peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk
agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
Contoh proses transformasi, bayangkan sebuah pabrik perakitan mobil yang
menggunakan bahan baku dalam bentuk parts dan komponen. Material ini secara
bersama-sama dengan peralatan modal, tenaga kerja, energi, informasi, manajerial,
dan lain-lain, ditransformasikan menjadi mobil. Hasil transformasi ini berupa sebuah
mobil. Suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila
penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah produk
sesuai dengan keinginan konsumen.
● Output
Output dari proses dalam sistem produksi dapat berupa barang atau jasa yang
disebut sebagai produk. Selain produk hasil output dari sebuah sistem produksi adalah
limbah dan informasi. Pengukuran karakteristik output sebaiknya mengacu kepada
kebutuhan pelanggan dalam pasar. Berikut ini beberapa contoh sistem produksi jasa
dan manufaktur.

9
E. Jenis Proses Produksi

Menurut Assauri (2008:105-106) mengungkapkan bahwa proses produksi dapat dibedakan atas
dua jenis, yaitu:
1. Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes)
Proses produksi yang terus-menerus adalah proses produksi yang dipersiapkan untuk
memproduksi produk dalam jangka waktu yang lama/panjang, tanpa mengalami perubahan
untuk jenis produk yang sama.
2. Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes)
Proses produksi yang terputus-putus adalah proses produksi yang menggunakan waktu yang
pendek dalam persiapan peralatan untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi
produk yang berganti-ganti.

Perbedaan pokok antara kedua proses ini adalah pada lamanya waktu set up peralatan produksi.
Proses produksi yang terus menerus tidak memerlukan waktu set up yang lama karena proses ini
memproduksi secara terus menerus untuk jenis produk yang sama, sedangkan proses produksi
terputus-putus memerlukan waktu yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai jenis
spesifikasi barang sesuai pesanan.

F. Pengertian Rantai Nilai


Value chain strategy atau rantai nilai adalah konsep aktivitas bisnis dalam penciptaan
produk atau layanan, mulai dari proses perancangan, proses produksi, distribusi ke
konsumen, hingga pelayanan setelah pemasaran
Rantai nilai (value chain) adalah berbagai aktivitas di dalam sebuah bisnis, saling
mendukung dan berkontribusi dalam menciptakan nilai bagi pelanggan. Konsep ini
menyediakan sebuah kerangka kerja untuk memvisualisasikan di area mana perusahaan
bisa menambahkan nilai dan bagaimana melakukannya. Jika sukses, itu bisa mengarah
pada keuntungan yang lebih tinggi. Perusahaan bisa meningkatkan nilai yang dirasakan
dan mengurangi konsumsi biaya yang terlibat.
Memuaskan pelanggan memerlukan dan melibatkan aktivitas penting. Misalnya,
perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen di pasar target.
Mereka kemudian mengembangkan bauran pemasaran yang sesuai.
Rantai nilai startup dapat dilihat sebagai langkah-langkah atau tahapan yang saling
terkait dan saling bergantung untuk menciptakan, mengirimkan, dan menghasilkan nilai
bagi pelanggan atau pengguna produk atau layanan startup. Setiap langkah dalam rantai
nilai memiliki peran penting dalam menjalankan operasional startup dan memastikan
produk atau layanan dapat diterima dengan baik di pasar

Pentingnya Rantai Nilai


Rantai nilai menyediakan sebuah kerangka kerja untuk mengembangkan strategi
penciptaan nilai dalam operasi perusahaan. Dua alasan mengapa menganalisisnya penting
bagi perusahaan.
Pertama, perusahaan bisa lebih fokus pada area kunci di mana penciptaan nilai bisa
dimaksimalkan. Itu mungkin terkait dengan menciptakan nilai tambah ke pelanggan,
membuat proses lebih efisien dan efektif, dan menghemat konsumsi sumber daya.

10
Kedua, perusahaan bisa terus menciptakan uang dalam jangka panjang. Aktivitas di
sepanjang rantai nilai berkontribusi terhadap kepuasan pelanggan, apakah itu secara
langsung atau tidak langsung. Sehingga, dengan terus memeriksa penciptaan nilai di
sepanjang rantai nilai, mereka bisa membuat pelanggan puas dan loyal. Kesuksesan dalam
melakukannya mengarah pada hubungan yang kuat dan menguntungkan dengan
pelanggan.
Oleh karena itu, Rantai nilai (value chain) sangat penting bagi startup karena
membantu mereka memahami bagaimana nilai diciptakan dan didistribusikan dalam
perusahaan mereka.

G. Pengelompokan Rantai Nilai

Dalam suatu bisnis, value chain akan membentuk suatu kerangka yang tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi dan juga menginventarisasi berbagai area fungsi bisnis. Pengelompokkan
ini dilakukan berdasarkan kegiatan utama dan juga pendampingan.
Dalam kegiatan utama dan pendampingan ini terdapat beberapa kategori yang bisa
dimasukkan, seperti logistik. Sedangkan untuk contoh kategori pendamping bisa dari
pengembangan teknologi. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
(1) Kegiatan Utama (Primary Activities) Kegiatan utama dalam value chain adalah seluruh
kegiatan bisnis yang mampu menciptakan nilai ataupun manfaat untuk para pelanggan dalam
menyajikan sesuatu yang mampu menunjukkan keistimewaan perusahaan di dalam pasar.
Kegiatan utama ini dinilai sebagai kegiatan yang penting dalam menjalankan bisnis.
Beberapa kegiatan perusahaan yang termasuk dalam kategori utama adalah sebagai berikut:
1. Inbound logistics, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan
penyimpanan, penerimaan dan juga menyebarkan produk.
2. Operation, yakni suatu kegiatan yang merubah produk bahan baku menjadi produk
akhir.
3. Outbound logistic, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan
menyebarkan produk ataupun jasa kepada pelanggan.
4. Marketing and sales, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran dan
juga penjualan seperti promosi, dll.
5. Service, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan menyediakan layanan agar bisa
lebih meningkatkan pemeliharaan suatu produk, seperti perawatan, perbaikan, dan
juga pelatihan.
(2) Kegiatan Pendukung (Support Activities) Kegiatan pendukung dalam value chain adalah
suatu kegiatan perusahaan yang bertujuan dalam memberikan aktivitas guna mencapai
kegiatan utama perusahaan. Dalam hal ini, kegiatan pendukung adalah penunjang dari
kegiatan utama, yang mana tanpa adanya kegiatan ini maka akan membuat kegiatan utama
menjadi kurang maksimal atau tidak bisa berjalan sama sekali.
Beberapa contoh kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pendukung adalah sebagai berikut:
1. Infrastruktur perusahaan (firm infrastructure), adalah suatu kegiatan yang berkaitan
dengan biaya dan juga aset yang berkaitan dengan manajemen umum, keuangan,
akuntansi, keamanan, dan juga keselamatan sistem informasi.
2. Manajemen sumber daya manusia (SDM) (human resources management), adalah
suatu kegiatan pelatihan, pengembangan, dan juga kompensasi untuk seluruh jenis
personel yang didalamnya termasuk mengembangkan tingkat keahlian pekerja.

11
3. Pengembangan teknologi (technology development), adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perbaikan proses, produk, pengembangan software, perancangan
alat, sistem telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, sampai membangun
dukungan sistem yang terkomputerisasi.
4. Pengadaan (procurement), adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan cara
mendapatkan sumber daya, seperti fungsi pembelian yang digunakan di dalam value
chain.

H. Strategi Proses Rantai Nilai & Proses Rantai Nilai

Suatu perusahaan yang ingin menerapkan value chain harus melakukan strategi
terlebih dahulu. Strategi ini sebagai rangkaian kegiatan yang lebih terkoordinir dan juga
lebih terintegrasi guna mendapatkan keunggulan bersaing. Strategi yang terdapat di dalam
value chain sendiri terdiri dari strategi keunggulan dalam bersaing, strategi keunggulan
biaya, dan strategi diferensiasi. Ketiga jenis strategi value chain adalah sebagai berikut:
1. Strategi Keunggulan Bersaing
Strategi keunggulan bersaing adalah suatu kemampuan pada perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan ekonomis terhadap laba yang bisa diperoleh oleh
kompetitor di pasar dalam industri yang sama. Keberhasilan suatu perusahaan ini bisa
diukur dengan daya saing strategis dan juga profitabilitas yang tinggi. Kedua hal
tersebut adalah hasil dari kemampuan perusahaan dalam hal menggunakan dan
mengembangkan kompetensinya untuk bersaing dalam pasar dengan para
kompetitornya. Perusahaan yang mempunyai keunggulan kompetitif ini berarti
mampu memahami adanya perubahan struktur di pasar dan memilih strategi
pemasaran yang lebih efektif.

2. Strategi Keunggulan Biaya


Harga jual, biaya, dan biaya lainnya akan menjadi pertimbangan pada setiap
perusahaan yang ingin menjual suatu barang ataupun jasa. Dari segi konsumen,
keunggulan biaya ini bisa dilihat dari sisi harga jual yang lebih murah untuk suatu
barang yang nilainya sama.
Strategi keunggulan biaya ini akan menjadi instrumen yang sangat penting
untuk menjadi juara di dalam persaingan pasar. Biaya akan menjadi hal yang penting
untuk menerapkan strategi selanjutnya, yaitu diferensiasi. Kenapa? Karena kompetitor
harus bisa mempertahankan posisi biaya dengan para kompetitor lainnya agar mereka
bisa tetap unggul.

12
Rata-rata, setiap perusahaan ingin lebih fokus pada biaya manufaktur dan
mengabaikan dampak biaya pada kegiatan lainnya, seperti pemasaran, infrastruktur,
dan juga layanan. Cara untuk menyiasatinya adalah perusahaan tersebut harus mampu
menawarkan produk dan juga fungsi yang bisa diterima oleh konsumen namun
dengan harga yang tetap mampu bersaing di level pasar.

3. Strategi Diferensiasi
Arti dari diferensiasi adalah berbeda. Di zaman seperti saat ini, perusahaan
yang hanya mengeluarkan produk yang sama dengan yang lain tentu tidak akan
terlihat menarik. Pun sama halnya dalam strategi bisnis, perusahaan bisa menerapkan
strategi ini secara efektif

Proses Rantai Nilai


1. Penelitian dan Pengembangan
Diterapkannya sistem ini akan lebih memudahkan perusahaan dalam
melakukan penelitian dan juga pengembangan produk barang atau jasa yang sudah
dipasarkan. Seperti perusahaan bisa melihat apakah produk yang sudah disebarkan di
pasar mampu bersaing dengan produk kompetitor atau tidak. Bila memang tidak,
contohnya karena harganya jauh lebih mahal dari kompetitor, maka Anda bisa
menerapkan strategi diferensiasi atau keunggulan produk agar harga tinggi yang
sudah di bandrol tidak diklaim terlalu mahal.

2. Desain Produk atau Jasa Hingga Proses


Suatu bisnis yang menerapkan value chain akan lebih terbantu dalam sisi
mendesain produk atau jasa hingga prosesnya agar bisa lebih mudah dijual di pasar.
Karena, dengan menggunakan sistem ini perusahaan akan mengetahui bahwa
produknya tidak hanya memberikan barang atau jasa yang berkualitas saja.

3. Produksi
Untuk fungsi yang satu ini sudah pasti sangat berkaitan dengan value chain.
Anda bisa menggunakan strategi value chain yang mampu meningkatkan produksi
dalam sisi jumlah dan juga efisiensi biaya. Seluruh strategi di dalam value chain bisa
diterapkan untuk tim produksi

13
4. Pemasaran dan Penjualan
Pemasaran dan juga penjualan adalah dua hal penting di dalam perusahaan
yang berkaitan dengan pendapatan penjualan produk barang atau jasa. Untuk itu,
value chain bisa diandalkan dalam proses pemasaran dan juga penjualan.
Dengan menerapkan strategi value chain, maka Anda bisa meningkatkan
peluang saing di pasar. Contoh sederhananya dengan strategi diferensiasi yang
diterapkan sejak merencanakan bisnis hingga produksi. Hal ini akan mempermudah
Anda dalam melanjutkan strategi ini oleh para divisi pemasaran dan juga penjualan.

I. Pengertian Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan

Rantai Pasokan adalah bentuk kerja sama dan koordinasi yang terdiri dari berbagai pihak
yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi permintaan konsumen.
Manajemen Rantai Pasokan adalah adalah kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan
pengendalian terhadap pengadaan, persediaan, dan pengiriman produk atau layanan pelanggan
yang mencakup administasi harian, operasi, logistik dan pengolahan informasi mulai dari
pelanggan hingga pemasok. Secara lebih sederhana, manajemen rantai pasokan adalah mekanisme
yang menghubungkan semua pihak terkait dan kegiatan yang terlibat dalam konversi bahan
mentah menjadi barang jadi. Pihak yang bersangkutan atau kegiatan yang dimaksud bertanggung
jawab untuk memberikan barang-barang hasil produksi kepada pelanggan pada waktu dan tempat
yang tepat dengan cara yang paling efisien.
Tujuan umum dari supply chain management ini adalah menyeimbangkan antara permintaan
dan juga penawaran agar lebih efektif dan juga efisien. Sejumlah masalah utama dalam rantai
pasokan ini berhubungan dengan penentuan tingkat outsourcing yang tepat, manajemen pengadaan
barang, manajemen pemasok, pengelola hubungan dengan pelanggan, identifikasi masalah dan
merespons masalah tersebut, yang terakhir adalah manajemen risiko. Tujuan strategis yang ingin
dicapai dari rantai pasokan adalah memenangkan persaingan minimal perusahaan bisa bertahan di
tengah persaingan pasar yang ketat. Oleh sebab itu jika menjadi pemenang dalam persaingan pasar
maka rantai pasokan tersebut harus mampu menyediakan produk dengan harga murah, berkualitas,
tepat waktu, dan juga lebih bervariasi.

J. Bidang Utama dalam Pembuatan Keputusan Rantai Pasokan

Perusahaan dalam rantai pasokan harus membuat keputusan individual dan bersama
dalam lima bidang utama, yaitu sebagai berikut (Hugos, 2011).
1. Produksi
Bidang produksi terkait jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: produk apa yang
diinginkan pasar? Berapa banyak yang harus diproduksi dan kapan? Kegiatan ini termasuk
penciptaan jadwal produksi induk yang terkait dengan kapasitas pabrik, penyeimbangan dan
penjadwalan, kontrol kualitas, dan pemeliharaan peralatan.

14
2. Persediaan
Permasalahan persediaan terkait jawaban dari pertanyaan berikut: persediaan apa saja yang
harus disimpan pada setiap tahap dalam rantai pasokan? Berapa banyak persediaan yang
harus disimpan sebagai bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi? Tujuan utama
dari persediaan adalah untuk berfungsi sebagai penyangga terhadap ketidakpastian rantai
pasokan. Namun, menyimpan persediaan dalam jumlah besar memerlukan biaya yang besar
pula. Sehingga isu pentingnya adalah berapa tingkat persediaan yang paling optimal dan
penentuan titik pemesanan ulang.

Terdapat beberapa jenis persediaan, yaitu:

- Bahan baku (raw materials): mata rantai pertama ada di pabrik pembuat bahan baku
ini, dan mata rantai terakhir ada di pabrik pembuat produk akhir (bukan di konsumen
akhir). Bahan baku ini di pabrik pembuat produk akhir digabung dengan bahan
penolong, dan dengan teknologi tertentu diolah menjadi bahan setengah jadi dan
bahan jadi.

- Barang setengah jadi (work in process product): permulaan mata rantai ada di pabrik
pembuat bahan jadi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahan setengah jadi adalah
hasil dari proses bahan baku. Bahan setengah jadi dapat langsung diproses di pabrik
yang sama menjadi bahan jadi, tetapi dapat juga dijual kepada konsumen sebagai
komoditas. Jadi, akhir dari mata 16 rantai akan sangat tergantung dari hal di atas, bisa
pendek dan bisa panjang. Akhir mata rantai ada di konsumen akhir pengguna atau
pembeli hasil produksi tersebut. Persediaan jenis ini adalah persediaan yang
digunakan untuk menunjang pabrik pembuat barang jadi tersebut, yaitu untuk
pemeliharaan, perbaikan, dan operasi peralatan pabriknya. Mata rantainya bermula
dari pabrik pembuat material MRO tadi dan berakhir di perusahaan pembuat barang
jadi tersebut, sebagai the final user (manufacturer).

- Barang komoditas (commodity): persediaan jenis ini adalah barang yang dibeli oleh
perusahaan tertentu sudah dalam bentuk barang jadi dan diperdagangkan, dalam arti
dijual kembali kepada konsumen. Di perusahaan tersebut, barang ini dapat diproses
lagi, misalnya diganti bungkusnya atau diperkecil kemasannya, tetapi dapat juga
dijual lagi langsung dalam bentuk asli seperti saat dibeli. Mata rantai persediaan jenis
ini bermula dari pabrik pembuat komoditas tersebut dan berakhir pada konsumen
akhir pengguna barang tersebut. Barang komoditas kadang-kadang juga disebut
resales commodities, karena memang barang tersebut dibeli untuk dijual lagi dengan
keuntungan tertentu.

- Barang proyek: persediaan jenis ini adalah material dan suku cadang yang
digunakan untuk membangun proyek tertentu, misalnya membuat pabrik baru

3. Lokasi

15
Permasalahan lokasi terkait dengan jawaban-jawaban pertanyaan berikut: Dimana lokasi
fasilitas untuk produksi dan penyimpanan persediaan? Dimana lokasi yang memerlukan biaya
paling efisien untuk produksi dan menyimpan persediaan? Apakah fasilitas yang sudah ada
saat ini masih dapat digunakan ataukah harus membangun fasilitas baru? Ketika
pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab melalui analisis yang tepat, maka dapat menentukan
jalur yang tepat pula untuk menyampaikan produk kepada konsumen.

4. Transportasi Permasalahan mengenai transportasi terkait dengan jawaban-jawaban


pertanyaan berikut: bagaimana persediaan dipindahkan dari satu lokasi rantai pasokan ke
lokasi 17 lain? Transportasi udara dan truk secara umum lebih cepat dan reliabel, namun
lebih mahal. Pengiriman melalui laut dan kereta api lebih murah, namun memerlukan waktu
transit yang lebih lama.

5. Informasi Permasalahan terkait informasi umumnya menyangkut jawaban dari pertanyaan


pertanyaan berikut: Seberapa banyak data harus dikumpulkan dan seberapa banyak informasi
dapat dibagikan? Informasi terkini dan akurat dapat membantu menciptakan koordinasi yang
lebih baik dan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan informasi yang baik dan tepat,
keputusan-keputusan strategik dapat diambil, apa yang diproduksi dan berapa banyak,
dimana lokasi produksi dan menyimpan persediaan, serta cara terbaik untuk
memindahkannya.

K. Strategi dan Proses Manajemen Rantai Pasokan


Strategi
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada
supplier yaitu adalah sebagai berikut:
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang
lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para
pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang
digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan.
Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada pemasok untuk
mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan, biaya, kualitas dan
pengiriman.
2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)
Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan
para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih
memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan
hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok

16
mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan
biaya produksi yang lebih rendah. Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti
partner besar, sehingga pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi
tawanan yang lainnya. Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang
dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang
pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama.
3. Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical
dapat berupa:
- Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada
sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja.
- Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada
konsumennya, misalnya Perusahaan mobil mengakuisisi dealer yang semula
sebagai distributornya.
4. Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli
dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara
financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi
bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya
dalam hubungan jangka panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai
mitra, menularkan keahlian tehnis dan kualitas produksi yang stabil kepada
perusahaan manufaktur. Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor
rantai dari pemasok yang lebih kecil.
5. Perusahaan Maya (Virtual Company)
Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk
memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan
organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya
perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung
berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya
meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, desain produk atau distribusinya.
Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, mitra sejati atau
kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk hubungannya diharapkan
akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang ramping. Keuntungan yang bisa

17
diperoleh diantaranya adalah: keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi
modal yang rendah, fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah
efisiensi.

Proses
Untuk dapat mengelola rantai pasokan perusahaan, ada beberapa proses yang harus
dilakukan, diantaranya adalah:
1. Pelanggan melakukan pesanan
Dalam sebuah bisnis manufaktur, khususnya perusahaan yang berorientasi pada
Original Equipment Manufacture, pelanggan merupakan mata rantai pertama.Proses
pengelolaan rantai pasok baru bisa dilakukan apabila pesanan dari pelanggan masuk
ke perusahaan.
2. Perencanaan
Dari pesanan pelanggan yang masuk, perusahaan mendapatkan informasi penting
seperti tanggal penerimaan produk, serta jumlah pesanan. Dari situ, dibuatlah sebuah
perencanaan produksi barang yang dipesan konsumen. Perencanaan yang dilakukan
meliputi bahan-bahan yang dibutuhkan dalam produksi, serta penjadwalannya.
3. Pembelian
Setelah rencana sudah jadi dan matang, departement purchasing melakukan pesanan
bahan baku dan bahan pendukung yang sudah direncanakan sebelumnya. Mereka
harus menetapkan jadwal penerimaan barang serta jumlah yang dibutuhkan.
4. Persediaan
Bahan baku dan bahan pendukung yang diterima harus melalui proses uji kualitas dan
ketetapan terlebih dahulu. Setelah itu, barang masuk ke dalam gudang.
5. Produksi
Proses manajemen rantai pasokan yang terakhir adalah produksi. Bahan mentah yang
sudah siap dikeluarkan dari gudang dan dimulailah proses produksi pesanan
pelanggan.

18
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Manajemen operasi dalam startup adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


untuk mengawasi, merancang, dan mengendalikan kegiatan produksi dan operasional
dalam startup. Dalam proses produksi dalam konteks startup merujuk pada
serangkaian langkah yang diambil untuk menghasilkan produk atau layanan yang
ditawarkan oleh startup. Proses produksi ini dapat melibatkan berbagai tahapan, mulai
dari desain produk atau layanan, prototyping, pengadaan bahan baku dan sumber daya
produksi, produksi massal, manajemen kualitas, logistik dan distribusi, pengelolaan
produksi, perbaikan berkelanjutan, pengendalian biaya, hingga inovasi produk atau
layanan.
Rantai nilai startup adalah serangkaian kegiatan atau proses yang dilakukan
oleh startup untuk menciptakan, menghadirkan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan atau pasar. Proses rantai nilai dalam startup dapat bervariasi tergantung
pada jenis industri, model bisnis, dan produk atau layanan yang ditawarkan oleh
startup tersebut. Sedangkan dalam Rantai pasokan atau supply chain dalam konteks
startup adalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan perolehan, pengelolaan, dan
pengendalian aliran barang, jasa, atau informasi dari pemasok ke produsen,
distributor, hingga pelanggan akhir dalam operasional startup. Rantai pasokan startup
melibatkan berbagai tahapan, mulai dari pengadaan bahan baku atau komponen,
produksi atau pengembangan produk atau layanan, distribusi, penjualan, hingga
pelayanan pelanggan.

19

Anda mungkin juga menyukai