Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

Dosen Pengampu: Yuni Rusmawati DJ. SE, MM.

Kelompok 3:

1. Eka Putri Vita Dewi 042010195


2. Raden Wisnu Suryo Guritno 042010221
3. Nurul Rikhatul Jannah 042010269
4. Risma Iffah Widyastutik Rahmawati 042010295
5. Nur Madinatul Munawarah 042010352

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan HidayahNya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MANAJEMEN OPERASI DAN
PRODUKSI” yang terfokus membahas mengenai MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
ini tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester tiga matakuliah Manajemen
Operasi dan Produksi di Universitas Islam Lamongan.

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih banyak kepada


Bapak Yuni Rusmawati, SE. MM. selaku dosen pengampu matakuliah Manajemen
Operasi dan Produksi serta teman-teman sekalian yang telah berkontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
penyusun dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca, serta harapan
penyusun semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinnya dan dapat
memberi manfaat serta menambah wawasan bagi pembaca.

Lamongan, 9 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

cover..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Arti Penting Manajemen Rantai Pasokan..................................................................3
B. Rantai Pasokan Ekonomi.............................................................................................5
C. Etika Rantai Pasokan...................................................................................................6
D. Strategi Rantai Pasokan...............................................................................................9
E. Mengelola Rantai Pasokan.........................................................................................12
F. E-Procurement............................................................................................................14
G. Pemilihan Vendor....................................................................................................17
H. Manajemen Logistic................................................................................................21
I. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan.......................................................................22
BAB III PENUTUP................................................................................................................24
A. Kesimpulan..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini manajemen rantai pasok(supply chain management) tidak lagi


dianggap sebagai hal baru bagi perusahaan. Banyak perusahaan telah menerapkan
manajemen rantai pasok dalam bisnisnya untuk menambah efisiensi proses logistik
perusahaan. Tujuan dari manajemen rantai pasok yaitu untuk meminimalisasi total
biaya rantai pasok dalam pemenuhan kebutuhan tetap maupun tidak tetap. Total biaya
meliputi biaya bahan baku dan biaya tambahan, biaya transportasi pengiriman, biaya
fasilitas investasi, biaya produksi langsung dan tidak langsung, biaya persediaan, dan
lain sebagainya.
Menurut penelitian Wuwung (2013) manajemen rantai pasokan adalah sebuah
sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi, dan
penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan produk tersebut. Di dalam
rantai pasokan meliputi seluruh proses dan kegiatan yang terlibat di dalam
penyampaian produk hingga sampai ke tangan konsumen.
Menurut Heizer dan Render (2001) supply chain management bisa meliputi
penetapan (1) pengangkut, (2) pentransferan kredit dan tunai, (3) pemasok (supplier),
(4) distributor dan bank, (5) utang dan piutang, (6) pemenuhan pesanan, (7)
pemenuhan pesanan, dan (8) membagi-bagi informasi mengenai ramalan permintaan,
produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan.
Menurut Poerwanto (2010) risiko-risiko yang dapat muncul dalam alur rantai
pasok(supply chain), yaitu (1) Risiko gangguan pasokan, (2) Risiko kebutuhan dan
rencana pasokan, (3) Risiko harga pembelian, (4) Risiko persediaan dan barang usang
(obsolete), (5) Risiko proses yang tidak efisien, (6) Risiko keahlian dan kualifikasi
sumber daya manusia. Implikasi dari kegagalan-kegagalan rantai pasokan akan
menyebabkan timbulnya kerugian yang besar dan penundaan dalam pengiriman
kepada pelanggan yang signifikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti penting manajemen rantai pasokan dalam ilmu manajemen operasi
dan produksi?
2. Bagaimana rantai pasokan ekonomi dalam ilmu manajemen operasi dan produksi?

1
3. Bagaimana etika rantai pasokan dalam ilmu manajemen operasi dan produksi?
4. Bagaimana strategi rantai pasokan dalam ilmu manajemen operasi dan produksi?
5. Bagaimana mengelola rantai pasokan dalam ilmu manajemen operasi dan
produksi?
6. Apa itu E-procurement dalam ilmu manajemen operasi dan produksi?
7. Bagaimana cara pemilihan vendor yang baik dalam ilmu manajemen operasi dan
produksi?
8. Bagaimana manajemen logistic dalam ilmu manajemen operasi dan produksi?
9. Bagaimana pengukuran kinerja rantai pasokan dalam ilmu manajemen operasi dan
produksi?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penilsan makalah ini adalah memahami apa
itu manajemen rantai pasokan/ekonomi, etika yang baik didalam pemberdyaannya,
strateginya, pengelolaannya, trik memilih dan memilah vendor, pengukuran kinerja
rantai pasokan. Selain itu juga memahami apa itu E-procurement, dan manjemen
logistic.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Penting Manajemen Rantai Pasokan
Strategi SCM(supply chain management) merupakan tulang punggung utama
dan berperan sangat penting bagi berjalannya operasional organisasi bisnis baik yang
bersifat profit maupun non profit. Selain itu, SCM(supply chain management) juga
berperan untuk mendapatkan pihak ketiga yang berkualitas dan mendukung peranan
terhadap kemajuan organisasi bisnis. “Hal utama dari sektor ini adalah mengelola
biaya perusahaan agar mencapai efisiensi yang diinginkan,”
Definisi SCM(supply chain management) sendiri adalah mekanisme kegiatan
yang menghubungkan semua pihak yang bersangkutan untuk mengkonversikan bahan
mentah menjadi barang setengah jadi. Lalu diolah lebih lanjut menjadi barang jadi
dan mendistribusikannya kepada pelanggan. Dalam prosesnya, SCM(supply chain
management) akan berkaitan dengan banyak hal seperti perencanaan dan manajemen
dari semua aktivitas yang terlibat baik di dalam sumber daya, pengadaan barang,
produksi, transportasi, dan semua kegiatan manajemen logistik lainnya.
Untuk menciptakan alur kerja yang baik, ada beberapa prinsip yang harus
dipahami dalam menjalankan kegiatan SCM(supply chain management), di antaranya
adalah End to end yaitu proses operasi mencakup elemen pemasok yang paling hulu
sampai ke konsumen yang paling hilir. Kemudian prinsip lainnya yaitu Integrasi
dimana semua elemen yang terlibat berada dalam satu kesatuan yang kompak dan
menyadari adanya saling ketergantungan. “Sehingga dibutuhkan adanya hubungan
yang selaras, kerja sama, dan komunikasi yang baik antar individunya,” Pada
dasarnya, kegiatan SCM(supply chain management) ini mengintegrasikan antara
pengelolaan permintaan dan penawaran di seluruh perusahaan. Oleh karena itu,
kegiatan SCM(supply chain management) juga harus berkolaborasi dengan bidang-
bidang terkait lain misalnya pada aturan-aturan atau sektor bisnis lainnya. Teradapat
beberapa faktor pendukung di lingkungan perusahaan yang menjadi acuan atau
pertimbangan dalam menentukan proses pengelolaan tersebut. “Faktor pendukung
tersebut berkaitan dengan visi dan misi serta target bisnis dari perusahaan, budaya
kerja, maupun tipe perusahaan itu sendiri juga turut mempengaruhi alur kegiatan
permintaan serta penawaran di seluruh perusahaan.”
Dalam menjalankan sebuah bisnis, seorang individu atau kelompok tentu
mengambil langkah-langkah tertentu untuk melancarkan proses bisnisnya. Saat
3
pendistribusian produk kepada konsumen, terkadang hal yang terjadi adalah tidak
sesuai dengan permintaan pasar, yang mana akan berdampak pada pengaturan
inventory, shipping, dan pemenuhan kebutuhan konsumen itu sendiri.
Sadar akan hal itu, mulai tahun 1990 banyak perusahaan menerapkan konsep
Supply Chain Management dalam menjalankan roda bisnisnya. Perusahaan industri
tidak bisa berdiri sendiri untuk menyapa pasar dan terutama menjangkau konsumen
yang merupakan target utama dan peran penting dalam kesuksesan sebuah bisnis.
Itulah mengapa membangun relasi dan memperkuat kolaborasi sangat perlu.
Produk murah, distribusi cepat, dan berkualitas adalah alasan dibalik lahirnya
konsep Supply Chain Management (SCM). Sehingga dengan menggandeng beberapa
pihak seperti perusahaan transportasi, supplier, jaringan distributor, retailer, dan
lainnya itu mampu dengan tepat sasaran memasarkan produk ke konsumen yang
nantinya akan saling memberi keuntungan tanpa mengabaikan kepuasan konsumen.
Manajemen rantai pasokan berkaitan dengan siklus lengkap bahan baku dari
pemasok, ke produksi, kemudian ke gudang, lalu ke distribusi, sampai ke konsumen.
Sementara perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka melalui
penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan
mencapai pasar, penekanan tambahan diberikan pula terhadap rantai pasokan.

Banyak peluang yang tersedia dalam manajemen rantai pasokan untuk


meningkatkan nilai produksi dengan biaya yang rendah. Di pihak pemasok, teknik-
teknik JIT (just in time) dan kerja sama dengan pemasok yang dapat membantu
distribusi merupakan bagian dari manajemen rantai pasokan. Dengan bantuan
rancangan dan bantuan pemasok, perusahaan manufaktur dapat mempertahankan
karakteristik generik dari produksinya selama mungkin. Teknik ini kita kenal dengan
nama postphonement, yaitu menunda modifikasi atau penyesuaian terhadap produksi
selama mungkin.
Kita sering mendengar istilah drop ship. Ini merupakan teknik yang sering kali
digunakan dalam bidang distribusi. Drop ship berarti pemasok akan langsung
mengirim ke konsumen pemakai, dan bukan kepada penjual, agar menghemat waktu
dan biaya pengangkutan ulang. Hal-hal lain yang biasa dilakukan untuk menghemat
biaya mencakup penggunaan kemasan khusus, lebel khusus, dan lokasi tertentu dari
label dan kode barang. Bentuk lain yang ditambahkan adalah ukuran dan jumlah unit
yang dimasukkan ke dalam kontainer pengangkutan. Penghematan yang substansial

4
dapat diperoleh melalui teknik-teknik manajemen semacam ini. Beberapa dari teknik-
teknik ini dapat menguntungkan untuk pedagang besar maupun eceran karena dapat
membantu mengurangi kehilangan barang dagang akibat hilang, rusak, atau dicuri dan
juga mengurangi biaya penyimpanan.
Dengan demikian, semakin pendek rantai pasokan yang digunakan maka akan
mempercepat penyampaian barang dari supplier ke produsen dan dari produsen ke
konsumen akhir sehingga risiko kerusakan barang dan biaya logistik bisa dikurangi.
Dengan demikian daya saing produk tersebut akan meningkat.
Manajemen rantai pasokan (supply chain management ) adalah sebuah proses
payung dimana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut
struktural. Manajemen rantai pasokan merujuk pada jaringan yang rumit dari
hubungan yang mempertahankan
organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi yang
kemudian disampaikan kepada konsumen (Kalakota, 2000: 197).
Manajemen rantai pasokan adalah koordinasi antara arus bahan atau material,
arus informasi, dan arus keuangan di antara perusahaan yang berpartisipasi.
Manajemen rantai pasokan bisa juga berarti seluruh kegiatan dari komoditas dasar
hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur produk yang sudah
dipakai. Arus bahan atau material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai
konsumen melalui rantai. Arus bahan juga meliputi arus balik bahan dari retur produk,
layanan, daur ulang, dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan permintaan,
transmisi pesanan, dan laporan status pesanan. Arus ini berjalan dua arah antara
konsumen akhir dan penyelia material mentah. Kemudian, arus keuangan meliputi
informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, dan penetapan
kepemilikan pengiriman (Kalakota, 2000: 198).
B. Rantai Pasokan Ekonomi
1. Keputusan buat atau beli
Rantai pasokan memperoleh perhatian yang cukup besar dalam strategi
perusahaan. Hampir seluruh perusahaan, proses rantai pasokan memiliki proporsi
yang besar dalam hal biaya dan meningkatkan keuntungan dengan strategi yang
cermat pula dari seorang manajer. Keputusan jual atau beli, kebanyakan pelaku
usaha manufaktur, restoran, dan perakitan produk membeli komponen subrakitan
yang akan dijadikan produk akhir. Contohnya perusahaan dengan brand terkenal
BMW menjalin kerjasama dengan para pemasok untuk memenuhi kebutuhan

5
produksinya untuk kebutuhan akhir. BMW sangat selektif dalam menjalin
kerjasama dengan pemasok untuk menjaga hasil produksi yang memang ditujukan
kepada kalangan atas. Karyawan BMW dituntut mengevaluasi pemasok
memastikan barangnya samapai dengan yang dijadwalkan.
2. Outsourcing
Outsourcing memindahkan sebagian dari apa yang biasanya merupakan
semberdaya dan aktivitas internal ke penjual diluar perusahaan yang membuat
sedikit perbedaan dari keputusan jual atau beli. Outsourcing merupakan bagian
dari trand yang berkembang menuju pemanfaatan efisiensi

C. Etika Rantai Pasokan

Etika (ethics) adalah satu set kepercayaan, standar, atau pemikiran yang
mengisi suatu individu, kelompok atau masyarakat. Etika juga diartikan sebagai
sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan untuk bertindak (rule of conduct). Etika
menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap peristiwa penting dalam
hidupnya. Isu etika hadir dalam sebuah situasi ketika tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sebuah organisasi dapat menimbulkan manfaat atau kerugian bagi
yang lain. Etika dalam organisasi atau etika manajemen perhatiannya meliputi tiga hal
yaitu :
a. Hubungan organisasi atau perusahaan dengan karyawan,
b. Hubungan karyawan dengan organisasi,
c. Hubungan organisasi dengan pihak luar.
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Etika Manajemen

Hampir semua dilema etika melibatkan suatu konflik antara kebutuhan


sebagian dan keseluruhan individu versus organisasi, atau organisasi versus
masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Kadang-kadang suatu keputusan etika
menimbulkan konflik antara dua pihak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
etika manajemen dalam mengambil keputusan yaitu hukum, peraturan pemerintah,
kode etik industri atau perusahaan, tekanan-tekanan arsial, dan tegangan antara
standar perorangan dan kebutuhan organisasi.

Para manajer yang menghadapi jenis pilihan etis yang sulit sering
memanfaatkan suatu pendekatan normatif yang berdasarkan norma dan nilai-nilai

6
untuk membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan
beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan
keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relevan bagi para manajer adalah
pendekatan manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan
pendekatan keadilan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Etis

Manajer membawa pengaruh berupa kepribadian dan perilaku terhadap


pekerjaan. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang agama,
seluruhnya membentuk sistem nilai seorang manajer. Karakteristik pribadi yang
khusus, seperti kekuatan ekonomi, kepercayaan diri, dan rasa kemandirian yang kuat,
memungkinkan para manajer untuk membuat keputusan yang etis. Salah satu perilaku
pribadi yang penting adalah tahap pengembangan moral.

Riset telah menunjukkan bahwa nilai-nilai sebuah organisasi atau departemen


sangat mempengaruhi perilaku karyawan dan pembuatan keputusan. Dikebanyakan
perusahaan, para karyawan percaya bahwa jika mereka tidak mengikuti nilai-nilai
etika yang diekspresikan pekerjaan mereka akan berada dalam bahaya atau mereka
tidak akan cocok berada di sana. Budaya merupakan suatu kekuatan yang besar
karena budaya mendefinisikan nilai-nilai perusahaan. Aspek organisasi lainnya,
seperti aturan dan kebijakan yang eksplisit, sistem penghargaan, sejauh mana
perusahaan memperhatikan karyawannya, sistem seleksi, penekanan pada standar
hukum dan profesional serta proses kepemimpinan dan pengambilan keputusan juga
dapat mempengaruhi nilai etika dan proses pengambilan keputusan oleh manajer.

3. Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab sosial berarti manajemen harus mempertimbangkan dampak
sosial dan ekonomi dalam mengambil keputusan. Tanggung jawab sosial
merupakan konsep yang sukar untuk dipahami, karena orang yang berbeda
memiliki keyakinan yang berbeda mengenai tindakan apa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Yang lebih sulit lagi, tanggung jawab sosial mencakup
sejumlah isu, kebanyakan diantaranya bersifat ambigu terkait dengan masalah
benar atau salah.
Terdapat dua pandangan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial. Yang
pertama menganggap perusahaan bagian dari masyarakat, maka harus melakukan

7
tanggung jawab sosial demi kemakmuran masyarakat. Pandangan kedua
menganggap organisasi bisnis tidak perlu menjalankan tanggung jawab sosial
karena bertentangan dengan tujuan ekonomi perusahaan sebab mengurangi laba.
Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial ada empat strategi :
a. Strategi menghindari tanggung jawab sosial karena mementingkan
ekonomi,
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial sebatas yang diisyaratkan dalam
peraturan atau undang-undang,
c. Melakukan tanggung jawab sosial etika manajemen yang dapat diterima
masyarakat,
d. Melakukan tanggung jawab sosial secara pro-aktif agar tidak terjadi
gejolak atau dampak sosial yang buruk terhadap organisasi.
4. Bentuk Tanggung Jawab Sosial
Pengusaha harus memberikan perhatian terhadap masalah sosial dan
lingkungan dengan melaksanakan tanggung jawab sosial misalnya dalam bentuk
program CSR (Corporate Social Responsibility). Melaui CSR akan tercipta
hubungan yang harmonis antara perusahaan dan lingkungan sebagai syarat
terjaminnya kelangsungan bisnis mereka. Aspek-aspek yang mendukung CSR
antara lain adanya etika bisnis yang dijadikan pedoman dalam berbisnis dan
adanya masalah masalah lingkungan.
Apabila perusahaan membangun suatu basis komunitas, mereka menjadi
bagian dari komunitas dan mengandalkan padanya akan pelanggan maupun
karyawannya. Perusahaan menunjukan kepeduliannya kepada komunitas dengan
mensponsori event lokal atau memberikan donasi kepada kolompok sosial lokal.
5. Mengevaluasi Kinerja Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dibagi ke dalam empat kriteria.
Semua tanggung jawab tersebut disusun dari atas ke bawah menurut tingkat
kesulitan dan frekuensi yang dialami oleh para manajer ketika menangani
permasalahan tersebut, meliputi :
a. Tanggung Jawab Ekonomi : pandangan ini mengatakan bahwa perusahaan
harus dioperasikan dengan basis orientasi laba, dengan misi tunggalnya yaitu
meningkatkan labanya selama berada dalam peraturan permainan.
b. Tanggung Jawab Legal : mendefinisikan apa yang dianggap penting oleh
masyarakat sehubungan dengan perilaku perusahaan yang layak.

8
c. Tanggung Jawab Etika : meliputi perilaku yang tidak perlu disusun dalam
undang –undang dan boleh tidak melayani kepentingan ekonomi langsung
perusahaan.
d. Tanggung Jawab Diskresioner : murni suka rela dan dituntun oleh keinginan
sebuah perusahaan untuk memberi kontribusi sosial yang tidak diperintahkan
oleh ekonomi, undang-undang, atau etika.
6. Mengelola Etika dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Banyak manajer peduli pada perbaikan iklim etika dan tanggung jawab sosial
perusahaan mereka. Mereka tak ingin dikejutkan atau dipaksa masuk ke dalam
posisi obstruktif atau defensif. Seperti yang dikatakan salah seorang ahli pada
topik etika, “Manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan dan menopang
kondisi di mana orang-orang harus menjaga kelakuan mereka sendiri”. Para
manajer harus mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa
perusahaan berdiri dengan dasar etika.
7. Hasil Penerapan Etika Manajemen dan Tanggung Jawab Sosial
Banyak perusahaan menyadari bahwa ukuran kesuksesan bukan hanya dari
laporan keuangan, melainkan dari etika dan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan kinerja keuangannya menjadi perhatian baik bagi para manajer maupun
ilmuwan manajemen. Salah satu hal yang diperhatikan manajer adalah apakah
menjadi warga negara yang baik akan membawa dampak buruk bagi kinerja
perusahaan. Sejumlah studi telah dilakukan untuk menentukan apakah
peningkatan etika dan respon sosial meningkatkan atau menurunkan performa
keuangan. Studi tersebut memberikan hasil yang bervariasi namun umumnya
menemukan suatu hubungan kecil yang positif antara tanggung jawab sosial dan
kinerja
D. Strategi Rantai Pasokan
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan
atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang
menghasilkan kepuasan maksimal pada para pengguna akhir.
Perkembangan terakhir dari konsep yang digunakan dan dikembangkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pergerakan barang atau material adalah sebagai
berikut:

9
1. Mengurangi jumlah supplier, hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan (tracking). Konsep ini
adalah awal kecenderungan dari konsep multiple supplier ke single supplier.
2. Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance. Konsep ini
menganggap bahwa hanya dengan supplier partnership, key supplier untuk
material tertentu merupakan strategic sources yang dapat diandalkan dan dapat
menjamin lancarnya pergerakan material dalam supply chain.

Keputusan-keputusan dalam manajemen rantai pasokan ada tiga :

1. Tingkat strategis, yakni suatu keputusan jangka panjang yang berkaitan dengan
lokasi (keadaan geografis lokasi), produksi (menentukan produk apa yang dibuat,
dimana pembuatannya, pemasok mana yang dipakai, dari pabrik mana distribusi
dipasok), persediaan (cara mengatur persediaan seluruh rantai pasokan), dan
transportasi (mode transportasi).
2. Tingkat tastis, yakni suatu keputusan jangka menengah yang perkiraan besarnya
kebutuhan bulanan, mingguan, pembuatan MRP, rencana distribusi dan
transportasi, serta rencana produksi.
3. Tingkat operasional, yakni suatu keputusan mengenai aktifitas operasional dari
sehari-hari.
Manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management) menggambarkan
koordinasi dari keseluruhan kegiatan rantai pasokan, dimulai dari bahan baku dan
diakhiri dengan pelanggan yang puas. Dengan demikian, sebuah rantai pasokan
mencakup pemasok, perusahaan manufaktur dan / atau penyedia jasa dan perusahaan
distributor, grosir, dan / atau pengecer yang mengantarkan produk dan / atau jasa ke
konsumen akhir.
Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah untuk mengoordinasi kegiatan
dalam rantai pasokan untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif dan manfaat dari
rantai pasokan bagi konsumen akhir. Seperti tim kejuaran, fitur utama dari rantai
pasokan yang sukses adalah anggota-anggotanya yang berperan demi kepentingan
timnya (rantai pasokan).
Pengurangan biaya yang efektif dapat membuat sebuah perusahaan lebih
mudah untuk mencapai tujuan labanya dibandingkan dengan peningkatan dalam
upaya penjualan. Ketika perusahaan berjuang meningkatkan daya saingnya melalui

10
kustomisasi produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan
pemasaran, penekanan yang lebih diberikan pada rantai pasokan.
Melalui hubungan strategi yang berkelanjutan, pemasok menjadi partner
ketika mereka berkontribusi bagi keunggulan kompetitif. Strategi biaya rendah atau
respons cepat membuthkan hal-hal yang berbeda dari rantai pasokan dibandingkan
waktu menunggu. Perusahaan harus mencapai integrasi strategi rantai pasokan, dan
harus berharap startegi tersebut berbeda untuk produk yang berbeda dan berubah
ketika produk bergerak di siklus hidupnya.
Strategi Enam Sumber
1. Banyak Pemasok

Strategi ini adalah satu pemasok melawan lainnya dan menempatkan


penekanan pada pencapaian permintaan pembeli atau pemasok. Pemasok
secara agresif bersaing satu sama lain. Pendekatan ini menyebabkan pemasok
bertanggungjawab untuk mempertahankan teknologi yang dibutuhkan,
keahlian, dan kemampuan, proyeksi serta biaya, kualitas, dan kompetensi yang
diberikan. Hubungan “partner” jangka panjang bukanlah tujuannya.

2. Sedikit Pemasok

Strategi sedikit pemasok berarti bahwa dari pada mencari atribut jangka
pendek, seperti biaya rendah, seorang pembeli lebih baik membentuk
hubungan kerja jangka panjang dengan sedikit pemasok yang berdedikasi.
Pemasok jangka panjang biasanya lebih mengerti tujuan umum dari
perusahaan dan pelanggan akhir. Menggunakan sedikit pelanggan dapat
menciptakan nilai dengan memungkinkan pelanggan mendapatkan skala
ekonomi dan kurva pembelajaran yang menghasilkan baik biaya transaksi
yang lebih serta biaya produksi yang lebih rendah. Strategi ini juga mendoron
pemasok pemasok tersebut untuk memberikan inovasi desain dan keahlian
teknologi.

3. Integrasi vertical

Intergrasi vertical dapat menawarkan kesempatan strategis untuk manajer


operasi. Untuk perusahaan dengan modal, keahlian manajerial, dan permintaan
yang diisyaratkan, integrasi vertical dapat memberikan kesempatan yang
substansial untuk pengurangan biaya, kualitas yang lebih tinggi, pengantaran

11
tepat waktu, dan pengurangan persediaan. Integrasi vertical terlihat sangat
tepat ketika suatu organisasi memiliki pangsa pasar yang besar dan keahlian
manajemen untuk mengoperasikan vendor yang diakuisisi dengan sukses.

4. Ventura bersama

Salah satu versi dari ventura bersama adalah upaya Daimler BMW saat ini
untuk mengembangkan dan memproduksi komponen mobil standar.
Mengingat konsolidasi industry otomotif global, dua rival dalam segmen pasar
mobil ini berada pada kerugian dalam hal volume. Oleh karena itu tertarik
pada konsolidasi untuk mengurangi biaya pengembangan dan produksi.
Seperti di kolaborasi lainnya, triknya adalah bekerjasama tanpa membaurkan
merek atau mengakui keunggulan komtitif.

5. Jaringan keiretsu

Pemasok menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang dikenal sebagai


sebuah keiretsu. Anggota keiretsu dijamin hubungan jangka panjangnya dan
dengan demikian diharpakan untuk berkolaborasi sebagi partner, menyediakan
teknisi ahli dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur.
Anggota keiretsu juga dapat memiliki pemasok tingkat dua dan bahkan tingkat
tiga sebagai bagian dari koalisi.

6. Perusahaan virtual

Perusahaan virtual bergantung pada hubungan pemasok yang stabil dan


baik untuk menyediakan jasa yang diminta. Pemasok dapat menyediakan
beragam jasa yang termasuk membuat daftar gaji, merekrut karyawan,
mendesain produk, menyediakan jasa konsultasi, memproduksi komponen,
melakukan pengujian, atau mendistribusikan produk. Hubungan yang ada bisa
jadi berjangka waktu pendek atau panjang dan dapat mencakup partner utama,
kolaborator, atau hanya pemasok dan subkontraktor yang cakap.

E. Mengelola Rantai Pasokan

12
Peluang dalam rantai pasokan untuk manajemen yang efektif meliputi sepuluh
hal,yaitu:
1. Pull Data yang Akurat
Pull data yang akurat dapat dihasilkan dengan (1) informasi point of sales
(POS) sehingga setiap anggota rantai pasokan dapat melakukan penjadwalan
secara efektif, dan (2) pemesanan yang dibantu komputer (computer assisted
ordering – CAO).
2. Pengurangan Ukurang Lot
Pengurangan ukuran lot meliputi: (1) membuat pengiriman ekonomis yang
kurang dari muatan lot; (2) menyediakan potongan harga berdasarkan pada
volume tahunan total; serta (3) mengurangi ongkos pemesanan melalui teknik
tertentu seperti pemesanan tetap (standing order) dan berbagai bentuk pembelian
secara elektronik.
3. Kontrol Pengisian Ulang Satu Tahap (Single Stage Control of Replenishment)
Menetapkan satu pihak dalam rantai pasokan sebagai penanggung jawab untuk
mengawasi dan mengatur persediaan bagi pedagang eceran.
4. Persediaan yang Dikelola Vendor (Vendor Managed Inventory – VMI)
Sebuah sistem dimana pemasok mempertahankan bahan untuk pembeli yang
kerap mengirimkan langsung ke bagian penggunaan.

13
5. Blanket Order
Suatu komitmen/kontrak pembelian jangka panjang untuk barang-barang yang
akan dikirim.
6. Standardisasi
Melakukan upaya menaikkan tingkat standardisasi agar memperoleh berbagai
komponen yang serupa dengan proses dan spesifikasi teknik yang sedikit berbeda.
7. Penangguhan (Poseponement)
Menunda modifikasi atau penyesuaian apapun pada produk (menjaganya tetap
generik) selama mungkin. Konsepnya dalah meminnnimalkan variasi internal dan
memaksimalkan variasi eksternal.
8. Drop shipping
Aktivitas pengiriman langsung kepada konsumen, sehingga menghemat waktu
dan biaya pengiriman.
9. Pass Through Facility
Barang-barang ditahan pada pusat pengiriman, kemudian dikirimkan dengan
segera dari pusat pengiriman.
10. Perakitan Saluran (Channel Assembly)
Modul dan komponen dikirimkan kepada distributor, kemudian kompenen dan
modul tersebut dirakit, diuji, dan dikirim oleh distributor.

F. E-Procurement
Procurement management (manajemen pengadaan) adalah manajemen
pengelolaan dalam usaha memperoleh barang atau jasa yang merupakan bagian dari
mata rantai suatu sistem produksi tertentu.
Sedangkan pengertian e-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa
yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web/internet dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan
umum, pra-kualifikasi dan sourcing secara elektronik dengan menggunakan modul
berbasis website.
Dukungan Teknologi Informasi ini dapat meningkatkan kapabilitas
Governmet dalam memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai tambah, serta
mencapai efektifitas dan efisiensi.
Proses Pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan menggunakan e-
procurement secara signifikan akan meningkatkan kinerja, efektifitas, efisiensi,

14
transparansi, akuntabilitas transaksi yang dilakukan, selain itu biaya operasional dapat
dikurangi secara signifikan karena tidak diperlukan lagi penyerahan dokumen fisik
dan proses administrasi yang memakan waktu dan biaya.
Tujuan Procurement Management adalah utuk memastikan agar proses
pengadaan berjalan dengan lancar sehingga produk dan jasa yang dibutuhkan bisa
didapat di saat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, dengan kualitas yang tepat dan
dengan harga yang tepat. Tugas-tugas bagian pengadaan tidak terbatas hanya pada
kegiatan rutin pembelian. Secara umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup:
1. Merancang hubungan yang tepat dengan supplier.
Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun
hubungan transaksional jangka pendek. Baik berupa model hubungan, relationship,
berapa jumlah Supplier.
2. Memilih supplier.
Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak
sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci. Kesulitan akan lebih
tinggi kalau supplier-supplier yang akan dipilih berada di mancanegara (global
suppliers). Supplier-supplier kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka
panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka
untuk presentasi, kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya. Pemilihan supplier-
supplier kunci harus sejalan dengan strategi supply chain.
3. Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok.
Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi.Teknologi yang
lebih tradisional dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax.Saat ini banyak
perusahaan yang menggunakan electronic procurement (e-procurement) yakni
aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan.
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.
Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang
dibutuhkan maupun data tentang supplier-supplier mereka. Beberapa data supplier
yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-masing supplier, item
apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman, kinerja masa lalu,serta
kualifikasi supplier termasuk juga kualifikasi seperti ISO.
5. Melakukan proses pembelian.

15
Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara,misalnya pembelian
rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang, (auction). Pembelian rutin dan
pembelian dengan tender melewati prosesproses yang berbeda.
6. Mengevaluasi kinerja supplier.
Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk
meningkatkan kinerja mereka.Kriteria yang digunakan untuk menilai supplier
seharusnya mencerminkan strategi supply chain dan jenis barang yang dibeli.
Untuk meningkatkan strategi rantai pasokan agar bisnis Anda berjalan dengan
lancar, berikut beberapa srategi yang bisa digunakan dalam meningkatkan rantai
pasok (Supply Chain Strategy) Anda. Salah satu cara terbaik adalah menggunakan
perangkat lunak Enterprise Resource Planning (ERP) yang bisa meningkatkan
keuntungan dan efisiensi bisnis.
Selain itu, penggunaan ERP ini bisa mengurangi biaya dan pemborosan biaya
perusahaan. Akan tetapi, strategi-strategi dibawah ini juga perlu dilakukan pada
perusahaan Anda dalam meningkatkan rantai pasok.
a. Menggunakan sistem ERP yang memiliki fitur otomatis dan fungsionalitas Supply
Chain Management (SCM)
Sistem ini bisa diprogram secara otomatis untuk memesan kepada vendor
ketika tingkat persediaan menurun atau berada pada tingkat tertentu. Hal ini perlu
Anda lakukan karena bagian terpenting dari strategi rantai pasok adalah kemampuan
untuk mempertahankan tingkat persediaan secara preventif. Dengan adanya sistem
ERP akan memberikan karyawan Anda peluang untuk mengerjakan hal lain karena
sistem pembelian persediaan yang otomatis dari ERP.
b. Menggunakan Standarisasi dari ERP
Salah satu kunci keberhasilan setiap strategi rantai pasok adalah proses
standarisasi. Standarisasi dari ERP bisa memudahkan pekerjaan karyawan,
meningkatkan akurasi, mendorong kinerja tim, menghemat waktu dan biaya, serta
mengurangi kemungkinan salah komunikasi (misscomm).
c. Meningkatkan Transparansi
Berbagai masalah yang terjadi pada kegiatan rantai pasok permanen seperti
limbah, kesalahan, dan bahkan penipuan bisa diatasi dengan merekonsiliasi angka-
angka pada perangkat lunak. Meningkatkan transparansi SCM internal sangat penting
untuk mengurangi inventaris dan kerugian finansial yang tidak dapat dijelaskan.
d. Dapatkan Wawasan Data

16
Informasi yang akurat dan tepat waktu juga menjadi hal yang penting dalam
pengambilan keputusan untuk strategi rantai pasokan Anda. Apabila Anda
menggunakan perangkat lunak ERP memungkinkan pengguna dan manajemen secara
cepat mengakses inventaris, pembelian dan data produksi untuk kepentingan
pengembalian keputusan yang penting.
e. Manajemen Persediaan Real-Time
Dalam manajemen persediaan inventaris, perangkat lunak ERP menawarkan
fitur inventaris yang memberikan visibilitas real-time yang lebih tepat sesuai dengan
tingkat persediaanya. Hal ini tentu lebih memudahkan pekerjaan dibanding
menggunakan manajemen inventaris tradisional.
f. Monitor Kinerja Vendor
Kinerja vendor perlu diawasi secara berkala. Monitoring ini juga dilengkapi
dengan pemberikan peringkat melalui matrik yang kuat dan tersedia pada sistem ERP.
Sistem monitoring dari ERP akan memberikan kemudahan bagi perusahaan Anda
dalam meninjau waktu siklus vendor dan tingkat kesalahan yang terjadi.
g. Tingkatkan Kesadaran mengenai Pengeluaran
Memiliki data keuangan yang terpusat menunjukkan sadarnya perusahaan
Anda akan perlunya menjaga stabilitas pengeluaran. Menjaga pengeluaran dalam
penyediaan
G. Pemilihan Vendor
Supplier, vendor atau pemasok adalah suatu individu, kelompok, organisasi
atau perusahaan yang menyediakan kebutuhan sumber daya bagi perusahaan seperti
bahan baku, jasa atau tenaga kerja dalam memproduksi barang atau jasa tertentu
dalam mendukung keberhasilan suatu usaha atau bisnis.
Supplier menjadi salah satu elemen utama dalam sistem pemasaran modern.
Supplier membentuk hubungan penting dalam keseluruhan sistem penghantar nilai
perusahaan. Keberadaan supplier merupakan salah satu kunci bagi keberlangsungan
sebuah usaha apabila ingin meningkatkan nilai usaha tersebut.
Supplier merupakan salah satu rantai yang paling kritis atau penting bagi
keuntungan dan kelangsungan hidup sebagian besar perusahaan. Supplier menjadi
pihak yang memasok bahan mentah (raw material) bagi pabrik. Dalam memenuhi
kebutuhan pabrik terkadang perusahaan memiliki lebih dari satu supplier dan hal
tersebut akan menimbulkan konflik sehingga perusahaan harus selektif dalam
memilih supplier dan bisa menjalin kerjasama dengan para supplier.

17
Supplier secara intensif sangat mendukung proses operasi perusahaan,
biasanya dalam bentuk bahan baku yang belum jadi, sehingga kualitas dari supplier
dapat dilihat dari produk akhir yang nantinya akan dijual oleh perusahaan untuk
pelanggan. Harga yang diberikan oleh supplier memiliki dampak pada biaya produksi
dan akan berdampak pada harga yang akan diberikan kepada pelanggan.
Menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010), pemilihan supplier merupakan
kegiatan strategis, terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang krisis
atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria yang
digunakan harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item
yang akan dipasok.
Menurut Fauzi (2004), terdapat beberapa kriteria yang menjadi bahan
pertimbangan dalam memilih supplier, yaitu sebagai berikut:
1. Harga penawaran, yaitu harga yang ditawarkan oleh pemasok dalam melakukan
transaksi dengan perusahaan. 
2. Mutu pemasok, yaitu kualitas kondisi perusahaan pemasok. 

3. Keandalan dalam ketepatan, yaitu keandalan sebuah pemasok dalam ketepatan


baik ketepatan barang yang diproduksi maupun keandalan dalam servis yang
diberikan oleh perusahaan yang menjadi distributornya.
4. Kemampuan koordinasi informasi, yaitu kemampuan perusahaan pemasok
dalam menangani komunikasi dengan perusahaan yang bekerja sama dalam
pemberian informasi terkini sehingga baik pemasok atau distributor tidak
dirugikan. 
5. Ketersediaan produk, yaitu kondisi dimana fleksibilitas ketersediaan tipe produk
atau jumlah produk yang ada dalam antisipasi jika terjadi perubahan dari
permintaan pelanggannya.

Terdapat beberapa metode dalam pengurutan dan pemilihan supplier, yaitu:

a. Analytical Network Process (ANP) 


Menurut Sembiring (2008), analytical Network Process (ANP) adalah suatu
motode pemecahan suatu masalah yang tidak terstruktur dan adanya
ketergatungan hubungan antara dan adanya ketergantungan hubungan antar
elemennya. Konsep ANP dikembangkan dari teori AHP yang didasarkan pada
hubungan saling ketergantungan antara beberapa komponen, sehingga AHP

18
merupakan bentuk khusus dalam ANP. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam menggunakan metode ANP adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan kriteria solusi yang diinginkan.
2. Menentukan pembobotan komponen dari sudut pandang manajerial. 
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
atau pengaruh setiap elemen atas setiap kriteria. Perbandingan dilakukan
berdasarkan penilaian dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen. 
4. Setelah mengumpulkan semua data perbandingan berpasangan dan
memasukkan nilai-nilai kebalikannya serta nilai satu di sepanjang diagonal
utama, prioritas masing-masing kriteria dicari dan konsistensi diuji. 
5. Menentukan eigen vector dari matriks yang telah dibuat pada langkah ketiga.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk semua kriteria.
7. Membuat unweighted supermatriks dengan cara memasukkan semua eigen
vector yang telah dihitung pada langkah 5 ke dalam sebuah supermatriks. 
8. Membuat weighted supermatriks dengan cara melakukan perkalian setiap isi
unweighted supermatriks terhadap matriks perbandingan kriteria (cluster
matrix). 
9. Membuat limiting supermatriks dengan cara memangkatkan supermatriks
secara terus menerus hingga angka disetiap kolom dalam satu baris sama
besar. 
10. Ambil nilai dari alternatif yang dibandingkan setelah dilakukan limiting
supermatriks. Memeriksa konsistensi, rasio konsistensi tersebut harus 10 persen
atau kurang. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data keputusan harus
diperbaiki.

b. Analytical Hieararchy Process (AHP) 


Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), metode AHP ini membantu
memecahkan persoalan yang kompleks dengan struktur suatu hierarki kriteria,
pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan
guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan,
lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok
dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada

19
pertimbangan yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Tentukan kriteria-kriteria pemilihan. 


2. Tentukan bobot masing-masing kriteria. 
3. Identifikasi alternatif (pemasok) yang akan dievaluasi.
4. Evaluasi masing-masing alternatif dengan kriteria di atas.
5. Hitung nilai berbobot masing-masing pemasok. 
6. Urutkan pemasok berdasarkan nilai berbobot tersebut.

c. Pemeringkatan Faktor (factor-rating metodh) 


Menurut Haizer dan Barry (2015), metode pemeringkatan faktor (factor-rating
metodh) adalah sebuah metode yang sering digunakan karena meliputi beragam
faktor yang dapat diikutsertakan secara objektif, mulai dari pendidikan hingga
keterampilan tenaga kerja. Metode ini merupakan teknik yang paling tepat dan
akurat untuk memilih dan merangking pemasok yang benar. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode pemeringkatan faktor adalah
sebagai berikut:

1. Membuat daftar faktor yang berhubungan, yang disebut sebagai faktor


penunjang keberhasilan (critical success factors - CSF). 
2. Memberikan sebuah bobot untuk setiap faktor untuk menggambarkan
kepentingan relatif tujuan perusahaan.
3. Membuat sebuah skala untuk setiap faktor (sebagai contoh 1 hingga 10, atau 1
hingga 100 poin).
4. Meminta penilaian manajemen untuk setiap faktor (kriteria-kriteria), dengan
menggunakan skala pada langkah 3. 
5. Kalikan nilai dengan bobot untuk setiap faktor dan jumlahkan nilai total untuk
setiap faktor (kriteria-kriteria). 
6. Membuat rekomendasi berdasarkan nilai poin maksimal, yang juga
mempertimbangkan hasil dari pendekatan wawancara.

20
H. Manajemen Logistic
Manajemen Logistik adalah salah satu komponen penting dalam Manajemen
Rantai Pasokan atau Supply Chain Management yang digunakan untuk memenuhi
permintaan pelanggan melalui perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian
keefisienan dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan (jasa) dan
informasi terkait dari titik permulaan hingga titik tujuan. Manajemen Logistik atau
Logistic Management ini dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan
meningkatkan layanannya kepada pelanggan.
Manajeman Logistik ini bertujuan untuk memperoleh dan mendistribusikan
bahan dan produk di tempat dan waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat juga
dengan biaya yang seefiesien mungkin. Manajemen yang melibatkan pemrosesan
pesanan, pergudangan, penanganan bahan/produk, pengemasan dan transportasi ini
juga merupakan sebuah sektor yang perkembangannya sangat pesat di dunia bisnis
sekarang. Tanpa didukung oleh Manajemen Logistik yang baik, aktivitas Produksi
maupun Pemasaran akan sangat sulit untuk dilaksanakan.
Logistik pada dasarnya berawal dari konsep dan kegiatan yang berhubungan
dengan militer dan pertahanan. Militer atau Departemen Pertahanan memanfaatkan
perencanaan terperinci dan ektensif untuk mengumpulkan persediaan dan orang serta
perlengkapan lainnya ke berbagai lokasi dan pangkalan militer, aktivitas militer inilah
yang saat ini kita kenal sebagai istilah “Logistik”. Keberhasilan suatu aksi militer
sangat tergantung pada kemampuan untuk mengumpulkan informasi, menganalisis,
penyesuaian atau berasimilasi dan mengambil langkah-langkah logistik yang tepat
untuk mendukung aksi militer mereka secara terus-menerus.
Hal ini sangat mirip dengan sebuah organisasi bisnis yang operasionalnya
sangat tergantung pada visibilitas dan pengendalian atas proses logistik yang
dikelolanya. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang berorientasi bisnis ini juga
mengadaptasi prinsip-prinsip yang sama dalam menjaga keefektifan dan kefisiensian
penyimpanan, pengendalian dan pergerakan barang dagangannya.
Banyak yang menganggap bahwa Logistik adalah sama dengan Gudang.
Namun pada dasarnya, keduanya ini merupakan dua hal yang berbeda. Gudang adalah
tempat penyimpanan barang dan merupakan salah satu bentuk dari kegiatan Logistik,
sementara logistik memiliki arti dan proses yang luas lagi, bukan hanya sekedar
pergudangan namun juga melibatkan perolehan barang, penanganan, pengendalian
dan pengirimannya.

21
Salah satu bagian terpenting dalam Manajemen Logistik adalah Teknologi
informasi. Perkembangan Teknologi sekarang memungkinkan sebuah perusahaan
menemukan produk yang diinginkannya kapan saja, baik di hari siang ataupun malam
dan di lokasi mana pun di seluruh dunia ini.
I. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sistem pengukuran kinerja diperlukan
untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan
organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan, mengetahui dimana posisi suatu
organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan
menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) SCOR adalah suatu
model acuan dari operasi rantai pasokan. Model ini didesain untuk membantu dari
dalam maupun luar perusahaan mereka, selain itu model ini memiliki kerangka yang
kokoh dan juga fleksibel sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam segala
macam industri yang memiliki rantai pasokan.
Batasan SCOR Ruang lingkup dalam penerapan model SCOR adalah seluruh
interaksi pemasok atau konsumen dari masuknya pesanan sampai adanya faktur
pembayaran, seluruh transaksi produk dari pemasoknya pemasok sampai
konsumennya konsumen, seluruh interaksi pasar dari permintaan agregat sampai
pemenuhan kebutuhan satu sama lain, yang terakhir adalah pengembalian.
Kinerja supply chain management adalah semua aktivitas pemenuhan
permintaan customer yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil yang akan diperoleh
dalam bentuk angka atau prosentase dari aktivitas pemenuhan permintaan perusahaan
kepada customer-nya. Kriteria pengukuran kinerja suatu supply chain management,
yaitu :
1. Sumber daya. Tujuan dari kriteria ini adalah mencapai tingkat efisiensi yang
setinggi-tingginya. Bentuk nyata yang dapat diukur dalam kriteria ini antara lain
total biaya, biaya distribusi, biaya produksi, biaya inventory, dan lain sebagainya.
2. Keluaran. Tujuan dari kriteria ini adalah mencapai tingkat kepuasan pelanggan
yang setinggi-tingginya. Bentuk nyata yang dapat diukur dalam kriteria ini antara
lain volume produksi, jumlah penjualan, jumlah pesanan yang dapat dipenuhi
tepat waktu, dan lain sebagainya.
3. Fleksibilitas. Tujuan dari kriteria ini adalah untuk menciptakan kemampuan yang
tinggi dalam merespon perubahan yang terjadi di lingkungannya. Bentuk nyata

22
yang dapat dukur dalam kriteria ini antara lain pengurangan jumlah backorder,
pengurangan jumlah lost sales, kemampuan merespon variasi permintaan dan lain
sebagainya.

Menurut Felix (2001), beberapa permasalahan yang terjadi dalam sistem pengukuran
kinerja supply chain management,antara lain :

1. Tidak adanya pendekatan yang seimbang dalam mengintegrasikan ukuran non


keuangan dan keuangan.
2. Tidak adanya berpikir sistem, dimana suatu supply chain harus dipandang sebagai
satu kesatuan pengukuran yang utuh dari keseluruhan sistem supply chain
tersebut.
3. Hilangnya konteks supply chain management.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya konsep manajemen rantai pasokan, para pelaku bisnis lebih mudah
untuk menciptakan produk-produk andal, berkualitas, dan cepat. Proses pengolahan
produk dari awal perencanaan, produksi, sampai pendistribusian menjadi semakin
terstruktur dan terkoordinasi dengan baik. Manajemen rantai pasokan menjadikan lebih
efesien dan efektif dalam mengelola produk di sebuah instansi perusahaan.
Penerapan konsep manajemen rantai pasokan dalam perusahaan akan memberikan
manfaat, yaitu kepuasan pelanggan, meningkatnya pendapatan, menurunnya biaya,
pemanfaatan aset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan yang semakin
besar. Syarat utama dari penerapan manajemen rantai pasokan tentunya memberikan
dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan,
sampai pengendalian. Selain itu, manajemen rantai pasokan meningkatkan nilai tambah
bagi produk dan layanan dalam menghadapi persaingan usaha.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Rita Ambarita S,. SE. MM., Dr. Supardi SE. MM.2020.Manajemen Operasional
Dan Implementasi Dalam Industri.Sidoarjo.UMSIDA Press.
Rony Edward Utama, Dkk.2019.Manajemen Operasi.Ciputat Tangerang Selatan.UM
Jakarta Press
https://www.kajianpustaka.com/2020/03/supplier-pemasok-atau-vendor-pengertian-
kriteria-dan-metode-pemilihan.html. (Diakses pada 10 Oktober 2021)
https://id.scribd.com/document/349737662/Ekonomi-Rantai-Pasokan (Diakses pada
11 Oktober 2021)

25

Anda mungkin juga menyukai