Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT


“PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SCM”

Dosen Pengampu:
Dr. Ulfi Pristiana, M.Si.

Disusun Oleh:
1. Sofi Saadatul M. 1212100003
2. Ravi Keenan 1212100007
3. Achmad Rofi F. 121210019
4. Chrisna Dwi Setya 1212100033

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya


Tahun Ajaran 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas “Supply Chain Manaejemen” ini dengan baik serta
tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Perancangan Produk Baru dalam Perspektrif SCM” sangat
berarti untuk masyarakat dari mulai dini sampai sekarang. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini
sejarah manajemen sangat penting serta layak dijadikan sebagai makalah.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Perancangan Produk Baru dalam
Perspektif SCM. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan
kita jadi lebih luas lagi. Kami mohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ulfi Pristiana, M. Si.
Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Supply Chain Manajemen. Kepada pihak yang sudah menolong
dan turut andil dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami ucapkan banyak
terima kasih.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Time To Market Sebagai Keunggulan Pesaing.............................................................................3
2.2 Keterlibatan Supplier Dalam Perancangan Produk Baru............................................................4
2.3 Design for Supply Chain Management (SCM)..............................................................................5
2.4 Rancangan yang Mendukung Mass Customization......................................................................6
2.5 Design For Manufacturability........................................................................................................7
2.6 Efek Kesamaan Komponen.............................................................................................................8
2.7 Desain For Reverse Logistic............................................................................................................8
BAB 3.......................................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perspektif supply chain, perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang
sejajar dengan fungsi-fungsi lain seperti pengadaan material, produksi, dan distribusi. Menurut Fisher
(1997), fungsi supply chain pada dasarnya bisa dibedakan menjadi fungsi fisik dan fungsi mediasi pasar.
Kegiatan seperti pengadaan material, produksi, pergudangan, dan pengiriman 
termasuk dalamkelompok fungsi fisik,sedangkan dalam fungsi mediasi pasartermasuk aktivitas riset
pasar, perancangan produk, dan pelayanan purnajual. Kedua aktivitas ini membawa implikasi biaya-biaya
yang berbeda. Kegiatan fisik mengakibatkan biaya gudang, biaya produksi, biaya pengiriman dan
sebagainya, sedangkan kegiatan mediasi pasar mengakibatkan biaya-biaya riset pasar, perancangan
produk, biaya kelebihan atau kekurangan produk akibat kesalahan meramalkan permintaan.

Keinginan pelanggan yang beragam dan semakin tinggi serta persaingan yang ketat mendorong
perusahaan-perusahaan untuk semakin inovatif dalam menciptakan
produk baru. Menurut Handfield & Nichols (2002), sekitar 40%
Pendapatan perusahaan berasal dari produk baru yang diluncurkan setahun sebelumnya. Produk-produk
seperti kamera digital, telepon genggam, camcorder, computer, erta produk-produk fashion berkembang
sangat pesat di pasar, baik karena didorong oleh perkembangan kemampuan teknologi maupun karena
selera pelanggan yang selalu berubah. Selera konsumen yang dinamis disertai kemampuan supply chain
untuk mengantisipasinya mengakibatkan siklus hidup produk-produk inovatif menjadi semakin pendek.

Beberapa tahun yang lalu, suatu model kamera digital dan camcorder Sony bisa bertaham selama
10–12 bulan di pasar sebelum digantikan oleh model-model yang lain. Selama tahun 80-an dan 90-an
Sony mengeluarkan 572 produk inovatif, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keseluruhan produk baru
yang dikeluarkan oleh Aiwa, Toshiba, Sanyo, dan Matsushita. Pada era sekarang, siklus tersebut
berkurang hingga sampai 2–3 bulan saja (Jiang, 2003).

Siklus hidup produk yang semakin pendek membawa banyak implikasi terhadap 
bagaimana perusahaan bersaing di pasar serta bagaimana mereka harus mengelola aktivitas supply chain.
Makalah ini akan membahas secara singkat pentingnya fungsi pengembangan 

1
produk pada supply chain serta implikasi semakin pendeknya siklus hidup produk terhadap supply chain
management.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengaruh time to market sebagai keunggulan bersaing, dan mengapa demikian ?
2. Adakah keterlibatan supplier dalam perancangan produk baru ?
3. Apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan perusahaan sebelum melakukan design for scm ?
4. Proses apa saja yang dilakukan oleh Mass Costomization?
5. Metode apa saja yang dilakukan di Design for Manufacturing (DFM)?
6. Apa saja efek kesamaan komponen?
7. Aktifitas apa saja yang dilakukan oleh Design for Reverse Logistic?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh time to market sebagai keunggulan bersaing.


2. Mengetahui dan menganalisis keterlibatan supplier dalam perancangan produk baru.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam design for supply chain
management.
4. Untuk Mengetahui Proses apa saja yang dilakukan oleh Mass Costomization di perusahaan.
5. Untuk Mengetahui metode apa saja yang dilakukan oleh Design for Manufacturing (DFM).
6. Untuk Mengetahui efek kesamaan komponen yang digunakan produk.
7. Untuk Mengetahui Aktifitas yang dilakukan oleh Desain for Reverse Logistics.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Time To Market Sebagai Keunggulan Pesaing

Time to Market sebagai faktor keunggulan bersaing bagi perusahaan yang menangani produk-
produk inovatif, kecepatan meluncurkan rancangan rancangan yang baru sangatlah penting. Time to
market adalah waktu antara gagasan perancangan produk baru dimulai sampai produk tersebut
dipasarkan.

 Fase-fase kegiatan dalam perancangan produk baru secara umum, yaitu:


Idea generation.
Business/technical assessment.
Product concept.
Product engineering & design.
Prototype design.
Test and pilot production.
Manufacturing ramp up.
Launch.
Banyak cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk memperpendek time to market, beberapa
diantaranya adalah:
Keterlibatan banyak pihak mulai dari wakil wakil bagian (fungsional) di dalam perusahaan maupun
pihak luar seperti supplier dan pelanggan.
Manajemen proyek yang bagus.
Tim perancangan produk yang solid, dinamis dan enerjik.
Teknologi yang mendukung.

Keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan sangat penting dilakukan se awal mungkin untuk
menghindari adanya perubahan mendasar pada rancangan produk setelah memasuki fase-fase akhir.
Bagian produksi misalnya perlu dilibatkan sejak awal untuk memberikan masukan apakah ide atau
konsep sebuah produk akan bisa dibuat dengan mesin-mesin yang mereka miliki. Secara tradisional,
bagian produksi baru melakukan perancangan proses setelah produk selesai dirancang. Apabila ada
ketidakcocokan pada fase ini, sering kali rancangan produk harus direvisi.

3
Tentu saja, perubahan pada fase-fase akhir suatu rancangan produk baru akan 
menimbulkan tambahan biaya dan waktu yang tidak sedikit, karena banyak proses yang harus diulang ke
fase-fase yang lebih awal. Untuk mengurangi pengulangan-pengulangan proses yang mahal dan
lama, berbagai aktivitas yang terkait dengan perancangan dan  peluncuran produk baru dikerjakan lebih
dini sehingga muncul istilah concurrent engineering.

Concurrent engineering adalah praktik melibatkan fungsi-fungsi lain sejak dini dalam 


perancangan produk serta Secara simultan melakukan kegiatan perancangan produk yang tadinya
dikerjakan secara sequensial.

Tentu saja tidak semua supplier perlu dilibatkan secara dini dalam perancangan
produk baru. Menurut Handfield & Nichols (2002), supplier untuk item-item yang kompleks
dan supplier-supplier kritis perlu dilibatkan sejak awal, sedangkan supplier-supplier untuk material atau
komponen yang sederhana dan relatif standar bisa dilibatkan hanya pada fase-fase akhir perancangan
produk.

Melibatkan pihak luar dalam perancangan produk dewasa ini bisa dilakukan dengan lebih mudah
karena adanya teknologi yang bisa digunakan secara bersama-sama. Sebagai contoh, GM menggunakan
aplikasi e-Factory untuk komunikasikan rancangan produk ke supplier-supplier kunci mereka. Dengan
fasilitas ini para supplier kunci, seperti supplier untuk body systems, bisa mengevaluasi kemungkinan
adanya masalah manufaktur maupun ongkos-ongkos untuk membuat body systems tersebut nantinya.

2.2 Keterlibatan Supplier Dalam Perancangan Produk Baru

Keterlibatan supplier dalam perancangan produk baru secara tradisional, supplier sering dipilih
setelah rancangan produk selesai dibuat dan siap diproduksi. Saat ini, banyak perusahaan yang memilih
supplier sebelum proses rancangan produk dimulai sehingga supplier tersebut bisa dilibatkan dalam
kegiatan perancangan produk. Mereka diperlukan untuk memberikan masukan tentang material apa yang
cocok untuk suatu rancangan produk baru dan apakah supplier tersebut nantinya bisa memasok material
yang dibutuhkan.

4
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melibatkan supplier antara lain:
Penghematan biaya material.
Peningkatan kualitas dan kecocokan material dengan rancangan yang dibuat.
Pengurangan waktu perancangan maupun waktu manufaktur.

Tidak semua supplier perlu dilibatkan secara dini dalam perancangan produk baru. Kriteria
penentuan supplier yang akan dilibatkan di perancangan produk supplier-supplier untuk item-item yang
kompleks dan supplier-supplier kritis perlu dilibatkan sejak awal, supplier perlu dilibatkan lebih awal
apabila mereka punya keahlian yang bisa memberikan masukan-masukan yang berarti dalam
pengembangan produk baru. Sedangkan supplier-supplier untuk material atau komponen yang sederhana
dan relative standard bisa dilibatkan hanya pada fase-fase akhir perancangan produk.

Dengan mengetahui bahwa integrasi supplier penting dalam pengembangan produk- produk baru,
perusahaan yang bersaing atas dasar inovasi juga perlu menggunakan sejumlah kriteria lain dalam
pemilihan supplier antara lain:
Kemampuan dan kemauan mereka untuk berpartisipasi dalam proses perancangan termasuk untuk
mencapai kesepakatan tentang isu-isu hak kekayaan intelektual dan hal-hal lain yang bersifat rahasia.
Kemauan mereka untuk memberikan komitmen waktu, tenaga maupun sumber daya lain yang
diperlukan dalam perancangan produk baru.

2.3 Design for Supply Chain Management (SCM)

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang produk baru semestinya bukan hanya
masalah kemudahan untuk diproduksi, kelayakan jual, biaya, dan waktu pengembangan rancangan
tersebut, namun juga hal-hal lain seperti aspek lingkungan dan aspek-aspek supply chain management.
Rancangan produk yang mempertimbangkan supply chain management dinamakan design for SCM.

Secara umum design for SCM mempertimbangkan hal-hal seperti:


a) Kemudahan untuk menyimpan, mengirim, dan mengembalikan produk tersebut. 
b) Fleksibilitas rancangan terhadap perubahan permintaan pelanggan.
c) Modularity: banyaknya komponen atau modul yang sama yang bisa digunakan untuk membuat
produk akhir yang berbeda.
d) Aspek lokalisasi: rancangan yang memperhatikan bisa tidaknya sebagian kegiatan perakitan akhir
(finalisasi) dilakukan di area pemasaran.
e) Reuseability dari rancangan.
5
Beberapa perusahaan besar menggunakan prinsip-prinsip tersebut dalam
merancang produk mereka. Perusahaan otomotif biasanya memiliki modul rancangan yang siap untuk
dirakit pada saat ada permintaan dari pelanggan. Jadi mereka tidak merakit komponen atau modul
menjadi produk akhir atas dasar ramalan, melainkan menunggu ada pesan antar lebih dahulu untuk
melakukan kegiatan perakitan. Ini tentu bisa mengurangi mismatch antara apa yang dibutuhkan oleh
pelanggan dan apa yang dibuat oleh perusahaan.

Hewlett Packard, produsen  printer kelas dunia, mempertimbangkan modularity maupun 


aspek lokalisasi. Ini memungkinkan HP untuk membuat produk dasar (printer) secara standar tetapi tetap
mengakomodasikan kebutuhan lokal seperti buku petunjuk yang menggunakan bahasa lokal, serta
penghubung tenaga listrik (power plug) yang berbeda-beda di berbagai negara. Aspek design reusability
juga banyak digunakan pada perancangan produk-produk otomotif. Sebagai contoh, GM maupun
supplier-supplier kunci mereka bisa menggunakan rancangan-rancangan sebelumnya sebagai dasar untuk
mengembangkan rancangan yang berikutnya. 

Konsep ini pada prinsipnya bisa digunakan baik pada produk yang sederhana maupun yang


kompleks asalkan produk-produk baru hanya merupakan modifikasi minor dari produk-
produk yang sudah ada (Tan, 2001). Penggunaan konsep modularity dan designreusability ini juga
tentunya banyak mengurangi waktu rancang sehingga pada akhirnya memperpendek time to market.

2.4 Rancangan yang Mendukung Mass Customization

Mass Customization mengacu pada proses produksi barang dan jasa disesuaikan dengan
kebutuhan customer sebagai pelanggan di pasar massal. Mass customization merupakan proses yang
memindahkan mass production sebagai metode utama yang digunakan pada fasilitas produksi. Sebagian
besar studi tentang mass customization muncul untuk dikembangkan dari perspektif manajemen strategis
(Charu Chandra,et al,).

Mass customization adalah suatu proses di mana aspek organisasi, proses produksi, serta
teknologi dirancang untuk menyediakan produk-produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhan customer
sebagai pelanggan. Empat pendekatan yang digunakan dalam standarisasi mass customization ialah
standarisasi komponen, standarisasi proses, standarisasi produk, dan standarisasi pengadaan. Metode
mass customization bisa dikatakan berhasil jika memenuhi empat standarisasi tersebut.

6
Suatu perusahaan yang telah menerapkan standarisasi mass customization yaitu “Dell Computer”,
di mana customer sebagai pelanggan dapat menentukan sistem komputer yang diinginkan dengan
memperhatikan customization standard sebagai contoh pelanggan dapat memilih beberapa prosesor mulai
dari 1,4 sampai 1,7 GHz; beberapa pilihan memori mulai dari 512 MB sampai 2 GB; atau video card dari
32 MB. Dell Computer menawarkan pilihan dengan perbedaan harga yang spesifik sehingga customer
sebagai pelanggan dapat memilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Mass customization
standard juga banyak diterapkan pada produk - produk seperti printer dan mobil.

Kesuksesan mass customization system tergantung pada beberapa faktor penting yaitu sensitifitas
customer sebagai pelanggan, proses tanggungan, lingkungan yang kompetitif, dan kesiapan
keorganisasian. Mass customization juga membutuhkan perubahan organisasi ditingkat penjualan
(Selling).

2.5 Design For Manufacturability

Berbagai ahli desain menyebut perancangan untuk manufaktur (DFM) adalah sebuah metode
yang sangat aplikatif pada proses pengembangan sebuah produk. Seorang ahli DFM (Ulrich, 2003)
menyatakan, bahwa dengan aplikasi metode perancangan untuk manufaktur (DFM) biaya pembuatan
produk secara umum dapat diturunkan 45%, dan sangat cocok untuk produksi masal. Di samping itu
perancangan yang akhirnya direalisasi menjadi sebuah produk saat ini sudah digolongkan termasuk
perancangan untuk manufaktur.

Hal tersebut diwujudkan dengan adanya pengertian, bahwa desain tidak saja menghitung,
menganalisis kekuatan konstruksi melalui evaluasi terhadap kekuatan material dan menggambar sebuah
komponen (produk), melainkan pembuatan dan menguji prototipe serta mengevaluasi kinerjanya. Atas
dasar pengertian tersebut, DFM sering digabungkan dengan desain untuk perakitan dan kedua
perancangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, dan terintegrasi ke dalam kegiatan umum manufaktur
(Chang et al, 1998), sehingga proses desain sebuah produk bertambah panjang siklusnya yaitu mulai dari
perancangan awal hingga pengembangannya.

Penambahan aspek manufaktur dan perakitan akan melengkapi proses pengembangan produk
secara menyeluruh. Akibat dari tuntutan akan produk ekonomis dan tepat waktu pengirimannya tanpa
mengesampingkan kualitas, maka proses pengembangan produk termasuk melakukan uji coba prototipe

7
dan evaluasinya (Batan, 2009), sehingga biaya desain hampir 70% dari biaya produksi awal (Ehrlenspiel,
1993).

2.6 Efek Kesamaan Komponen

Upaya untuk meningkatkan kesamaan (commonality) pada sebagian dari komponen-komponen


yang digunakan pada produk-produk berguna untuk mengatasi bertambahnya jenis komponen secara
cepat, mengatasi bertambahnya jumlah komponen secara cepat, sementara perusahaan tetap bisa
menciptakan produk baru.

Kesamaan komponen yang tinggi akan membantu perusahaan dari berbagai segi :
1. Akan mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat persediaan.
2. Kompleksitas proses produksi akan menurun dengan meningkatnya kesamaan komponen. Baik
kompleksitas yang berupa aktivitas setup yang diperlukan dalam merangkai komponen menjadi sub
rakitan atau produk jadi Maupun kompleksitas yang bersumber dari aliran produk pada lantai produksi
3. Kesamaan komponen juga bisa meningkatkan economies of scale, sehingga biaya-biaya tetap dalam
memproduksi akan tersebar pada jumlah produk yang lebih banyak. biaya untuk membeli komponen akan
tersebar pada jumlah produk yang lebih banyak.
4. Apabila komponen tersebut dibeli dari pemasok, perusahaan akan memiliki posisi tawar yang lebih
baik, karena jumlah komponen yang dibeli per jenis akan lebih tinggi, perusahaan memungkinkan untuk
mendapatkan harga yang lebih rendah per unit akibat adanya economies of scale yang lebih tinggi di
pihak pemasok.

2.7 Desain For Reverse Logistic

Salah satu bagian dari supply chain yang berhubungan dengan segala jenis kegiatan distribusi
dalam aktivitas logistik adalah reverse logistic. Suatu studi oleh Tibben-lembke dan Rogers (1999)
menjelaskan bahwa reverse logistic sebagai aktivitas untuk merencanakan, mengaplikasikan dan
mengendalikan proses agar tercapai efisiensi terkait dengan arus material, persediaan, produk jadi dan
informasi terkait, dari konsumen kembali ke manufacture dengan tujuan untuk mendapatkan kembali nilai
ekonomis produk atau untuk melakukan proses pembuangan yang tepat.

Reverse logistic adalah proses pemindahan barang dari tujuan akhir mereka untuk tujuan
menangkap nilai atau pembuangan yang tepat bagi barang yang sudah habis masa pakainya baik
disebabkan karena kadaluwarsa, rusak atau produk gagal. Kegiatan remanufaktur dan pembaharuan

8
kembali mungkin juga termasuk dalam definisi reverse logistics. Blumberg (2004) mendefinisikan
reverse logistic sebagai koordinasi penuh dan kontrol, pick up fisik dan pengiriman material, bagian, dan
produk dari lapangan untuk pengolahan dan daur ulang atau disposisi, dan kembali ke lapangan yang
sesuai.

Steven (2004) memprioritaskan aktivitas reverse logistic yang terjadi ke dalam 2 kriteria utama,
nilai ekonomi dan dampak lingkungan, yang meliputi reuse, remanufacture, recycling, disposal with
energy recovery, dan disposal in land fill. Menurut Steven (2004) reuse merupakan langkah yang
prioritas dikarenakan memberikan nilai ekonomis yang relative lebih tinggi bagi produk jika
dibandingkan langkah lainnya.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

9
1. Time to market adalah waktu antara gagasan perancangan produk baru dimulai
sampai produk tersebut dipasarkan. Beberapa cara perusahaan untuk memperpendek time
to market, yaitu (1) keterlibatan banyak pihak mulai dari wakil bagian (fungsional) di dalam
perusahaan maupun pihak luar seperti supplier dan pelanggan, (2) manajemen proyek yang
bagus, (3) tim perancangan produk yang solid, dinamis dan enerjik, dan (4) teknologi yang
mendukung.

2. Keterlibatan supplier dalam perancangan produk baru memiliki beberapa


manfaat,yaitu penghematan biaya material, peningkatan kualitas dan kecocokan
material dengan rancangan yang dibuat, dan pengurangan waktu perancangan maupun waktu
manufaktur.

3. Sebelum melakukan design for scm, perusahaan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal
seperti; kemudahan untuk menyimpan, mengirim dan mengembalikan produk tersebut;
fleksibilitas rancangan terhadap perubahan permintaan pelanggan; banyaknya komponen atau
modul yang sama bias digunakan untuk membuat produk akhir yang berbeda; rancangan
yang memperhatikan bias tidaknya sebagian kegiatan perakitan akhir dilakukan di
area pemasaran; dan reuseability dari rancangan.

4. Penerapan mass customization di banyak perusahaan besar menjadi trend industri saat ini, hal
ini karena mass customization berpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan secara
keseluruhan perusahaan. Mass customization akan terus mendominasi sistem produksi dan
operasi manajemen di masa depan. Perusahaan yang telah menerapkan mass customization,
menjadi sesuatu strategi kepentingan yang penting. Mass customization dapat
mengidentifikasi kebutuhan individual mass customization, ketika reusability mencapai
maksimum dalam rangka mempertahankan biaya produksi yang rendah.

5. Desain For Manufacturing dapat memberikan petunjuk praktis dan ekonomis dalam
pengembangan produk, khususnya dalam rangka pengembangan dan inovasi teknologi
terapan, sehingga membantu desainer dalam pengembangan produk. Pada contoh kasus
pengembangan sepeda pasca stroke aplikasi metode DFM memberikan perbaikan desain
secara signifikan, yang mana total komponen pada awal desain adalah 53 buah, dapat
diturunkan menjadi 29 buah (45%), dan efisiensi desain meningkat 1,04%. Agar evaluasi
produk lebih menyeluruh disarankan memanfaatkan metode DFA dalam perancangan dan
pengembangan sebuah produk.

10
6. Desain for Reserve Logistic dalam (Model goal programming) yang meliputi empat prioritas
penting perusahaan manufaktur diajukan dalam makalah ini, dapat diterapkan untuk produk
OEMs dalam sistem reverse logistics, di mana retailer sebagai penyedia jasa pengumpulan.2.
Perubahan presentase pada disassembly produk menjadi komponen remanufaktur yang
semakin kecil akan menyebabkan target pengumpulan produk terpakai semakin defisit
sehingga hal ini menyebabkan biaya pengolahan akan semakin mencapai target.

DAFTAR PUSAKA

11
Charu Chandra, G. J. (t.thn.). Managing Logistics Mass Customization: The New Production
Frontier. Knowledge Creation Diffusion Utilization: Charu Chandra, Grabis Jānis,
“Managing Logistics For Mass Customization : The New Production Frontier”. (n.d.).
Knowledge Creation Diffusion Utilization, 335-340.
Ferdows, K. L. (2003). Supply Chain Forum: An International Journal. Zara: Ferdows, K.,
Lewis, M., dan Machuca, J. A. D (2003). Zara. Supply Chain Forum: An International
Journal 4 (1), pp. 62-67.
Fisher, M. L. (1997, March). What is the Right Supply Chain for Your Product? Harvard
Business Review: Fisher, M. L. (1997). What is The Right Supply Chain for Your
Product? Harvard Business Review March/April, pp. 105-116.
Gutmann, K. (2003, May). How GM is accelerating Vehicle Development. . Supply Chain
Management Review: Gutmann, K. (2003). How GM is Accelerating Vehicle
Development. Supply Chain Management Review May/June, pp. 34-39.
Handfield, R. B. (2002). Supply Chain Redesign: Transforming Supply Chain Into Integrated
Value Systems. Financial Times-Pretice Hall: Handfield, R. B., dan Nichols, Jr., E..L.
(2002). Supply Chain Redesign: Transforming Supply Chains Into Integrated Value
Systems. Financial Times-Prentice Hall.
Handfield, R. R. (1990). Involving Suppliers in New Product Development. California
Management Review : Handfield, R.., Ragatz, G., Monczka, R.dan Peterson, K. (1999).
Involving Suppliers in New Product Development. California Management Review 42
(1), pp. 59-82.
Hayes, R. H. (2002). Challenges Posed to Operations Management by The "New Economy".
Production adn Operations Management: Hayes, R. H. (2002). Challenges Posed to
Operations Management by the "New Economy." Production and Operations
Management 11 (1), pp. 21-32.
Selladurai, R. (2004). Mass Customization in Operations Management: Oxymoron or Reality?
Omega, 32 (4): Selladurai, R. (2004). Mass customization in operations management:
oxymoron or reality? Omega, 32(4), 295-300.
Suresh, K. (1995). Mass Customization: Implementing The EMerging Paradigm for Competitive
Advantage. Strategic Management Journal, Vol. 16 Special Issue: Technological
Transformation and The New Compotitive Landscape: Kotha Suresh. (1995). Mass
Customization : Implementing the Emerging Paradigm for Competitive Advantage.
Strategic Management Journal, Vol.16 Special Issue : Technological Transformation and
the New Compotitive Landscape, pp. 21 - 42. Jh

12

Anda mungkin juga menyukai