i
PRAKATA
Puji syukur tidak lupa penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya atas selesainya penulisan buku ini yang berjudul :
Sistem Produksi Industri Manufaktur dan Jasa.
Buku Sistem Produksi ini merupakan buku yang banyak ditulis, tetapi pada penulisan
ini lebih ditekankan pada tujuan memberi kelengkapan informasi terhadap buku pegangan
bagi mahasiswa untuk mempelajari Sistem Produksi Terpadu pada berbagai industri tidak
terbatas pada industri manufaktur.
Buku ini diharapkan juga dapat dimanfaatkan bagi kalangan industri manufaktur dan
industri jasa untuk menyusun perencanaan, penjadualan, dan pengendalian proses produksi,
sehingga dapat menentukan biaya produksi yang minimum dan dapat meningka tka n
produktivitas.Buku ini disusun berdasarkan proses pengumpulan materi saat penulis
memberikan kuliah pada materi Perencanaan Pengendalian Produksi dan Sistem Produksi
serta beberapa hasil penelitian yang telah diseminarkan.
Penulis menyadari bahwa untuk mewujudkan suatu buku teks yang baik
membutuhkan usaha dan tekad yang sangat besar. Pada kesempatan ini pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu dari tahap penyusuna n,
pengumpulan dan pengolahan data, hingga selesainya penulisan buku ini.
Disisi lain Penulis mengucapkan penghargaan yang sangat besar kepada Rektor
Universitas Sahid Jakarta yang telah memberikan dorongan, semangat dan untuk memberi
saran penyempurnaan isi buku teks ini.
Penulis memahami pepatah “tak ada gading yang tak retak“ yang memberikan arti
tidak ada yang sempurna apa yang telah dikerjakan manusia dalam dunia nyata, sehingga
penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis
akan berterima kasih atas segala masukan dan kritikan yang bersifat membangun guna
memberikan kedalaman dan kekayaan khasanah ilmiah.
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................
BAB I. MANAJEMEN INDUSTRI ................................................. 1 - 12
BAB II. PRODUK DAN PROSES ................................................... 13 - 23
BAB III. PERAMALAN KEBUTUHAN PERMINTAAN ............. 24 - 39
BAB IV. PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT ..................... 40 - 57
BAB V. INVENTORY....................................................................... 58 - 88
BAB VI. MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ...... 88 -108
BAB VII. PENJADUALAN PEKERJA .......................................... 109 - 119
BAB VIII. PENJADUALAN DAN PENGURUTAN TUGAS ........ 120 - 155
BAB IX. LINE BALANCING .......................................................... 156 - 169
BAB X. PERAWATAN ..................................................................... 170 - 200
BAB XI. JASA DAN PENGAWASAN PROYEK .......................... 201 - 213
BABA XII. MANAJEMEN KUALITAS.......................................... 214 - 234
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 235
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................... 236 - 237
iii
BAB I. MANAJEMEN INDUSTRI
personalia, pemasaran dan fungsi lainnya, tetapi dalam pembahasan ini lebih
menggunakan sumber daya manusia atau material yang diolah untuk dijadikan produk
barang, jasa, atau informasi yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat.
Beberapa aktivitas produksi / kerja ditujukan untuk dapat memberikan kesempatan dalam
manajemen operasional di dalam kegiatan produksi serta dapat mengembangkan pola pikir
untuk menganalisis masalah keputusan rasional yang dihadapi oleh para manajer
operasional. Untuk itu dimensi konseptual kuantitaif dan kualitatif seharusnya dipahami
secara komprehensif.
akan trerjadi pergeseran dari usaha produksi barang dari industri manufaktur ke industri
jasa, sehingga dampak yang mungkin terjadi adalah adanya perubahan kebutuhan tenaga
kerja. Dalam industri manufaktur yang diproduksi umumnya barang-barang yang tampak
(tangible goods) dicirikan dengan barang yang dapat dihitung, disimpan, dan dikonsumsi.
Sedang industri jasa yang dihasilkan industri tidak dapat dilihat (intangible performance).
1
tetapi semuanya masih termasuk elemen yang tidak tampak. Adapun beberapa
industri jasa, usaha pengendalian produksi lebih menekankan pada aliran pelayanan.
manajemen, yaitu :
organisasi,
melalui orang lain untuk mencapai sesuatu, sehingga fokus perhatian kepada hubungan
c. Secara pendekatan contingency manajer berhasil dan berfungsi paling efektif dengan
2
d. Secara rasional proses pengambilan keputusan manajer membuat keputusan yang
aktivitas semua orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Adapun tujuan
dalam sebuah cara yang terkendali dengan tujuan memberikan nilai tambah sesuai dengan
kebijakan manajemen. Untuk itu manajemen produksi terdiri dari beberapa item yang
harus diperhatikan, yaitu : a. sumber daya, b. sistem. dan c. aktivitas transformasi yang
a. Sumber Daya
Sumber daya dikelompokan menjadi tiga yaitu : manusia, material bahan baku dan
kapital yang semuanya merupakan input dari proses produksi, sehingga semakin tinggi
3
penerapan teknologi produksi, mengakibatkan perubahan peranan manusia bergeser ke
dengan mesin. Integrasi antara manusia dengan sistem mesin mempengaruhi kepuasan
kerja dan produktivitas. Untuk dapat mencapai kinerja dan produktifitas yang optimum
perlu didukung perancangan kerja (job design) yang baik. Sumber daya material meliputi
bahan baku, fasilitas fisik dan peralatan pabrik, sumberdaya kapital dalam bentuk stock,
pinjaman dan pajak. Kapital adalah nilai yang digunakan untuk mengatur aliran dari
b. Sistem
melibatkan probabilitas pada tiap tahapan serta membutuhkan bentuk pemikiran ilmiah
yang dalam. Pendekatan sistem adalah upaya untuk mencari keterpaduan antar bagian
yang kompleks dengan pemahaman yang utuh dalam mencapai tujuan tersebut. Proses
Aktivitas penambahan nilai (value adding activities) terjadi melalui transformasi satu
atau beberapa material menjadi sebuah produk. Sebuah tepung terigu ketika diproses
4
menjadi mie instan, memiliki pertambahan nilai yang dilambangkan dengan harga jual
yang meningkat. Jadi ketika perekayasa industri melakukan tugasnya di berbagai proses
Mengapa ini terjadi? Karena ini pada aktivitas penambahan nilai ternyata berlaku secara
universal di semua bidang. Konsep yang sama juga menyebabkan kata industri dipakai
di industri pariwisata dan industri musik. Adanya pertambahan nilai dari sekedar
menjual furniture, menjadi menjual kamar hotel, menjadi menjual atraksi wisata
menjadi ciri industri pariwisata. Adanya pertambahan nilai dari hanya menyanyi di
harus menentukan pilihan yang rasional dalam menentukan berbagai alternatif atau harus
Keputusan harus memilih proses yang harus digunakan dalam “Product Mix” dengan
lain.
5
(2) Pelayanan pelanggan menjadi lebih baik karena hasil produk dapat bervariasi,
(3) Resiko kegagalan produk dapat di diverivikasikan terhadap produk lain, dan
Dalam proses pengambilan keputusan, metoda yang paling sederhana yang dapat
digunakan adalah metoda grafik. Metoda grafik dapat menyelesaikan problem dengan
variabel keputusan yang relatif kecil, dan untuk menyelesaikan dilakukan melalui lima (5)
tahapan, yatu :
(1) memformulasikan problem dalam fungsi tujuan linier dan pembatas linier.
(2) membuat grafik dengan variabel keputusan pada tiap sumbu dan plot pembatas, serta
(4) menetapkan fungsi tujuan dalam arah optimasi sampai daerah pembatas
(5) membaca nilai solusi dari nilai variabel keputusan terhadap sumbu
1. Sebuah perusahaan makanan camilan memproduksi “Snack Bar X” dan “Snack Crispy
Y”. Keuntungan untuk setiap buah produk X = Rp 10.000,- dan Y = Rp 30.000,-, kedua
produk memerlukan proses melalui mesin-mesin yang sama, yaitu A dan B. Produk X
proses A = 6 jam dan B = 4 jam. Mesin A dan B mempunyai batasan waktu proses
maksimum masing-masing sebesar 12 jam dan 16 jam. Jika asumsi permintaan ada,
6
berapa buah kedua produk tersebut harus diproduksi untuk memperoleh keuntungan
Solusi :
Fungsi Pembatas A: 4 X + 6 Y ≤ 12
B: 8 X + 4 Y ≤ 16
X≥0
Y≥0
B = Mesin B
(2 ) Grafik
Daerah
Feasible
7
Y=mX+b
Dimana : m = slope garis (nilai perubahan Y untuk setiap perubahan per unit X)
Z = 10.000 X + 30.000 Y
Y = - 1/3 X + Z/ 30.000
Solusi selalu terdapat pada salah satu sudut dari daerah “feasible”.
Dalam contoh diatas, mesin B tidak bekerja pada kapasitas penuh yaitu 8 jam.
produksi snack crispy lebih menguntungkan. Dari grafik terlihat bahwa profit dapat
ditingkatkan lagi dengan menambah kapasitas mesin A sampai 24 jam, sehingga dapat
Dalam banyak kasus, jika jaminan demand, kontribusi profit, waktu proses
dan kapasitas (waktu) mesin dapat diketahui denga cukup tepat, maka analisis linier
8
2. Penggunaan Program Win QSb atau POM-QM Programa Linier Pada Product Mix
Suatu industri yang bergerak dibidang injection plastik yang mengolah biji plastik
menjadi beberapa macam produk. Konsumen dari Industri tersebut adalah industri
hilir yang menggunakan hasil produknya sebagai salah satu komponen utama maupun
karakteristik dan kriteria yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terletak
yang dapat meminimalkan kebutuhan bahan baku dalam memenuhi pesanan. Untuk
itu dilakukan dengan kajian melalui optimasi masukan bahan baku. Kajian penelitian
untuk meminimalkan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk. Bahan
baku yang ada saat ini terbatas, dilain pihak permintaan komponen produk yang sangat
Banyak cara yang dilakukan dalam meminimalkan kebutuhan bahan baku untuk
demikian dapat memberikan model yang sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
program POM-QM.
Model matematis untuk kebutuhan bahan baku yang digunakan sesuai dengan tipe
9
Z C1 X 1 C2 X 2 ...... Cn X n ………………………………(1)
dengan syarat bahwa fungsi tujuan tersebut memenuhi berbagai kendala atau
untuk j = 1, 2, …,n.
dengan syarat :
n
a
j 1
ij x j atau bi
keterangan :
i= nomor sumber atau fasilitas yang tersedia (i = 1, 2, ....,n).
j= nomor kegiatan yang menggunakan sumber yang tersedia (j = 1, 2, ...,n).
m = jumlah sumber yang tersedia.
n= jumlah kegiatan.
Z = nilai optimal dari fungsi tujuan.
C j parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien peubah
10
Di samping itu fungsi tujuan harus perlu diketahui batasan, keterbatasan dan peryaratan
dari sistem/model itu sendiri. Untuk batasan (constraint) ini adalah bahan baku yang
terpasang, minimal waktu proses yang diperlukan dan bahan baku yang mi nimal untuk
suatu jenis produk.
Persoalan:
PT Padi Hilir Sejati (PT PHS) memproduksi dua jenis beras analog (beras tiruan dari bahan
baku non beras), yaitu beras analog jagung (BAJ), serta beras analog sagu (BAS). Untuk
setiap kg BAJ diprediksi memperoleh keuntungan Rp 1500,- dan setiap kg BAS memperoleh
keuntungan Rp 1200,-. Untuk memproduksi kedua jenis beras analog tersebut digunakan
tiga jenis alat pengolahan yaitu alat penggiling, pengering dan pembentuk. Untuk setiap
kg BAJ (X1) rata-rata waktu melalui alat penggiling 4 menit, pengering 5 menit, dan
pembentuk 5 menit, sedangkan setiap BAS (X2) rata-rata waktu melalui alat penggiling 3
menit, pengering 8 menit, dan pembentuk 6 menit. Batas waktu proses untuk setiap alat
adalah 60 menit pada penggiling, 100 menit pada pengering dan 80 menit pada
pembentuk. Berapa masing-masing jenis beras analog harus diproduksi agar diperoleh
Penyelesaian:
11
Hasil Simplex menggunakan POM-QM
Cj Variabel Basic Jumlah 1500X1 1200X2 Slack 1 Slack 2 Slack 3
Iteration 1
0 slack 1 60 4 3 1 0 0
0 slack 2 100 5 8 0 1 0
0 slack 3 80 5 6 0 0 1
zj 0 0 0 0 0 0
cj-zj 1.500 1.200 0 0 0
Iteration 2
1500 X1 15 1 0,75 0,25 0 0
0 slack 2 25 0 4,25 -1,25 1 0
0 slack 3 5 0 2,25 -1,25 0 1
zj 22.500 1500 1125 375 0 0
cj-zj 0 75 -375 0 0
Iteration 3
1500 X1 13,3333 1 0 0,6667 0 -0,3333
0 slack 2 15,5556 0 0 1,1111 1 -1,8889
1200 X2 2,2222 0 1 -0,5556 0 0,4444
zj 22.666,666 1500 1200 333,33 0 33,33
cj-zj 0 0 -333,3333 0 -33,3333
Solusi:
Dari nilai pada tabel di atas disimpulkan bahwa keuntungan maksimal sebesar Rp 22.666,67
diperoleh bila diproduksi beras analog BAJ sebesar 13,33 kg dan beras analog BAS sebesar
2,22 kg.
12
BAB II. PRODUK DAN PROSES
Produk adalah barang atau jasa yang diproduksi, dan proses adalah fasilitas, skill,
produk memerlukan proses dan proses mambatasi produk apa yang dapat diproduksi.
Baik produk dan proses sama-sama merupakan elemen-elemen yang kritis dalam
terhadap lingkungan pasar, dan proses digunakan untuk memproduksi dan mengirim
produk secara efektif dengan menggunakan sumber daya dan teknologi yang
memungkinkan.
proses dan standar kualitas dapat dispesifikasikan secara detail. Karena lingkungan
Perencanaan aktivitas jasa ditandai oleh : (1) Tidak adanya produk fisik, (2)
ketergantungan pada personel yang terlatih, dan (3) hubungan yang lebih dekat dengan
Contoh produk jasa yaitu jasa transportasi, restaurant, konsultasi, pengobatan, dll.
13
Gambar 2.1. Sistem delivery jasa
Interaksi dari client dan karyawan merupakan sentral dari kebanyakan sistem
jasa. Gambar 2-1 menjelaskan bahwa input sistem delivery jasa mirip seperti sistem
produksi barang yaitu : (1). Prioritas pasar dan (2). Kapasitas organisasi. Tetapi dalam
sistem delivery jasa, interaksi konsumen lebih penuh, seperti berpartisipasi aktif dalam
fungsi produksi dan pemasaran menjadi relatif kurang jelas. Pengetahuan yang didapat
14
karyawan dari interaksi ini dapat meningkatkan kemampuan jasa organisasi. Persepsi
konsumen terhadap sistem delivery jasa juga vital dalam desain strategi pemasaran
Aktivitas riset dan pengembangan ( R & D ) adalah sumber internal yang utama
dari ide produk baru. Untuk teknologi yang canggih kegiatan ini dilakukan oleh team
dari berbagai disiplin, dan biayanya cukup mahal. Riset dapat dibedakan menjadi dua
yaitu : (1). “Basic Research”, yaitu mencari pengetahuan untuk pengetahuan, serta
dapat dimanfaatkan untuk “Applied Research”. Riset ini biasa dilakukan oleh universitas
atau lembaga-lembaga penelitian. (2). “Applied Research” yang lebih diarahkan untuk
Pengembangan meliputi simulasi produksi produk baru, serta pengetesan pasar dari
aktivitas-aktivitas sehingga menjadi unit yang dapat memberikan nilai yang spesifik.
Dalam industri jasa, spesifikasi produk menjelaskan apa-apa yang akan diberikan ke
standar yang diterima secara umum untuk menjamin dapat dipertukarkan dan / atau
level kualitas dari produk. Penggunaan variasi komponen yang terbatas dapat
mengurangi biaya penyimpanan, handling, dan dapat bekerja dengan jumlah yang lebih
15
besar. Bagaimanapun standarisasi membatasi pilihan yang mungkin pada pelanggan.
Proses produksi adalah transformasi sumber daya dan keahlian organisasi menjadi
barang dan jasa yang mempunyai nilai lebih tinggi. Proses produksi terutama
dipengaruhi oleh tipe Aliran kerja (Work Flow) dan perancangan stasiun kerja ( Work
Center), yang umumnya diklasifikasika menjadi dua, (1). Proses Intermittent dan (2) .
Proses Continue.
item yang berbeda pada alat yang fungsinya relatif umum. Alat pemroses dan personel
ditempatkan sesuai dengan fungsi, dan produk mengalir melaui fasilitas-fasilitas pada
Sistem continue digunakan untuk produksi volume yang banyak dari item
tunggal (variasi item relatif sedikit) pada peralatan khusus melalui tahapan -tahapan
yang pasti (fixed), seperti : pipa (minyak) dan lini perakitan (computer assembly line).
Sistem kontinu pada jasa cenderung berorientasi pada peralatan, sebagai contoh : jasa
16
2. 5. Alat Bantu Perencanaan Proses
(work System) yang akan memproduksi barang atau jasa dalam jumlah tertentu.
produk atau jumlah, sehingga perencanaan proses tetap merupakan kegiatan yang
mesti berlangsung terus. Akan diperkenalkan sedikit peta dan grafik yang telah diakui
bermanfaat bagi perencanaan proses, yang mesti terus menerus melakukan redesign,
17
disimbolkan dengan lingkaran, dan inspeksi disimbolkan dengan segiempat.(lihat
gambar 2-6)
Peta proses operasi mirip dengan peta perakitan, tetapi meliputi juga spesifikasi
dilengkapi dengan informasi peralatan dan alat-alat bantu yang mesti digunakan.
Peta proses aliran mirip dengan peta proses operasi. Tetapi juga mengandung
tasi ( ). Hal ini dirancang untuk analisis efisiensi proses, yaitu dengan pertanyaan :
18
mengapa aktivitas-aktivitas itu dikerjakan, dan apakah dapat diperbaiki dengan
antara pekerja dengan mesin-,esin yang dioperasikan. Peta ini dapat membantu
mengidentifikasi waktu dan biaya idle dari pekerja mesin, sehingga dapat diatur
kombinasi pekerja dan mesin effisien. Satu siklus pekerjaan adalah lama waktu yang
19
diperlukan untuk menyelesaikan satu kombinasi yang lengkap dari aktivitas-aktivitas
kerja.
Operasi dan pengendalian dari peralatan yang kompleks atau bergerak sering
mengharuskan setiap operasi satu mesin dengan satu pekerja, yaitu seperti pada alat-
Contoh :
loading, dan 1 menit untuk unloading sebuah “moulding machine”. Ada beberapa
mesin dan beroperasi secara otomatik 4 menit. Biaya pekerja Rp 8.000 / jam. Dan biaya
a. buat peta pekerja mesin yang paling efisien untuk 1 orang pekerja dan 2 mesin ?
20
Solusi
a. Peta Pekerja-Mesin
peralatan yang diperlukan untuk produksi output sejumlah terteentu. Jika biaya proses
21
dari beberapa alternatif pilihan dapat dipecahkan menjadi komponen biaya tetap dan
biaya variabel maka alternatif yang ekonomis adalah yang memiliki biaya terendah
Contoh Suatu barang dapat diproduksi dengan salah satu dari 3 mesin dengan
Mesin mana yang akan digunakan untuk produksi pada volume 400 unit ?
Solusi :
160
120
80
40
0
100 200 300 400
Volume
Pada volume 400 unit total biaya pada masing masing Mesin sebagai berikut.
22
TC B = 30.000.000 + 400 (200.000) =110.000.000
23
PERAMALAN KEBUTUHAN
BAB III.
PERMINTAAN
kegiatan yang akan dilakukan. Rencana yang disusun harus mampu memberi arahan
Pelaksanaan kegiatan harus didukung dengan berbagai bidang kegiatan yang lebih
rinci dalam perusahaan yang meliputi : (1) rencana produksi, (2) rencana keuangan dan (3)
rencana pemasaran. Pada rencana pemasaran yang disusun suatu perusahaan mencakup
rencana kegiatan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mengurangi
kesalahan yang lebih besar dalam memproyeksikan rencana tersebut perlu dilakukan
pendekatan peramalan.
perkiraan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perkiraan yang terjadi di masa yang
akan datang dalam dunia nyata memeliki pengertian sebagai keadaan yang penuh
ketidakpastian.
peramalan. Model peramalan akan menjadi lebih obyektif jika didukung oleh data history
24
2. Teknik Peramalan Dibedakan Berdasarkan Data Base
Merujuk data base pada teknik peramalan dapat dibedakan menjadi dua metode,
Metode kualitatif pada peramalan digunakan opinion, judgement dan skenario delphi
memberikan hasil yang subjektif, untuk mengurangi akibat atau situasi yang lebih pasti,
Metode kuantitatif banyak digunakan pada teknik peramalan karena pada metode
kuantitatif memberikan nilai sebagai objektivitas dari model dan ketepatan yang dapat
Metode opini meskipun subjektif digunakan secara luas oleh perusahaan kecil.
Untuk mengembangkan lebih luas bertumpu pada pribadinya sendiri sebagai pengambil
keputusan, imaginasi atau dengan pertimbangan biaya. Metode opini membutuhkan biaya
yang lebih murah dan mempunyai ketepatan yang sama untuk masalah yang sederhana.
25
pengetahuan dari situasi analogi historis, membuat metode ini banyak dipakai dalam
forecasting.
Metode opini dan judgment merupakan salah satu metode peramalan yang
dari individu yang diperkirakan mempunyai pengetahuan yang baik dari kegiatan atau
Peramalan opini dan judgment merupakan intuasi yang besar dan datanya terpadu
satu sama lainnya, mungkin sama dengan matematika atau pekiraan statistik dalam
peramalan.
a. Peramalan penjualan akan dipakai secara individu dan secara menyeluruh dalam
b. Peramalan oleh top management pada depisi atau tingkat garis produk.
c. Peramalan berdasarkan pada perkiraan yang dikombinasikan dari penjualan dan divisi
Metode deret waktu (time series) didefinisikan dari trend dan pengaruh musiman,
berdasarkan data yang lebih akurat daripada metode opini, meskipun demikian
berdasarkan keseluruhan waktu di atas, peramalan time series tidak dapat menghitung
secara khusus diluar batas faktor yang berhubungan. Asumsi dasar yang digunakan itu
dianggap suatu pola histori yang berlanjut. Syarat penggunaan metode time series, yaitu :
26
Data variabel waktu lampau tersedia dan semua informasi harus dapat dikuantitatifkan
Metode deret waktu ini merupakan peramalan berdasarkan analisa pola antara
kebutuhan masa datang. Jadi ramalan kebutuhan untuk waktu atau masa yang akan
Ft 1 ( 1 - α ) Ft
2
α derajad pemulusan
n 1
jika data yang lewat adalah Ft = X0, maka yang diramalkan menjadi Ft+1 = X1; dan jika
data yang lewat Ft+1 = X1, maka yang diramalkan menjadi Ft+2 = X2 dimana :
kedepan
27
2) Metode Rata-rata/Nilai Tengah
Metode ini menggunakan dasar pemikiran dimana permintaan yang akan d atang
didekati dengan rata-rata/nilai tengah dari data historis. Untuk semua periode yang
diprediksi kedepan akan mempunyai nilai tetap yaitu sebesar nilai tengah atau
t
Ft 1 Xi / t
i 1
Dimana :
t = nilai periode
Xi = nilai data ke-i
suatu pengumpulan nilai yang diobservasi, lalu didapat nilai rata-rata yang
dimana :
Ft + 1 = nilai kebutuhan yang diramalkan
Xt = nilai observasi pada periode t
Xt – 1 = nilai observasi pada periode t-1
Xt – (N+1) = nilai observasi pada periode t – (N+1)
N = banyaknya data periode pergerakan
28
4) Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal
Metode ini mempunyai cara yang hampir sama dengan metode rata-rata bergerak,
hanya pada metode ini nilai yang baru diberi bobot yang relatif lebih besar
dibandingkan nilai yang lama dan data yang diperlukan dapat sedikit
Ft 1 xt (1 ) Ft Ft ( xt Ft )
Dimana :
2
= bobot untuk nilai observasi yang paling akhir =
n 1
Metode peramalan Box Jenkins adalah metode yang sangat tepat untuk
Metode ini menggunakan dasar deret waktu dengan model matematis, yang
digunakan untuk bentuk peramalan yang dipengaruhi oleh beberapa lingkungan yang
rumit, yang terjadi karena terdapatnya variasi dari pola data yang beraturan, sehingga
pendekatan untuk meramalkan data dengan pola yang rumit tersebut dengan
29
1) Model ARMA (Autoregressive – Moving Average)
Yaitu model untuk data yang tetap dan dapat digunakan untuk menggambarkan
jenis atau pola data waktu tertentu. Bagi deret waktu yang tetap statis, metode Box
Jenkins menguraikan tiga kelas yang umum dari beberapa model yang dapat
digunakan, terutama untuk menggambarkan jenis atau pola dari data waktu.
Model yang digunakan untuk menganalisa trend atau musiman dari deret waktu
dengan menggunakan model dua arah. Model ARIMA secara umum adalah sulit
untuk dituliskan. Keuntungan dari model ini adalah bahwa ramalan-ramalan yang
banyak waktu yang dipergunakan untuk memperoleh atau mendapatkan data yang
Merupakan dasar garis trend untuk persamaan matematis, sehingga dengan dasar
persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal yang teliti untuk masa depan. Untuk
peramalan jangka pendek maupun jangka panjang ketepatan metode ini sangat
baik. Beberapa model peramalan dari metode “time series” dengan regresi yaitu :
30
a) Model Linier
Y(t)=a+b(t )
Dimana
N N N
N t.Y (t ) Y (t ). t
b i 1
N
i 1
N
i 1
N t 2 [ t ]2
i 1 i 1
N N
a Y (t ) / N b t / N
i 1 i 1
b) Model Kuadratik
Y(t)=a+b(t )+c(t) 2
Dimana
Y
b
2
N N
y [ Y 2 ]2 N t
i 1 i 1
N N N
t. t12 N t 3
i 1 i 1 i 1
N N 2
[ Y ] N t 2 2
i 1 i 1
N 2 N N
t . Y (t ) N t.Y (t )
i 1 i 1 i 1
31
N 2 N N
t . Y (t ) N t 2 .Y (t )
i 1 i 1 i 1
(b)( )
c
Y
N N N
Y (t ) b Y (t ) c t 2
a i 1
- i 1
- i 1
N N N
c) Model Eksponensial
Y ( t ) = a e (t)
Dimana :
N = Banyaknya data
kesalahan dalam peramalan untuk itu harus, dipilih yang mendekati kenyataan dengan
melakukan uji statistik pada beberapa metode tersebut, selanjutnya nilai uji statistik yang
diperoleh dibandingkan untuk mendapatkan nilai kesalahan yang paling kecil. Kesalahan
32
peramalan dalam suatu periode waktu t, dibedakan antara data yang aktual, Y( i ) dan nilai
E(t)=Y(i)–Y(t)
Untuk menghitung jumlah dari kesalahan, ada beberapa uji statistik yang digunakan
adalah :
MSE = ( e ( t ) )2 / N
MAE = | e ( t ) | / N
n
SSE = et 2
t=1
5. Verifikasi Peramalan
Setelah dilakukan peramalan untuk periode yang akan datang dilakukan Verifikasi
untuk mengetahui apakah fungsi peramalan mewakili sistem permintaan serta sebagai alat
33
a. Menghitung moving range
MR = e t - e t-1
MR = moving range
e t-1 = X t - F t
MR
MR =
n -1
BKA = +2,66 MR
BKB = -2,66 MR
3 tititik data berurutan, 2 data atau lebih diatas 2/3 BKA dan 2/3 BKB
5 titik data berurutan, 4 data atau lebih diatas 1/3 BKA dan 1/3 BKB
8 titik data berurutan, pada salah satu sisi garis 0 (centre line)
Jika hasil peramalan memenuhi salah satu kriteria Out of Control, maka harus
dicari penyebabnya.
34
Studi kasus :
dikoordinasikan dan diarahkan untuk mencapai tujuan rancangan yang akan datang dalam
4. Perumusan tentang tujuan yang ingin dicapai dan kebijakan operasional yang dapat
hasil pemasaran dan realisasi kegiatan yang dilakukan dalam bidang peramalan.
Tabel 3.1.
35
Tabel 3.1. Data Pemasaran Perumahan Griya Pesona
X = Periode waktu
Ft + 1 = Xi / t
= 93,36 unit
36
Tabel 2. Penyederhanaan Waktu dan Jumlah Pemasaran Rumah Griya Pesona
Waktu (t) Yi
1. 80
2. 85
3. 100
4. 90
5. 95
6. 87
7. 89
8. 103
9. 83
10. 110
11. 105
Secara grafik dapat ditunjukkan hasil penjualan rumah di Griya Pesona dalam Gambar 3.1.
115
105
Yi
95
85
75
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
xi (Waktu)
37
2. Metode time series
T Yi t. Yi t2 ( Yi - a ) (Yi - a )2
1. 80 80 1 -23,92 572,16
2. 85 170 4 -18,92 357,96
3. 100 300 9 -3,92 15,36
4. 90 360 16 -13,92 193,76
5. 95 475 25 -8,92 79,56
6. 87 522 36 -16,92 286,28
7. 89 623 49 -14,92 222,61
8. 103 824 64 -0.92 0,85
9. 83 747 81 -20,92 437,65
10. 110 1100 100 6,08 36,96
11. 105 1155 121 1,08 1,16
= 66 = 1027 = 6356 506 2204,31
Yi 1027
y 93,36 unit
t 11
t 66
x 6
t 11
n
(Yi a) 2 2204,31
sd
i .n N 1
11 1
14,85
(Yi a) 2 2204,31
MSE 200,39
t 11
38
b. Standar devisiasi
Yi 1027
Ft 1 93,36
t 11
_
Y 93,36
t e
1. -13,36 178,49
2. -8,36 69,89
3. 6,64 44,09
4. -3,36 11,29
5. 1,64 2,69
6. -6,36 40,45
7. -4,36 19,01
8. 9,64 92,93
9. -10,36 107,33
10. 16,64 276,89
11. 11,64 135,49
e2
981,55
39
PERENCANAAN PRODUKSI
BAB IV.
AGREGAT
yang dilakukan secara menyeluruh untuk memenuhi total permintaan terhadap produk
dengan memanfaatkan sumberdaya manusia, dana, material secara efisien dan tepat
waktu.
Menggunakan secara efisien sumberdaya manusia dan sarana produksi yang dimiliki
perusahaan.
40
3. Alokasi pemanfaatan waktu kerja (reguler, lembur, shift)
Periode Perencanaan
Horizon Perencanaan
41
Untuk mengantisipasi ketidakpastian demand/konsumen, seorang manager produksi harus
selanjutnya melakukan :
Untuk manager marketing juga harus menciptakan strategi pasar yang dapat
1. Promosi
Suatu Pabrik mempunyai kapasitas produksi : 38 unit/hari. Setiap unit produksi yang baru
dihasilkan tidak langsung dijual pada bulan tersebut, jadi diperlukan penyimpanan dengan
biaya penyimpanan $ 10/bulan. Biaya pemesanan ulang (Back order) untuk tiap unit
$ 25/bulan. Biaya produksi per unit – pada jam kerja biasa = $ 800
42
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
RT OT
Inv BO Total
Forecost Cum RT OT RT OT Cum Prod Prod
Month Inv BO Costs Costs Costs
Demand demand day day Prod Prod Prod Costs Costs
( X $ 1.000 )
J 500 500 22 4 836 152 988 488 - 668,8 152 4,88 -- 825,63
F 750 1.250 18 4 684 152 1.824 574 - 547,2 152 5,74 - 704,94
M 850 2.100 22 4 836 152 2.812 712 -- 668,8 152 7,12 - 827,92
A 1.000 3.100 21 4 798 152 3.762 662 - 638,4 152 6,62 - 797,02
M 1.400 4.500 22 5 836 190 4.788 288 - 668,8 190 2,88 - 861,63
J 1.500 6.000 21 4 798 152 5.738 - 262 638,4 152 - 6,55 796,95
J 850 6.850 21 4 798 152 6.688 - 162 638,4 152 - 4,05 794,45
A 750 7.600 13 3 494 114 7.296 - 309 395,2 114 - 7,60 516,8
S 600 8.200 20 4 760 - 8.056 - 144 386,4 - - 3,60 611,6
O 400 8.600 23 4 483 - 8.539 - 61 386,4 - - 1,53 387,93
N 400 9.000 21 5 441 - 8.980 - 20 352,8 - - 0,50 353,3
D 400 9.400 20 4 420 - 9.400 - 0 336,0 - - - 336,0
6.547,2 1.216 27,43 23,83 7814,27
Untuk dapat menjaga agar cumulative production = cumulative demand, maka selisih dari
nilai 9400 – 8056 = 1344, dibagi 3 periode bulan Okt, Nov dan Des. Ini juga memberikan
pengertian bahwa pabrik pada bulan Okt, Nov dan Des. mempunyai kelonggaran pada
penjadwalan hari kerja bisa dikurangi, atau karyawan lepas bisa ditutup kontraknya, serta
43
GRAFIK PERENCANAAN AGREGAT
12000
11000
10000 Cum R + O capacity
9000
8000
7000 Cum.Prod.Plan
6000 (8)
5000
4000
3000
Cum.Forecasted Demand
2000 (3)
1000
0
0 J F M A M J J A S O N D
Banyak metode dikembangkan untuk perencanaan agregat tetapi pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi :
44
Programa Linier
Formulasi :
Fungsi pembatas :
Xi, t – Ii, t + L + I = di, t + L i = 1,2, ………, N
t = 1,2, ………, T
N
i 1
mi xi,t < Ot + Rt t = 1,2, ………, T
45
Parameter Model
Rt = Ongkos buruh/jam
Ot = Ongkos lembur/jam
Kriteria yang digunakan kriteria ongkos, dengan variable ongkos tersebut bersifat kuadratik
Tujuan : untuk mendapatkan ongkos yang paling murah dengan cara minimasi fungsi
2. Ongkos merekrut & mem PHK tenaga kerja Ct(2) = C2 (Wt – Wt-1)2
46
3. Ongkos lembur & menganggur Ct(3) = C3[Pt – C4 Wt]2 + C5 Pt – Ct Wt
It = It – 1 + Pt – Dt
Dimana :
T
Minimaze = Z = Ct =
t 1
={Ct(1) + Ct(2) + Ct(3) + Ct (4)}
Motode ini digunakan sebagai alat untuk menentukan kecepatan produksi dengan
Rencana didasarkan atas gambaran antara demand kumulatif dan rata-rata demand
kumulatifnya
47
2. Gambarkan grafik demand kumulatif Vs waktu periode t serta grafik demand rata-rata
3. Tentukan strategi yang akan digunakan untuk mengatasi kelebihan persediaan dan
kekurangan barang.
4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan dipilih yang ongkosnya terkecil.
Suatu industri produk barang menggunakan jasa konsultan pemasaran untuk memberikan
gambaran kebutuhan demand tahun depan atas produk tersebut. Jasa konsultan
pemasaran memberikan data forecasting demand pada tahun depan sebagai berikut :
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Demand
220 90 210 396 616 700 378 220 200 115 95 260
(unit)
c. Hitung kecepatan produksi rata-rata untuk memenuhi demand dan gambarkan dengan
kurva permintaannya.
d. Bila kondisi tenaga kerja tetap, tidak ada idle time dan overtime (lembur), back order
tidak ada atau sub kontraktor tidak ada, dan penyesuaian kapasitas mesin tidak ada
serta industri ini tidak menggunakan safety stock untuk memenuhi demand, berapa
48
keseimbangan inventory setiap bulan yang aman untuk mengantisipasi fluktuasi
demand.
Biaya rekruitmen untuk meningkatkan kecepatan produksi dan biaya PHK untuk
Biaya penyimpanan = 20% dari rata-rata keseimbangan inventory dan setiap unitnya
Jawab :
49
3500
Kec. Prod. Rata-rata = = 14 unit/hr
250
b. Histrogram Demand
J
40
Kebutuhan Prod/hari
M
Pt = Kec.
30 Prod. Rata2
A J
20
D
10 J M A S
F O N
4000
Prod. Rata2 = Rata2 kebutuhan demand forecasting
Demand Kum. (unit)
3000 Kekurangan
Inventory
2000
1000 Kelebihan
Inventory
0
0 40 80 120 160 200 240 hari
50
3500
c. Kec. Produksi rata-rata = = 14 unit/hari
250
d. Keseimbangan Inventory
51
Keseimbangan inventory rata-rata/bulan :
Pemilihan alternatif
= $ 9.200 + $ 81.000
= $ 90.200
D. METODE EMPIRIS
Tujuan utama :
Untuk memberikan suatu alat pada manajemen agar dapat konsisten dalam
mengambil keputusan tentang jumlah tenaga dan kecepatan produksi (Wt, Pt)
menentukan harga Wt & Pt, tetapi lebih pada upaya untuk menjaga konsisten dari
52
B. Model : Wt = 0 + 1 W + 2 (I* – I
t-1 t-1 ) +3 Ft
= 0 + 1 W + 2 (I* – I ) + 3 (
2
I
Pt t-1 t-1 Ft+1)
i 0 i 1
C.
Dimana : Wt adalah jumlah tenaga kerja pada periode t
Pt adalah kecepatan produksi pada periode t
I* adalah tingkat persediaan yang diinginkan
It-1 adalah persediaan pada akhir periode t-1
Ft adalah pesanan/order untuk periode t
i dam i adalah koefisien manajemen ( i = 0, 1, 2, 3, … )
Metode Parametrik
Metode parametric ini banyak digunakan pada berbagai macam bentuk fungsi ongkos.
Penerapan metode ini dilakukan dengan bantuan komputer agar memudahkan dalam
Mungkin optimal, mungkin bias tidak optimal karena harga-harga parameter tidak
dapat dievaluasi secara kontinue sedang harga parameter yang optimal tidak diketahui
posisinya.
Model produksi
Wt
Pt = + C (Pt* – Wt )
K K
53
Dimana : Wt = Jumlah tenaga kerja pada bulan ke t
W* = Jumlah tenaga kerja ideal
Pt = Jumlah produksi pada bulan ke t
Pt* = Jumlah produksi yang diinginkan
K = Standard kerja (orang per unit produksi)
A & C = Parameter ( 0 < A < 1 dan 0 < C < 1 )
induk produksi melalui proses disagregasi. Metode pendekatan proses disagregasi yang
dilakukan :
Pendekatan “Hax & Meal” pada metode proses disagregasi dilakukan berdasarkan
Suatu family produk yang akan diproduksi pada periode tersebut dari family t, tersebut
Dimana :
Ii,j, t-1 adalah tingkat inventory pada akhir periode t-1 dari item j. family i.
Dij, t adalah permintaan item j. family i pada periode t.
54
Sij adalah safety stock item j dalam family i S = K σ t (K : 0 < k < 4 )
Suatu syarat dalam memilih family produk yang akan dibuat atau diproduksi pada periode
Untuk menentukan berapa jumlah unit yang akan diproduksi dari tiap item dalam suatu
family
a. Hitung ukuran kuantitas manufacturing yang ekonomis (EOM) dari tiap item
2Ai D ij
2
Qij * = h all j
ij , D ij
in
h=I.C
55
b. Hitung kuantititas produksi agregat dari tiap item Qij(adj) = Qij* . kij
c. Jika
i j
Qij (adj) > Pt maka kuantitas produksi setiap item perlu disesuaikan
Pt
Q
*
f = = (adj)
ij
i j
Pt 450
f 0,633
ij
Q
i
( adj)
j
711
56
Untuk periode (t + 1)
Expected
family I Item j Inventory Demand SS
Quantity
A 1 135 170 50 -35
2 210 200 75 10
3 78 100 40 -22
B 4 93 130 50 -37
5 120 170 50 -50
6 83 110 40 -27
7 210 210 60 0
C 8 142 150 40 -8
9 111 100 50 11
10 111 140 50 -29
Untuk periode t
Inventory (Iij, t)
family I Item j Produksi KSI (Pij, t)
Iij,t-1 – Dij, t + Pij, t
A 1 65 135
2 125 210
3 56 78
B 4 0 93
5 0 120
6 0 83
7 0 210
C 8 57 142
9 76 111
10 71 111
57
BAB V. INVENTORY
Persediaan (Inventory)
barang setengah jadi maupun barang jadi yang disimpan untukdigunakan dalam proses
Dinyatakan sebagai pengendalian atas suatu stock material (bahan baku, barang setengah
jadi maupun barang jadi) agar tetap terjaga pada tingkat tertentu.
setengah jadi (barang dalam proses), serta hasil produk akhir yang disimpan digudang dan
58
Fungsi Pengendalian Persediaaan
1. Untuk menjaga agar fungsi produksi tidak berhenti karena keurangan bahan baku serta
untuk menjaga agar tidak terjadi adanya kelebihan persediaan yang besar.
2. Mengurangi resiko biaya yang besar atas kerusakan, kecurian, asuransi, dan investasi
gudang.
Biaya total dapat dihitung dengan memperhitungkan biay atas investasi modal, Untuk
itu perlu diperhitungkan suku bunga (interest) dan biaya penyimpanan pada inventory rata-
59
(I W )(Q)
Total Cost = C + [ (Ps) / Q] +
2D
Untuk mencari jumlah Q optimum (Jumlah pesanan yang optimum) atau Economic Order
(I W )
(δTC)/ (δQ) = 0 - [ (Ps) / Q2] +
2D
(I W )
(δTC)/ (δQ) ≈ 0 [ (Ps) / Q2] =
2D
2𝐷𝑃𝑠
Jadi Q optimum = √ ⁄(𝐼 + 𝑊)
(I W )
Untuk Multi produk digunakan Holding faktor H =
2D
(I 2W )
Untuk Single produk digunakan Holding faktor H =
2D
(I 2W )(Q)
Total Cost = C + [ (Ps) / Q] +
2D
Q optimum = (2 DP) /( I 2W )
(I W )(Q)
TC = C + P/Q +
2D
Biaya Pemesanan
Ql Qopt Qu
60
(I W )(Q)
Total Cost = C + [ (Ps) / Q] +
2D
Karena C merupakan besaran konstanta dan bukan fungsi Q, untuk perhitungan maka
perlu dihilangkan dari persamaan diatas, dan menjadi :
(I W )(Q)
Total Cost ‘ = [ (Ps) / Q] +
2D
Jika TC’ yang diijinkan maksimum mempunyai deviasi 10 % misalnya diatas Tco, ma ka
persamaan dapat diuraikan manjadi berikut :
(I W )(Q)(Q)
[ (Ps) / Q] + -- T C ‘ = 0
2D
(I W )(Q)(Q)
(Ps) + -- T C‘ Q
2D
(I+W) / 2D Q2 -- TC’Q + P
b±√b2 −4ac
X1,2 =
2a
TC′±√(TC′ )2−4P(I+W)
Qu,1 =
2(I+W)/2D
Suatu industri electronik yang menerapkan diversifikasi produk pada suku cadangnya :
pertahun = 1500 unit, dan biaya pemesanan = 50 US $/ order. Jika Total biaya yang
diijinkan (TC’) maksimum 5 % dari TC awal (TC 0), maka Berapa Jumlah maksimum yang
dapat dipesan (Qu) ? dan Berapa Jumlah minimum yang harus dipesan (Ql) ?
Jawab:
61
Q optimum = (2 DP ) /( I W ) = 2(50)(1500) /(20 25)
= 57,74 Unit
= 1.73 US $ / Unit
Suatu Industri besar harus selalu mempunyai cadangan stock (buffer stock) atau
safety stock agar mengurangi ketergantungan pada pihak lain dan mempunyai cadangan
pengaman untuk dapat digunakan dengan cepat, baik dalam bentuk bahan baku, produk
Biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan produk ini cukup besar dan waktu untuk
dipakai belum tentu ada barangnya. Pada barang yang sepele dan banyak seperti mur baut,
paku dll adalah barang yang kurang bermanfaat untuk dipantau dengan teliti akibatnya
akan menimbulkan biaya tinggi. Untuk barang yang penting seperti pada industri tambang :
62
explosive dinamit yang pengawasannya ketat, serta metal detector mahal harganya; begitu
juga pada industri mobil : Sistem robotic; komputer pengendali dan sebagainya.
Hukum Pareto
menunjukkan ada dari beberapa yang penting (Vital few) dan banyak yang sepele (Trival
many). Pada beberapa penerapan sistem ABC memberi tanda bahwa situasi dimana
persentase biaya yang besar dikontribusikan dengan persentase item yang kecil. Demikian
sebaliknya ada banyak item suku cadang perediaaan yang kontribusinya sangat kecil.
70-80 % dari total biaya komponen yang berasal dari 15- 20 % jumlah item actual .
Masalah utama persediaan bahan baku adalah penetapan jumlah pesanan ekonomis
pertanyaan :”berapa jumlah dan kapan bahan baku dipesan agar ongkos simpan dan
ongkos pesan dapat minimal. Persediaan barang dalam proses merupaka n penyangga
antar dua proses, persediaan penyangga merupakan tindakan berjaga -jaga terhadap
kerusakan suatu mesin yang ada dalam lintasan. Tingginya persediaan penyangga maka
63
akan semakin tinggi ongkos simpannya, tetapi kemungkinan terhentinya produksi aki bat
kerusakan salah satu mesin pada lintasan tersebut menjadi lebih sedikit
Perencanaan dan pengendalian persediaan berguna untuk menjadikan proses produksi dan
produksi akibat fluktuasi pasokan bahan baku. Persediaan penyangga dan komponen
produk berguna untuk memenuhi fluktuasi permintaan yang tidak dapat dengan segera
Semakin tinggi persediaan maka fungsi produksi dan pemasaran akan dapat
dijalankan dengan semakin stabil. Namun harus diingat bahwa persediaan berarti ongkos.
peramalan., produksi lebih rendah dari rencana atau waktu ancang lebih panjang dari yang
diperkirakan semula.
64
B. MODEL PERENCANAAN PERSEDIAAN
barang ialah :
Harga (P)
Nilai suatu item adalah harga beli jika didapatkan dari pemasok di luar perusahaan,
Merupakan jumlah yang dinvestasikan dalam bahan dan tidak dapat diinvestasiikan
Merupakan ongkos yang timbul akibat menyimpan suatu item persediaan. Kategori
Pemindahan
Depresiasi
Asuransi
Pajak
65
Merupakan ongkos tetap pemesanan yang pengadaan bahan dari luar perusahaan.
Model dimana persediaan bahan baku mempunyai laju permintaan tetap atau tingkat
𝐷
Ongkos Pesan Tahunan = 𝑂
𝑄
Dengan asumsi biaya modal dan ongkos simpan didasarkan pada persediaan rata-
rata, maka biaya modal dan ongkos simpan selama satu tahun ialah :
𝐐
Ongkos Simpan (Tahunan) = H
𝟐
𝐐
Ongkos Modal (Tahunan) = iP
𝟐
Jika ketiga persamaan diatas digabungkan maka didapatkan persamaan ongkos total
66
D Q
Ongkos Total Persediaan (Tahunan) ()= O + (H+iP)
Q 2
𝝏
( = 𝟎 ) maka akan didapatkan rumus EOQ (jumlah pesanan ekonomis) :
𝝏𝑸
2.𝑂𝐷
Q= √
𝐻+𝑖𝑃
Variasi model EOQ terjadi bila terdapat potongan harga pembelian (quantity
menarik minat pembeli agar membeli dalam jumlah besar. Tiap faktor dalam model
EOQ dapat berubah sesuai kondisi yang dihadapi perusahaan sehingga dapat
Model ini digunakan karena EOQ didasarkan pada asumsi laju permintaan bahan yang
sudah diketahui dan konstan, jika permintaan bahan tidak konstan , model EOQ tidak
c. Menggunakan metode heuristik Silver – Meal yang kurang akurat tetapi agak
mudah.
67
Metode Wagner-Whitin dan Silver-Meal didasarkan atas permintaan beberapa
hanya dilakukan pada awal periode, serta ongkos simpan yang hanya dibeankan pada
Metode Wagner-Whitin bekerja dengan cara yang kurang lebih sama tetapi
mulai dari permintaan pada periode terakhir dan bekerja balik ke periode nol.
Keputusan yang dibuat pada tiap periode waktu adalah dengan membandingkan
ongkos total jika pembelian dilakukan pada periode tersebut dengan ongkos total jika
pembelian dilakukan pada periode sebelumnya. Jika ongkos total p ada periode t-1
perhitungannya lebih didasarkan pada periode perencanaan dan bukan pada total
permintaan selama horison perencanaan. Dengan T jumlah satuan waktu pada periode
pembelian, maka :
68
Di dalam model EPQ item yang diproduksi langsung digunakan sehingga tingkat
tidak akan pernah mencapai jumlah komponen yang dipesan(Q). Inti dari model EPQ
adalah mencari jumlah komponen yang diproduksi yang meminimasi ongkos total
𝐐 𝐃
Tingkat persediaan Maks = (M - D)*t’ = (M - D) = (1- )* Q
𝐌 𝐌
D Q
Tingkat persedian rata-rata = (1 – )
M 2
P = Ongkos Produksi
persamaan diferensial itu sama dengan nol, didapatkan jumlah produksi ekono mis
EPQ.
yangrelatif tetap. Perubahan elemen ongkos terhadap jumlah pesanan maupun produksi
ekonomis, karena EOQ/EPQ berbanding lurus dengan akar D(kebutuhan) dan O (ongkos
69
pesan/setup). Jika terjadi peningkatan kebutuhan atau ongkos pesan/setup maka
EOQ/EPQ ikut naik,karena EOQ/EPQ berbanding terbalik dengan akar biaya modal, ongkos
simpan, dan harga bahan ,maka akan terjadi jika ada penurunan .
Pada saat tingkat persediaan nol maka pemenuhan seketika tidak mungkin dilakukan
selalu dibutuhkan waktu ancang(lead time) untuk memenuhi permintaan. Waktu ancang
adalah waktu yang diperlukan dari mulai pesanan dilakukan sampai bahan baku diterima
Kehabisan bahan bisa saja terjadi, maka untuk menghindarkan kehabisan persediaan
yang akan menjadikan ongkos persediaan aktual menjadi jauh dari optimal. Hal ini
sistem secara keseluruhan menjadi optimal” salah satu cara menekan biaya pengendalian
dalam kelas B, dan persediaaan bernilai rendah digolongkan ke dalam kelas C. Terdapat
perbedaan kebijaksanaan persediaan untuk ketiga kelas ini. Investasi harus ditekan untuk
item persediaan kelas A dan B sehingga kebikjasanan minimasi ongkos harus dilakukan
dengan ketat. Item persediaan kelas C dapat disediakan agak berlebih dan dengan
70
C. APLIKASI MODEL PERENCANAAN PERSEDIAAN
Model EOQ adalah model dasar yang diturunkan dari kondisi ideal, penerapannya
dalam perusahaan disebut teknik jumlah pesanan dan waktu pemesanan yang tetap.
Secara operasional perusahaan dapat memilih untuk melakukan salah satu dari dua
kebijaksanaan persediaan berikut ini : jumlah pesanan yang tetap (Pola Q) atau periode
jumlah yang tetap. Pemesanan dilakukan pada saat tingkat persediaan diperhitungkan
akan mencapai tingkat persediaan pengaman dalam jangka waktu ancang. Sedangkan
tergantung pada tingkat persediaan pada saat pemesanan dan tingkat persediaan
maksimum yang diinginkan, sementara pesanan dilakukan dalam jangka waktu yang tetap.
D. STUDI KASUS
71
O = $ 80,00 per pemesanan
2.𝑂𝐷
EOQ = √
𝐻+𝑖𝑃
= 8.945 kontainer
N = D/Q
= 80.000/8.945
Selang antar pemesanan didasarkan atas 270 hari kerja per tahun :
T = 270 / (D/Q)
= 270/9
= 30 hari kerja
= (OD/Q) + ((H+iP)Q/2) + PD
72
= (80*80.000/8.945) + ((0,1+0,15*0,4)*8.945/2)+(0,40*80.000)
= $33.341,08
2. Dari analisis peramalan suatu perusahaan PT. X mengetahui bahwa total penerimaan
di tahun yang akan datang ialah sebanyak 125 unit produk A perbulan dengan pola
persediaan produk sebesar 100 unit dan pihak manajemen menginginkan tingkat
persediaan tersebut ditekan menjadi 50 unit produk A pada akhir periode perencanaan.
Jika tiap produk A menmbutuhkan tiap unit bahan baku XA, jumlah hari kerja pada
periode perencanaan yang akan datang 285 hari kerja, dan diketahui data ongkos
sebagai berikut :
73
Kebutuhan bahan XA yg dipesan dari pemasok diluar PT.X : (1450*3) = 4350 unit
EOQ = ((2*20.000*4.350)/(2.000+0,25*5000))1/2
= 232 unit XA
Jumlah pemesanan
N = D/Q
= 4350/232
= 19 kali pemesanan
Selang pemesanan
T = 285/N
= 285/19
= 15 hari kerja
= (OD/Q) + ((H+iP)*Q/2) + PD
= Rp 22.502.000,00
74
3. Seperti pada contoh 1 sebuah perusahaan membeli 80.000 kontainer per tahun .Data
ongkos sbb :
EOQ = (2*80*80.000/(0,10+0,15*0,35))1/2
= 9162 kontainer
harga EOQ diatas tidak fleksibel, dalam arti kata harga $ 0,35 tidak mungkin didapat
jika hanya dipesan 9.162 kontainer. Maka dihitung ongkos total persediaan dengan
= $29.845
75
EOQ = (2*80*80.000/(0,10+0,15*0,36))1/2
= 9.167 kontainer
karena EOQ masih tidak fleksibel,artinya harga $0,36 tidak mungkin didapat jika hanya
dipesan 9.167 kontainer, Maka dihitung ongkos total persediaan dengan jumlah
= $ 30.210
EOQ = (2*80*80.000/(0,10+0,15*0,40))1/2
= 8.945 kontainer
= $33.342
76
Pemesanan sebanyak 8.945 unit, ongkos totalnya $ 33.342
Kesimpulan
4. Permintaan suatu bahan selama sembilan bulan berikut ini dijadwalkan untuk
memenuhi pola permintaan berikut ini. Tidak ada persediaan awal, ongkos pesan
adalah $ 100 per pemesanan. Ongkos simpan adalah $ 4 per unit per bulan
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Permintaan 31 14 7 0 87 44 10 51 8 252
Pendekatan EOQ
EOQ = (2*100*28/4)1/2
= 38 unit
Contohnya :
Kebutuhan bulan pertama 31 unit lebih dekat dengan EOQ daripada bulan pertama dan
kedua yaitu 45 unit, maka pembelian dilakukan di bulan pertama 31Unit. Permintaan
77
bulan kedua dan ketiga(14+7) lebih dekat ke EOQ daripada permintaan bulan kedua,
ketiga, keempat dan kelima (14+7+0+87), jadi pembelian dilakukan bulan kedua.
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Permintaan 31 14 7 0 87 44 10 51 8 252
Pers. Awal 0 0 7 0 0 0 0 51 0
252
Pembelian 31 21 0 0 87 44 61 0 8
Pers. Akhir 0 7 0 0 0 0 51 0 0
Ongkos Pesan 100 100 0 0 100 100 100 0 100 600
Ongkos Simpan 0 28 0 0 0 0 204 0 0 232
Pembelian dilakukan dengan cara memulai dari permintaan pada periode terakhir
dan bekerja balik ke periode nol, dan membandingkan ongkos total jika pembelian
dilakukan pada periode tersebut dengan periode sebelumnya, dilihat ongkos total
Periode ke 8 ada dua pilihan : beli pada bulan 8 dan bulan 9 (ongkod pesan $100 +
$100 = $200, tanpa ongkos simpan) beli seluruh kebutuhan bulan 8 dan 0 yaitu 59
unit (ongkos pesan $100 dan ongkos simpan $32) Alternatif kedua lebih disukai
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Permintaan 31 14 7 0 87 44 10 51 8 252
78
Pers. Awal 0 21 7 0 0 0 10 0 8
Pembelian 53 0 0 0 87 54 0 59 0 252
Pers. Akhir 21 7 0 0 0 10 0 8 0
Ongkos Pesan 100 0 0 0 100 100 0 100 0 400
Ongkos Simpan 84 28 0 0 0 40 0 32 0 184
Pendekatan Silver- Meal
sebagai periode pembeliaan hanya ongkos pesan yang terjadi karena D1 tidak pernah
Periode kedua (T=2): AC/TU = ($100+(14*$4))/2 = $ 78. Satu kali pesan sebesar 45
periode 3 sebesar 7 unit dipesan di periode 1 dan dibebani ongkos simpan 2 bulan
sebesar $ 8.
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Permintaan 31 14 7 0 87 44 10 51 8 252
Pers. Awal 0 21 7 0 0 0 10 0 8
Pembelian 53 0 0 0 87 54 0 59 0 252
Pers. Akhir 21 7 0 0 0 0 0 8 0
Ongkos Pesan 100 0 0 0 100 100 0 100 0 400
Ongkos Simpan 84 28 0 0 0 40 0 32 0 184
79
Kesimpulan :
5. Sebuah produk yang dihasilkan PT. Asia Timur Raya adalah boneka dengan permintaan
relatif konstan sebesar 40.000 unit per tahunnya. Bonrka itu terdiri atas tubuh dari
plastuik yang sama untuk setiap bonekanaya, tetapi pakainnya diubah secara periodik
untuk memenuhi selera pasar. Boneka berbagai posisi dibuat dengan mengubah
cetakan di mesin cetak plastik, dengan kecepatan produksi rata-rata 2000 boneka per
hari. Biaya setup diperkirakan sebesar Rp 700.000,00 setiap kali produksi. Satu tahun
Sebuah boneka dalam proses dinilai seharga Rp1.800,00 per buah. Ongkos simpan dan
biaya modal diperkirakan sebesar 20 % dari ongkos produksi dan dihitung berdasarkan
80
Dari data diatas maka dapat dihitung laju produksi per tahun :
EPQ = (2OD/(iP(1-D/M))1/2
= (2*700.000*40.000/(0,2*1.800*(1-40.000/400.000)))1/2
= 13.147 unit
= 3 kali
Lamanya produksi
= 1-D/M)*Q
= (1- 40.000/400.000)*13.147
= 11.831 unit
= (700000*40000/13147)+(0,2*1800*0,9*13147/2)
81
= Rp 4.259.578
Pengendalian persediaan
6. Jika diketahui bahwa waktu ancang pemesanan bahan ialah 10 hari, dengan jumlah
pesanan ekonomis sebesar 100 unit setiap 50 hari kerja. Hitung saat pemesanan
kembali.
Saat pemesanan kembali jatuh pada hari kerja ke 40. Dalam hal ini diperhitungkan
bahwa tingkat persediaan mencapai nol pada hari kerja ke 50. Mengingat waktu ancang
persediaan mencapai nol. Tetapi biasanya, saat pemesanan kembali dinyatakan sebagai
fungsi dari tingkat persediaan. Dengan menggunakan konsep ini maka saat pemesanan
kembali ialah
Kecepatan pemakaian bahan = 100 unit/50 hari kerja = 2 unit per hari kerja
Kesimpulan
Pemesanan dilakukan pada tingkat persediaan bahan baku tinggal 20 unit, atau
82
Ongkos pesan : Rp 120.000,00 per pemesanan
Ongkos simpan : Rp 16.000,00 per unit per tahun, didasarkan atas tingkat
persediaan rata-rata
Ongkos oportunitias : Rp 10.000,00 per hari untuk setiap item yang dibutuhkan
Permintaan rata-rata : 10 unit per hari atau 2000 unit per tahun(didasarkan atas
pengiriman selam 5 hari , tetapi waktu ancang tersebut dapat memakan waktu 11
hari.
Ongkos yang terjadi akibat ketiadaan persediaan adalh Rp 10.000,00 per unit per hari
83
= Rp 16.000 X 10
= Rp 100.000
= Rp 56.000,00
84
Untuk menghitung waktu ancang dengan ongkos terendah ialah :
2(O+OC)∗D
QLT = √
H
(O+C)∗D H∗𝑄𝐿𝑇
Total biaya Persediaan = + + CC
QLT 2
= Rp 3.808.000,00
Selengkapnya di tabel
85
Sistem Persediaan ABC
8. Data berikut
Identitas item Pemakaian Biaya investasi per Investasi Tahunan
Tahunan item
A-15 50 3,00 150
A-34 1000 1,05 1050
A-21 475 2,00 950
B-07 10 10,00 100
B-15 2600 0,50 1300
B-28 600 5,00 3000
B-81 1000 0,25 250
CD-84 2000 11,00 22000
CD-91 3000 0,10 300
G-04 100 0,40 40
G-15 600 0,10 60
G-25 440 2,50 1100
H-10 2000 0,25 500
86
B-28 600 5,00 3000
Kelas C
B-81 1000 0,25 250
B-07 10 10,00 100
CD-91 3000 0,10 300
A-15 50 300 150
G-04 100 0,40 40
G-15 600 0,10 60
H-10 2000 0,25 500
Diketahui berdasarkan data permintaan motor cina (MOCIN) pertahun 1.500.000 unit,
Biaya pemesanan Rp. 20.000.000, Holding cost pertahun Rp.2.000.000, Sedang produksi
rata-rata pertahun 4.350.000 unit, waktu ancang –ancang (lead time) dalam satu tahun (1)
87
Maximum inventory = 6.552
=============================================================
Order: 192.9073
88
MATERIAL REQUIREMENT
BAB VI.
PLANNING (MRP)
A. TUJUAN MRP
Secara garis besar, Proses Perencanaan dan Pengendalian Produksi dapat dibagi
1. Bussiness Planning
a. Orientasi pasar
fasilitas dan peralatan baru. Ini mungkin membutuhkan waktu 10 tahun untuk
perusahaan yang bergerak dalam bisnis proses ekstraksi, dimana perlu dibuat tambang
baru. Business planning juga dapat juga dipersingkat, misalnya hanya 18 bulan untuk
89
pabrik permesin dimana fasilitas dan peralatan dapat diperoleh dengan cepat dari
2. Production Planning
Perencanaan produksi pada tahap ini menggunakan data-data hasil peramalan dari
penjualan masa lalu untuk merencanakan produksi agregat. Karakteristik dari jajaran
produk (product line) yang dibutuhkan pada tahap ini tergantung dari peralatan yang
Pada tahap ini akan dihasilkan Jadwal Induk Produksi yang menguraikan rencana
produksi bedasarkan level family dari hasil Perencanaan Produksi menjadi produk
individu (item).
Tahap ini merupakan validasi MPS terhadap kapasitas yang tesedia, terutama untuk
Tahap ini merupakan proses penjabaran produk (item) part (bahan baku atau
komponen) yang diperlukan. Sehingga tahap ini juga merupakan tahap penentuan
Tahap ini merupakan proses pembanding secara rinci kapasitas yang dibutuhkan oleh
90
7. Operation Scheduling
Tahap ini merupakan proses penjadwalan produksi pada tingkat shop floor. Pada tahap
ini penjadwalan dilakukan sangat rinci untuk menetapkan tugas yang harus dilakukan
setiap harinya.
Production Planning dan Master Schedule biasanya disusun dan direvisi setiap
bulan, sedangkan MRP dan CRP biasanya disusun dan direvisi setiap minggu.
Pertama kali dibuat keputusan agregat, dan kemudian dengan memperhatikan kendala-
kendala yang ada, keputusan dibuat lebih detil. Keputusan-keputusan yang mendetil
memberikan umpan balik untuk mengevaluasi kualitas pembuatan agregat. Tiap tingkat
5) Lingkup perencanaan
91
Fasilitas
Keputusan
Keputusan Fasilitas
Penjadwalan
0 6 12 18 24
1) Item: adalah produk akhir yang akan dikirim kepada pelanggan. Item mempresentsikan
2) Family: adalah kelompok item yang membutuhkan ongkos set-up manufaktur umum.
suatu familiy. Misalnya dengan penggabungan mesin-mesin yang dapat diset-up dalam
92
3) Type: adalah kelompok family yang kuantitas produksinya ditentukan dengan rencana
produksi agregat. Family berasal dari 1 type biasanya memiliki ongkos waktu produksi
2. Agregasi
sumber-sumber tenaga kerja dan mesin. Agregat berarti bahwa perencanaan dilakukan
pada tingkat keseluruhan dimana level produk tersebut menggunakan sumber daya atau
1) Memproses produk manufaktur lebih dari kebutuhan pada periode demand rendah,
2) Menyewa dan mem-PHK tenaga kerja pada waktu dimana proses manufaktur
3. Perencanaan Produksi
93
2) Memberikan input untuk Resource Planning.
Dalam perencanaan ditentukan usah-usaha atau tindakan-tindakan yang akan atau perlu
diambil oleh pimpinan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengertian dari perencanaan
adalah:
Untuk perencanaan yang baik, perlu diperhatikan masalah intern dan ekstern
perusahaan. Masalah intern adalah masalah yang datangnya dari dalam perusahaan (masih
dalam kekuasaan pimpinan perusahaan) sedangkan masalah ekstern adalah masalah yang
menurut jangka waktu yang tercangkup yaitu perencanaan produksi jangka pendek dan
penentuan kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun atau
kurang, dengan tujuan untuk penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan dan fasilitas
adalah penentuan tingkat kegiatan produksi lebih dari satu tahun, biasanya sampai lima
94
tahun mendatang dengan tujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan
a) Perencanaan produksi yang menyangkut kegiatan pada masa yang akan datang
dibuat berdasarkan penafsiran atau ramalan penjualan pada masa yang akan datang.
c) Perencanaan produksi harus menentukan jumlah dan jenis serta kualitas dari produk
Pada dasarnya istilah MPS yang digunakan untuk jadwal induk produksi merupakan
hasil dari aktivitas penjadwalan produksi induk (Master Production Scheduling = MPS).
95
memperbaharui jadwal produksi induk, memproses transaksi MPS, memelihara catatan-
catatan MPS, mengevaluasi efektivitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam
periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.
Umpan Balik
1) Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan
produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales
2) Status Inventory berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang
dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders), dan firm
96
planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak inventory yang
digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead
time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item (Item
Master File).
menjadi salah satu input bagi MPS. Pada dasarnya RCCP dan MPS merupakan aktivitas
perencanaan yang berada pada level yang sama (level 2) dalam Hirerarki perencanaan
prioritas dan perencanaan kapasitas pada sistem MRP II. RCCP menentukan kebutuhan
ketidak sesuaian antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas yang tersedia.
Tahap pertama dalam RCCP adalah identifikasi sumber daya yang utama, seperti :
work center, tenaga kerja atau material kritis. Kemudian menentukan penggunaan sumber
daya per unit untuk setiap item, jika diasumsikan bahwa sumber daya tersebut digunakan
97
dalam periode yang sama sesuai dengan jadwal pesanan yang telah disusun. Setelah
didapat hasil kapasitas yang diperlukan, maka beban sumber daya dibandingkan dengan
kapasitas yang tersedia, apakah terjadi undeload atau overload. Jika overload maka jadwal
harus diubah atau kapasitas harsu ditambah. Jika underload, kapasitas dapat dikurangi atau
jadwal ditambah.
Hanya memberikan nilai pendekatan untuk sumber daya yang diperlukan dalam
produksi
98
1) Pengendalian persediaan, yaitu dengan menjaga tingkat persediaan pada tingkat
1) Ada dan tersedianya MPS, dimana terdapat jadwal rencana dan jumlah pesanan dari
item/produk.
4) Tersedianya catatan (record) tentang status persediaan (inventory) untuk semua item,
1) Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas tak terbatas.
2) Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas terbatas.
3) Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat (mulitple level) dengan kapasitas tak terbatas.
4) Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat (multiple level) dengan kapasitas terbatas.
99
Metode-metode yang digunakan dalam MRP:
1. Lot-For-Lot (LFL)
Metode lot-for-lot atau dikenal juga kenal sebagai metode persediaan minimal
Jika pesanan dapat dilakukan dalam jumlah berapa saja, maka pesanan sesuai
Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 30 40 50 40 60 30 40 30
Rencana penerimaan 30 40 50 40 60 30 40 30
Proyeksi persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya penyimpanan = 0
Metode ini merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot
untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam menjadi lo-lot yang dapat
100
pendekatan periode bagian yang ekonomis (Economic Part Period, EDP), yaitu dengan
membagi biaya pemesanan (biaya set-up) dengan biaya penyimpanan per unit per
periode.
Akumulasi persediaan mendekati nilai EDP tersebut merupakan ukuran lot yang dapat
maka nilai EDP dan penentuan besarnya lot dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam tabel tersebut, apabila kebutuhan pada periode ke-2 diikutsertakan pada
pesanan yang akan diterima pada periode ke-1, maka akumulasi periode bagian (part-
period) sebesar 40. Apabila kebutuhan periode ke-3 juga diikutsertakan maka akumulasi
101
periode-bagian menjadi 140, yaitu berasal dari (40x1 + 50x2). Angka 140 merupakan
nilai yang terdekat dengan 100 (EDP) dibandingkan dengan 40, maka ini berarti
kebutuhan pada periode ke-2 dan ke-3 harus termasuk dalam pesanan yang akan
sebesar 120, yang lebih dekat ke 100 daripada 60, berarti kebutuhan pada periode ke-5
dan ke-6 harus termasuk pada pesanan yang akan diterima pada periode ke-4. Pada lot
yang ketiga jumlah pesanannya mencakup kebutuhan untuk periode ke-7 dan ke-8.
Berdasarkan ukuran lot yang diperoleh itu, maka rencana kebutuhan material dan
Metode ini sering disebut juga dengan metode Uniform Order Cycle, merupakan
pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak seragam dalam
102
mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka ini selanjutnya
dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya dibulatkan ke
dalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup
dalam setiap kali pemesanan. Perhitungan di atas dapat diselesaikan satu rumus, yaitu:
2.S
POQ
D.S
2(50.000)
POQ 2,24 2
40(500)
kebutuhan material dan biaya total dengan menggunakan metode POQ dapat dilihat
103
4. Economic Order Quantity (EOQ)
2.D.S
EOQ
H
H = Biaya pemnyimpanan
320
D 40
8
Jika kita mengasumsikan bahwa periode yang ada sebanyak delapan, maka ukuran lot
2(40)(50.000)
EOQ 89,44 ~ 89
500
Selanjutnya ukuran lot diperoleh sebesar 89 unit, ini dipakai untuk memenuhi
kebutuhan bersih yang ada disepanjang horizon perencanaan dengan cara sebagai
berikut:
104
Bagan MRP dengan Metode EOQ
Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 30 40 50 40 60 30 40 30
Rencana penerimaan 89 89 89 53
Proyeksi persediaan 59 19 58 18 47 17 30
Teknik FOQ menggunakan kuantitas pemesanan yang tetap, yang berarti ukuran
kuantitas pemesanannya (lot size) adalah sama. ukuran lot tersebut ditentukan secara
sembarang misalnya memilih jumlah kebutuhan bersih tertinggi sebagai ukuran lotnya.
Berikut ini merupakan contoh pemakaian teknik FOQ dengan ukuran lot 120.
105
6. Fixed Period Requirement (FPR)
yang tercangkup dalam interval pemesanan yang telah ditetapkan. Penerapan interval
pemesanannya dilakukan secara seimbang. Pada teknik FPR ini, jika saan pemesanannya
jatuh pada periode yang kebutuhan bersihnya sama denga nol maka pemesanan
Kebutuhan bersih 30 40 50 40 60 30 40 30
Proyeksi persediaan 90 50 0 60 0 70 30 0
Pada proses ini dilakukan penentuan beban kerja yang terjadi di setiap stasiun
106
a. Rencana pembuatan produk (Planned Order Released), yang merupakan output dari
MRP.
b. Data stasiun kerja (Work Center Definition), berikut kapasitas yang tersedia.
c. Routing File, yang merupakan urutan proses operasi pembuatan suatu part/produk.
CRP memberi verifikasi bahwa kapsitas yang tersedia cukup untuk memproses
semua order yang dikerluarkan dalam horizon perencanaan. Verifikasi ini secara umum
merupakan pengesahan MRP. Jika CRP feasible, yaitu jika beban kerja tidak melebihi
CRP menggunakan order kerja yang dikerluarkan oleh sistem MRP dan melakukan
simulasi deterministik yang merupakan lead time dari MRP untuk menentukan waktu
setiap order melalui stasiun kerja. Simulasi ini terus dilakukan sampai semua order yang
dikerluarkan diperhitungkan. Dari simulasi ini kapasitas yang tersedia pada stasiun
tersebut.
Beban kerja yang terjadi mungkin saja melebihi kapasitas yang tersedia, sehingga
8. Operation Scheduling
Penjadwalan operasi adalah penugasan waktu dimulai dan akhir untuk operasi
a. Penenutuan sekumpulan order yang siap untuk diproses pada stasiun kerja tertentu
107
b. Penentuan urutan operasi yang dilakukan.
Penjadwalan operasi perlu dilakukan jika seluruh item yang berbeda diproses pada
stasiun kerja yang sama, atau dengan kata lain khususnya pada sistem manufaktur job
Shop. Untuk itu harus dipilih order mana yang harus diberi prioritas. Terdapat beberapa
B. PROSEDUR MRP
1. Menyiapkan data hasil peramalan atau jadwal induk produksi yang digunakan.
4. Menghitung jumlah kebutuhan material untuk setiap 1 unit produk untuk masing-masng
108
PENJADUALAN PEKERJA
BAB VII.
(PERSONNEL SCHEDULING)
Penjadualan merupakan suatu masalah yang sangat kritis didalam penerapan industri
manufaktur. Untuk itu perlu pembahasan pengaturan bersama pada tuingkatan kerja
buruh di unit produksi. Kondisi yang sering terjadi adalah bentuk penerimaaan berdasarkan
urutan kerja, kondisi pekerja, dan waktu kerja lembur. Masalah penjadualan memiliki
Atribut pertama diterapkan pada permintaan yang berfluktuasi, dengan jangka waktu
pendek yang terjadi dalam seminggu. Atribut Kedua penjadualan pekerja merupakan
penerapan usaha manusia bekerja yang umumnya tidak dapat disimpan telah terrecord
dalam data personalia. Atribut ketiga dari masalah yang sesuai dan mudah dicapai pada
mencakup pekerjaan identifikasi individual seperti time study pada setiap pekerjaan,
kebutuhan tenaga kerja, jumlah mesin yang beroperasi, dan waktu kerja yang tersedia
setiap minggu.
109
Istilah Pada Penjadualan Pekerja
1. Demand (permintaan) dalam kerja adalah jumlah kebutuhan pekerja selama periode
menjalankan pekerjaannya atau dapat diartikan sebagai profil kebutuhan tiap waktu
yang didefinisikan dalam angka dari orang yang diperlukan ditiap periode hari.
2. Shift adalah waktu pekerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan diluar jam kerja normal
3. Penjadualan adalah satuan dari shift yang mampu memuaskan berdasarkan kriteria
kebutuhan yang dijabarkan menjadi susunan waktu mulai kerja hingga berhenti setiap
hari.
A. Penjadualan Shift
Tujuan utama ketika jadual pekerja diterapkan adalah untuk menyediakan pekerja
pada hari kerja selama 6 hari atau 7 hari kerja dalam seminggu dan untuk meminimumkan
upah buruh. Masalah yang biasanya terjadi adalah kebutuhan pekerja tidak dapat dipenuhi
berdasarkan aturan 5 hari kerja / 40 jam kerja sesuai aturan perundang-undangan Tenaga
Kerja. Penerapan penjadualan shift yang berkeadilan bagi tenaga kerja dan
meminimumkan upah buruh bagi pabrik. Untuk itu perlu upaya penjadualan pekerja yang
bekerja penuh pada hari kerja dan penjadwalan libur bagi pekerja yang berkeadilan.
personnel selama periode 7 hari ( satu minggu). Penerapan tersebut dijabarkan menurut
pekerja dengan keahlian yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan. Contoh pada
penrapan perawat di Rumah sakit yang memiliki staff sejumlah 30 perawat, jika setiap hari
110
sabtu dan minggu adalah hari libur. Berapa jumlah kebutuhan perawat tiap hari selama 1
5
4
3
2
1
Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
Shift # 1
Shift # 2
Shift # 3
Shift # 4
Shift # 5
Shift # 6
Total
Staff 2 4 5 5 5 5 4 30
Demand 2 4 4 5 5 4 4 28
Overstaff 0 0 1 0 0 1 0 2
menyediakan sepasang hari kerja reguler (waktu kerja normal) yang dikenal RDOs = reguler
day off. RDOs harus ditempatkan secara berurutan yang dilakukan berdasarkan urutan
berikut:
Langkah 1. Dimulai dari yang membutuhkan tenaga kerja terbesar ke terbesar kedua,
ketiga dan seterusnya. Tempatkan semua hari dengan tenaga kerja yang sama
111
Langkah 2. Jika terdapat 2 hari off yang identik pilaih pasangan hari dengan kebutuhan
Langkah 3. Pilih pasangan hari off yang paling masuk akal, misalnya hari : sabtu minggu
Contoh :
Suatu penerapan penjadualan pekerja di suatu toko retail RTC (Retail Trade Center) dengan
kebutuhan 7 hari kerja dengan 5 hari kerja atau 40 jam kerja dengan kebutuhan (Minggu :
Total demand 46 orang, Jumlah orang yang dibutuhkan per hari untuk memenuhi 5
hari kerja (RDOs : 2 hari) adalah :46 orang / 5 harikerja = 9,2 shift dibulatkan menjadi 10
Pada shift #1 pada hari senin sampai jumat mempunyai kebutuhan tenaga kerja terbesar
dihari senin 8, selanjutnya selasa hingga jumat 7 sehingga langkah aturan 1 digunakan
dengan mencantumkan nilai–1, dan hari identik dipilih pasangan pada hari sabtu dan
minggu dengan kebutuhan terkecil 4 dan 6 untuk itu dicantumkan nilai 0, sehingga tabel
112
Secara keseluruhan iterasi 10 kali ditunjukkan pada Tabel 9.3.
Tabel 9.3. Tabel Solusi Pemecahan Berdasarkan Tibrewala, Phillipe dan Browne (1972)
Mgu Snn Sls Rb Kms Jmt Sbt
4 8 7 7 7 7 6 Initial Demand
0 -1 -1 -1 -1 -1 0 shift # 1
4 7 6 6 6 6 6
0 -1 -1 -1 -1 -1 0 shift # 2
4 6 5 5 5 5 6
-1 -1 0 0 -1 -1 -1 shift # 3
3 5 5 5 4 4 5
-1 -1 -1 -1 0 0 -1 shift # 4
2 4 4 4 4 4 4
0 -1 -1 -1 -1 -1 0 shift # 5
2 3 3 3 3 3 4
0 0 -1 -1 -1 -1 -1 shift # 6
2 3 2 2 2 2 3
-1 -1 0 0 -1 -1 -1 shift # 7
1 2 2 2 1 1 2
-1 -1 -1 -1 0 0 -1 shift # 8
0 1 1 1 1 1 1
0 -1 -1 -1 -1 -1 0 shift # 9
0 0 0 0 0 0 1
0 0 -1 -1 -1 -1 -1 shift # 10
0 0 -1 -1 -1 -1 0
Nilai negatif pada baris akhir menyatakan hari mengganggur (idle days) yang diakibatkan
oleh kelebihan tenaga kerja (over staffing). Over staffing tersebut dapat dihindarui melalui
penerapan overtime sebanyak 1 kali. Overtime tersebut dapat ditawarkan kepada salah
satu pekerja yang mendapat libur di hari sabtu. Pengalokasian 1 orang pekerja pada
overtime akan menghemat atau mengurangi 1 orang yaitu pada shift # 10, dan akan
Pendekatan lain dilakukan oleh Monroe (1970) tujuan yang dilakukan pada
penjadualan shift hampir sama dengan Tibrewala et. al (1972) dengan menerapkan dua
hari libur (RDOs) yaitu meminimumkan jumlah pekerja berdasarkan penciptaan shift.
Sebelum pendekatan ini dimulai dengan meramalkan kebutuhan pekerja dengan contoh :
113
minggu. Langkah pertama untuk menentukan jumlah pekerja minimum dilakukan dengan
memplot 10 orang. Selanjutnya untuk menentukan RDOs setiap hari dilakukan untuk hari
Jika setiap pekerja hanya bekerja 5 hari dalam satu minggu , maka diterapkan
prosedur Monroe dengan menerapkan hari RDOs berpasangan ditunjukkan pada Tabel 9.5.
Contoh :
Pada trial pertama estimasi dari jadual shift 1 akan didapat day off Berpasangan Mgu Snn
didapat nilai 1 dan seterusnya. Pada trial kedua dihitung dengan nilai rata-rata dari Mgu
Snn digunakan untuk mendapat nilai baru Mgu Snn berpasangan dan didapat nilai 2,
demikian seterusnya.
Langkah 1. Untuk setiap minggu hitung hari libur (RDOs) dengan mengurangi jumlah
menerapkan 5 hari kerja dalanm stu minggu untuk dijadualkan. Jika bukan
114
termasuk dalam kasus yang sama kebutuhan staf ditambahkan satu (1) hari
Langkah 2. dimulai dengan dua pertama dari satuminggu selanjutnya RDOs berpasangan
Langkah 3. Untuk langkah trail pertama pada penjadualan berpasangan dari RDOs
dinyatakan nilainya mendekati setengah dari hari kedua RDOs hari pasangan
RDOs kedua, dari sisa pada pasangan hari kedua libur (Day Off).
Langkah 4. Perhitungan rata-rata dari penugasan pertama dan kedua yang dihasilkan oleh
satu pasangan dari hari libur digunakan sebagai penugasan tial kedua untuk
Tabel 9.6. Aplikasi Tibrewala pada kebutuhan 42 waktu kerja dalam satu minggu
115
Aplikasi Monroe menerapkan jumlah 42 melalui nilai 45 dikurangkan dengan –3 sebagai
1 0 1 0 1 1 2 {7} Trial #1
4 -3 4 -3 4 -2 5 {4} Trial #2
penyelesaian dengan meminimumkan hari libur berurutan perlu dilakukan oleh Mabert
Contoh :
Pekerja dengan jadwual libur hari sabtu dan minggu, untuk waktu parttime – people
membutuhkan waktu kerja penuh 8 jam kerja, tetapi hanya bekerja 5 hari dalam 1 minggu.
Pekerja full time ada 5 orang dan berapa kebutuhan pekerja part time jika data kebutuhan
Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
0 11 6 8 6 10 0
Tujuan : Maximize Z = X1
Kendala :
116
1. X1 + X2 + U1 = b1
2. X2 + X3 + U2 = b2
3. X3 + X4 + U3 = b3
4. X4 + X5 + U4 = b4
5. X5 + X6 + U5 = b5
6. X6 + X7 + U6 = b6
7. X1 + X7 + U7 = b7
8. X1+.X2+ X3 + X4 + X5 + X6 + X7 +d = b1
9. U1 - U2 - U3 - U4 - U5 - U6 - U7 ≤0
10. U1 + U2- U3 - U4 - U5 - U6 - U7 ≤0
11. U1 - U2 + U3 - U4 - U5 - U6 - U7 ≤0
12. U1 - U2 - U3 + U4 - U5 - U6 - U7 ≤0
13. U1 - U2 - U3 - U4 + U5 - U6 - U7 ≤0
14. U1 - U2 - U3 - U4 - U5 + U6 - U7 ≤0
15. U1 - U2 - U3 - U4 - U5 - U6 + U7 ≤0
d, Ui , Xi ≤0
Dimana :
X1 = No dari Minggu/Senin RDO berpasangan
X2 = No dari Senin/Selasa RDO berpasangan
X3 = No dari Selasa/Rabu RDO berpasangan
X4 = No dari Rabu/Kamis RDO berpasangan
X5 = No dari Kamis/Jumat RDO berpasangan
X6 = No dari Jumat/Sabtu RDO berpasangan
X7 = No dari Sabtu/Minggu RDO berpasangan
117
Hasil akhir dari proses perhitungan program komputer Linier programming ditunjukkan
Hari Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
Total Kebutuhan 0 11 6 8 6 10 0
Full Time 0 5 5 5 5 5 0
Part Time 0 6 1 3 1 5 0
Ada beberapa alternatif pada pendekatan penjadualan tenaga kerja, yaitu : 1. flexitime, 2.
flexitour, 3. glinding time, 4. variable day, 5. maxiflet, 6. job spliting, 7. stagered time, dan
8. flexishift.
1. Flexitime
Para pekerja memilih waktu kapan mereka akan mulai dan berhenti tanpa batas-
batas oleh manajemen. Peraturan dari bagian pusat pada setiap hari. Sebagian terbesar
ketentuan dari pusat yaitu dari pukul 10.00 pagi hingga 14.00 siang dengan toleransi
2. Flexitour
Sebagaimana dalam flexitime, Para pekerja memilih waktu mulai dan waktu berhenti
diluar dari ketentuan pusat. Bagaimana Para pekerja harus mentaati / melakukan 8 jam
118
3. Glinding time
Pekerja dapat mengubah waktu mulai dan waktu berhenti setiap hari, tetapi Para
pekerja harus bekerja saperti persetujuan semula dalam waktu yang panjang setiap hari.
4. Variable day
Pekerja dapat mengubah urutan / nomor dari jam kerja setiap hari. Untuk itu para
pekerja harus bekerja adalah jumlah kumpulan permas / perioda. Ini mengubah perioda
5. Maxiflet
Jam harian pada maxiflet adalah jumlah variable total, seperti lamanya kerja yang
6. Job spliting
Para pekerja dapat mengajukan permohonan untuk bekerja kurang dari 30 jam setiap
minggu.
7. Stagered time
Alternatif dari waktu mulai dan jam kerja dapat dipilih dari daftar shift yang telah
tersedia.
8. Flexishift
Manajemen memberikan kombinasi dari 6 – 8 dan 10 jam setiap hari dengan waktu
mulai yang khusus dan jam kerja dapat dipilih dari kumpulan minggu-minggu kosong yang
tersedia.
119
PENJADUALAN DAN
BAB VIII. PENGURUTAN TUGAS
(SEQUENCING AND SCHEDULING)
A. Pengertian Penjadwalan
pekerjaan turun ke bagian pabrikasi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat
menghambat penyelesaian produksi yang pada akhirnya dapat menurunkan daya saing
perusahaan. Penjadwalan merupakan salah satu mata rantai kegiatan dari perencanaan
produksi yang juga berkaitan dengan proses pengurutan pekerjaan produk secara
Masalah penjadwalan timbul akibat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan pada
satu atau beberapa mesin, yang dikerjakan baik secara seri maupun paralel pada waktu
yang bersamaan. Setiap teknik penjadwalan tidak dapat digunakan untuk menjadwalkan
mesin dalam keadaan tertentu, melainkan harus sesuai dengan pola tertentu pula.
makespan. Tujuan penjadwalan yang lain adalah menekan persediaan barang dalam proses
dengan cara mengurangi rata-rata jumlah tugas yang antri sementara sumber daya sedang
sibuk dengan pekerjaaan yang lain. Baker (1974), menyampaikan makespan dari
120
penjadwalan adalah konstan, maka akibatnya mengurangi rata-rata flow time juga
Secara lebih rinci, tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut: (1.) Menambah
Mengurangi persediaan barang dalam proses dengan jalan mengurangi jumlah rata -rata
tugas yang menunggu dalam antrian suatu mesin karena sibuk, (3.) Mengurangi
jumlah pekerjaan (job) yang terlambat, (4.) Mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang ada, dan (5.) Mengoptimalkan makespan atau total waktu pekerjaan.
Dalam setiap penjadwalan akan dijumpai beberapa istilah yang berhu bungan
proses ke-j dari pekerjaan ke-i yang didalamnya dapat mencakup waktu untuk persiapan
2. Makespan (Ms)
121
n
Ms = ti
i 1
Dimana:
Ms = Makespan untuk n pekerjaan dalam penjadwalan
ti = Waktu proses dari pekerjaan – i
Menunjukkan saat operasi ke-j pekerjaan ke-i dapat dikerjakan (siap untuk
dijadwalkan)
Adalah waktu tunggu untuk pekerjaan-i operasi ke-j setelah operasi sebelumnya
(pendahulu) diselesaikan.
Wi = ∑j=1 g ij
gi = jumlah operasi pada job – 1
Waktu antara saat dimana pekerjaan ke-i telah siap dikerjakan sampai pekerjaan
tersebut diselesaikan.
Fi = ti + Wi = Ci - Ri
Menunjukkan rentang waktu sejak pekerjaan pertama kali dimulai (t= 0) sampai
Batas akhir waktu (dead line) suatu pekerjaan ke-i yang harus diselesaikan. Jika
tugas dilaksanakan melebihi waktu ini berarti terlambat dan dapat dikenai denda
122
8. Lateness (Li )
Merupakan deviasi antara completion time dengan due date suatu pekerjaan atau
mempunyai nilai Lateness positif, apabila pekerjaan selesai setelah due date dan nilai
Merupakan keterlambatan suatu pekerjaan hingga saat due date atau pengukuran
dari nilai lateness yang positif. Bila pekerjaan mempunyai nilai lateness negatif maka
nilai tardiness-nya adalah nol. Tetapi bila nilai lateness positif maka nilai tardiness-nya
Merupakan waktu sisa yang tersedia bagi suatu pekerjaan yag diperoleh dari due
Si = di – ti
dibawah ini:
123
c Pola aliran produksi.
penjadwalan sulit untuk dilakukan. Sebelum memulai proses penjadwal an perlu dilihat
terlebih dahulu jenis pekerjaan tersebut, apakah harus diselesaikan secara seri ataupun
pararel. Klasifikasi masalah penjadwalan yang sering digunakan secara umum dapat
Penjadwalan N pekerjaan pada M mesin juga terbagi lagi menjadi 2 bagian yang
perkerjaan hanya dikerjakan pada satu mesin dan M mesin seri, dimana setiap pekerjaan
Yaitu job datang secara bersamaan dan siap dikerjakan pada mesin kerja. Jika
ada job lain yang datang di luar job tadi maka job tersebut ditolak / tidak dikerjakan.
Maka keputusan yang diambil dititik beratkan pada job yang telah ada.
124
b. Pola kedatangan dianamis :
Yaitu pola kedatangan job tidak menentu baik dalam jumlah maupun waktu
kedatangan, sehingga keputusan yang diambil harus tergantung pada kondisi yang
Pada type ini setiap pekerjaan (job) yang akan diproses memiliki lintasan
operasi searah dan setiap proses yang dilalui setiap job mengalami urutan poses yang
d sama tanpa mengalami pengulangan lintasan (setiap job diproses satu kali pada
setiap mesin).
pola aliran type ini dapat dilihat dari proses yang searah yaitu, beberapa mesin
diberi nomor sedemikian rupa sehingga operasi ke-j dari suatu job mendahului
operasi ke-k. Jadi mesin yang digunakan untuk operasi ke-j diberi nomor lebih kecil
Merupakan pola aliran produksi type Flow Shop yang terjadi apabila semua
job mengalir dalam jalur produksi yang ada pada lintasan produksi atau pola
aliran prosesnya identik, aliran produksi tipe ini digambarkan pada Gambar 8.1.
125
Input (job baru)
Pola aliran produksi type Flow Shop yang terjadi apabila suatu shop
menangani sejumlah job yang bervariasi. Dalam hal ini semua job tidak harus
dikerjakan pada semua mesin, mungkin juga ada mesin yang dilewati, lihat pada
Gambar 8.2.
Job Shop :
Pada pola job shop, job yang datang mempunyai pola aliran yang berbeda-
beda. Dalam hal ini pola aliran produksi yang terjadi tidak searah, sehingga job
yang akan dikerjakan pada suatu mesin dapat merupakan job baru atau job
dalam proses, sedangkan job yang keluar dari mesin dapat berupa barang jadi
atau barang dalam proses, yang mana dapat dilihat pada gambar 8.3.
126
Job-job baru
Job-job Job-job
Mesin K
Dalam proses Dalam proses
Job-job lengkap
Dalam pola aliran job shop ini setiap proses pekerjaan harus dikerjakan
tidak memiliki lintasan operasi yang tetap, sehingga setiap job yang datang
Pola aliran type job shop ini adalah kombinasi dari bentuk aliran
produksi type Flow Shop dan type Randomly Routed Job Shop.
Pola aliran type job shop ini tidak memiliki proses balik yaitu, satu
produk tidak pernah melewati satu mesin lebih dari satu kali.
Dibedakan atas :
127
Informasi yang dimaksud disini antara lain berupa kedatangan bahan, waktu
penyelesaian produk, jumlah operasi, susunan mesin, waktu proses, jumlah dan
dari berbagai pekerjaan yang merupakan fungsi dari sekumpulan waktu penyelesaian. N
pekerjaan yang akan dijadwalkan, maka tingkat keberhasilan dapat dilihat dari besaran-
besaran berikut :
n
Ms = ti
i 1
Dimana :
Apabila diasumsikan semua tugas tersedia pada semua waktu akan dimulai
penjadwalan (t = 0.0) maka flow time dari tugas akan sama dengan completion time.
Fi = Ci
Dimana :
128
Fi = Flow time tugas i.
Ci = completion time
n
F = 1n Fi
ti
Jika diasumsikan semua due date diukur dari t = 0.0, maka keterlambatan (lateness)
n
1
𝑇̅=
n
ti
t i
n
Ni = (Ti)
i 1
Dimana :
Tx = 1 jika N > 0
Tx = 0 jika N ≤ 0
129
6. Utilitas mesin rata-rata (Mean machine utility)
ti
i 1
U=
m.F max
1. Prosedur heuristik
sangat kompleks yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu pendekatan optimal.
Jawaban yang dihasilkan cukup memuaskan dan fleksibel, tetapi tidak dapat menjamin
a. Jadwal job 1
b. Kombinasi job 1 dengan suatu kombinasi lain sehingga menghasilkan suatu kombinasi
yang terbaik.
130
2. Klasifikasi jadwal aktif.
adalah suatu kumpulan jadwal dimana tidak satupun operasi dapat dikerjakan
lebih awal tanpa mengubah susunan operasi. Sedangkan notasi M1, M2 disebut
Mesin 1 dan Mesin 2. Contoh gambar jadwal semi aktif ditunjukan pada Gambar 8. 4.
A. M 222 112
2
M1 111 211
Jadwal Fleksibel
B. M
222 122
2
M1 211 111
Jadwal Semi aktif
Jadwal Semi Aktif dapat dibuat dari jadwal Fleksibel dengan melakukan Left Shift.
b. Jadwal aktif
kan/lebih awal tanpa menghambat (delay) operasi lainnya. Oleh karena itu
131
C. M 222 122
2
M1 211 111
Jadwal Aktif
Jadwal aktif dibuat dari jadwal semi aktif dengan melakukan Local Left Shift.
menganggur selama masih ada pekerjaan yang mengganti atau terdapat operasi
E.
D. M
M 113 433 333 223
3
2
132
d. Jadwal Optimal
Kumpulan jadwal dimana tidak ada jadwal lain yang memiliki tingkat prefensi
lebih tinggi dari kumpulan jadwal optimal tersebut. Sebelum diketahui teknik
penjadwalan job shop, terlebih dahulu harus mengetahui Matrik Routing dan
Routing adalah urutan tipe mesin yang diperlukan untuk mengerjakan suatu
job. Dalam penjadwalan job shop, routing suatu tidak harus sama dengan routing
job yang lain dari sejumlah N job yang akan dijadwalkan. Routing dari beberapa job
yang akan dijadwalkan biasanya ditabulasikan dalam suatu matrik yang disebut
Contoh:
1 2 3 2 3 1
1 2 3 1 3 2
1 2 3 1 2 3
Flow Shop atau Job Shop
Job Shop biasa
Elemen rij dari Matrik Routing menyatakan tipe mesin yang diperlukan oleh job i
operasi ke-j. Matrik waktu dalam menggambarkan persoalan job shop diperlukan
besaran waktu untuk memproses tiap operasi dari tiap job. Besaran waktu ini
tersusun dalam sebuah matrik yang disebut matrik waktu. Matrix ini digambarkan
133
t11 t12 ...... t1m
t 21 t 22 ...... t 2 m
: :
t t nm t nm
n1 tn2
Elemen tij dari matrik waktu menyatakan besarnya waktu yang diperlukan oleh job
i operasi ke-j. Jika dihubungkan dengan matrik routing, maka type mesin yang
diperlukan oleh operasi ke-j job i adalah rij dan waktu prosesnya adalah t.
F. Pengukuran Waktu
waktu kerjanya baik setiap elemen pekerjaan ataupun siklus yang menggunakan alat-alat
kerja. Setelah selesai mengerjakan pengukuran waktu, dilakukan pengujian terhadap data
waktu yang telah diperoleh supaya dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
d. Hitung standar deviasi ( ) yang sebenarnya dari semua data dengan rumus :
134
X
2
X
=
i
N 1
dimana :
N : Jumlah pengamatan yang dilakukan
Xi : Data pengamatan pada ke-i, (i = 1,2,3,..n)
e. Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus :
x =
n
f. Mencari nilai Z
Digunakan rumus :
1 Tingkat Kepercayaan
Nilai Z =
2
1 0,95 0,05
= = = 0,025
2 2
Untuk melihat letak nilai Z dalam kurva dapat dilihat pada Gambar 8.9.
0 1,96
135
g. Tentukan Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah
BKA = X + Z. x
BKB = X - Z. x
dimana :
X = rata-rata waktu x = standar deviasi
Hasil uji keseragaman data menunjukkan semua data berada dalam batas
kontrol.
Sesudah semua rata-rata sub grup berada dalam batas kontrol selanjutnya perlu
dimana :
: Jumlah data
Apabila besarnya data N’ < N, maka sampel yang diambil sudah mencukupi, dan dianggap
136
G. Teknik Pemecahan Penjadwalan Job Shop
Quant System (QS) sebagai perangkat lunak aplikasi yang telah ada dapat
memberikan solusi yang cukup baik untuk mengatasi masalah untuk perencanaan
pekerjaan yang bersifat “Job Shop” outputnya berupa urutan pengerjaan yang optimal
disetiap mesin yang tersaji dalam bentuk Tabel dan Gantt chart.
pendekatan heuristik dan pendekatan optimasi. Model optimasi pada lintasan proses job
shop dikembangkan dengan fungsi objektif minimasi waktu penyelesaian setiap job yang
dijadwalkan.
heuristik. Quant System mudah diaplikasikan dan terdiri dari 27 modul untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam manajemen operasi. Salah satu modul yang digunakan
adalah job shop yang merupakan model penjadwalan n job m mesin, dimana solusi yang
perencanaan job yang cukup baik dan dapat memberikan output Tabel rencana produksi
dari Gantt Chart. Fleksibilitas dan kapasitas input data Quant System cukup besar :
137
1. Jumlah job maximum (Part Type) = 500
Selain itu dapat dimasukkan data tentang : Due dates, Priority Indexes dan
Quant Systems cukup andal digunakan sebagai Software bantu. Tujuan dari penjadwalan
yang dibahas dalam skripsi ini adalah minimasi makespan. Untuk mencapai hal ini maka
banyak terdapat aturan prioritas untuk memilih operasi mana yang akan dijadwalkan
terlebih dahulu, atau masalah pada job shop Scheduling adalah dengan menggunakan
Untuk aturan ini dipilih adalah pekerjaan dengan waktu pengolahan mesin yang
terpendek. Aturan ini didasarkan atas gagasan bahwa suatu pekerjaan diselesaikan
cepat, mesin lainnya dibagian berikut akan menerima pekerjaan yang mengakibatkan
LPT memilih operasi dari suatu pekerjaan yang memiliki waktu proses terpanjang.
Slack time didefinisikan sebagai waktu tersisa hingga tinggal jatuh tempo (due
date) dikurangi waktu pengolahan yang tersisa. Dengan sebuah pekerjaan dengan slack
nol akan hanya mempunyai waktu pas untuk diselesaikan jika tidak waktu tunggu dalam
138
antrian. Dalam aturan ini, slack dibagi oleh banyaknya operasi untuk menormalkan
waktu slack.
Kriteria “keadilan” yang dikenal, sesuai aturan dilakukan pekerjaan yang akan
Aturan pemilihan pekerjaan berikut harus diproses secara acak. Aturan tersebut
tidak dipakai dalam praktek ini hanya menjadi perbandingan bagi aturan lainnya.
Pekerjaan dengan tanggal jatuh tempo paling awal menurut aturan diproses
terlebih dahulu. Penjadwalan ini dilakukan dengan mendahulukan pekerjaan yang due
date-nya paling kecil atau due date-nya paling cepat. Aturan ini dipakai untuk
Memilih operasi dari suatu pekerjaan yang memiliki sisa waktu proses terbesar.
Yaitu memilih operasi suatu pekerjaan yang memiliki sisa waktu proses terkecil.
139
PSt : Jadwal parsial yang mengandung sejumlah t operasi yang telah dijadwalkan.
Proses kerja job secara sederhana dapat digambarkan pada Gambar 8.10.
6. Bobot yang merupakan prioritas urutan pengerjaan dalam sistem jika ada.
140
Hasil berupa :
3. Gantt Chart
Perhitungan rata-rata flow time, pada dua tugas dengan waktu proses ti dan tj, jika
n
L ,s =1/n* ( Fi di)
i 1
n n
=1/n* Fi – 1/n * di = F ,s – ds
i 1 i 1
141
Dalam hal ini F ,s dan F ,s’ berarti rata-rata flow time pada susunan jadwal s dan
s’ demikian pula untuk variabel yang lain. Rata-rata due date ( d ,s) konstan, sehingga
Pemakaian metode SPT dapat diberikan contoh seperti pada Tabel 8.1.
4–8–1–3– 7– 2– 5– 6
F ,s =1/8 8 x3 7 x3 6 x5 5 x6 4 x7 3x8 2 x10 1x14 = 23,875 jam.
proses dan bobot kepentingan pekerjaan tersebut untuk diproses. Urutan dimulai
dengan nilai perbandingan terkecil. Pemakaian metode SPT dengan pembobotan dapat
142
Tabel 8.2. Pemakaian SPT dengan Pembobotan
Pekerjaan waktu 1 2 3 4 5 6 7 8
Proses Bobot 5 8 6 3 10 14 7 3
Waktu Bobot 1 2 3 1 2 3 2 1
5 4 2 3 5 4,7 3,5 3
Urutan Pek. 3 4 8 7 2 6 1 5
Sumber : Bedworth David, 1982
wi.Fi
i 1
F w,s= n
wi
i 1
Mean flow time yang diperoleh adalah sebesar 27 jam dan weighted mean flow time
Aturan ini berdasarkan waktu batas penyelesaian yang terkecil. Penjadwalan ini
dilakukan dengan mendahulukan pekerjaan yang due date-nya paling kecil atau due
date-nya paling cepat. Aturan ini dipakai untuk meminimasikan waktu kelambatan yang
paling maksimum (Max Lateness). Pemakaian metode EDD dapat diberikan contoh
143
4. Algoritma Hodgson.
a. Lakukan penjadwalan dengan metode due date yang paling cepat. Jika semua
pekerjaan terlambat negatif maka penjadwalan selesai, jika tidak dilakukan langkah
dua (2).
b. Cari pekerjaan yang memiliki waktu terlambat positif pertama. Jika tidak ada
c. Jika keterlambatan pada posisi ke-i maka periksa pekerjaan dari urutan pertama
sampai ke=i tadi yang memiliki waktu proses terpanjang kemudian keluarkan dari
urutan tersebut. Setelah itu hitung kembali keterlambatan dan kembali ke langkah
2.
144
Pekerjaan 3 memiliki waktu terlambat positif yang pertama dan pekerjaan 2
memiliki waktu proses terpanjang dari pada 3 pekerjaan yang pertama, maka pekerjaan
2 dikeluarkan dari urutan . Langkah berikutnya dapat dilihat pada Tabel 8.5.
maka pekerjaan 5 dikeluarkan dari urutan. Langkah selanjutnya dapat dilihat pada
Tabel 8.6.
Berdasarkan Tabel 8.6 dapat dilihat bahwa tidak ada lagi pekerjaan yang terlambat
145
pekerjaan terhadap suatu mesin. Berikut ini akan diberikan beberapa metode yang
paralel dan M mesin seri. Untuk M mesin pararel, masing-masing tugas melewati hanya
satu dari mesin yang ada. sedangkan untuk M mesin seri, tiap tugas harus melewati tiap
mesin pada order yang sama, M mesin seri dan M mesin pararel ditinjukkan pada
M mesin seri
N Pekerjaan
Mesin 1
M mesin seri
Mesin 2
N Pekerjaan Mesin m
Metode ini bertujuan untuk mengurangi rata-rata flow time dengan algoritma
sebagai berikut :
146
a Ukuran pekerjaan menurut aturan SPT, artinya pekerjaan yang mempunyai
Contoh : Penjadwalan 10 pekerjaan pada 3 mesin dapat dilihat pada Tabel 8.7.
6 – 10 – 3 – 7 – 9 – 1 – 8 – 2 – 5 – 4
mesin 3
3 1 5
2 10 9 2
1 6 7 8 4
2 4 6 8 10 12 14 16 18 waktu
147
2. Metode untuk meminimasikan Makespan dan Mean Flow Time
Metode ini bertujuan untuk mengurangi total waktu penyelesaian semua tugas
(makespan) dan sekaligus mean flow time dengan mengikuti langakah sebagai berikut :
(1.) Urutan N tugas dengan LPT (Longest Processing Time), jadi pekerjaan dengan waktu
pekerjaan yang terlama yang didahulukan, (2.) Jadwalkan tiap tugas sesuai dengan LPT
pada mesin yang beban kerjanya terkecil, dan (3.) Setelah semua tugas selesai
4 – 5 – 2 – 1 – 8 – 9 – 3 – 7 – 6 – 10
Kemudian disesuaikan dengan langkah 2 diperoleh hasil seperti pada Gambar 8.14.
mesin
3 2 1 3 10
2 5 8 7
1
4 9 6
2 4 6 8 10 12 14 16 18
waktu
148
Hasil penjadwalan setelah langakah 3 dapat dilihat pada Gambar 8.15.
mesin 3
2 1 3 10
2 5 8 7
1 6 9 14
2 4 6 8 10 12 14 16 18
waktu
Inti dari metode ini adalah mendahulukan pekerjaan yang due date-nya kecil
dengan tujuan untuk mengurangi lamanya waktu maksimum pekerjaan yang terlambat
(Maximum Tardiness).
Algoritma yaitu : (1.) Urutan tugas dengan cara EDD, dan (2.) Jadwalkan masing-
masing tugas sesuai dengan urutan pada mesin yang beban kerja paling kecil.
6 – 10 – 1 – 7 – 2 – 8 – 5 – 4 – 3 – 9
149
Hasil penjadwalan tugas sesuai dengan pengurutan EDD pada Gambar 8.16.
mesin
3
1 5 16
2
10 2 4
1
6 7 8 3
2 4 6 8 10 12 14 16 18 waktu
dari metode ini adalah sebagai berikut (1.) Urutan pekerjaan sesuai dengan Slack Time
yang paling kecil , dan (2.) Jadwalkan pekerjaan pada mesin-mesin sesuai dengan urutan
Urutannya menjadi : 1 – 2 – 6 – 4 – 5 – 7 – 8 – 10 – 3 – 9
Hasil penjadwalan sesuai dengan langkah 2 dapat dilihat pada Gambar 8.17.
150
mesin
3 6 4 10 9
2 2 7 8
2 4 6 8 10 12 14 16 18 waktu
1 1 5 3
Algoritma ini diserahkan oleh Dagramici dan Sukris, digunakan untuk mengurangi
rata-rata keterlambatan pada masalah M pararel mesin. Algoritma ini menggenerasi tiga
penjadwalan yang berbeda, yaitu menggunakan algoritma SPT, EDD dan algoritma Slack
Time. Metode ini menerapkan aturan Irwin – Wilkerson untuk tiap mesin.
Ulangi tiap langkah dibawah ini sebanyak tiga kali untuk tiap algoritma. Pilih
b. Ambil pekerjaan dari urutan dan tempatkan pada mesin yang mempunyai waktu
151
6. Metode untuk mengurangi banyaknya pekerjaan yang terlambat
pekerjaan yang paling awal dari urutan sampai satu pekerjaan yang terlambat
c. Periksa pekerjaan i pada mesin j dan identifikasikan salah satu pekerjaan yang
Pindahkan pekerjaan tersebut dan letakkan pada urutan paling belakang dari
mesin j. Perbaiki completion time untuk semua pekerjaan setelah ada perubahan ini dan
ulangi langkah 2.
Pada contoh EDD yang lalu, terdapat 3 pekerjaan yang terlambat, yaitu pekerjaan
4, 5, dan 9. Dengan memakai langkah 2 dan 3, tidak ada yang dapat dilakukan terhadap
mesin 1 dan 2 untuk mesin 3, pekerjaan 5 adalah pekerjaan pertama yang terlambat dan
yang paling lama prosesnya. Jadi pekerjaan 5 diletakkan dibelakang urutan pekerjaan.
Dalam menentukan alternatif penjadwalan yang akan dipilih tergantung dari kriteria
152
1. Makespan
3. Keterlambatan
sendiri. Untuk menentukan bentuk penjadwalan yang makespan kecil, mean flow time
kecil dan keterlambatan rendah. Dipilih metode penjadwalan harus ditentukan lebih
1. Gant Chart
Bagan Gant merupakan bantuan gambaran yang digunakan dalam muatan dan
penjadwalan operasi job shop. Nama ini diambil dari Gantt (1917). Bagan ini membantu
menggambarkan penggunaan sumber, seperti pusat kerja dan over time. Bagan
menunjukkan pekerjaan mana dalam jadwal dan yang mana lebih dulu atau belakangan
atau memperlihatkan informasi jadwal yang baik berupa Gantt Chart. Bagan Gantt
berbentuk tabel dengan waktu berderet di atas dan sumber daya yang langka seperti
153
mesin, orang, jam mesin, diletakkan di sisi. dalam hal dianggap bahwa mesin adalah
Setelah bagan Gantt dibentuk, dievaluasi dengan prestasi kerja dan mesin. Salah
satu cara untuk mengevaluasi prestasi mesin adalah berdasarkan waktu yang
makespan).
Ukuran lain untuk prestasi bagan Gantt adalah pemanfaatan mesin. Pemanfaatan
ini dapat diukur dengan menjumlahkan waktu menganggur (iddle time) untuk mesin,
Pekerjaan harus dijadwalakan dalam urutan 1,4,5,2,3. Setelah data tersebut didapat,
dibuat Gantt Chart yang akan digambarkan pada Gambar 8.18.
Produk
M3 1 5 8 2 3
2 7 8 11 15 19 20
M2 1 4 5 3
5 8 11 14
M1 4 1 2 3
3 Waktu
154
Setelah dibuat Gantt Chart, maka dapat dilihat waktu menganggur untuk tiap
mesin pada Tabel 8.11. Waktu menganggur tiap pekerjaan dapat dilihat pada Tabel
8.12.
155
LINE BALANCING
BAB IX.
(KESEIMBANGAN LINTASAN)
dibutuhkan dalam proses tersebut harus dibagi secara merata kepada masing-
peningkatan efisiensi kerja dan penugasan operator yang tepat dan merata.
produksi, dan cycle time (waktu siklus). Keseimbangan lintasan produksi adalah
suatu keadaan operasi saling berkaitan dan mempunyai waktu penyelesaian yang
suatu produk yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu sehingga
pekerjaan dari suatu lintasan produksi yang memerlukan keahlian khusus, yang
156
dapar diselesaikan oleh seorang operator atau satu peralatan /mesin sesuai
Cycle time (waktu siklus) adalah waktu penyelesaian yang didasarkan pada
rata-rata produksi dari suatu lintasan produksi. Misalnya jika rata-rata produksi
1. Precedence Diagram
gambaran, pada Gambar 9.1 dapat dilihat bahwa operasi nomer 5 baru dapat
dikerjakan apabila operasi nomer 1 dan 2 sudah selesai dikerjakan. Demikian juga
dengan operasi nomer 6 dan 3 baru dapat dikerjakan apabila operasi nomer 2
atau pada saat yang bersamaan). Demikian seterusnya sampai operasi terakhir
157
nomer 9, operasi ini akan menunggu sampai selesainya operasi nomer 8 dan nomer
4 selesai dikerjakan.
1 5 7 8
2 6 9
3 4
untuk mencapai total waktu menganggur yang minimal dengan jalan menekan
158
waktu per-siklus yang dibebankan pada setiap tempat kerja dengan adanya
Waktu menganggur (idle time) adalah waktu yang terluang bila seorang
lintasan produksi.
sebagai berikut:
n
Waktu menganggur = n Ws Wi
i 1
n
n Ws Wi
i 1
Keseimbangan waktu senggang = x 100%
n Ws
(I = 1,2,3,…,n)
Hal ini yang perlu diperhatikan adalah efisiensi stsiun kerja yaitu jumlah
waktu aktifitas distasiun tersebut dikali 100 kemudian dibagi dengan cycle time nya
t i x 100
E
Tc x Jst
159
k
t i tj
j 1
Tc = Cycle time
a. Metoda Probabilistik
kerja dari para operator. Pendekatan variasi elemen kerja lintasan perakitan
berdistribusi normal.
b. Metoda Analisis
160
c. Metoda Heuristik
Metoda Helgesoon, Birne dan Dar El mansoor metoda ini lebih dikenal
Langkah 1: Hitung bobot posisi (RPW) setiap elemen kerja dengan cara
161
0.11
6
0.7 0.27
0.32
0.2 3 9
7
1
0.1 0.6 0.5 0.12
0.4 4 8 11 12
2
0.3 0.38
5 10
Bobot Posisi :
1. 0,2 + 0,7 + 0,1 + 0,11 + 0,32 + 0,6 + 0,27 + 0,38 + 0,5 + 0,12 = 3,30 (1)
2. 0,4 + 0,1 + 0,3 + 0,6 + 0,27 + 0,38 + 0,5 + 0,12 = 2,67........................(3)
3. 0,7 + 0,11 + 0,32 + 0,6 + 0,27 + 0,38 + 0,5 + 0,12 = 3,00 ...................(2)
4. 0,1 + 0,6 + 0,27 + 0,38 + 0,5 + 0,12 = 1,97 ...........................................(4)
5. 0,3 + 0,38 + 0,5 + 0,12 = 1,30 .................................................................(6)
6. 0,11 + 0,27 + 0,5 + 0,12 = 1,00...............................................................(8)
7. 0,32 + 0,27 + 0,5 + 0,12 = 1,21...............................................................(7)
8. 0,6 + 0,27 + 0,38 + 0,5 + 0,12 = 1,87 .....................................................(5)
9. 0,27 + 0,5 + 0,12 = 0,89...........................................................................(10)
10. 0,38 + 0,5 + 0,12 = 1,00...........................................................................(9)
11. 0,5 + 0,12 = 0,62.......................................................................................(11)
12. 0,12 ............................................................................................................(12)
162
Tabel 9.1. Contoh Urutan Tugas (Elemen Pekerjaan)
Elemen RPW ti Tugas Langsung Yang Mendahului
1 3,30 0,20 -
3 3,00 0,70 1
2 2,67 0,40 -
4 1,97 0,10 1,2
8 1,87 0,60 3,4
5 1,30 0,30 2
7 1,21 0,32 3
6 1,00 0,11 3
10 1,00 0,38 5,8
9 0,89 0,27 6,7,8
11 0,62 0,50 9,10
12 0,12 0,12 11
Efisiensi Lini =
t i
4,00
80%
Ct (Sk) 1,00 (5)
Bobot prioritas lebih dahulu berdasar nilai RPW paling besar untuk
163
Kilbridge and Westers Method
operasi metoda ini kurang efektif apabila digunakan untuk lintasan assembling
yang berukuran besar dan kompleks. Akan tetapi metoda ini memberikan balance
delay yang lebih kecil jika dibandingkan dengan metoda Hegelson dan Bime.
164
I H. II III IV V VI
0.11
Sta
6
2
0.7 0.27
0.32
0.2 3 9
7
1
0.1
Sta
0.6 0.5 0.12
0.4 38 Sta
4 11 12
2
4
0.3 0.38
Sta
5 10 5
Sta
1
Gambar 9.3. Contoh Diagram Preseden dengan Metode Kilbridge and
Wester’s
165
Tabel 9.4. Contoh Penempatan Elemen Pekerjaan Berdasar Metode
Kilbridge and Wester’s
Stasiun Elemen ti tI Eff Stasiun
1 0,2
2 0,4
I 1,00 100%
4 0,1
5 0,3
3 0,7
II 0,81 81%
6 0,11
7 0,32
III 0,92 92%
8 0,6
9 0,27
IV 0,65 65%
10 0,38
11 0,5
V 0,62 62%
12 0,12
Effisiensi lini =
t i
4,00
80%
CT (Sk) 1.00 (5)
Langkah 1 : Daftar semua elemen kerja dalam suatu urutan elemen kerja
mulai dari daftar paling atas. Elemen yang layak adalah elemen
166
menyebabkan jumlah waktu elemen-elemen kerja tersebut
station 1.
Langkah 4 : Ulangi langkah 2 dan 3 untuk station lain dalam lini sampai
Contoh:
minggu bekerja selama 40 jam dan setiap minggu bekerja 5 hari. Uraian
167
a) Berapa banyak station kerja dibutuhkan untuk meleksanakan pekerjaan
Candidate Rule ?
0.11
6
0.7 0.27
0.32
0.2 3 9
7
1
0.1 0.6 0.5 0.12
0.4 4 8 11 12
2
0.3 0.38
5 10
Jawab :
Laju produksi = 120.000 unit/th = 120.000/50 x 40 unit/jam
= 60 unit/jam
= 1 unit/menit
Waktusiklus = Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1
unit pada tiap stasiun kerja
= 1/laju produksi = 1/1 = 1,00 menit
Maka secara grafis berdasarkan CT = 1,00 dapat dihitung jumlah
stasiun kerja = 5
168
Tabel 9.6. Urutan Pekerjaan Berdasarkan Waktu (t I) Tertinggi Elektrik
Assembly
Elemen kerja ti Tugas yang mendahului
3 0,7 1
8 0,6 3,4
11 0,5 9,10
2 0,4 -
10 0,38 5,8
7 0,32 3
5 0,3 2
9 0,27 6,7,8
1 6,2 -
12 0,12 11
6 0,11 3
4 0,1 1,2
169
BAB X. PERAWATAN
yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem
produksi, sehingga dari sistem itu dapat diharapkan menghasilkan output sesuai dengan
Atribut dalam sistem perawatan dapat berupa kuantitas output, kualitas (mutu)
output, harga atau ongkos, dan sebagainya. Pada dasarnya terdapat dua prinsip utama
adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk mempertahankan kondisi mesin dan
peralatannya agar tetap dalam kondisi siap operasi dimana kegiatan tersebut termasuk
komponen, selain itu perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang
dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaiki sampai suatu kondisi yang bisa
170
diterima, serta British Standard Institut menyatakan bahwa perawatan adalah kombinasi
dari beberapa tindakan yang ditujukan untuk mempertahankan kinerja fasilitas atau mesin.
produksi agar dapat diproduksi dan diserahkan kepada konsumen tepat pada waktunya
dan menjaga agar perusahaan dapat bekerja secara efisien dengan berupaya menekan atau
B. Pentingnya Perawatan
Untuk mendukung kesiapan peralatan dan mesin serta keandalan produksi atau
kebutuhan sesuai dengan target atau rencana, menjaga agar kualitas produk berada pada
tingkat yang diharapkan guna memenuhi apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan
menjaga agar kegiatan produksi tidak mengalami gangguan, untuk mengurangi pemakaian
dan penyimpangan diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
melaksanakan kegiatan perawatan secara efektif dan efisien secara keseluruhan untuk
kegiatan operasi mesin serta peralatan yang dapat membahayakan keselamatan kerja dan
mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan semua fungsi utama dari perusahaan
171
dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau
return of invesment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah. Sedangkan
menurut Patner perawatan adalah meliputi seluruh kegiatan yang diambil untuk menjaga
Kegiatan perawatan dilakukan untuk memelihara mesin dan peralatan agar selalu
berada pada tingkat kinerja tertentu dengan biaya seminim mungkin, dengan kata lain
kondisi mesin atau peralatan diupayakan dapat memaksimalkan kinerja dengan biaya
serendah mungkin. Untuk mencapai kondisi tersebut, maka secara spesifik tujuan
perawatan yang utama, yaitu : membantu mengurangi biaya pengeluaran yang berlebihan
atau diluar batas, untuk mendapatkan tingkat biaya perawatan seminimum mungkin
dengan melakukan kegiatan perawatan (maintenance) secara efektif, efisien dan secara
keseluruhan, memaksimalkan umur atau usia kegunaan alat dari setiap sistem, menjamin
ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba
terhadap proses operasi untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, menjamin keselamatan pekerja atau
pemakai yang menggunakan sarana tersebut dan menjaga kualitas pada tingkat yang tepat
untuk kebutuhan produk itu sendiri dan agar kegiatan produksi tidak terganggu.
(maintenance) sangat mengganggu kelancaran proses produksi dan mutu produk yang
172
dihasilkan. Oleh karena itu kegiatan perawatan (maintenance) diharapkan dapat
C. Jenis Perawatan
Kegiatan perawatan yang dilakukan dalam suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan
atas 2 (dua) macam, yaitu : Perawatan Tak Terencana (Unplanned Maintenance) dan
Yang dimaksud dengan perawatan tak terencana adalah perawatan yang tidak
direncanakan terlebih dahulu, disebabkan peralatan dan fasilitas produksi tidak memiliki
rencana serta jadwal perawatan. Kegiatan perawatan ini disebut juga perawatan darurat
perawatan yang perlu dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang fata l, seperti :
173
a. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)
peralatan dan mesin tidak mengalami kerusakan yang parah secara mendadak,
sedangkan maksud dari perencanaan meliputi beberapa aspek, yaitu : peralatan atau
kegiatan yang direncanakan. Kegiatan ini terdiri dari pemeriksaan, pelumasan dan
penggantian suku cadang (spare parts). Tujuan dari perawatan pencegahan adalah
(breakdown).
Kerusakan mesin yang berlarut- larut serta memerlukan waktu perbaikan yang
lama sangat tidak diinginkan. Untuk itulah dilakukan perawatan secara berencana. Biaya
pelayanan pemeliharaan macam ini dalam satuan man-hours per tahunnya dapat
disusun dengan mengkalikan antara waktu kerja dengan jumlah mesin yang diperbaiki
Perawatan peralatan dan mesin bisa juga dilakukan tidak menunggu sampai alat
atau mesin rusak. Akibat dari sifat kerja atau kelalaian saat bekerja dan kekuatan
komponen mesin pada jangka waktu tertentu akan mengakibatkan aus serta tidak
174
sesuai dengan standar lagi. Ini menyebabkan mesin berjalan tidak normal, macet yang
kemudian akan mengakibatkan kerusakan sehingga berhenti. Untuk itu maka mesin
perlu di set-up ulang atau dikalibrasi ulang. Dengan cara pemantauan dan pencatatan
yang dilakukan selam mesin berjalan dapat diketahui komponen mesin yang sering
ciri, yaitu: (a) Mengidentifikasi semua hal yang akan dimasukan kedalam program
perawatan, (b) Pemeriksaan dan perawatan dilakukan berdasarkan jadwal dan terus-
menerus, (c) Jadwal yang dibuat berdasarkan waktu perawatan harian, mingguan
bulanan, tahunan atau sesuai dengan kebutuhan dan (d) Teknisi perawatan merupakan
tenaga ahli yang paham dengan baik keadaan peralatan atau mesin yang ditanganinya.
kerusakan tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi dan mencegah
(periodic maintenance).
secara rutin (setiap hari). Contoh : pembersihan fasilitas atau peralatan, pelumasan
175
peralatan yang sudah dipakai dalam atau selama proses produksi. Sedangkan,
perawatan periodik adalah aktifitas pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara
berkala atau periodik dalam jangka tertentu, misalnya setiap minggu sekali, lalu
meningkat setiap satu bulan sekali dan akhirnya setiap satu tahun sekali. Perawatan
periodik dapat dilakukan juga dengan memakai lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal
kegiatan, misalnya setiap seratus jam sekali, lalu meningkat setiap limaratus jam sekali
dan seterusnya. Contoh : mesin-mesin perkakas (mesin bor radial, bubut, sekrap, frais,
dll), mesin bending atau tekuk (untuk lembaran baja dan pipa) serta penggantian
dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan
yang tidak berfungsi dengan baik. Kegiatan perawatan perbaikan yang dilakukan sering
disebut reparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi
maintenance tetapi pada suatu waktu tertentu komponen tersebut tetap rusak. Dalam
hal ini kegiatan perawatan perbaikan sifatnya hanya menunggu sampai kerusakan
berupa penggantian komponen yang sudah tidak berfungsi. Perawatan korektif dapat
berupa perbaikan yang nyata yang tidak ditemukan pada saat pemeriksaan seperti
176
penggantian komponen secara serentak juga overhaul (perbaikan menyeluruh)
terencana.
D. Komponen Kritis
terencana. Namun demikian, disadari pula bahwa tidak mungkin membuat suatu program
yang merencanakan sistem perawatan untuk semua mesin di pabrik atau tidak mungkin
semua kerusakan dapat diatasi. Tetapi dengan adanya program perawatan setidaknya akan
dapat mengatasi masalah yang ada. Usaha yang mendasar dalam merencanakan
perawatan preventif dengan cara memberikan perhatian serius pada unit atau komponen
yang kritis. Suatu komponen atau unit dapat dikualifikasikan kritis apabila : kerusakan unit
kerusakan unit dapat mempengaruhi kualitas dari produk, kerusakan unit dapat
menimbulkan kemacetan produksi dan biaya investasi untuk unit itu sangat mahal.
Selain itu untuk mengetahui komponen kritis dari suatu mesin dilakukan perhitungan
frekuensi kumulatif, persentase dari kerusakan dan persentase kumulatif kerusakan dari
yang dimaksud dengan banyak kerusakan sebelumnya sebagai contoh perhitungan adalah
sebagai berikut :
Fkn = Fn + Fk (n-1)
177
Dimana : Fkn = Kumulatif dari kerusakan komponen ke-n
dari total kerusakan komponen. Dapat dilihat pada rumus di bawah ini :
Fkn
Xkn x100%
F
Dimana : Xkn = Persentase dari kerusakan komponen ke-n (%)
F = Frekuensi kerusakan
kerusakan peralatan yang dimaksud dengan kumulatif atau jumlah persentase dari
E. Keandalan (Reliability)
1. Definisi Keandalan
Definisi keandalan adalah “kemungkinan (probabilitas) bahwa suatu item akan tetap
178
pada suatu kondisi operasi tertentu dan pada suatu periode tertentu“. Definisi lain
keandalan ( Hetzer, 1993 ) “Ukuran dari tingkat keberhasilan prestasi suatu objek dalam
suatu kondisi operasi yang dibutuhkan atau dapat dikatakan kehandalan adalah
kemungkinan suatu bagian mesin atau produk akan berfungsi secara baik dalam waktu
yang ditentukan“.
keyakinan bahwa suatu peralatan atau komponen akan melakukan fungsinya sebagaiman
mestinya atau kerusakan pada waktu keadaan operasi yang tetap dilaksanakan pada
a. Waktu
Konsep keandalan selalu berpijak pada masalah peluang, dimana suatu peralatan akan
b. Performansi standar
Umumnya menyatakan kemampuan dari suatu peralatan untuk memenuhi tugas yang
diberikan. Dlam beberapa hal penurunan performansi masih diijinkan sampai tingkat
179
c. Peluang
Parameter ini menunjukkan kuantitas dan kualitas suatu sistem untuk mempertahankan
performansi standarnya.
d. Kondisi lingkungan
Kadangkala suatu peralatan berhadapan dengan faktor tertentu dari lingkungan yang
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keandalan dari suatu
keandalan yang baik, membuat desain sistem sedemikian rupa sehingga agar mudah
antara stage yang penting, merencanakan perawatan pencegahan seperti : apakah suatu
komponen kritis hanya diperbaiki saja atau perlu diganti sebelum ia mengalami kerusakan
yang lebih parah, meningkatkan jumlah tenaga perawatan sehingga rata -rata waktu
menganggur dari sistem dapat dikurangi dan menyediakan persedian spare parts dengan
180
Sementara masa transisi peralatan dari kondisi baik ke kondisi rusak tidak dapat diketahui
berbagai cara. Salah satunya melalui probability density function, pdf, fungsi kepadatan
peluang. Fungsi ini menggambarkan besarnya peluang terjadinya kerusakan mesin pada
kumulatif. Fungsi ini sering disebut sebagai ketidakhandalan atau fungsi kerusakan
peralatan. Makna dari ini adalah peluang terjadinya kerusakan sebelum waktu t.
t
F (t ) f (t )dt
P( X t ) R(t ), t 0
beroperasi setelah t satuan waktu. Secara matematis fungsi keandalan dapat dinyatakan
sebagai : R(t ) 1 F (t )
R(t ) 1 P( X t )
F(t) adalah fungsi distribusi peralatan. Kemudian apabila waktu kerusakan peralatan
181
R(t ) 1 F (t )
1
R (t ) 1 f (t )dt
R (t ) f (t )dt
1
jika fungsi keandalan dapat diketahui, ekspektasi suatu sistem akan berhasil dapat
diturunkan. Misalnya :
U R (t ) dU f (t )dt
V t dV dt
Selanjutnya dengan menggunakan teori integral parsial akan diperoleh persamaan sebagai
berikut :
Karena pada t mendekati atau sama dengan , keandalan suatu sistem sama dengan nol,
maka lim 𝑡. 𝑅 (𝑡) = 0 dengan demikian maka akan diperoleh fungsi distribusi kerusakan
𝑡→∞
f(t) yang disebut mean time to failure (MTTF), waktu rata-rata untuk gagal juga sering
disebut mean time between failure (MTBF). Adapun persamaan MTTF sebagai berikut :
182
MTTF E (t ) t. f (t )dt R(t )dt
0 0
a. Distribusi Weibull
1
F (t ) 1 exp
(Jardine,1973)
1
Rt 1 F t exp
b. Distribusi Normal
1 1
1
1
F (t ) x exp x dt
0 2 2
Rt 1 F t
Bentuk integral dari fungsi distribusi normal sukar diatasi, tetapi dengan menggunakan
183
c. Distribusi Eksponensial Negatif
1
F t
1
exp
1 1 1
R x exp dt exp
1
1
dimana : (laju kerusakan)
d. Distribusi Hiper-eksponential
dimana k bersifat konstan dan adalah rata-rata waktu antar kerusakan. Dan fungsi
Kurva fungsi keandalannya masing-masing distribusi dapat dilihat pada gambar 10.1. di
bawah ini:
R(t)
184
R(t)
R(t)
R(t)
185
3. Laju Kerusakan (Failure Rate)
Untuk mengenal laju kerusakan dapat membayangkan sebuah test atau percobaan
yang dilakukan, dimana percobaan tersebut dilakukan dalam jumlah yang besar terhadap
komponen-komponen yang identik dioperasikan dan waktu untuk gagal (time of failure)
setiap komponen dicatat. Perkiraan laju kegagalan setiap komponen untuk titik waktu
adalah rasio dari jumlah item yang gagal dalam interval waktu terhadap populasi awal pada
waktu operasi dimulai. Maka laju kegagalan sebuah perawatan pada waktu t adalah
peluang peralatan tersebut akan gagal dalam interval waktu selanjutnya dengan syarat
peralatan tersebut berfungsi pada waktu awal interval. Rata-rata kerusakan untuk
a. Weibull
1
t
ht
b. Normal
ht
exp 1 / 2 2
2
2
exp 1
1
/ 2 )dt
c. Negative Eksponential
ht
1
d. Hyper Eksponential
ht
2 K 2 1 K exp 2t 1 2 K
2
K 1 K exp 2t 1 2 K
186
Untuk ketiga jenis distribusi; weibull, normal, negative eksponensial, masing-
h(t) 3
2
3/ 2
1
1/ 2
h(t)
1 2
0,2 0,3
h(t)
1
187
Karakteristik Fungsi Laju Kerusakan
Sesuai dengan teori tentang fungsi, fungsi laju kerusakan mempunyai karakteristik
tertentu. Dikaitkan dengan perubahan waktu, karakteristik ini dapat digolongkan menjadi
Jika diperhatikan bentuk kurva fungsi laju kerusakan distribusi Weibull, Normal dan
Eksponensial maka dapat disimpulkan bahwa : (a) Fungsi laju kerusakan berdistribusi
Weibull dengan β > 1 dan fungsi kerusakan berdistribusi normal adalah monoton naik, (b)
eksponensial adalah monoton tetap, (c) Fungsi laju kerusakan berdistribusi Weibull dengan
Bagi sistem yang mempunyai fungsi tingkat kerusakan monoton naik berarti
dengan bertambahnya waktu, tingkat kerusakan semakin meningkat. Fenomena seperti itu
kerusakan lebih berat yang tentunya akan memerlukan biaya perawatan yang lebih mahal.
Kurva bak mandi (Bath Tub Curve) atau kurva laju kerusakan merupakan suatu kurva
yang menunjukkan pola laju kerusakan sesaat yang umum bagi suatu produk. Pada
188
umumnya laju kerusakan suatu sistem selalu berubah sesuai dengan bertambahnya waktu.
Bentuk umum dari kurva tersebut adalah sebagai Gambar 10.8. berikut :
(t)
I II III
t0 t1 t2 t
Kegagalan ini dapat terjadi pada awal kondisi yang disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu : penggunaan material atau part yang tidak berkualitas, tenaga kerja yang bekerja di
bawah standar, inspeksi yang kurang baik dan beberapa kesalahan yang diakibatkan oleh
manusia.
dahulu terhadap material atau part yang diuji memiliki kualitas yang baik, sehingga dapat
digunakan sesuai dengan kondisi dan waktu operasi yang telah ditentukan serta tidak
189
Fase II : Random Failures (Kerusakann Acak)
Kegagalan acak ini dapat terjadi pada saat mesin sedang dalam keadaan operasi.
Kegagalan ini terjadi secara acak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu :
kerusakan yang disebabkan oleh manusia, kerusakan alamiah (lingkungan sekitar pabrik
Kegagalan ini disebabkan oleh umur mesin yang sudah tua, sehingga sering
menunjukkan bahwa sudah waktunya untuk melakukan penggantian material atau part,
karena umur penggunaan sudah berakhir. Kegagalan yang terjadi dapat diseb abkan oleh
beberapa faktor, yaitu : kelelahan yang terjadi diakibatkan aus pada mesin, kelelahan
akibat umur pemakaian penggunaan, kelelahan akibat timbulnya korosi pada peralatan dan
4. Ketersediaan (Availability)
fungsi yang diharapkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan jika dioperasikan dan
190
tingkat keandalan yang rendah dapat diimbangi dengan usaha peningkatan perawatan,
sistem.
Dalam perhitungan availability terdapat beberapa jenis waktu yang terkait, yang
Dalam perhitungan availabilitas didasarkan pada waktu operasi, waktu perbaikan, waktu
Waktu selama peralatan atau sistem dapat menjalankan fungsinya sehingga operator
Waktu total dimana suatu sistem atau peralatan berada dalam keadaan yang tidak dapat
waktu total, yang merupakan penjumlahan waktu operasional ditambah dengan waktu
henti.
191
uptime
Availabilitas
uptime downtime
dimana :
5. Distribusi Weibull
Untuk menaksir parameter ini dapat dilakukan dengan cara regresi linier. Misalkan t 1, t2,
t3,.....,tn adalah sejumlah data waktu antar kerusakan sistem yang disusun menurut urutan
i 0.3
F t
n 0.4
yi a bx
yi ln ti
xi ln lnln F ti
1
dimana :
a ln
b 1
192
Setelah itu, dengan menggunakan metode least square, nilai konstanta a dan b
N xi. yi xi yi
b
N xi 2 xi
2
a
yi b xi
N N
1
b
expa
i 0.3
F t
n 0.4
pengujian S Mann.
193
Pengujian S-Mann
Pengujian ini dikhususkan untuk menguji apakah sampel acak memiliki distribusi
X i 1 X i
f 1
i f 1
Mi
2
M
f 1 X X
i 1 i M1 i
i
Dimana:
r r 1
k1 ;k2
2 2
Mi Zi 1 Zi
i 0.5
Zi ln ln1
n 0.25
Keterangan :
r = Banyaknya data
N = Banyaknya kerusakan
Jika M > F erit, maka Hi diterima, dan berdistribusi Weibull. Untuk nilai F didapatkan dari
tabel distribusi F.
194
6. Mengoptimalkan Pencegahan Kerusakan untuk Meminimalkan Downtime
Pada masalah ini digunakan untuk meminimalkan total biaya p er unit waktu.
Permasalahan yang terjadi biasanya pada masalah biaya dan keinginan untuk memperoleh
ketahanan yang maksimal atau meminimalkan total downtime per unit waktu terhadap
kegunaan alat. Permasalahan diatas adalah untuk menentukan jadwal penggantian yang
seharusnya untuk meminimalkan total downtime per unit waktu. Permasalahan yang
Tp Rt p T f 1 Rt p
Dt p
t p
T p Rt p M t p T f 1 Rt p
dimana :
D(tp) = Downtime minimal yang diharapkan.
Tf = Waktu yang dibutuhkan untuk penggantian kerusakan.
Tp = Waktu yang dibutuhkan untuk penggantian pencegahan.
tp = Interval waktu.
R(tp) = Fungsi kepadatan peluang terhadap waktu kerusakan peralatan.
t
Rt exp
T 1
195
7. Kebijakan Penggantian (Replacement )
persoalan deterministik dan probalistik. Penggantian deterministik terjadi jika waktu dan
hasil tindakan penggantian tersebut diasumsikan telah diketahui secara pasti. Sebagai
contoh adalah peralatan yang memiliki ongkos operasi yang meningkat sejalan dengan
pada waktu yang telah direncanakan. Setelah melakukan penggantian, maka peralatan
Biaya Operasi
Replacement
Waktu
penggantian tidak dapat diketahui dengan pasti, melainkan bersifat “mungkin“ tergantung
pada kondisi tertentu. Dengan demikian, waktu antar kerusakan adalah suatu variable acak
196
memperkirakan kondisi mesin, diperlukan tindakan perawatan pendahulu, yaitu tindakan
pemeriksaan (inspection).
siklus waktu tindakan tersebut adalah suatu hal yang harus dipertimbangkan. Karena
terdapat berbagai kriteria tujuan pelaksanaan perawatan yang harus ditentukan terlebih
komponen akan kembali ke kondisi semula. Tindakan penggantian baru dapat dilakukan
bila telah memenuhi kondisi berikut ini: (1)Total ongkos penggantian dari karena kegagalan
harus lebih besar daripada total ongkos penggantian pencegahan. Hal ini dapat disebabkan
karena penggantian kerusakan, waktu yang diperlukan untuk melakukan penggantian lebih
besar (karena waktu pelaksanaan penggantiannya tidak terencana) atau kerusakan yang
terjadi telah menyebar ke komponen lainnya, dan (2)Laju kegagalan atau kerusakan
komponen harus meningkat. Hal ini disebabkan karena penggantian yang dilakukan pada
kerusakan yang tidak meningkat hanya akan merupakan tindakan pemborosan yang tidak
diperlukan. Karena itu, laju kerusakan yang mengikuti distribusi eksponensial negatif
dimana laju kerusakannya menurun terhadap waktu, dan laju kerusakan yang mengikuti
penggantian. Dengan demikian pengetahuan mengenai laju kerusakan peralatan yang akan
197
Berdasarkan waktu pelaksanaan, maka tindakan penggantian pencegahan dapat
pencegahan dilakukan pada interval waktu yang tetap, dengan mengabaikan beberapa
kerusakan atau tindakan penggantian kerusakan yang terjadi dalam interval waktu
pada interval waktu yang tetap, apabila tidak terjadi kerusakan dalam interval tersebut.
Dan apabila terjadi kerusakan, maka penggantian kerusakan tersebut sesuai dengan
kerusakan peralatan tersebut harus segera diganti dengan yang baru. Bukanlah suatu hal
yang tidak masuk akal apabila kita menganggap penggantian perbaikan (failure
maintenance), karena kerusakan tidak dapat diperkirakan kapan akan terjadi. Usaha untuk
penggantian pencegahan pada interval waktu tertentu. Dalam hal ini, pengeluaran untuk
diperoleh, seperti pengurangan jumlah kerusakan serta downtime yang diakibatkan oleh
kerusakan.
Pada model ini, peralatan diasumsikan akan dioperasikan dalam jangka waktu yang
sangat panjang dan interval waktu antar pelaksanaan penggantian pencegahan relatif
198
pendek. Dengan demikian, kita hanya memperhatikan 1 siklus operasi dan
yang dilakukan pada interval waktu yang tetap, tanpa mempedulikan berapa kerusakan
yang terjadi dalam periode tersebut. Dengan model ini, diharapkan dapat menghasilkan
Pada dasarnya downtime didefinisikan sebagai waktu suatu komponen sistem tidak
dapat digunakan (tidak berada dalam kondisi yang baik), sehingga membuat fungsi sistem
tidak berjalan. Pada dasarnya, prinsip utama dalam manajemen sistem pemeliharaan
adalah menekan periode kerusakan (breakdown period) sampai batas minimum, sehingga
sangat penting.
8. Analisis Pareto
Analisis Pareto adalah suatu cara untuk membobot beragam jenis kejadian atau
masalah yang terdapat dalam suatu proses produksi, yang didasarkan dan bertitik tolak
pada kenyataan bahwa segala permasalahan dapat digolongkan pada yang vital atau kritis
yang jumlahnya banyak dan tidak dianggap penting yang jumlahnya sedikit.
adalah : (1) identifikasi beberapa macam kerusakan, (2) Tentukan frekuensi kerusakan
199
untuk berbagai kategori, (3) daftar kerusakan menurut frekuensinya secara berurutan dari
yang paling besar sampai yang paling kecil, (4) Hitunglah persentase frekuensi untuk setiap
kategori dan frekuensi kumulatifnya, (5) Buatlah skala untuk diagram Pareto yang pada sisi
kirinya menunjukkan frekuensi kejadian yang sebenarnya di dalam sampel dan pada sisi
kanannya berlaku untuk frekuensi kumulatif dan (6) Tebarkan balok frekuensi Pareto ini
Jika diagram Pareto tersebut dibuat dengan mengikuti beberapa langkah yang
ditunjukkan di atas, ia akan mengalihkan perhatian kepada ketaksesuaian yang paling tinggi
frekuensinya meskipun tidak harus yang paling penting. Bila daftar ini berisi beberapa
kejadian yang dapat dibobotkan maka harus menggunakan modifikasi hitungan dan
200
BAB XI. JASA DAN PENGAWASAN PROYEK
aktivitas yang harus dikoordinasikan dan dijadwalkan agar tujuan dari proyek
2. Aktivitas adalah setiap bagian dari proyek yang menggunakan waktu atau sumber-
3. Node (Event) atau kejadian/simpul adalah titik mulai atau berakhirnya suatu aktivitas
4. Network (Jaringan kerja) adalah suatu pernyataan grafis dari rencana proyek yang
5. Sumber adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan proyek,
a. Waktu Optimistik (a) : waktu kegiatan bila semua kegiatan lancar tanpa
b. Waktu Realistik (m) : waktu kegiatan yang akan terjadi bila suatu
201
c. Waktu Pesimistik (b) : waktu kegiatan yang akan terjadi bila suatu
a 4( m ) b
ET
b
7. Jalur kritis adalah jalur terpanjang dari Network, dan waktu kritis merupakan waktu
Metoda yang paling terkenal dan digunakan secara meluas dalam perencanaan
Secara mendasar adalah sama, kedua istilah tersebut dapat digunakan dengan
penjadwalan dan pengawasan, komplex yang memerlukan kegiatan tertentu dan kegiatan
202
ini mungkin tergantung pada kegiatan lain. Dan analisa jaringan kerja (Network) secara
3. Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja & dana yang ada
1 2
0 3 4 5 8
6 7
Metode Diagram Gantt atau Bar Chart adalah kegiatan yang menunjukkan :
- uraian kegiatan
203
Kegiatan
A
E
● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
Waktu
DUMMY – Kegiatan semu adalah kegiatan yang tidak memerlukan waktu pelaksanaan
dan tidak menghabiskan sejumlah resources lain seperti tenaga kerja, dana dll
1 3 4
Didalam sistem Networking harus dimulai dari satu event dan berakhir pada satu event
204
2
1 4
3
A
t
a
2
u
1 4
Sebelum kegiatan dimulai, kegiatan sebelumnya harus sudah selesai terlebih dahulu
(biasanya kegiatan ini tidak dapat dimulai sebelum kegiatan lain diselesaikan), dan
mungkin kegiatan lain dapat dilakukan secara bersamaan dan/atau tidak saling
205
a. Barliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal (tercepat) suatu kegiatan dapat
urutan pengerjaan
b. Latest start time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu
c. Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat
d. Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan
urutan kegiatan, panjang panah tidak menyatakan lamanya waktu kegiatan (berbeda
0 4 5
1 2 3
4 5
206
Pertama Node peristiwa diteliti apakah ada kegiatan yang Node akhirnya bernomor
Saat akhir kegiatan dicatat dalam kotak kanan atas atau pada lambang simpul/node
yang menandai akhir kegiatan, dengan cara menjumlahkan saat akhir kegiatan yang
4+4
4 4 1 2
1 2
4 4 4 8
Bila Node merupakan batas akhir dari beberapa kegiatan, dicatat nilai dari semua
7 + 9 = 16 Diplih yang
7 terbesar
4 16 5+3=8
10
9
3
5
8
Gambar
207
20
00 30 40 50 80
1 10
60 70
7
Lsij Sij
Esr
Slack merupakan waktu suatu kegiatan dapat ditunda mulainya tanpa menunda
diharapkan (ET)
Metode CPM
208
00 – 10 (A1) 2 0
10 – 20 (A2) 4 A1
20 – 50 (A3) 1 A2
00 – 30 (B) 2 0
00 – 60 (C1) 1 0
60 – 70 (C2) 3 C1
30 – 70 (D) 8 B
30 – 40 (E1) 5 B
40 – 50 ( E2) 4 E1
50 – 80 (F) 3 A3, E2
70 – 80 (G) 5 C2, D
4 1
1 4 9
9
Dalam penerapan CPM identifikasi lintasan kritis tidak boleh terlambat dimulai
atau diakhiri.
Lintasan krititas dapat dihitung ke arah belakang yang dimulai dari Node paling
akhir dalam kotak kanan bawah. Dan dicatat nilainya = kotak kanan atas Node
209
terakhir. Selanjutnya saat akhir kegiatan dikurangi waktu kegiatan. Pada Node yang
Maka dengan pedoman tersebut lintasan kritis dapat ditentukan dengan demikian
maka dalam lintasan kritis itu semua kegiatan tidak boleh terlambat dimulai dan akhiri
(lihat gambar)
20
00 30 40 50 80
1 10
60 70
7 10
PERT / BIAYA
210
Yaitu waktu proyek dimana setiap aktivitas dilaksanakan dengan jadwal norma l /
kondisi normal
- Cari waktu minimum T M dimana tiap node dapat terjadi
- Proyek mulai dengan waktu = 0
- TM = max [ (TM) i + J i ]
(TM)i = waktu kejadian minimum dari node langsung sebelumnya
Ji = waktu dari node sebelumnya ke node yang sedang dihitung
Gambar
211
Node i (TM)i Ji (TM)i + Ji = TM
1 - - - -
2 1 0 6,A 6 6
3 1 0 5,C 5
3 2 6 0,P 6 6
4 2 6 4,B 10
4 3 6 7,D 13
5 1 0 18,G 18 13
5 3 6 8,F 14 18 waktu /jadwal
5 4 13 4,E 17 normal proyek
Slack : menyatakan jadwal yang longgar dari aktivitas yang tidak kritis
Jalur kritis dengan slack yang = 0
Untuk jaringan kerja yang rumit
Cari waktu minimum T L untuk seluruh jadwal
Caranya sama dengan T M, tapi arahnya mundur dan waktu T I adalah untuk yang minimum
TL = Mn[(TL)I k – Jk]
212
Slope = garis trade off
Menunjukkan waktu/biaya tambahan (incremental cost)
213
BAB XII. MANAJEMEN KUALITAS
Kualitas dan pelayanan merupakan masalah yang sangat penting dalam dunia
industri. Kesuksesan suatu manajemen dari suatu perusahaan dapat dilihat dari cara
perusahaan meningkatkan kualitas yang terus menerus dan mengelola manajemen dengan
baik untuk tujuan memuaskan pelanggan. Persaingan yang ketat dalam dunia industri
produksi dan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan, karena kepuasan yang
diberikan kepada pelanggan memberikan dampak baik bagi perusahaan. Produk terbaik
sesuai dengan sudut pandang masing-masing dan pada dasarnya adalah upaya
peningkatan perolehan hasil atau output yang diharapkan oleh pelanggan. Cara pandang
setiap pakar yang berbeda mempunyai konsep dan tujuan yang hampir sama bahkan
operasional yang mempertahankan kualitas suatu produk atau jasa yang akan memenuhi
kebutuhan tertentu.
214
Japan Industry Standard mendefinisikan sebagai sitem dan cara dimana sifat
produk atau jasa yang dijhasiklkan secara ekonomis untuk memenuhi tuntutan pembeli ,
produksi yang diarahkan untuk menuju pembuatan suatu produk dengan cara yang paling
Untuk menjawab tentang pentingnya masalah kualitas yang perlu dilakukan upaya
melalui pendekatan yang berfokus kepada pelanggan, produk bebas cacat, sehingga
(konsumen)
Untuk itu selama proses produksi dan pelayanan perlangsung perlu dilakukan
kontrol atau pengawasan, dan sekarang pengertian tersebut, dijabarkan lebih luas dan
Pada awalnya perlakuan kontrol dalam suatu industri digunakan hanya sebatas
bidang teknis tertentu, namun sesuai dengan perkembangan fungsi kontrol digunakan
lebih luas lagi sebagai alat evaluasi untuk memperoleh gambaran suatu karakteristik
215
langsung dari sebuah proses tentang performance atau kemampuan dan reliability atau
keandalan.
Berbagai faktor secara sistematis suatu data perolehan dari perlakuan kontrol yang
kelemahan dalam suatu proses yang ditujukan agar output atau perolehan hasil dari sebuah
Perlakuan kontrol seperti ini sering disebut kontrol kualitas atau yang lebih dikenal
dengan quality control sebagai wujud adanya suatu pengendalian kualitas terhadap
produk. Sejarah pengendalian kualitas terus berkembang sesuai dengan keinginan yang
suatu industri.
yang mengarah pada suatu tujuan yakni Total Quality Control (T.Q.C.) atau kontrol kualitas
secara menyeluruh. Istilah TQC diciptakan oleh AV Feigenbaum dan karena itu TQC sering
adalah suatu terminology yang mulai digunakan sejak tahun 1970 menjabarkan
216
10.3. Kualitas Dalam Konteks Pengendalian Proses Statistikal
dan penurunan variasi karakteristik dari suatu barang dan atau jasa yang akan dihasilkan
adalah bagaimana sebaiknya suatu output barang atau jasa yang dapat memenuhi
spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian perancangan produk dari suatu
industri. Spesifikasi dan tolerasnsi yang ditetapkan ini dibatasi dalam suatu range atau
interval kontrol performance suatu produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga mampu
Beberapa unsur untuk mengukur tingkat kecacatan atau tingkat kerusakan harus
dilakukan melalui :
1) Penetapan standar
2) Penilaian kesesuaian
4) Perbaikan kerusakan
peta kontrol dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal dengan pemisahan
variasi yang disebabkan oleh penyebab umum atau common sense variation.
217
Secara umum semua proses menampilkan variasi, tetapi harus dikendalikan
prosesnya dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus tersebut, sehingga variasi
kerusakan yang melekat pada suatu output atau perolehan hasil dari proses yang hanya
Peta kontrol pada pengendalian kerusakan suatu proses perlu dipahami secara
berada pada pengendalian statistikal, batas batas dari variasi proses yang
dapat ditentukan
b). Sepasang batas kontrol atau control limit yaitu : 1. Batas Kontrol Atas
218
Namur jika semua nilai tebaran pada peta kontrol berada jauh diluar batas
maka proses produksi dianggap berada dalam kondisi diluar kontrol atau tidak
berada dalam pengendalian statistikal, untuk itu perlu tindakan korektif dengan
Amerika Serikat (1980) dan memperoleh sukses sehingga sekarang sering disebut Six Sigma
Motorola. Six Sigma menurut Bob Galvin,(1988) merupakan suatu metoda atau teknik
pengendalian dan peningkatan kualitas yang merupakan terobosan baru dalam bidang
menejemen kualitas.
Saat ini Konsep Six Sigma sudah banyak di gunakan secara luas di dunia industri
kualitas yang ada. Sistem menejemen kualitas seperti ISO 9000, yang lain -lain hanya
Kemampuan proses dari model kualitas tradisonal berbeda dengan Six Sigma dalam
dua hal yang mendasar, (1) Model kualitas tradisional hanya diterapkan pada proses
219
pabrikan, sedangkan Six Sigma dapat diterapkan di semua proses bisnis dan (2) Model
kualitas tradisional menetapkan bahwa proses yang baik adalah proses yang tidak memiliki
standar deviasi lebih dari seperenam total penyebaran yang diijinkan. Sedangkan Six Sigma
mensyaratkan standart deviasi tidak lebih dari seperduabelas dari total penyebaran yang
diizinkan.
Perbedaan ini jauh lebih mendasar daripada yang mungkin di sadari oleh banyak
orang. Six Sigma dapat digunakan pada semua proses bisnis, tidak hanya memperlakukan
produksi sebagai bagian dari suatu sistem yang lebih besar. Six Sigma meninggalkan fokus
sempit, yaitu fokus ke dalam dari pendekatan tradisional. Pada konsep Six Sigma organisasi
baiknya suatu produk di produksi, harga, jasa, syarat pembayaran, gaya, ketersediaan,
frekuensi diperbarui dan peningkatan, dukungan teknis dan lainya merupakan hal yang juga
investor. Penerapan Six Sigma operasi menjadi lebih efektif sehingga biaya dan siklus
desain produk akan menjadi lebih pendek, pemilik akan mendapatkan manfaatnya pula.
Ketika karyawan menjadi lebih produktif pembayaran mereka juga akan meningkat. Ruang
lingkup Six Sigma memberikan manfaat pada semua pihak yang berkepentingan dalam
organisasi.
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila menerima nilai yang diharapkan. Apabila
produk diproses pada tingakat kualitas Six Sigma maka perusahaan dapat mengharapkan
220
3,4 kegagalan dari satu juta kesempatan (DPMO = Defect per Million Opportunity) atau
mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada
dalam produk yang dibuat. Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri,
tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan
pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja sistem industri
akan semakin membaik, sehingga 6 sigma akan lebih baik dari 4 sigma.
Enam aspek kunci yang perlu diperhatikan didalam menerapkan konsep Six Sigma
yaitu: (1) Identifikasi kebutuhan pelanggan, (2) Identifikasi produk yang akan dibuat
(produk kita), (3) Identifikasi kebutuhan untuk membuat produk yang diinginkan
pelanggan, (4) Mendefinisikan proses untuk membuat produk tersebut, (5) Menghindarkan
kesalahan proses dan menghilangkan semua pemborosan, (6) Meningkatkan proses secara
Apabila digunakan didalam bidang manufakturing maka aspek tersebut bisa di terjemahkan
menjadi :(1) Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan (sesuai
sebagai CTQ (critical-to-quality) individual (3) Menentukan apakah setiap CTQ dapat
dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses kerja ,dll. (4) Menentukan batas
toleransi maksimum untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan. (menentukan nilai
BKA dan BKB) (5) Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan
nilai maksimum standart deviasi untuk setiap CTQ (6) Mengubah desain produk atau proses
sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma Effectifitas dari upaya
221
peningkatan proses dan keberhasilan aplikasi Six Sigma dapat diukur melalui Cp (Capability
process) yang terus-menerus meningkat. Untuk Six Sigma memiliki Cp minimum 2. Berbagai
target pencapaian tingkat sigma, indeks kemampuan proses, Cp, dan variasi maksimum
rata-rata setiap CTQ individual dari proses industri sebesar +/- 1,5 sigma sehingga
222
4,6 Sigma 1,53 0,1087 x (BKA-BKB)
4,7 Sigma 1,57 0,1064 x (BKA-BKB)
4,8 Sigma 1,60 0,1042 x (BKA-BKB)
4,9 Sigma 1,63 0,1020 x (BKA-BKB)
5,0 Sigma 1,67 0,1000 x (BKA-BKB)
5,1 Sigma 1,70 0,0980 x (BKA-BKB)
5,2 Sigma 1,73 0,0962 x (BKA-BKB)
5,3 Sigma 1,77 0,0943 x (BKA-BKB)
5,4 Sigma 1,80 0,0926 x (BKA-BKB)
5,5 Sigma 1,83 0,0909 x (BKA-BKB)
5,6 Sigma 1,87 0,0893 x (BKA-BKB)
5,7 Sigma 1,90 0,0877 x (BKA-BKB)
5,8 Sigma 1,93 0,0862 x (BKA-BKB)
5,9 Sigma 1,97 0,0847 x (BKA-BKB)
6,0 Sigma 2,00 0,0833 x (BKA-BKB)
Proses 6 sigma dengan distribusi normal bergeser 1,5 sigma ditunjukkan pada gambar 1
(vincent 311)
1,5 1,5
SIGMA SIGMA
LSL US
L
-6 1,5 1,5 +6
SIGMA SIGMA SIGMA SIGMA
Gambar 1 Konsep Six Sigma Motorola dengan Distribusi Nornal Bergeser 1,5 Sigma
223
10.5. Langkah-langkah penerapan proyek peningkatan kualitas Six Sigma
Penerapan peningkatan kualitas Six Sigma harus melibatkan secara intensif antara
menejemen dari tingkat atas sampai bawah dan akan ditangani langsung oleh black belt
sebagai pemimpin tim menejemen proyek. Keterlibatan menejemen sangat penting karena
berdasarkan survei menunjukkan bahwa sekitar 68% tingkat kegagalan proses dapat di
kendalikan oleh menejemen, sedangkan sekitar 32% yang dapat dikendalikan oleh pekerja.
Penerapan peningkatan kualitas mengikuti empat tahap yaitu (1) identifikasi, (2)
karakterisasi, (3) optimasi (4) institusionalisasi, yang terdiri dari delapan langkah:
perusahaan. Tanggung jawab dari tahap ini ada pada menejemen dan master black belt.
Menejemen perlu memahami bahwa fokus dari Six Sigma bukan hanya pada banyaknya
mengurangi variasi dalam proses dari bisnis-bisnis kunci yang berkaitan langsung dengan
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal kualitas, harga kompetitif, dan penyerahan
tepat waktu. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan suatu tingkat
kepastian yang diketahui di kendalikan oleh kapabilitas proses (Cp), dan banyaknya variasi
224
dalam proses itu ( proses dapat bermacam-macam, dari proses administrasi pada bidang
jasa sampai pada proses penjualan dalam bidang manufakturing). Variasi memiliki dampak
langsung pada hasil bisnis dalam bentuk biaya ( yang berpengaruh langsung pada harga
yang ditawarkan), waktu siklus (yang berpengaruh pada penyerahan barang tepat waktu),
dan banyaknya kegagalan yang berpengaruh langsung pada tingkat kualitas yang
Langkah pertama: Recognize. Identifikasi proses dari bisnis-bisnis kunci yang berkaitan
langsung dengan pelanggan, yang dilakukan oleh menejemen dan master black belt, akan
business process. Dengan demikian menejemen dan master black belt harus mengetahui
Langkah kedua: Define. Lankah ini untuk mendefinisikan rencana tindakan yang harus
dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Tanggung
jawab dari definisi proses bisnis kunci berada pada menejemen dan master black belt.
dapat diukur, Behavioral dan Attainable. Rencana tindakan yang baik dapat dituangkan
dalam formulkir 5W-2H. Termasuk dalam langkah definisi ini adalah menetapkan sasaran
dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tingkat menejemen puncak, sasaran-
sasaran yang ditetapkan akan menjadi tujuan strategis dari organisasi, seperti
meningkatkan return of invesment dan pangsa pasar. Pada tingkat operasional sasaran
225
mungkin untuk meningkatkan output produksi, produktivitas, menurunkan cacat produk,
biaya operasional, dll. Pada tingkat proyek, sasaran juga dapat serupa dengan tingkat
operasional seperti menurunkan tingkat cacat produk, menurunkan down time mesin,
Tujuan dari tahap karakterisasi adalah menilai dimana suatu proses pada waktu
tertentu haarus diukur dan membantu menetapkan tujuan yang harus dicapai oleh
perusahaan melalui proyek peningkatan kualitas Six Sigma. Dengan kata lain bahwa tujuan
dari tahap ini adalah memahami tingkat kinerja yang ada sekarang.
Tanggung jawab karakterisasi ada pada black belt Suatu tujuan yang baik harus mengikuti
ini biasanya dipilih satu atau lebih karakteristik kunci dari prosuk dan membuat suatu
diskripsi terperinci dari setiap langkah dalam proses pembuatan produk itu. Langkah proses
bisa menggunakan diagram alir proses, setelah itu dilakukan pengukuran yang diperlukan,
mencatat hasil pada kartu pengendalian proses dan melakukan analisis tentang kapabilitas
proses jangka pendek dan jangka panjang. Pada tahap karakterisasi ini terdapat dua
Langkah ketiga; Pengukuran. Terdapat tiga hal penting didalam pengukuran ini, yaitu : (1)
226
kebutuhan pelanggan, (2) mendefinisikan standar pengukuran (3) melakukan validasi
terhadap sistem pengukuran itu. Tanggung jawab langkah ini ada pada black belt.
Langkah keempat :Analisa. Terdapat tiga hal penting dalam langkah analisis ini yaitu : (1)
kesenjangan yang terjadi antara kinerja sekarang dengan target yang diharapkan. Alat-alat
analisis bisa menggunakan statistika deskriptif dan statistika induktif. Analisis terhadap
kapabilitas proses hanya boleh dilakukan apabila proses berada dalam keadaan stabil.
sumber utama penyebab variasi. Dengan kata lain tujuan dari tahap ini adalah mencapai
prinsip taguchi experiment. Hasil-hasil dari tahap ini dapat digunakan untuk memodifikasi
batas-batas proses yang lebih baik, memodifikasi langkah-langkah tertentu dari proses
Tahap optimisasi terdiri dari dua langkah, yaitu : (1) improve, (2) kontrol
Langkah kelima : Improve. Dalam lankgah ini black belt sebagai penanggung jawab harus
kreatif dalam mencari cara-cara baru untuk meningkatkan prosses agar menjadi lebih baik,
227
effisien dan lebih cepat. Dengan kata lain langkah improvement akan meningkatkan
dan alat-alat menejemen akan sangat intensif dalam langkah ini Alat-alat menejemen
seperti diagram sebab akibat, diagram jaringan dan alat-alat pengendalian proses
statistikal dapat diterapkan pada langkah ini untuk mengetahui penyebab potensial yang
menyebabkan variasi proses. Dalam improve ada tiga hal yang harus dikerjakan, yaitu : (1)
toleransi operasional.
Langkah keenam : Kontrol. Pengendalian sistem yang baru harus dilakukan oleh black belt.
Organisasi dapat menggunakan sistem menejemen kualitas ISO 9001 dan sistem
menejemen lingkungan ISO 14001 sebagai suatu sistem yang menjamin bahwa prosedur-
setiap rencana tindakan yang diterapkan, agar mencapai hasil target peningkatan sigma
sistem yang kritis terhadap nilai untuk pelanggan. Terdapat tiga hal p okok yang haarus
dilakukan dalam langkah pengendalian, yaitu: (1) melakukan validasi terhadap sistem
pengukuran, (2) menentukan kapabilitas proses yang telah tercapai sekarang dan (3)
228
Tahap institusionalisasi terdiri dari dua langkah, yaitu : (1) Standarisasi, (2)
bisnis dilakukan mengikuti prinsip-prinsip Six Sigma. Dengan kata lain tujuan dari
institusionalisasi adalah mengintegrasikan Six Sigma kedalam cara praktek bisnis yang di
kelola sehari-hari.
Langkah ketujuh : Standarisasi. Tujuan dari tahap ini adalah menstandarisasikan sistem
yang telah terbukti menjadi terbaik dalam bisnis kelas dunia. Langkah ini merupakan
tanggung jawab menejemen. Hasil-hasil yang memuaskan dari proyek peningkatan kualitas
Langkah kedelapan : Integrate. Tujuan dari langkah ini adalah mengintegrasikan metode-
metode standar dan proses ke dalam siklus desain, dimana salah satu prinsip dari desain
untuk Six Sigma (DFSS) adalah bahwa proses desain harus menggunakana komponen-
komponen yang ada. Proses-proses dan praktek-praktek yang telah terbukti terbaik dalam
kelasnya. Pemahaman langkah ini oleh menejemen adalah sangat penting untuk menilai
kembali bagaimana mereka mengakui dan menghargai proyek Six Sigma yang telah
berhasil.
229
Lembar pemeriksaan adalah alat yang terdiri dari daftar item dan beberapa
indikator dari seberapa sering setiap item pada daftar tersebut terjadi. Dalam bentuk yang
paling sederhana, daftar pemeriksaan adalah alat-alat yang membuat proses pengumpulan
data menjadi lebih mudah dengan menyediakan penjelasan pra tertulis dari kejadian yang
mungkin terjadi. Lembar pemeriksaan dapat digunakan untuk proses, kerusakan lokasi
yang mana dari banyak kesempatan potensial ada, yang harus di kejar terlebih dahulu. Ini
juga dikenal sebagai "memisahkan sedikit yang penting dari banyak yang sepele". Analisis
pareto digunakan pada berbagai tahap dalam suatu program peningkatan kualitas untuk
Pareto Diagram merupakan bentuk yang special dari grafik batang yang membantu
anda untuk menemukan masalah yang harus dipecahkan. Membuat pareto diagram
berdasarkan check sheet atau formulir data lainnya membantu untuk mengarahkan kepada
masalah yang sebenarnya. Selanjutnya lebih terkonsentrasi pada batang yang paling tinggi
Langkah-langkah pembuatan pareto diagram : (1) Pilih masalah yang akan dibandingkan
menurut tingkatannya dengan menggunakan: (a) Brainstorming dan (b) Menggunakan data
yang sudah ada. (2) Pilih acuan atau standart sebagai bahan perbandingan dalam
230
perhitungan. (3) Pilih periode waktu dalam mempelajari. (4) Kumpulkan data dari setiap
kategori. (5) Bandingkan antara frekuensi atau biaya dari setiap kategori dengan kategori
keseluruhan. (6) Urutkan kategori-kategori tersebut dari kiri kekanan secara horisontal,
dimulai dari frekuensi atau biaya yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Untuk
kategori yang berisikan jumlah frekuensi yang sedikit, maka kategori atau frekuensinya
dapat digabung dengan yang lain dan diletakkan pada sisi paling kanan diagram. (7) Pada
bagian atas setiap klasifikasi atau kategori, gambarlah kotak persegi yang tingginya
Fungsi dari diagram pareto adalah untuk : (1) Untuk mengidentifikasi masalah yang paling
utama melalui skala perhitungan berbeda. (2) Menganalisa pengelompokan data yang
berbeda, seperti berdasarkan produk, mesin, shift, dll. (3) Untuk mengukur dampak
perubahan proses yang dibuat, seperti perbandingan antara sebelum dan sesudah
kejadian. (4) Untuk menjabarkan penyebab yang utama menjadi lebih spesifik.
Kebanyakan aplikasi praktis, jumlah kemungkinan penyebab untuk masalah tertentu dapat
secara grafik masalah kualitas tertentu. Metode ini sering disebut dengan beberapa nama
diantaranya: diagram Ishikawa, diagram tulang ikan, dan diagram sebab akibat.
231
Diagram sebab akibat adalah alat yang digunakan untuk mengatur dan
Beberapa langkah yang dilakukan adalah : (1) Mengembangkan bagan aliran dari wilayah
yang akan diperbaiki. (2) Mendefinisikan masalah yang akan diselesaikan. (3) Melakukan
sumbang saran untuk menemukan semua kemungknan penyebab masalah. (4) Mengatur
hasil sumbang saran dalam kategori yang rasional. (5) Membuat diagram sebab akibat yang
secara akurat menampilkan hubungan dari semua data dalam setiap kategori.
Setelah langkah tersebut selesai, maka diagram sebab akibat dibuat dengan
sederhana dengan langkah sebagai berikut: (1) Menggambarkan sebuah kotak pada
sudut tangan kanan jauh dari selembar kertas yang besar dan menggambarkan
sebuah panah horisontal yang menunjuk pada kotak tersebut. Didalam kotak tulis
keterangan dari masalah yang sedang di hadapi. (2) Tulis nama kategori
MASALAH diatas dan
dibawah garis horisontal, bayangkan ini sebagai cabang utama dari sebuah pohon. (3)
SEBAB AKIBAT
Gambarkan rincian data penyebab dari setiap kategori, bayangkan sebagai ranting
Penggolongan besar dari tiap penyebab utama yang akan diidentifikasi
dan dahan pada
(menggunakan 4W cabang.
+ 1H) Diagram sebab akibat yang baik akan memiliki ranting-
232
MASALAH
Telusuri tiap
penyebab
MASALAH
10.6.4 Kuisioner
Tujuan pembuantan kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
tujuan survei dengan tingkat kehandalan (reliability) dan keabsahan (validitas) yang tinggi.
Berdasarkan bentuk dari struktur pertanyaannya kuisioner dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
233
1. Kuisioner terbuka
2. Kuisioner tertutup
Kuisioner ini memberikan pilihan jawaban atas pertanyaan yang diberikan sehingga
Jawaban kuisioner ini sudah di tentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan
terbuka.
234
DAFTAR PUSTAKA
235
BIOGRAFI PENULIS I
Prof. Dr. Ir. Kohar Sulistyadi, MSIE adalah staf pengajar dan peneliti
pada Fakultas Teknik Universitas Sahid.
Lahir di Semarang, 25 Desember 1956.
Menuntut Pendidikan (Strata –1), dan (Strata–2), di Institut Teknologi
Bandung, di Bandung, dan menyelesaiakan Pendidikan (Strata –3), pada
Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di Bogor.
Mempunyai pengalaman Di bidang explorasi Geologi untuk seluruh Indonesia selama 12 tahun dari tahun
1979 - 1990. Di bidang Industri menjadi konsultan perancangan sistem kerja dan sistem produksi di
Industri meubel; peningkatan kualitas industri garment dan industri sepatu.
Pengalaman Pendidikan mengajar dibidang Teknik Industri di Universitas Sahid Jakarta, Universitas
Indonesia, dan S-2 Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, serta Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta. pada 1 Desember 2008 telah memperoleh Gelar Guru Besar Penuh (Profesor)
di bidang Perancangan Sistem Kerja dan Sistem Produksi.
Karier di Pendidikan diawali sebagai Pembantu Dekan I tahun 1992 – 1996, Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sahid Jakarta pada tahun (2003-2007), selanjutnya menjadi Kepala Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat pada tahun (2008 – 2009) dan merangkap Ketua Prodi Magister
Manajemen . Rektor Universitas Sahid Surakarta pada tahun (2009 – 2016). Selain itu diminta menjadi
Dewan Kehormatan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Surakarta; Dewan Pertimbangan
Kamar Dagang Industri (KADIN) Surakarta; dan anggota Dewan Pakar Dewan Pariwisata Indonesia
(DEPARI) – Jawa Tengah. Selanjutnya menjadi Direrktur Executif Yayasan Sahid Jaya (2016-
Sekarang); Komiisaris Indipenden Hotel Sahid Jakarta Indonesia Tbk; dan Plt Rektor Universitas Sahid
Jakarta (2017)
Mendapat beberapa riset hibah bersaing dan didanai oleh DP2M DIKTI pada tahun 2006 -2008 dengan
judul Pemodelan Sistem Revitalisasi Agrowisata (Studi Kasus Taman Buah Mekarsari); Serta riset hibah
bersaing dan didanai oleh SIMLITABMAS DIKTI untuk tahun 2011-2013; Selanjutnya riset hibah
Penelitian Produk Terapan dengan judul Pengembangan Model Pengelolaan Ekowisata Kawasan
Ungaran – Salatiga, Pengembangan Model Pengelolaan Ekowisata Pesisir Kepulauan Seribu (2017 -
2020) dan riset Stranas dengan judul Model Pengembangan Industri Rumahan Responsif Gender
Berbasis Sumberdaya Alam Unggulan di Kabupaten Kendal (2017 - 2020)
Beberapa Karya Ilmiah Nasional telah diseminarkan dan dipublikasikan di Universitas Sahid Jakarta
dan Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta; Universitas Trisakti - Jakarta; BPPT - Jakarta
Universitas Islam Djakarta - Jakarta.. Beberapa karya ilmiah lain telah diseminarkan di Institut
Teknologi Bandung - Bandung, Institut Pertanian Bogor - Bogor; Universitas Gajah Mada –
Yogyakarta; Institut Teknologi Surabaya - Surabaya, dan Universitas Brawijaya – Malang.
Untuk Karya Ilmiah Internasional telah dipublikasikan pada tahun 2015: Understanding Indonesian
Youth Comunication Behaviors In The New Era Digital, Proceeding Internatrional Conferencde On
Transformation In comunication (ICOTIC). 2016 : Model Development of Home Industries Into Increase
Business Sclae Using Analytic Hierarchy Process (AHP) : A Case Study in Kendal Regency Central Java,
Indonesia. 2017: Developing Organization Citizenship Behavior of Employees in the Hospitality Industry
through Organizational Culture, Emotional Intelligence and Work Motivation. 2017: Gender-Responsive
Of Micro Enterprise Development Strategy using SAST (Strategic Assumption Surfacing And Testing)
And ISM (Interpretative Structural Modeling)
236
BIOGRAFI PENULIS II
Dr. Ir. Iman Basriman, MSi. adalah staf dosen di Fakultas Teknologi
Industri Pertanian, Universitas Sahid
Lahir di Bandung, 16 Mei 1963
237