Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MATA KULIAH PENGANTAR BISNIS DAN MANAJEMEN

“PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN PRODUK MANUFAKTUR”

Dosen:

I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa

Oleh:

1. Ni Putu Karang Ristya Kusuma Dewi (121211809)


2. Diah Ayu Wantika Sari (121211810)
3. Kadek Sinta Santika (121211812)
4. Ni Putu Bintang Warastuti (121211813)
5. Ni Made Ari Graciana Putri (121211818)
6. A.A.Ananda Maheswari (121211821)
7. I Gusti Ayu Diandra Audina Putri (121211823)
8. Kadek Rai Mita RositaDewi (121211832)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS)

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah pengantar bisnis dan
manajemen ini meskipun masih banyak terdapat kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Bapak I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa selaku Dosen mata kuliah
pengantar bisnis dan manajemen yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai proses produksi dan pengendalian produk manufaktur. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Denpasar, 29 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Dasar Teori........................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.4 Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Proses Produksi dan Operasional ........................................................................... 3
2.1.1 Manajemen Produksi.................................................................................. 3
2.1.2 Kegiatan Manajemen Operasional .............................................................. 4
2.1.3 Fungsi-Fungsi Operasional ......................................................................... 6
2.2 Pengendalian Proses Produksi................................................................................ 13
2.2.1 Pengendalian Kualitas .................................................................................. 13
2.2.2 Alat Teknik Perbaikan Kualitas Dengan Data Verbal atau Kualitatif ............ 14
2.2.3 Pengendalian Kualitas Bagian Alat Teknik Perbaikan Kualitas Dengan Data
Numerik ................................................................................................................ 15
2.2.4 Pengendalian Kualitas Bagian Standar ISO 9000 ......................................... 17
2.2.5 Pengendalian Kualitas Bagian standar ISO 14000 ........................................ 19
2.3 Contoh Perusahaan Manufaktur di Indonesia ......................................................... 26
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................. 28
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 28
3.2 Saran ..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses produksi adalah cara atau metode untuk menciptakan atau menambah guna suatu
barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber yang ada. Menurut Krajewski et al. (2007)
terdapat empat proses inti, diantaranya:

 Proses hubungan dengan pelanggan atau disebut pengelolaan hubungan dengan


pelanggan, karyawan terlibat dalam proses hubungan dengan pelanggan dengan
mengidentifikasi, menarik, dan membangun hubungan eksternal, membantu
pengiriman kebutuhan dan harapan ke pelanggan.
 Proses pengembangan produk atau jasa baru. Karyawan terlibat dalam proses
pengembangan produk/jasa baru dengan mendesain dan mengembangkan
produk/jasa baru tersebut. Produk/jasa baru tersebut dikembangkan sesuai spesifikasi
pelanggan eksternal.
 Proses pemenuhan pesanan. Proses pemenuhan pesanan meliputi kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dan menyampaikan jasa/pelayanan dan
produk kepada pelanggan.
 Proses hubungan dengan pemasok. Dalam proses ini karyawan memilih pemasok
jasa, bahan baku, fasilitas, dan informasi dengan cepat dan efisien.

Selain itu, berdasarkan jenisnya proses produksi terbagi menjadi dua yaitu produksi
secara terus-menerus dan produksi secara terputus-putus. Proses produksi terus-menerus
adalah proses produksi yang terdapat pola atau urutan yang pasti sejak dari bahan baku sampai
menjadi barang jadi. Proses produksi secara terputus-putus adalah proses produksi yang tidak
terdapat urutan atau pola yang pasti sejak dari bahan baku sampai menjadi barang jadi.

Pengendalian produk manufaktur merupakan kegiatan untuk mengendalikan produk


yang berada di suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja
dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang memiliki
nilai jual. Proses pengendalian ini di lakukan agar nilai jual sebuah produk tersebut meningkat
berdasarkan kualitas yang telah di jaga. Sehingga laba dari perusahaan pun meningkat.
Tujuanya adalah untuk dapat menekan biaya produksi, meminimalisir gangguan saat produksi,
dan mampu menggunakan waktu secara efisien

1
1.2 Dasar Teori

Proses dapat diartikan sebagai “Proses adalah suatu cara, metode maupun teknik untuk
penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu” (Agus Ahyari, 2002: 65). Sedangkan
produksi adalah: “Kegiatan untuk mengetahui penambahan manfaat atau penciptaan faedah,
bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi yang bermanfaat bagi pemenuhan
konsumen” (Sukanto Reksohadiprodjo, 2000: 1). Dari uraian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengenai proses produksi, yang dimaksud dengan proses produksi adalah:
“Suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah,
bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dapat bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan konsumen

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apa itu proses produksi dan operasional?


1.3.1.1 Manajemen operasi.
1.3.1.2 Kegiatan manajemen operasional.
1.3.1.3 Fungsi – fungsi operasional.
1.3.2 Apa itu pengendalian proses produksi?
1.3.2.1 Pengendalian kualitas.
1.3.2.2 Alat teknik perbaikan kualitas dengan data verbal atau kualitatif.
1.3.2.3 Pengendalian kualitas bagian alat teknik perbaikan kualitas dengan data
numerik.
1.3.2.4 Pengendalian kualitas bagian standar ISO 9000.
1.3.2.5 Pengendalian kualitas bagian standar ISO 14000.
1.3.3 Apa contoh dari perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia?

1.4 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan
yang utuh, konfrensif dan mendalam tentang pengantar bisnis dan manajemen khususnya pada
materi proses produksi dan pengendalian produk manufaktur dengan berbagai prinsip dan
tujuannya. Dan diharapkan juga dengan pembuatan makalah ini para pembaca akan
mengetahui lebih dalam materi tentang proses produksi dan pengendalian produk manufaktur
sehingga dapat menambah ilmu, pengetahuan, dan wawasan para pembaca.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Proses Produksi Dan Operasional

Kegiatan produksi atau operasional merupakan kegiatan inti dalam bisnis. 80% modal
perusahaan ada di bagian produksi atau operasional. Kegiatan produksi atau operasional
dilakukan untuk menghasilkan produk atau memberikan jasa atau layanan kepada pelanggan.
Proses produksi merupakan proses transformasi input menjadi output. Input meliputi bahan
baku, karyawan, mesin, peralatan, dan modal. Output meliputi barang dan jasa atau layanan
yang dinikmati oleh pelanggan. Berbeda dari perusahaan manufaktur, pelanggan perusahaan
jasa atau layanan juga merupakan input yang akan menentukan proses layanan yang diberikan
perusahaan pada pelanggan. Kegiatan produksi atau operasional memiliki fungsi-fungsi yang
saling melengkapi. Dalam kegiatan operasional, perusahaan perlu melakukan pengendalian
kualitas produk dan layanan. Selain itu, perusahaan dituntut untuk melaksanakan proses
produksinya berdasarkan standar tertentu, Standar ISO 9000, Standar ISO 14000, standar
Malcolm, dan sebagainya.

2.1.1 Manajemen Produksi

Produksi atau operasional merupakan penciptaan produk dan jasa. Manajemen operasi
merupakan kegiatan menciptakan suatu produk dan jasa melalui proses transformasi input
menjadi output. Manajemen operasi juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan
yang meliputi desain, operasi, dan perbaikan sistem yang menciptakan dan menyampaikan
produk dan jasa atau pelayanan (Chase et al., 2006).

Pada perusahaan manufaktur, kegiatan produksi dalam menciptakan suatu produk


biasanya terlihat cukup nyata, dan bisa kita lihat secara langsung proses pembuatannya.
Sedangkan pada perusahaan jasa atau pelayanan tidak ada produk yang dihasilkan, yang dapat
dilihat hanyalah transferan dana, adanya pemeriksaan kesehatan kepada pasien, atau
pendidikan bagi para siswa. Namun demikian, apapun hasil akhir yang diciptakan baik barang
atau jasa itu termasuk ke dalam manajemen operasional karena kegiatannya berlangsung dalam
organisasi. Manajemen operasional merupakan bidang usaha fungsional dengan tanggung
jawab yang jelas yang ada pada manajemen lini, seperti halnya pemasaran dan keuangan.

3
Selanjutnya, ada beberapa alasan manajemen operasional perlu dipelajari dalam
perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, 80 % karyawan perusahaan
padat karya menangani produksi atau operasi. Bagi perusahaan padat modal dengan peralatan
dan teknologi yang serba otomatis, 80% modal perusahaan juga digunakan untuk kegiatan
produksi atau operasi. Oleh karena itu, manajemen operasional diperlukan dalam menjalankan
fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian
kegiatan produksi atau operasi. Selain itu, manajemen operasional merupakan salah satu dari
empat fungsi utama (operasi, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia) dalam
perusahaan atau organisasi, dan secara terintegrasi melaksanakan bisnis dengan ketiga fungsi
lainnya. Manajemen operasional juga perlu dipelajari untuk mengetahui cara menghasilkan
produk dan jasa bagi masyarakat umumnya dan pelanggan khususnya. Dengan mengetahui hal
yang dikerjakan manajer operasional maka dapat dikembangkan keahlian yang penting untuk
menjadi manajer operasional dan mengembangkan karier di bidang operasi. Manajemen
operasional memberikan kesempatan tertinggi bagi organisasi untuk memperbaiki laba dan
memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.

2.1.2 Kegiatan Manajemen Operasional

Keputusan manajemen dapat dibagi kedalam 3 (tiga) point yaitu:


 Keputusan strategis (jangka panjang).
 Keputusan taktik (jangka menengah).
 Keputusan perencanaan dan pengendalian operasi (jangka pendek).

Keputusan manajemen operasi pada level strategis memengaruhi keefektifan


perusahaan atau organisasi jangka panjang. Keputusan yang dibuat pada level strategis
merupakan kondisi yang tetap atau merupakan patokan dalam melaksanakan kegiatan
operasional jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka menengah meliputi
pendadwalan material dan tenaga kerja untuk mencapai sasaran jangka panjang. Sementara
itu, perencanaan dan pengendalian operasional jangka pendek mencakup rencana kerja harian
atau mingguan, prioritas penyelesaian pekerjaan, dan pihak yang melaksanakan kegiatan
operasional tersebut.

Manajer operasional harus mampu menanggapi dengan melakukan sebuah inovasi yang
dapat menyusun atau mengubah ide, produk, atau informasi menjadi hal - hal yang

4
bermanfaat. Kegiatan operasional baik di perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa atau
layanan adalah mengadakan pengubahan atau transformasi dari input menjadi output. Dalam
perusahaan manufaktur, input mengubah bahan baku atau material yang nantinya diubah
menjadi barang jadi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Sementara
itu, dalam perusahaan jasa, output yang dihasilkan merupakan individu atau orang yang telah
terpenuhi kebutuhannya dengan layanan atau jasa yang diterimanya.

Ada beberapa perbedaan antara kegiatan operasional perusahaan manufaktur dan


perusahaan jasa, meliputi:
1. Interaksi dengan pelanggan, perusahaan jasa lebih banyak berinteraksi dengan
pelanggan dalam menentukan jasa yang akan diberikan. Interaksi tersebut terjadi pada
saat pelanggan memesan jasa, proses pemberian jasa atau layanan, hingga jasa atau
layanan telah diterimanya. Sementara itu, pelanggan pada perusahaan manufaktur
mengadakan interaksi saat mereka membeli produk atau output perusahaan tersebut,
misalnya jasa pendidikan.
2. Output perusahaan manufaktur berwujud, sedangkan output perusahaan jasa tidak
tampak atau tidak berwujud sehingga tidak dapat disentuh, dibau, dirasakan atau dilihat.
Selain itu, output perusahaan manufaktur dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
sedangkan ouput perusahaan jasa tidak dapat disimpan
3. Keberadaan pelanggan dalam proses atau kegiatan operasional. Dalam perusahaann
jasa, keterlibatan pelanggan sangat tinggi untuk mendapatkan layanan.
4. Pada perusahaan jasa, pelanggan merupakan input sekaligus sebagai konsumen.
Sementara itu, pada perusahaan manufaktur, pelanggan dapat juga menentukan produk
yang dipesan, namun tidak terlibat langsung dalam proses produksi.

Masing-masing pelanggan menilai kualitas dengan berbagai pertimbangan, baik


pertimbangan keawetan, kenyamanan digunakan, kemudahan dalam perawatan, penampilan
produk, kecepatan atau ketepatan waktu pelayanan, dan masih banyak lagi. Peran pelanggan
dalam perusahaan jasa sangat besar, yaitu menentukan jasa yang diminta, cara memberikan
jasa atau layanan, sekaligus sebagai pengguna jasa tersebut. Globalisasi dapat mengambil
bentuk dengan pemasaran ke pasar luar negeri, berproduksi di luar negeri, pembelian dari
pemasok dari luar negeri, atau berpartner dengan perusahaan asing.

5
2.1.3 Fungsi – Fungsi Operasional

Operasional memberikan informasi pada pemasaran mengenai ketersediaan produk


atau jasa, perkiraan lead time, status pemesanan, dan jadwal pengiriman atau penyampaian.
Untuk kebutuhan sumber daya manusia, aktivitas operasi membutuhkan sumber daya manusia
untuk mengadakan rekrutmen, melatih, mengevaluasi, dan memberikan penghargaan pada
karyawan untuk membantu. Operasional juga berinteraksi dengan pemasok untuk memesan
bahan baku, berkomunikasi mengenai kebutuhkan bahan, mengadakan negosiasi, menjamin
kualitas produk, dan finalisasi spesifikasi perancangan.

Produk dan jasa dihasilkan dalam serangkaian kegiatan yang saling terkait. Akumulasi
dari kegiatan tersebut membentuk suatu rantai nilai. Rantai nilai tersebut memperkuat
hubungan antara proses dengan kinerja, yang mencakup proses internal, proses eksternal, dan
pemasok. Konsep rantai nilai memfokuskan pada jenis proses pada rantai nilai tersebut. Ada
dua jenis proses, yaitu proses inti (core process) dan proses pendukung (support process).
Proses inti merupakan serangkaian kegiatan yang menyampaikan nilai pada pelanggan.
Sementara itu, proses pendukung memberikan sumber daya dan input yang penting ke dalam
proses inti yang penting bagi pengelolaan kegiatan perusahaan atau organisasi.

Terdapat 4 (empat) proses inti, yaitu:

1. Proses hubungan dengan pelanggan atau yang disebut pengelolaan hubungan dengan
pelanggan. Karyawan terlibat dalam proses hubungan dengan pelanggan dengan cara
mengidentifikasi, menarik, dan membangun hubungan dengan pelanggan eksternal,
dan membantu pengiriman atau penyampaian kebutuhan dan harapan pelanggan.
Fungsi tradisional seperti pemasaran dan penjualan merupakan bagian dari proses
tersebut.
2. Proses pengembangan produk atau jasa baru. Karyawan terlibat dalam proses
pengembangan produk atau jasa baru dengan mendesain dan mengembangkan produk
atau jasa baru tersebut. Produk atau jasa baru tersebut dikembangkan sesuai dengan
spesifikasi pelanggan eksternal.
3. Proses pemenuhan pesanan. Proses pemenuhan pesanan meliputi kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dan menyampaikan jasa atau pelayanan
dan produk kepada pelanggan eksternal.

6
4. Proses hubungan dengan pemasok. Dalam proses tersebut karyawan memilih pemasok
jasa, bahan baku, fasilitas, dan informasi dengan cepat dan efisien.

Sementara itu, proses pendukung yang dibutuhkan meliputi penggabungan modal,


penganggaran, rekrutmen dan pelatihan karyawan, evaluasi dan pemberian penghargaan bagi
karyawan, dukungan dan pengembangan sumber daya manusia, sistem informasi, dan
manajemen fungsional.

Fungsi manajemen operasional juga meliputi perencanaan operasional, penjadwalan


operasional, dan pengendalian operasional. Perencanaan operasional meliputi perencanaan
kapasitas, perencanaan lokasi perusahaan, perencanaan tata letak di dalam perusahaan, dan
perencanaan kualitas produk, proses, dan layanan. Penjadwalan operasional meliputi
penjadwalan produksi, penjadwalan karyawan dan penjadwalan detail. Sementara itu,
pengendalian operasional meliputi pengendalian bahan baku dan manajemen rantai pasokan,
serta pengendalian kualitas.

 Perencanaan kapasitas

Perencanaan kapasitas merupakan perencanaan untuk menentukan berapakah produk


yang dapat dihasilkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu atau berapakah pelanggan yang
dapat dilayani dalam periode waktu tertentu. Perencanaan kapasitas merupakan proses
perencanaan penjualan dan operasi, memroses informasi dalam standar waktu, aliran, dan
informasi lain mengenai bagaimana perusahaan menghasilkan jasa atau produk, dan rencana
input yang diperlukan. Perencanaan ini menentukan kebutuhan mesin, peralatan, dan tenaga
kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau memberikan layanan yang diperlukan.

Perencanaan kapasitas mempunyai horizon waktu, baik jangka panjang (lebih dari satu
tahun), jangka menengah (bulanan hingga kuartalan), dan jangka pendek (kurang dari satu
tahun). Manajemen kapasitas merupakan kemampuan untuk menyeimbangkan permintaan
pelanggan dan kemampuan sistem penyampaian pelayanan untuk memuaskan pelanggan.

 Perencanaan lokasi perusahaan

Salah satu keputusan yang paling penting dalam manajemen operasional adalah
menentukan di mana perusahaan atau organisasi akan ditempatkan. Setelah lokasi dipilih,
perusahaan segera didirikan dan tata letaknya segera diatur untuk memudahkan kegiatan

7
operasionalnya. Perusahaan memilih lokasi berdasarkan berbagai pertimbangan, seperti
strategi pengembangan perusahaan, kemungkinan meningkatnya permintaan, keberadaan
fasilitas yang ada saat ini yang sudah tidak memenuhi syarat lagi bila masih digunakan di masa
mendatang, atau kemungkinan adanya ekspansi, baik fasilitasnya maupun perusahaannya

Keputusan mengenai lokasi didasarkan pada pertimbangan ciri struktural dan


infrastruktural. Pertimbangan struktural merupakan ukuran dan lokasi perusahaan, kapasitas,
tipe peralatan, dan tingkat otomatisasi peralatan. Sementara pertimbangan infrastruktural
meliputi keahlian karyawan, tingkat otonomi lokasi, dan struktur organisasi.

Keputusan lokasi memang lebih sering dilakukan untuk operasi jasa atau pelayanan
daripada perusahaan manufaktur. Lokasi perusahaan manufaktur juga penting, tetapi untuk
berbagai alasan yang berbeda. Meskipun kriteria lokasi yang utama untuk bisnis jasa biasanya
adalah kemudahan akses oleh pelanggan, perusahaan manufaktur juga menggunakannya
dengan kriteria yang berbeda. Kriteria untuk perusahaan manufaktur misalnya karakteristik
karyawan, biaya tenaga kerja atau upah, kedekatan dengan pemasok dan pasar, biaya distribusi
dan transportasi, biaya dan ketersediaan energi, infrastruktur masyarakat seperti jalan raya,
peraturan pemerintah, kualitas kehidupan kerja, dan pajak.

 Perencanaan tata letak di dalam perusahaan

Tata letak merupakan keputusan kunci yang menentukan efisiensi operasi jangka
panjang. Tata letak mempunyai sejumlah implikasi strategis karena hal tersebut dapat
menyusun prioritas persaingan perusahaan yang berkaitan dengan kapasitas, proses,
fleksibilitas, dan biaya seperti kualits kehidupan kerja, kontak pelanggan, dan imej.

Ada tiga jenis tata letak yang dikenal dalam perusahaan, yaitu : tata letak proses, tata
letak produk, dan tata letak campuran.

Tata letak proses digunakan pada kantor yang langsung berhubungan dengan pelanggan
(front office) dan job process dengan aliran kerja beragam, volume rendah, dan kastemisasi
tinggi. Tata letak proses atau tata letak aliran fleksibel ini paling sesuai bila kegiatan
operasional dilakukan intermittent dengan berbagai tipe pelanggan atau perusahaan
manufaktur yang memiliki berbagai komponen yang berbeda-beda. Keunggulan tipe tata letak
proses ini adalah dapat diatur secara linier, menggunakan peralatan yang bersifat umum dan

8
menggunakan sedikit sumber daya, lebih fleksibel dalam menangani perubahan dalam bauran
produk, karyawan lebih ahli dalam pengetahuan teknis, dan peralatan yang multifungsi.

Tata letak produk atau aliran lini ini digunakan pada pabrikasi (atau yang sering disebut
dengan back office) dan proses lini yang memiliki aliran kerja linier dan tugas yang berulang-
ulang. Manajer harus menentukan sumber daya bagi pelayanan, produk, atau tugas individual.
Setiap stasiun atau pusat kerja (work station) atau departemen diatur sesuai jalur lini, seperti
alur cucian mobil yang dilakukan seacra otomatis.

Jenis tata letak yang ketiga adalah tata letak campuran. Tata letak ini mengombinasikan
elemen-elemen dari proses yang berbeda dan proses lini. Beberapa fasilitas diatur dalam tata
letak dengan aliran fleksibel dan yang lain diatur dalam tata letak lini. Tata letak campuran
digunakan dalam fasilitas yang mempunyai kegiatan operasi pabrikasi dan rakitan (assembly).

 Perencanaan kualitas

Setiap perusahaan menghendaki semua kegiatannya dapat menjamin bahwa produk


atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Kualitas
memerlukan suatu proses perbaikan yang terus- menerus yang dapat diukur, baik secara
individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional.

Perencanaan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan merupakan suatu
tanggung jawab pribadi, bagian dari warisan kultural, dan merupakan sumber penting
kebanggaan nasional. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan dan
didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik
hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat.

Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya. Kualitas
produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi
kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan manufaktur dan
proses penyediaan jasa atau pelayanan bagi perusahaan jasa. Kualitas harus dibangun sejak
awal, dari penerimaan input hingga perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk atau jasa itu akan dapat diwujudkan
bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan
pelanggan. Apabila diutarakan secara rinci, kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif

9
produsen dan perspektif konsumen, di mana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan dapat
tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk digunakan
oleh konsumen. Perencanan kualitas juga melibatkan berbagai hal, baik peralatan, mesin,
fasilitas, bahan baku, karyawan, dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan produk dan
jasa.

 Penjadwalan produksi

Pada level pertama atau tingkat yang paling tinggi, penjadwalan meliputi keputusan
mengenai produk yang akan dihasilkan dan kapan produk tersebut akan
dihasilkan. Penjadwalan produksi pada level di bawahnya adalah bagaimana atau dengan cara
apakah permintaan pelanggan akan dipenuhi, dengan persediaan produk yang terjadi karena
rendahnya permintaan, dengan mengadakan kerja lembur ketika permintaan
meningkat, dengan menyubkontrakkan kelebihan pekerjaan karena permintaan
meningkat, ataukah dengan menyewa karyawan ketika permintaan pelanggan
meningkat. Keterbatasan karyawan dalam perusahaan jasa juga ditambah dengan berbagai
aturan yang sah menurut hukum mengenai upah dan jam kerja dan kontrak dengan departemen
ketenagakerjaan yang berupa kesepakatan mengenai jam kerja maksimum per
shift, minggu, atau bulan yang membatasi keputusan penjadwalan tersebut. Pelayanan
biasanya menjadwalkan orang, dibandingkan material, keperilakuan, sosial, senioritas, dan
persoalan kepangkatan yang mempersulit penjadwalan.

Penjadwalan karyawan juga merupakan satu cara mengelola kapasitas dengan sistem
penjadwalan khusus untuk periode yang menjadi tanggung jawab karyawan. Pendekatan ini
digunakan pada permintaan pelanggan yang cepat tanggap dan permintaan secara keseluruhan
dapat diramalkan. Peramalan permintaan menyediakan informasi yang digunakan dalam
penjadwalan kapasitas karyawan yang tepat untuk memenuhi permintaan yang
bervarisi. Peramalan permintaan disusun untuk penjadwalan kekuatan kerja yang biasanya
mengungkapkan variasi dalam intensitas produksi atau pelayanan antarperiode hari atau
mingguan.

Proses tersebut dapat dicapai dalam konteks tingkat produksi atau pelayanan yang
menentukan. Tingkat produksi atau pelayanan yang ada dalam penyusunan persyaratan
karyawan ditentukan oleh kebijakan manajemen sebagai rata-rata lama waktu yang diharapkan
pelanggan yang menunggu untuk dilayani.

10
 Penjadwalan karyawan dan penjadwalan yang lebih detail

Penjadwalan kekuatan kerja melibatkan spesifikasi jadwal yang tepat bagi karyawan untuk
bekerja. Berbagai program matematika digunakan dalam mencari solusi optimal, yaitu linear
programming, dan dynamic programming. Penjadwalan kekuatan karyawan berisi berbagai
jenis fleksibilitas, yaitu:

a. Karyawan yang bekerja kurang dari delapan jam per hari (fleksibilitas panjang
shift).
b. Karyawan yang bekerja kurang dari lima hari kerja per minggu (fleksibilitas
panjang hari kerja).
c. Karyawan yang menerima waktu istirahat selama periode shift (fleksibilitas waktu
istirahat).
d. Karyawan yang mulai bekerja dalam sehari sepanjang shift (fleksibilitas mulainya
shift).
e. Karyawan secara individu yang mulai bekerja pada periode yang berbeda pada hari
yang berbeda dalam seminggu (fleksibilitas waktu mulainya hari kerja).
f. Karyawan yang boleh menerima tawaran rekreasi pada hari kerja yang tidak
berurutan dalam seminggu (hari libur yang tidak berurutan).

Permasalahan penjadwalan perusahaan jasa adalah karyawan atau penyedia


jasa. Manajemen kasus diperlukan meskipun semua proses pelayanan yang diperlukan
tersedia, namun tetap sulit bagi klien untuk dapat diakses. Case management merupakan
fenomena baru. Penjadwalan yang detail berisi sekumpulan kegiatan aktivis yang menyusun
penugasan yang sesungguhnya mulai awal hingga waktu penyelesaian kegiatan untuk
menunjukkan kapan kegiatan harus dikerjakan. Penjadwalan dapat dibantu dengan sistem
pakar yang merupakan program komputer yang membantu menyelesaikan masalah dan
dilakukan oleh orang yang ahli.

 Pengendalian bahan baku dan manajemen rantai pasokan

Pengendalian bahan baku merupakan kegiatan memonitor pemesanan dan penggunaan


bahan baku yang dapat menghemat biaya. Pengelolaan bahan baku meliputi proses yang
dilakukan manajer operasional dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian aliran
bahan baku dari pemasok, proses produksi sehingga menjadi produk yang siap didistribusikan
kepada pelanggan. Kegiatan pengadaan bahan baku dapat dilakukan dengan cara memilih
antara pembuatan sendiri bahan baku yang diperlukan atau memilih pemasok. Manajemen

11
rantai pasokan didefinsikan sebagai integrasi proses bisnis dari pelanggan akhir melalui
pemasok yang menyediakan produk, pelayanan dan informasi yang menambah nilai bagi
pelanggan.

Manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam pengadaan bahan
baku, mentransformasikannya menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan
menyerahkannya kepada pelanggan. Rantai pasokan merupakan jaringan kerja yang
mentransformasikan bahan baku ke distribusi produk yang melibatkan baik satu perusahaan
atau dengan perusahaan lain. Konsep manajemen rantai pasokan diadopsi oleh berbagai
perusahaan sebagai cara yang penting dalam mencapai keunggulan bersaing di pasar domestik
dan pasar global. Manajemen rantai pasokan merupakan pendekatan terintegrasi yang
berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian bahan baku dan informasi dari pemasok ke
pelanggan akhir.

Rencana permintaan dan penawaran harus dilakukan untuk menilai sumber daya yang
ditawarkan, menyusun prioritas permintaan, merencanakan persediaan, mengembangkan
keperluan distribusi, menentukan kapan mulai produksi, mengembangkan rencana kebutuhan
bahan, dan merencanakan kapasitas secara kasar semua produk pada semua
saluran. Penyediaan sumber daya meliputi proses untuk mengadakan produk dan jasa untuk
memenuhi permintaan yang sesungguhnya atau yang direncanakan. Pengelolaan infrastruktur
mencakup pengembangan kemampuan yang meliputi perubahan
desain, fasilitas, peralatan, kualitas produksi, penjadwalan, dan manajemen kapasitas jangka
pendek. Sementara itu, penyampaian mencakup penyediaan produk dan jasa untuk memenuhi
permintaan aktual dan yang direncanakan.

Manajemen rantai pasokan melibatkan koordinasi fungsi-fungsi organisasi internal dan


eksternal ke dalam fasilitas aliran barang dan jasa yang terbaik. Untuk meningkatkan
persaingan, perlu dilakukan kastemisasi produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan
kecepatan atau ketepatan memasuki pasar. Dalam lingkungan bisnis global yang dikenal
sebagai the borderless-world diperlukan adanya informasi yang terintegrasi di antara pihak-
pihak terkait.

 Pengendalian kualitas

Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap
area dari manajemen operasi dari perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan
dan memonitor hasil. Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain. Dalam

12
kenyataannya, penyelidikan kualitas adalah suatu penyebab umum yang alamiah untuk
mempersatukan fungsi-fungsi usaha. Kualitas produk atau jasa itu akan dapat diwujudkan bila
orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan
pelanggan. Selanjutnya, apabila ditinjau kembali biaya kualitas, sebenarnya ada sisi lain yang
belum atau jarang ditinjau, yaitu nilai kualitas yang melekat pada produk atau jasa yang
ditawarkan kepada pelanggan. Pelanggan yang membayar produk atau jasa yang ditawarkan
tentu mengharapkan akan mendapatkan produk atau jasa yang kualitasnya sebanding dengan
nilai yang telah mereka wujudkan dalam membayar harga produk atau jasa tersebut. Sistem
produksi bagi perusahaan manufaktur dan jasa dinilai dengan mengukur efektivitas dan atau
kinerjanya. Pengukuran efektivitas meliputi kemudahan dalam perawatan, kesiapan
operasional, ketersediaan, dan sebagainya. Sementara itu, pengukuran kinerja meliputi
produktivitas, efisiensi, penggunaan, dan kualitas. Pengukuran umum produktivitas memang
sangat erat dengan pengukuran efisiensi dan penggunaan. namun pengukuran terbaru dalam
produktivitas telah melibatkan kualitas di dalamnya.

2.2 Pengendalian Proses Produksi

2.2.1 Pengendalian Kualitas

Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yag lain (pemasaran, sumber daya
manusia (SDM), keuangan, dll). Pengendalian kualitas adalah suatu sistem dan kegiatan yang
dilakukan untuk menjamin suatu tingkat atau standar kualitas mutu tertentu sesuai dengan
spesifikasi yang direncanakan mulai dari kualitas bahan, kualitas proses produksi, kualitas
pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi sampai standar pengiriman ke konsumen agar
produk yang dihasilkan menjadi efektif dan efisien.

Pengendalian kualitas merupakan proses yang digunakan untuk menjamin tingkat kualitas
dalam produk atau jasa. Pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/ tindakan yang
terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu
produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi
kepuasan konsumen.

Pengendalian kualitas bukan hanya digunakan untuk mendeteksi kerusakan produk pada
suatu rangkaian produksi, tetapi juga dapat menekan seminimal mungkin kerusakan tersebut.
Dengan melakukan pengendalian kualitas, diharapkan produk akan terkendali sehingga

13
manajer operasi dapat mengetahui penyebab dan dengan segera dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut dan dengan begitu juga sekaligus mempertahankan kualitas produk yang
dihasilkannya.

2.2.2 Alat Teknik Perbaikan Kualitas Dengan Data Verbal Atau Kualitatif

 Flowchart

Flowchart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah
dalam suatu proses serta bagaimana langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Flowchart
digambarkan dengan simbol-simbol, dimana setiap orang yang bertanggung jawab untuk
memperbaiki suatu proses harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut. Pada suatu
organisasi atau perusahaan flowchart meliputi seluruh aliran dalam proses produksi atau
penyampaian pelayanan/jasa, baik yang dilakukan oleh staf intern atau disebut dengan
pelanggan dan konsumen internal atau oleh staf kepada pelanggan dan konsumen eksternal
atau akhir.

 Brainstorming

Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide
dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat. Ide-ide yang dihasilkan dalam
brainstorming bukan merupakan keputusan final/akhir tetapi masih diperlukan analisis lanjutan
untuk menghasilkan keputusan yang optimum. Alat yang digunakan dalam brainstorming
antara lain cause and effect diagram, affinity diagram, dan tree diagram.

 Cause and Effect Diagram

Cause and Effect Diagram dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943,
sehingga sering disebut diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat digambarkan garis dan
simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah atau
kejadian dan selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dengan kata lain akibat merupakan basil
sedangkan penyebab adalah sumber. Pada suatu proses produksi, penyebab masalah dapat
berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan, pengukuran, karyawan,
lingkungan

 Affinity Diagram

Affinity Diagram dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada tahun 1950-an. Diagram ini
merupakan bentuk pengorganisasian informasi yang didapat dari proses brainstorming agar

14
lebih mudah dipahami Affinity diagram sangat berguna untuk menyaring data yang berjumlah
besar dan menciptakan pola pikir baru. Seperti brainstorming, dalam PDCA cycle affinity
diagram digunakan terutama pada tahap rencana.

 Tree Diagram

Tree Diagram merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan tujuan yang harus
ditempuh dengan tugas yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan tersebut. Diagram
pohon digunakan untuk dapat mengetahui apa yang diinginkan pelanggan dari jasa atau
program yang ditawarkan. Tree diagram sering kali digunakan untuk menterjemahkan hasil
dari affinity diagram atau cause and effect diagram. dalam upaya merumusan permasalahan
yang belum jelas ke dalam karakteristik yang sifatnya operasional

2.2.3 Pengendalian Kualitas Bagian Alat Teknik Perbaikan Kualitas Dengan Data
Numerik

 Check sheet

Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu
itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data. check sheet ini
dilakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan mengenai proses penyampaian jasa atau
pelayanan. Check sheet ini sering juga kita ganti dengan tally sheet.

 Pareto Diagram

Diagram pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke
kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Diagram pareto juga dapat
mengidentifikasi masalah yang paling penting yang memengaruhi usaha perbaikan kualitas dan
memberikan petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan
masalah (Mitra, 1993).

Penyusunan diagram pareto sangat sederhana. Menurut Mitra (1993) dan Besterfield
(1998), proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah, yaitu:

1. Menentukan metode atau arti dari penglasifikasian data, misalnya berdasarkan


masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

15
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang
terbesar hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-
masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat
perhatian.
 Histogram

Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan
variasi setiap proses. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan
rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Histogram juga menunjukkan
kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan
dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.

Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah :


1. Menentukan batas-batas observasi,
2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel.
3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut.
4. Menentukan batas-batas kelas.
5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

 Scatter Diagram

Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi)


antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel
tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi.

 Control Chart

Control chart adalah grafik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada
dalam keadaan in control atau out of control. Control limit yang meliputi batas atas (upper
control limit) dan batas bawah (lower control limit) dapat membantu kita untuk
menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu proses, yang menunjukkan bahwa
proses tersebut konsisten. Apabila merupakan special cause, kita dapat mengadakan perubahan
tanpa mengubah proses secara keseluruhan, tetapi bila merupakan common cause maka kita
tidak dapat mengadakan perubahan.

16
 Run Chart

Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu,
kecenderungan, daur, dan pola-pola lain dalam suatu proses, misalnya perubahan dalam proses
dan memperbandingkan performansi beberapa kelompok, tetapi tanpa menyebutkan sebab-
sebab terjadinya kecenderungan, daur, atau pola-pola tersebut.

Berbagai alat dan teknik serta metode memang dapat diterapkan dalam mengumpulkan,
menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kualitas. Menurut Gryna
(2001) ada beberapa alat dan teknik yang banyak digunakan orang Jepang dalam menangani
masalah kualitas, yaitu:

 Affinity diagram
 Tree diagram
 Process decision
 Matrix diagram
 Interrelation diagram
 Prioritization matrix
 Activities network diagram

Masih banyak lagi alat dan teknik lain yang dapat digunakan, di mana semua itu tergantung
dari cara menerapkannya dalam menyelesaikan masalah terutama yang berkaitan dengan
kualitas dan mengambil keputusan.

2.2.4 Pengendalian Kualitas Bagian Standar ISO 9000

Penjaminan kualitas dapat digolongkan menjadi penjaminan kualitas formal dengan ISO
9000 atau BS 5750 dan penjaminan kualitas informal dengan keterlibatan seluruh personil
dalam quality circles. Organisasi atau perusahaan yang mendapatkan sertifikat ISO 9000 tidak
secara otomatis memiliki kualitas produk yang baik, tetapi ada kemungkinan produk atau jasa
dari organisasi atau perusahaan yang terdaftar tersebut mempunyai kualitas yang konstan
karena produk atau jasa tersebut dihasilkan dengan prosedur yang seragam atau standar
(Meegan & Taylor, 1997).

Walaupun dapat menghasilkan produk atau jasa yang konstan, namun ada beberapa
keunggulan dan kelemahan dalam penerapan ISO 9000 tersebut.

17
a. Keunggulan dari menggunakan ISO 9000:
 Sebagai sistem penjaminan kualitas dapat dilihat dari aspek internal maupun
eksternal.
 Peningkatan produktivitas
 Perbaikan efisiensi
 Pengurangan biaya dan pemborosan
 Pengendalian manajemen yang lebih baik
 Memperbaiki struktur koordinasi
 Mendukung pengambilan keputusan
 Meningkatkan motivasi personil.
 Keunggulan bersaing
 Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar
 Kemungkinan memasuki pasar baru dan mendapatkan pelanggan baru
 Memelihara hubungan dengan pelanggan
 Meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan kepercayaan, dan reputasi
organisasi atau pelanggan.
 Kelemahan dari penerapan ISO 9000, antara lain:
 Biaya untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9000
 Meningkatnya dokumentasi yang berupa penumpukan kertas, dan tidak ada
perhatian terhadap pengembangan personil.
 Memperkecil kreativitas dan pemikiran kritis organisasi karena karyawan hanya
dituntut melaksanakan prosedur dan aturan yang ada dalam sertifikasi tersebut.

Selanjutnya, ada beberapa faktor yang harus dikembangkan setelah mendapatkan serifikasi
sehingga manajemen kualitas yang menyeluruh (total quality management) dapat tercapai,
antara lain:

a. Pemasok
b. Karyawan
c. Manajemen
d. Proses
e. Sistem informasi kualitas
f. Pelanggan.

18
Menurut Renuka dan Vekanteshwara (2005), manfaat khusus sertifikasi ISO 9000 antara
lain:

1. Produktivitas dan penjualan ekspor lebih tinggi


2. Pengendalian bisnis lebih baik, pengurangan biaya, dan pengurangan komplain
pelanggan
3. Meningkatkan quality of way life, preferensi pelanggan, image terhadap kualitas
perusahaan, dan pengurangan prosedur dan dokumentasi, dan meningkatkan kesadaran
tindakan pencegahan dan perbaikan
4. Memperbaiki persaingan dan hubungan dengan pelanggan

ISO 9000 telah mengalami dua kali revisi sejak lahirnya tahun 1987. Revisi tersebut
dilakukan tahun 1994 dan tahun 2000. Di masa lalu, kegiatan pengendalian kualitas dapat
dilakukan dengan melakukan penjaminan kualitas. ISO 9000 memang merupakan sistem
penjaminan kualitas yang dapat mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk mencapai Total
Quality Management (Pun et al., 1999).

Banyak organisasi menggunakan suatu cara penerapan manajemen kualitas dengan


mengembangkan kriteria pemilihan pemenang dalam kualitas. Penghargaan dalam hal kualitas
(quality awards) merupakan suatu alat ketika perusahaan mendapat pengakuan atas usaha-
usaha mereka dan akan menjadi lebih populer pada tahun-tahun belakangan ini. Penghargaan
atas kualitas yang dicapai kita kenal misalnya The Deming Prize yang digunakan di Jepang,
The Baldridge Awards yang digunakan di Amerika, dan European Quality Awards dan British
Quality Asociation yang digunakan di Eropa. Penghargaan tersebut sebenarnya merupakan
kompetisi tahunan (annual competition) yang bertujuan untuk mengadakan continuous
improvement.

2.2.5 Pengendalian Kualitas Bagian Standar ISO 14000

Pada dasarnya ISO 14000 merupakan standar pengelolaan lingkungan yang sifatnya
sukarela. Namun, hampir sebagian besar konsumen mensyaratkannya. Aspek pengelolaan
lingkungan harus dimasukkan dalam upaya memperoleh sertifikasi. Contoh dari sistem
pengelolaan lingkungan yang dibutuhkan mencakup kebijaksanaan sistem organisasi,
pengelolaan, perencanaan, prosedur operasional, prosedur identifikasi hasil dan peraturan,
tujuan, sasaran, pengawasan penjualan, pelaksanaan audit, penyimpanan catatan, dan
sebagainya. Tujuan dan sasaran dalam hal lingkungan harus konsisten, tidak bertentangan,
terintegrasi, dan merupakan rencana strategis organisasi. Sertifikasi ISO sendiri akan

19
mensyaratkan suatu deskripsi dari kegiatan pendanaan dan prosedur yang diperlukan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

ISO 14000 juga menekankan pada continual improvement dan pelaksanaan proses
Plan-Do-Check-Action yang memungkinkan organisasi mengevaluasi lingkungan yang ada
saat ini maupun lingkungan yang diharapkan di masa mendatang. Untuk dapat melaksanakan
continuous improvement dalam manajemen lingkungan diperlukan adanya peraturan tentang
lingkungan, persyaratan pelanggan yang berkaitan dengan lingkungan, dan isu-isu mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan.

Menurut Gaspersz (2001), terdapat sejumlah manfaat sistem manajemen lingkungan,


yang antara lain:

1. Kesesuaian dengan peraturan-peraturan (conformance to regulations).


2. Kesesuaian dengan kebutuhan atau persyaratan pelanggan (conformance to
customer requirements).
3. Memiliki keunggulan dalam pemasaran karena perusahaan mampu
menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sehingga menarik simpati pasar
dan pelanggan.
4. Pengunaan sumber daya menjadi lebih baik karena sistem manajemen
lingkungan yang baik juga merupakan sistem konservasi yang baik, terutama
konservasi sumber-sumber daya.
5. Penurunan dalam biaya operasional perusahaan sebagai konsekuensi sistem
konservasi sumber daya yang bertambah baik.
6. Meningkatkan komunikasi manajemen antardepartemen karena terdapat
kebijaksanaan, prosedur, dan instruksi tertulis dari sistem manajemen
lingkungan tersebut.
7. Meningkatkan kualitas karena manajemen akan mengendalikan dampak
lingkungan yang memengaruhi proses produksi.
8. Memudahkan tugas-tugas manajemen karena sistem manajemen lingkungan
yang baik juga merupakan bagian dari sistem manajemen umum yang baik,
ketika prosedur dan instruksi kerja tersedia.
9. Meningkatkan tingkat keamanan dan keselamatan kerja karena sistem
manajemen lingkungan telah menampung hal ini.
10. Meningkatkan image organisasi atau perusahaan di masyarakat.

20
11. Meningkatkan konsistensi kebijaksanaan manajemen karena telah
terdokumentasi dengan baik dalam sistem manajemen lingkungan tersebut.
12. Meningkatkan kepercayaan manajemen karena sistem manajemen lingkungan
membutuhkan pembuatan keputusan berdasarkan fakta serta pengoperasiannya
harus berada di bawah kondisi yang terkendali. Hal ini akan meningkatkan
koordinasi manajemen sehingga manajer manajer memiliki kepercayaan yang
lebih besar. Kepercayaan ini datang dari pemahaman penuh terhadap sasaran
perusahaan yang tercapai.
13. Meningkatkan kepuasan pribadi dan organisasi karena semua orang telah peduli
terhadap lingkungan.
14. Meningkatkan kinerja yang terkait dengan kebutuhan pelanggan karena sistem
manajemen lingkungan sangat memperhatikan kebutuhan pelanggan.
15. Meningkatkan konsistensi hubungan dengan pemasok karena pemasok juga
diharuskan untuk menyukseskan sistem manajemen lingkungan yang sedang
diterapkan oleh perusahaan.
16. Meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi standar lingkungan,
baik lingkungan internal maupun eksternal.
17. Meningkatkan kemudahan untuk memperoleh modal dari pihak bank dan
investor lain karena organisasi atau perusahaan semakin dapat dipercaya dan
diandalkan.

Organisasi yang dapat mencapai sertifikasi ISO 9000 juga harus mendapat keuntungan
dengan usahanya mengembangkan implementasi dan operasi, dan dalam pengeceken dan
perbaikan berbagai elemen. Pengintegrasin MBNQA dengan ISO 9000 dan ISO 14000 setiap
kriteria pemberian penghargaan harus diuji. Organisasi kemudian harus mengintegrasikan
elemen-elemen ISO 9000 dan 14001 ke dalam kriteria dan cara mengintegrasikan persyaratan
self-assessment untuk kerangka kerja sistem manajemen kinerja. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa ISO 9000 dan ISO 14000 merupakan bagian yang terintegrasi dalam
organisasi sebagai suatu sistem manajemen kualitas yang ada dalam kriteria untuk mendapat
penghargaan MBNQA sebagai perusahaan atau organisasi yang mengutamakan kualitas.

Selain itu, pengintegrasian ini juga perlu diadakan investigasi dalam tingkat formal
pemahaman standar oleh komite teknik, dan adanya kebutuhan untuk menguji pengintegrasian
sistem secara aktual dalam perusahaan. Dari hasil yang diperoleh melalui pengujian perlunya
pengintegrasian ISO 9000 dan ISO 14000 maka diperoleh beberapa hal, yaitu:

21
1. Pertama, kedua standar mendukung penciptaan kebijakan perusahaan berdasarkan pada
pendekatan umum pada pengelolaan pengembangan sistem kualitas dan lingkungan.
2. Kedua, standar ISO 9000 dan ISO 14000 secara substansial sama, walaupun yang satu
untuk kualitas dan yang lain untuk lingkungan.
3. Ketiga, kedua standar tersebut memberikan definisi tindakan yang harus didukung oleh
bukti dokumentasi yang menjelaskan tujuan dan target perusahaan.
4. Keempat, pengintegrasian kedua standar tersebut adalah layak secara metodologis
maupun prosedural.

Selanjutnya, pengintegrasian MBNQA dengan ISO 9001 dan ISO 14001, dengan TQM
yang diterapkan dengan kriteria MBNQA yang digunakan sebagai payung untuk mengadakan
self-assessment. Self-assessment quality management system (SQMS) harus dimulai dengan
mendefinisikan nilai dan misi organisasi sehingga semua pihak dapat menunjukkan komitmen,
budaya, dan nilai-nilai inti ke dalam organisasi. SQMS meliputi tiga hal yang merupakan
tahapan yang harus dilalui.

1. Tahap pertama adalah perencanaan sistem yang dimulai dengan pendefinisian


visi dan misi perusahaan dan mengembangkan tujuan dan sasaran perusahaan
oleh eksekutif senior dengan memperhatikan lingkungan, sumber daya dan
keterbatasan organisasi atau perusahaan tersebut. Langkah ini diikuti dengan
identifikasi faktor-faktor penting untuk keberhasilan dan kelancaran proses
dengan memperhatikan konsep inti dan perencanaan strategi organisasi.
2. Selanjutnya, dilakukan perumusan perencanaan manajemen proses dengan
memperhatikan analisis kinerja dan jaminan serta alat dan teknik perbaikan
kualitas. Langkah ini diikuti dengan pengembangan program manajemen
kualitas dan identifikasi elemen-elemen kualitas dan sistem manajemen
lingkungan. Kedua langkah ini berada pada tahap kedua yaitu integrasi sistem.
3. Pada tahap ketiga yaitu pemasangan sistem. Langkah ini dimulai dengan
menggunakan Kaizen dan langkah-langkah dalam business process
reengineering yang kemudian dilakukan self-assessed quality management
system yang memperhatikan pengendalian dokumen dan peninjauan dan audit
manajemen. Langkah ini diikuti dengan penentuan dan pengembangan sistem
yang lancar atau baik. Bila tidak sesuai yang direncanakan maka langkah ini
akan berulang kembali dengan mengidentifikasi berbagai faktor penting pada

22
tahap perencanaan sistem atau mengembangkan program manajemen kualitas
yang teritegrasi pada tahap integrasi sistem.

 Perbedaan ISO 14000 dan ISO 14001


A. Tentang ISO 14000

ISO 14000 adalah seperangkat standar internasional di bidang manajemen lingkungan yang
dibuat untuk membantu mengurangi limbah industri dan kerusakan lingkungan. Meski tidak
diwajibkan, memiliki sertifikasi ini merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan lingkungan.

ISO 14000 merupakan sertifikasi opsional yang bisa didapatkan oleh semua organisasi.
Sertifikasi yang mengalami revisi di tahun 2015 ini pertama kali diperkenalkan oleh Organisasi
Internasional untuk Standarisasi (ISO) pada tahun 1996.

Tujuan keberadaan sertifikasi ini adalah untuk membantu organisasi mengatasi dampak
lingkungan dan mencapai sasaran bisnis yang ramah lingkungan.

Selain itu, jenis sertifikasi ini juga dapat digunakan sebagai alat pemasaran, yaitu dengan
melibatkan konsumen yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Sehingga dapat
membantu organisasi dalam mencapai standar peraturan lingkungan wajib.

 Siapa yang Dapat Menerapkan ISO 14000?

Sertifikasi ISO 14000 dapat diterapkan oleh semua organisasi dari berbagai bidang, ukuran,
maupun lokasi bisnis dengan penyesuaian terhadap kebutuhan organisasi. Ada kalanya
organisasi perlu menunjukkan sertifikasi ini ke pada pihak lain, seperti konsumen, mitra usaha,
masyarakat, investor, dan lain sebagainya.

Penunjukan sertifikasi ini bertujuan untuk menginformasikan ke pada pihak yang


bersangkutan bahwa organisasi yang Anda kelola telah mengikuti standar manajemen
lingkungan yang berlaku.

Seiring berjalannya waktu, tingkat kepedulian berbagai pihak terhadap pentingnya upaya
pelestarian lingkungan hidup semakin tinggi.

Hal inilah yang menjadi salah satu pendorong penetapan standar ISO di seluruh dunia.
Selain sebagai langkah untuk meningkatkan citra dan daya saing perusahaan, sertifikasi ini juga

23
sebagai langkah antisipasi jika konsumen atau mitra usaha mempertanyakan sertifikasi
tersebut.

 Manfaat ISO 14000

Manfaat penerapan ISO 14000 bagi organisasi, antara lain:

1. Meningkatkan citra dan kinerja lingkungan organisasi.


2. Meningkatkan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan.
3. Mengurangi risiko usaha.
4. Meningkatkan efisiensi kegiatan, daya saing, komunikasi internal, dan hubungan baik
dengan berbagai pihak yang berkepentingan.
5. Memperbaiki manajemen organisasi.

B. Tentang ISO 14001

ISO 14001 merupakan seri dari ISO 14000. ISO 14001 adalah sertifikasi standar
internasional yang membantu mengendalikan sistem manajemen lingkungan bagi perusahaan.
Tujuan penerapan sertifikasi ini adalah untuk menghindari risiko pencemaran lingkungan
hidup oleh perusahaan.

 Siapa yang Dapat Menerapkan ISO 14001?

Kebijakan, proses, rencana, praktik, dan catatan yang mengatur tentang tata cara
perusahaan berinteraksi dengan lingkungan diatur dalam sistem manajemen lingkungan atau
dikenal sebagai EMS. Sistem ini dapat diberlakukan untuk perusahaan maupun industri
manufaktur dengan persyaratan hukum tepat dan interaksi lingkungan yang sesuai.

 Manfaat ISO 14001

Penerapan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan dapat membantu mengurangi


dampak negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Sehingga tercipta hubungan baik
antara perusahaan dengan pelanggan, masyarakat umum, dan komunitas pecinta lingkungan.

Manfaat lain dari sistem manajemen lingkungan adalah membantu perusahaan untuk
menghemat pengeluaran.

24
Karena dengan berkurangnya dampak negatif perusahaan, kemungkinan perusahaan
mengeluarkan biaya tambahan sebagai pertanggungjawaban terhadap insiden pun semakin
berkurang. Penghematan lainnya juga terjadi pada sisi penggunaan bahan produksi dan energi.

Keuntungan akibat turunnya dampak lingkungan karena penerapan ISO 14001 Sistem
Manajemen Lingkungan bagi perusahaan, tidak hanya berhenti di situ saja.

Namun, juga berimbas pada citra perusahaan yang semakin baik, meningkatnya kerja
lingkungan, serta meningkatnya kepercayaan mitra, konsumen, dan pihak lainnya.

 Perbedaan ISO 14000 dan 14001 dalam Sistem Pengelolaan Lingkungan

Secara garis besar, ISO 14000 adalah kumpulan standar internasional dalam sistem
manajemen lingkungan yang membantu organisasi dan perusahaan untuk meminimalkan
dampak negatif kegiatan organisasi atau proses bisnis terhadap lingkungan, mematuhi
persyaratan perundang-undangan yang berorientasi pada manajemen lingkungan, dan
memastikan jalannya perbaikan yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan tersebut
berkelanjutan.

Sebagai bagian dari seri 14000, ISO 14001 memiliki fungsi yang kurang lebih sama.
Bedanya, ISO 14001 juga menyediakan panduan untuk penerapan dan perbaikan EMS (Sistem
Manajemen Lingkungan).

EMS ini mencakup aktivitas perencanaan, struktur, praktik, prosedur, tanggung jawab, dan
sumber daya organisasi dalam mengembangkan, menerapkan, mencapai, dan mempertahankan
kebijakan lingkungan.

Dengan kata lain, sertifikasi ISO 14001 adalah bagian dari seri ISO 14000 yang telah
mengalami revisi dan pembaruan.

25
2.3 Contoh dari perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia

PT Semen Indonesia

Sebagai perusahaan persemenan terbesar di Indonesia, PT Semen Indonesia berdiri


kokoh dan menjadi penopang dalam sarana infrastruktur di Indonesia. “Untuk Kualitas, Untuk
Bumi, Untuk Indonesia” menjadi komitmen perseroan dengan senantiasa memberikan kualitas
terbaik. Kesuksesan ini tidak lepas dari harmonisasi yaitu 3P (People, Profit and Planet) yang
menjadi pilar pembagunan berkelanjutan.

Kompetensi dan kinerja dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi menjadi inti
sekaligus identitas Semen Indonesia yang senantiasa totalitas dalam memberikan yang terbaik
bagi Indonesia. Semen Indonesia memiliki tagline yaitu “Together We Build A Better Future”.

 Sistem manajemen semen indonesia

Sejalan dengan strategi dan target bisnisnya untuk menjadi Perusahaan Kelas Dunia di
tengah-tengah iklim bisnis yang berubah secara dinamis dan industri yang semakin kompetitif,
semua lini Perusahaan harus gesit dalam merespons dan menangani peluang bisnis dalam
pekerjaan. untuk meningkatkan daya saing Perusahaan.

Perubahan iklim bisnis dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan


kebijakan oleh kepemilikan, orientasi bisnis Perusahaan, kondisi persaingan, dan
meningkatnya permintaan oleh para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, Perusahaan
memerlukan prosedur yang efektif dan efisien untuk memastikan:

1. Memenuhi kebutuhan dan harapan para pemangku kepentingan.


2. Respons yang cepat oleh Perusahaan terhadap strategi bisnis yang berubah secara
dinamis.
3. Pengambilan keputusan strategis yang cepat.
4. Kemudahan transfer pengetahuan.
5. Pembentukan Organisasi Jaminan Tinggi.

26
Dalam menciptakan tata kelola yang efektif dan efisien ini, Perusahaan telah menerapkan
sistem manajemen terintegrasi yang mengacu pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik, Sistem Manajemen Semen Indonesia, yang meliputi:

1. Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001).


2. Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001)
3. Sistem Manajemen HSE (SMK3-OHSAS 18001).
4. Menguji Sistem Manajemen Laboratorium (ISO / IEC 17025).
5. Sistem Manajemen Risiko (ISO 31000).
6. Peningkatan program melalui penerapan Manajemen Inovasi

Penerapan Sistem Manajemen Semen Indonesia (SMSI) diharapkan dapat memberikan


nilai tambah bagi pemegang saham khususnya, dan para pemangku kepentingan dan
masyarakat pada umumnya.

PT Semen Indonesia (Persero), Tbk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan (SDGs) 2030 melalui peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Di samping itu, Perseron terlibat langsung dalam proses pembangunan
nasional dengan tetap memperhatikan dampak kegiatan operasi terhadap aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan. Kinerja ekonomi ditingkatkan melalui diversifikasi produk, pemasaran, dan
transformasi biaya. Pengendalian dampak lingkungan dilakukan melampaui yang
diprasyaratkan dan penciptaan nilai sosial diupayakan melalui pengembangan masyarakat
secara berkesinambungan. Inilah peran dan kontribusi seluruh insan PT Semen Indonesia
(Persero) yang menegaskan keberlanjutannya melalui: “Untuk Kualitas, Untuk Bumi, Untuk
Indonesia”

27
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kegiatan produksi atau operasional merupakan kegiatan inti dalam bisnis. 80% modal
perusahaan ada di bagian produksi atau operasional. Kegiatan produksi atau operasional
dilakukan untuk menghasilkan produk atau memberikan jasa atau layanan kepada pelanggan.
Proses produksi merupakan proses transformasi input menjadi output. Input meliputi bahan
baku, karyawan, mesin, peralatan, dan modal. Output meliputi barang dan jasa atau layanan
yang dinikmati oleh pelanggan. Berbeda dari perusahaan manufaktur, pelanggan perusahaan
jasa atau layanan juga merupakan input yang akan menentukan proses layanan yang diberikan
perusahaan pada pelanggan. Kegiatan produksi atau operasional memiliki fungsi-fungsi yang
saling melengkapi. Dalam kegiatan operasional, perusahaan perlu melakukan pengendalian
kualitas produk dan layanan. Selain itu, perusahaan dituntut untuk melaksanakan proses
produksinya berdasarkan standar tertentu, Standar ISO 9000, Standar ISO 14000, standar
Malcolm, dan sebagainya.

Modul 6 ini membahas proses produksi dan pengendalian produk. Modul 6 meliputi
dua kegiatan belajar. Kegiatan belajar pertama membahas proses produksi dan operasional,
yang meliputi pemahaman mengenai manajemen operasional, kegiatan manajemen
operasional, dan fungsi-fungsi operasional. Fungsi-fungsi operasional meliputi perencanaan
kapasitas, perencanaan lokasi, perencanaan tata letak di dalam perusahaan, perencanaan
kualitas, penjadwalan produksi, penjadwalan karyawan dan mesin, pengendalian bahan baku
dan rantai pasokan, dan pengendalian kualitas. Sementara itu, kegiatan belajar kedua
membahas pengendalian kualitas, standar ISO 9000, dan standar ISO 14000. Pembahasan
pengendalian kualitas meliputi alat-alat statistik yang digunakan baik yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif dan alat untuk menerapkan TQM dan melakukan desain produk sesuai
kebutuhan pelanggan. Pembahasan mengenai ISO 9000 dan ISO 14000 meliputi pemahaman
mengenai kedua standar tersebut beserta keunggulan dan kelemahannya. Secara umum, setelah
mempelajari Modul 6 ini, peserta didik dapat menjelaskan mengenai manajemen operasional
beserta kegiatan dan fungsinya, serta menjelaskan konsep pengendalian proses produksi.

Secara khusus, setelah mempelajari Modul 6 ini peserta didik diharapkan:

1. Mampu menganalisis Manajemen Operasional.

28
2. Mampu menganalisis Kegiatan Manajemen Operasional.
3. Mampu menganalisis Fungsi-Fungsi Operasional.
4. Mampu menganalisis Pengendalian Kualitas.
5. Mampu menganalisis Standar ISO 9000.
6. Mampu menganalisis Standar ISO 14000.

3.2 Saran

Demikianlah pokok bahasan dari makalah ini yang dapat kami paparkan, besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penulis menyadari makalah ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Boone, L.E. dan Kurtz, D.L. (2005). Contemporary Business, 11th edition.
Canada: Thomson.

Ebert, R.J. dan Griffin, R.W. (2009). Business Essentials. 7th edition.
Singapore: Prentice Hall – Pearson Education International.

Ferrell, O.C.; Hirt, G.A.; dan Ferrell, L. (2011). Business: A Changing


World. 8th edition. United States: McGraw-Hill & Irwin.

Madura, J. (2007). Introduction to Business, 4th edition. Australia: Thomson


SouthWestern.

Nickels, W.G.; McHugh, J.M.; dan McHugh, S.M. (2005). Understanding


Business. Singapore, McGraw-Hill & Irwin.

Silvanita, K. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: PT Gelora


Aksara Pratama.

Mutu Institute. 26 Maret 2022


https://mutuinstitute.com/post/perbedaan-iso-14000-dan-
14001/#:~:text=ISO%2014001%20merupakan%20seri%20dari,pencemaran%20lingk
ungan%20hidup%20oleh%20perusahaan
sig.id Sistem Manajemen. 26 Maret 2022
https://sig.id/id/sistem-manajemen/

30

Anda mungkin juga menyukai