Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Manajemen Operasional Lanjutan kelas C

Dosen Pengampu: SHARNUKE ASRILSYAK, S.K.M., M.M.

Kelompok 6:

1. Diba Nur Ardila 2102111115


2. Nurul Mahfira Tunisa 2102111113
3. Putri Rainy 2102111784
4. Ria Dini Tuti Yaningsih 2102111118

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat-Nya sehingga
kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Manajemen Rantai Pasokan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak SHARNUKE ASRILSYAK, S.K.M., M.M. pada mata kuliah Manajemen Operasional
Lanjutan. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi rantai pasokan
pada bidang operasional.

Kelompok 6 sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh karena itu,
kelompok meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah
sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Pekanbaru, 27 Maret 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Manajemen Rantai Pasokan.............................................................................................. 6
2.2 Keputusan Buat atau Beli ................................................................................................. 8
2.3 Pengalihdayaan ................................................................................................................. 9
2.4 Pembelian Via Elektronik ............................................................................................... 10
2.5 Manajemen Logistik ....................................................................................................... 11
2.6 Jaringan Keiretsu ............................................................................................................ 14
2.7 Perusahaan Virtual .......................................................................................................... 14
BAB III .......................................................................................................................................... 16
PENUTUP ..................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen rantai pasokan merupakan persyaratan organisasi dalam lingkungan


kompetitif perusahaan. Manajemen rantai pasokan mengasumsikan bahwa perusahaan
menyusun strategi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif melalui kerjasama antara
anggota rantai pasokan internal dan eksternal. (Tasya Ifada & Ali, t.t.).
Rantai pasokan mencakup semua aktivitas yang berkaitan dengan pergerakan
barang, mulai dari pemasok bahan baku hingga pengiriman produk akhir ke pelanggan.
Efisiensi dan efektivitas manajemen rantai pasokan merupakan faktor kunci untuk
meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global. Perubahan global yang signifikan,
seperti perkembangan teknologi, perubahan tren konsumen dan ketidakpastian politik dan
ekonomi, telah mempengaruhi paradigma manajemen rantai pasokan. Bisnis menghadapi
tantangan baru seperti fluktuasi permintaan yang cepat, peningkatan kompleksitas rantai
pasokan, persaingan global yang ketat, dan berbagai risiko.
Salah satu perubahan paradigma terpenting dalam manajemen rantai pasokan
adalah pergeseran dari pendekatan tradisional yang berfokus pada pengendalian biaya ke
pendekatan yang lebih holistik dan kolaboratif. Sekarang perusahaan harus beradaptasi
dengan kebutuhan pelanggan yang berbeda, mempercepat waktu respons terhadap
permintaan, meningkatkan visibilitas dan transparansi dalam rantai pasokan, serta
memperkuat kemitraan dengan pemasok dan mitra bisnis lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan konsep dan hakikat mengenai manajemen rantai pasokan
2. Jelaskan factor yang mempengaruhi keputusan buat atau beli
3. Jelaskan pengertian pengalihdayaan
4. Jelaskan factor pembelian via elektronik
5. Jelaskan mengenai manajemen logistik
6. Apa itu jaringan keiretsu?
7. Jelaskan mengenai perusahaan virtual

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dan hakikat mengenai manajemen rantai pasokan
2. Mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi keputusan buat atau beli
3. Mengetahui pengertian pengalihdayaan
4. Mengetahui apa saja factor pembelian via elektronik
5. Mengetahui pengertian mengenai manajemen logistic
6. Mengetahui jaringan keiretsu
7. Mengetahui tentang perusahaan virtual

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Rantai Pasokan


Manajemen rantai pasokan berarti integrasi kegiatan pengadaan bahan dan jasa, konversi
menjadi produk setengah jadi dan jadi, dan pengiriman ke pelanggan(Sariyun Naja Anwar, 2019).
Manajemen rantai pasokan adalah suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan
produktivitas total suatu perusahaan dalam rantai pasok dengan mengoptimalkan waktu, tempat,
dan jumlah material. Saat menerapkan manajemen rantai pasokan pada manufaktur, perusahaan
harus dapat memastikan kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, memiliki
tingkat persediaan dan biaya pengiriman produk yang rendah, serta mengelola industri dengan
hati-hati dan fleksibel. Rantai pasok terdiri dari perusahaan yang mengangkut bahan mentah dari
tanah/alam, perusahaan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau komponen setengah
jadi, pemasok bahan pendukung produk, perakit, distributor, dan pengecer yang menjual barang
tersebut. kepada pengguna akhir. Manajemen rantai pasokan mengintegrasikan pengiriman dan
pemrosesan pesanan, pengadaan bahan baku, pelacakan pesanan, penyebaran informasi,
perencanaan bersama, pengukuran kinerja, layanan pelanggan, dan pengembangan produk baru.

Rantai pasokan terdiri dari 3 bagian:

1. Rantai Pasokan Hulu Bagian ini mencakup pemasok tingkat pertama organisasi (dapat
berupa perusahaan manufaktur atau perakitan) dan pemasok mereka yang telah menjalin
hubungan dengannya.
2. Rantai Pasokan Internal Bagian ini berisi semua proses yang digunakan organisasi untuk
mengubah input yang dikirim oleh pemasok menjadi output dari saat material tiba di
perusahaan hingga produk didistribusikan ke luar perusahaan.
3. Rantai Pasokan Episodik Bagian ini berisi semua proses yang terkait dengan pengiriman
produk ke pelanggan akhir.

Fungsi dalam manajemen rantai pasokan:

a. Mengantisipasi permintaan pelanggan


b. Pembuatan rencana produksi
c. Pembangunan jaringan transportasi
d. Memesan bahan pengganti dari pemasok.
e. Manajemen persediaan:Bahan baku, pekerjaan konstruksi dan produk jadi

6
f. Pelaksanaan produksi
g. Memastikan kelancaran pergerakan sumber daya kepada klien.
h. Melacak aliran sumber daya material, layanan, informasi, dan pendanaan dari pemasok, di
dalam organisasi, dan ke pelanggan

Tujuan utama manajemen rantai pasokan:

1. Pengiriman/pengiriman produk tepat waktu untuk kepuasan konsumen.


2. Mengurangi biaya.
3. Jumlahkan semua hasil dari seluruh rantai pasokan (bukan hanya satu perusahaan).
4. Kurangi waktu.
5. Memusatkan fungsi desain dan penjualan

Ketika diimplementasikan, manajemen rantai pasokan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

• Kepuasan Pelanggan Konsumen atau pengguna produk merupakan kelompok sasaran


utama dalam proses produksi setiap produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan,
konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya adalah konsumen
setia jangka panjang. Konsumen harus puas terlebih dahulu dengan layanan perusahaan.
• Pendapatan meningkat Dengan semakin loyalnya pelanggan dan kemitraan perusahaan,
maka pendapatan perusahaan juga meningkat, sehingga produk yang dihasilkan
perusahaan tidak “terbuang sia-sia”. karena konsumen memiliki permintaan.
• Mengurangi biaya. Dengan mengintegrasikan aliran produk dari perusahaan ke konsumen
akhir, biaya saluran distribusi juga berkurang.
• Tingkat pemanfaatan aset lebih tinggi. Aset, terutama faktor manusia, menjadi lebih
terdidik dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang lebih profesional. Sumber daya
manusia mampu meningkatkan penggunaan teknologi tinggi sesuai dengan kebutuhan
implementasi SCM.
• Peningkatan keuntungan: Dengan meningkatnya jumlah konsumen setia dan pengguna
produk menjadi pengguna, hal ini pada gilirannya meningkatkan keuntungan perusahaan
• Perusahaan berkembang Perusahaan yang diuntungkan dari proses distribusi produk
mereka secara bertahap tumbuh dan menjadi lebih kuat.

Hambatan dalam manajemen rantai pasokan

1. Meningkatkan jangkauan produk. Sekarang konsumen tampaknya dimanjakan oleh


produsen, kami melihat peningkatan jangkauan jenis produk di pasar. Kami juga melihat

7
strategi perusahaan yang selalu mengutamakan pelanggan (customer centric). Jika
produsen dulu mengikuti strategi membagi segmen pelanggan, konsumen kini lebih
dimanjakan dengan menawarkan produk berdasarkan keinginan masing-masing individu
daripada keinginan segmen tertentu. Beragamnya jenis produk dan tidak menentunya
kuantitas setiap produk membuat produsen semakin kewalahan dalam hal memuaskan
konsumen.
2. Siklus hidup produk dipersingkat. Mempersingkat siklus hidup produk membuat
perusahaan lebih sulit untuk mengontrol strategi pengiriman barang, karena juga
membutuhkan lebih banyak waktu bagi perusahaan untuk mengatur pasokan barang
tertentu. Siklus hidup produk menentukan usia produk di pasar.
3. Semakin Menuntut Pelanggan. Manajemen rantai pasokan mencoba untuk dengan cepat
mengendalikan (mengelola) pertumbuhan permintaan karena pelanggan menuntut
pemenuhan permintaan yang lebih cepat dan lebih cepat, meskipun permintaan itu sangat
mendadak dan itu bukan produk standar (disesuaikan).
4. Fragmentasi kepemilikan rantai pasok. Hal ini menunjukkan bahwa rantai pasok
melibatkan banyak pihak yang berkepentingan sehingga membuat manajemen rantai pasok
menjadi lebih kompleks dan rumit.
5. Globalisasi. Globalisasi membuat rantai pasokan semakin kompleks karena pihak-pihak
dalam rantai pasokan mencakup pihak-pihak yang beroperasi di berbagai negara dan
mungkin memiliki kantor di berbagai belahan dunia.

2.2 Keputusan Buat atau Beli


Beberapa factor pertimbangan yang mempengaruhi keputusan buat atau beli (Heizer & Render,
2021):

Pertimbangan untuk lebih memilih “membuat”:

a. Pertimbangan biaya (lebih murah untuk diproduksi)


b. Keinginan untuk mengintegrasikan sistem operasi pabrik
c. Memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi untuk mengurangi biaya overhead
d. Membutuhkan produksi langsung dan/atau kontrol kualitas.
e. Kepentingan Perusahaan Rahasia.
f. Pemasok yang tidak dapat diandalkan.
g. Keinginan untuk meningkatkan keseimbangan produk (pada saat penjualan menurun)

Pertimbangan untuk lebih memilih “membeli”:

8
a. Kemungkinan produksi terbatas
b. Pertimbangan biaya (lebih murah untuk membeli)
c. Kebutuhan dalam skala kecil
d. Pemasok memiliki keterampilan dan keahlian khusus.
e. Keinginan untuk meningkatkan keseimbangan produksi (selama pertumbuhan penjualan)
f. Keinginan untuk meningkatkan praktik pasokan variabel
g. Pertimbangan pengawasan manajer langsung yang tidak perlu.
h. Mempertimbangkan persediaan

Keputusan taktis sering disebut sebagai keputusan jangka pendek, yaitu keputusan
alternatif yang harus segera dibuat, atau keputusan jangka pendek. Keputusan taktis juga
keputusan skala kecil. Secara umum, tujuan pengambilan keputusan strategis adalah memilih di
antara beberapa keputusan strategis untuk mewujudkan keunggulan kompetitif jangka panjang.

2.3 Pengalihdayaan
Pengalihdayaan adalah pengalihdayaan fungsi dan layanan yang sebelumnya dilakukan
oleh karyawan perusahaan kepada penyedia di luar perusahaan. Outsourcing merupakan
perubahan besar bagi perusahaan untuk membuat proses bisnis menjadi lebih efisien dan
mendukung daya saing perusahaan. Pengalihdayaan dimulai dengan hal-hal kecil, seperti
pemeliharaan, pembersihan, dan transportasi. Layanan publik outsourcing saat ini mencakup
pemeliharaan properti, katering, keamanan, dan layanan pindahan. Banyak perusahaan
mengalihdayakan fungsi SDM seperti merekrut karyawan baru, pelatihan, dan pekerjaan
administratif. Keuntungan outsourcing bagi perusahaan adalah hemat biaya dan perusahaan dapat
lebih fokus mengembangkan bisnis intinya. Penghematan biaya adalah alasan utama outsourcing,
bersama dengan kekurangan keterampilan, yang memungkinkan perusahaan mengurangi biaya
operasi dan meningkatkan efisiensi, memberi manajemen lebih banyak waktu untuk fokus pada
proses bisnis inti dan meningkatkan fleksibilitas. (Retno Sari Murtiningsih, 2015)

Pengalihdayaan (outsourcing) adalah pengalihan beberapa fungsi internal tradisional dan


sumber daya perusahaan kepada pemasok di luar perusahaan. Vendor yang menawarkan layanan
outsourcing adalah ahli di bidang tertentu. Dengan cara ini, perusahaan outsourcing dapat fokus
pada faktor persaingan dan kesuksesan utama. Selain itu, outsourcing adalah penyerahan aktivitas
perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk medapatkan kinerja pekerjaan yang
professional dan berkelas dunia.

9
Perusahaan outsourcing adalah perusahaan yang menyediakan jasa tenaga kerja kepada
kliennya. Perusahaan jasa outsourcing merekrut karyawan di perusahaannya sesuai dengan kriteria
yang ditentukan oleh klien. Selain itu, perusahaan juga menyelenggarakan kursus-kursus pelatihan
untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja. Untuk menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan antara perusahaan dengan tenaga kerja, perusahaan memberikan berbagai benefit
kepada karyawannya.

Baik tunjangan tetap/wajib yang harus dibayar perusahaan maupun tunjangan pilihan.
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa outsourcing umumnya meliputi biaya penerbitan,
dan biaya tetap dan variabel. Untuk menjaga kelangsungan usaha, perusahaan harus berhati-hati
dalam mengalokasikan sumber daya yang ada agar biaya operasional perusahaan tidak meroket.
Untuk mencegah pemborosan biaya tersebut, keputusan untuk menerapkan kebijakan efisiensi
biaya harus diambil (Meryanti Gobel, 2013)

2.4 Pembelian Via Elektronik


E-procurement adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbasis
Internet (terintegrasi) di semua fase proses pengadaan, termasuk pengadaan, negosiasi, penerimaan
pesanan, dan verifikasi purna jual. E-Procurement pada dasarnya mengubah model eksekusi yang
manual dan rentan menjadi sistem elektronik yang sistematis dengan mengurangi pertemuan tatap
muka, sehingga peluang penipuan secara otomatis berkurang. Pengadaan barang/jasa secara
elektronik (e-procurement) untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta menerapkan
tata kelola yang baik.

Pengenalan belanja elektronik harus dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan tujuan
belanja, yaitu kualitas, ketepatan waktu, biaya dan minimalisasi risiko komersial, keuangan dan
teknis. Pengadaan elektronik adalah penggunaan sistem komunikasi terintegrasi (berbasis web)
untuk menangani sebagian atau seluruh proses pembelian. Proses tersebut dapat mencakup
langkah-langkah dari identifikasi awal kebutuhan pengguna, melalui penawaran, negosiasi,
pemesanan dan penerimaan, hingga tindak lanjut/pemantauan dan evaluasi pasca pembelian.
Pelaksanaan pengadaan secara elektronik didasarkan pada lima topik utama yang menjadi
indikator keberhasilan pelaksanaan, kelima topik tersebut saling berhubungan dan terintegrasi.

Lima indikator yang disajikan adalah sebagai berikut (Satriyo Nugroho & Haris Wanto, 2020):

10
a) Perubahan biaya perolehan total yaitu mengurangi biaya karena digitalisasi katalog,
dengan lebih sedikit kesalahan dalam proses pemesanan, mengurangi persediaan dan
meminimalkan biaya pemasaran pemasok.
b) Perubahan karakteristik organisasi, tercermin dalam sifat perubahan perilaku dan
hubungan dengan organisasi dan siklus logistik sebagai akibat dari pengenalan sistem.
c) Perubahan struktur organisasi karena perubahan hubungan, peningkatan pembagian
informasi antara panitia pembelian dan penyedia layanan potensial, serta pencarian dan
transparansi yang lebih mudah.
d) Spesifikasi sistem yang berkaitan dengan infrastruktur sistem, termasuk integrasi dengan
perangkat lunak lain seperti sistem perencanaan dan pengendalian serta sistem keuangan.
e) Manajemen implementasi pelaksanaan, yaitu hasil penerapan sistem informasi dalam
organisasi, bertujuan untuk mendukung operasional, meningkatkan produktivitas,
mengurangi biaya operasional dan mendukung pengambilan keputusan, dll.

Pembelian via elektronik (e-procurement) merupakan kegiatan yang mempercepat


pembelian, mengurangi biaya dan mengintegrasikan rantai pasok. Hal ini mengurangi simpanan
dokumen tradisional dengan menyediakan staf pengadaan dengan database pemasok, pasokan, dan
informasi kualitas yang komprehensif. Katalog dan Pertukaran Online. Pembelian item standar
sering kali dilakukan melalui katalog online. Katalog ini memberikan perbandingan biaya dan
komentar gabungan serta video klip, membuat proses menjadi efisien, baik bagi pembeli maupun
penjual.

2.5 Manajemen Logistik


Siahaya (2012) mendefinisikan manajemen logistik sebagai bagian dari sistem manajemen
rantai pasok yang secara efektif dan efisien merencanakan, mengimplementasikan, dan
mengendalikan aliran barang, termasuk transportasi, penyimpanan, distribusi, dan layanan terkait
serta informasi dari asal barang sampai ke titik konsumsi sesuai dengan kebutuhan. dari pelanggan.
Menurut Bowersok (2006), manajemen logistik berpendapat bahwa "Manajemen logistik unik
karena merupakan salah satu fungsi perusahaan tertua tetapi juga termuda." Fungsi logistik (lokasi,
fasilitas, transportasi, persediaan, komunikasi, serta penanganan dan penyimpanan) telah
diperhatikan oleh manusia sejak awal spesialisasi bisnis dilakukan. Dwiantara dan Hadi (2005)
mengemukakan pendapat bahwa “manajemen logistik adalah sekumpulan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian dalam perolehan, pencatatan, pendistribusian, penyimpanan,

11
pemeliharaan dan penghapusan logistik untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.

Manajemen logistik adalah pendekatan yang membutuhkan efisiensi operasional melalui


kombinasi dari semua sumber bahan baku, transportasi dan kegiatan penyimpanan (Utami
Pendidikan Ekonomi dkk., 2015). Proses pembelian dapat digabungkan dengan berbagai proses
pengangkutan, penyimpanan dan pergudangan menjadi satu sistem logistik. Tujuan dari
manajemen logistik adalah untuk membuat operasi lebih efisien dengan menggabungkan semua
fungsi pengadaan bahan baku, transportasi dan penyimpanan. Ketika biaya transportasi dan
penyimpanan penting untuk input dan output dari proses produksi, mungkin perlu untuk fokus
pada logistik. Banyak perusahaan mengalihdayakan fungsi logistik karena spesialis logistik
seringkali dapat memberikan keahlian yang tidak tersedia di rumah. Misalnya, perusahaan logistik
sering kali memiliki teknologi pelacakan yang mengurangi kerugian pengiriman dan mendukung
jadwal pengiriman berdasarkan jendela pengiriman. Keunggulan kompetitif potensial terletak pada
pengurangan biaya dan peningkatan layanan pelanggan.

Lingkup manajemen logistic, menurut Siahaya (2012), ruang lingkup manajemen logistik
meliputi:

a) Pengangkutan barang (moda transportasi, transportasi masuk dan keluar, logistik pihak
ketiga, ekspor/impor, pengiriman masuk, pengangkutan, biaya pengiriman, pengiriman
dan penanganan, bea cukai, penanganan peralatan, pengiriman kargo),
b) gudang (sistem manajemen gudang, lokasi, perencanaan dan pengaturan, transdocking,
penyimpanan, penanganan material, penyimpanan, penerimaan, pengiriman dan
pengemasan).
c) Distribusi (konsep distribusi, prinsip distribusi, metode distribusi, routing dan konsolidasi).

System Distribusi

Bisnis tahu bahwa memindahkan barang ke dan dari tempat mereka dapat mencapai hingga
25% dari biaya produksi. Karena biaya tinggi ini, perusahaan terus merevisi metode
pengirimannya. Enam metode pengiriman teratas adalah pengiriman truk, kereta api, udara, air,
pipa, dan multimodal.

Penyimpanan

Gudang tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, mulai dari ruangan kecil di belakang
toko hingga ruangan besar yang bisa seukuran lapangan sepak bola. Menggunakan gudang bisa

12
jadi sangat mahal, tetapi pilihan lain (misalnya tidak ada penyimpanan sama sekali atau
penyimpanan di lokasi lokal dan masalah logistik terkait) bisa jadi lebih mahal. Tujuan utama
gudang adalah untuk menyimpan barang. Namun, beberapa kamp juga menawarkan fitur penting
lainnya. Misalnya, gudang dapat bertindak sebagai titik konsolidasi, menggabungkan pengiriman
dari berbagai sumber dan mengirimkannya dalam satu muatan truk yang lebih murah. Jika tidak,
gudang dapat menjalankan operasi grosir, mengirimkan muatan truk penuh ke perusahaan berbiaya
lebih rendah dan kemudian membaginya untuk didistribusikan ke masing-masing pabrik. Selain
itu, seperti hub bandara, gudang dapat berfungsi sebagai fasilitas transdocking, menerima kiriman
dari berbagai sumber dan menyusunnya kembali untuk didistribusikan ke berbagai tujuan,
seringkali tanpa benar-benar menyimpan produk dalam perjalanan. Terakhir, gudang dapat
bertindak sebagai titik akhir dalam proses, menyediakan pelanggan dengan proses nilai tambah
yang disesuaikan untuk produk sebelum pengiriman akhir.

Jalur perakitan adalah salah satu cara untuk mengimplementasikan penundaan. Perakitan
lengkap, untuk dealer. Dealer kemudian merakit, menguji, dan mengirimkan. Jalur perakitan
memperlakukan dealer lebih seperti mitra produksi daripada pedagang. Teknologi ini telah
membuktikan dirinya dalam industri yang produknya berubah dengan cepat, seperti komputer.
Strategi ini mengurangi persediaan barang jadi karena unit dibangun berdasarkan estimasi yang
lebih akurat dan lebih singkat. Oleh karena itu, reaksi pasar lebih baik dengan investasi yang lebih
rendah - kombinasi yang bagus.

Logistik Pihak Ketiga (3PL)

Manajer rantai pasokan mengalihdayakan logistik untuk mencapai tiga tujuan yaitu
mengurangi investasi persediaan, menurunkan biaya pengiriman dan meningkatkan keandalan dan
kecepatan pengiriman. Perusahaan yang berspesialisasi dalam logistik mendukung tujuan ini
dengan mengoordinasikan sistem penyimpanan pemasok dengan layanan perusahaan penjualan.
FedEx, misalnya, sudah berhasil menggunakan Internet untuk pelacakan kiriman online. Situs web
fedex.com memungkinkan pelanggan untuk menghitung biaya pengiriman, mencetak label,
menyesuaikan faktur, dan melacak status paket. FedEx, UPS, dan DHL memainkan peran sentral
dalam proses logistik perusahaan lain. Misalnya, UPS bekerja sama dengan Nike di pusat
pemenuhannya di Louisville, Kentucky untuk menyimpan dan mengirimkan pengiriman dengan
segera. OM Box di dunia nyata "Peran DHL dalam rantai pasokan" adalah contoh lain bagaimana
logistik outsourcing dapat mengurangi biaya dan mengurangi tingkat persediaan dan waktu
pengiriman.

13
2.6 Jaringan Keiretsu
Keiretsu adalah sistem jaringan bisnis dengan perusahaan lain yang memiliki hubungan
bisnis jangka panjang dan memiliki salah satu ciri kepemilikan bersama. Keiretsu dibagi menjadi
dua kelompok: keiretsu horizontal (yoko) dan keiretsu vertikal (tate). Keiretsu horizontal adalah
sekelompok perusahaan besar yang mempertahankan hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan. Tujuan dari kemitraan keiretsu horizontal adalah untuk menciptakan bank yang
kuat dengan kepemilikan saham bersama, hubungan bisnis, dll. Sedangkan kelompok yang terdiri
dari perusahaan yang sangat besar dengan ratusan bahkan ribuan perusahaan kecil di bawah
perusahaan besar merupakan definisi vertikal dari keiretsu. Benang vertikal dibagi lagi menjadi
tiga jenis, yaitu:

1) Sangyo Keiretsu (Produksi Keiretsu)


2) Ryutsu Keiretsu (Distribusi Keiretsu)
3) Shihon Keiretsu (Ibukota Keiretsu)

Jaringan Keiretsu adalah jaringan perusahaan yang luas dengan beragam keahlian tetapi
terkait (sebagian) kepemilikan yang bekerja sama secara erat untuk mempertahankan hubungan
strategis yang saling menguntungkan, dan cabangnya meluas ke negara lain melalui sistem
pasokan dan koneksi ke industri manufaktur besar. Perusahaan Jepang yang berbasis di Keiretsu
biasanya dimiliki oleh dinasti keluarga yang sama dan diwariskan dari generasi ke
generasi. (Wakhidatul Munawaroh, 2022).

2.7 Perusahaan Virtual


Perusahaan virtual adalah strategi untuk menyebarkan pemasok sesuai kebutuhan. Bisnis
yang mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk menyediakan layanan berlangganan yang
diinginkan. Juga dikenal sebagai perusahaan berongga atau perusahaan jaringan. Perusahaan
virtual ini terhubung dengan komputer, faks, internet, dan lainnya. Strategi ini bergantung pada
hubungan yang berbeda dengan pemasok. Masing-masing pihak berpartisipasi sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Tujuannya adalah untuk dapat menawarkan layanan sesuai
permintaan, termasuk penggajian, perekrutan karyawan, desain produk, konsultasi, manufaktur
suku cadang, pengujian atau distribusi produk. Hubungan yang ada dapat bersifat jangka pendek
atau jangka panjang, melibatkan mitra kunci, karyawan, atau hanya pemasok dan subkontraktor
yang memenuhi syarat. Terlepas dari hubungan formal, hasilnya bisa dioptimalkan kinerjanya.
Keuntungan dari perusahaan virtual adalah manajemen ahli khusus, investasi modal rendah,
fleksibilitas dan kecepatan. Hasilnya adalah efisiensi.

14
Industri pakaian adalah contoh tradisional dari organisasi virtual. Desainer pakaian jarang
memproduksi desain mereka sendiri, melainkan melisensikan perusahaan produksi mereka.
Produsen kemudian dapat menyewa ruang, menyewa mesin jahit, dan mempekerjakan pekerja.
Hasilnya adalah organisasi dengan overhead rendah yang tetap fleksibel dan mampu merespons
permintaan pasar dengan cepat (Heizer & Render Barry, 2015).

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan materi sebelumnya maka kami mendapatkan kesimpulan bahwa dengan
adanya Supply Chain Management (Manajemen rantai pasokan) adalah :

1) Para pelaku-pelaku bisnis lebih mudah untuk menciptakan produk-produk handal,


berkualitas dan cepat.
2) Proses Pengolahan produk dari awal perencanaan, pemrodukan sampai pendstribusian
menjadi semakin terstruktur dan terkoordinir dengan baik.
3) Lebih efisien dan efektif dalam mengelola produk di sebuah instansi perusahaan.
4) Penerapan konsep Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) dalam
perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan
pendapatan, menurunn ya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba,
dan perusahaan semakin besar.
5) Syarat utama dari penerapan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)
tentunya memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan. pengorganisasian,
koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.
6) Tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh perusahaan apabila akan menerapkannya
Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) yang pertama berasal dari
lingkungan makro dan juga lingkungan eksternal.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui
Penerapan supply chain management di masa seperti ini cocok di terapkan, karena system ini
memiliki kelebihan dimana mampu me-manage aliran barang atau produk dalam suatu rantai
supply dan penting mengetahui suatu letak perusahaan terhadap kelangsungan proses perusahaan
selanjutnya. Penulis sadar makalah ini banyak kekurangan di sana sini, maka kami menerima
segala saran untuk makalah ini sebagai pembelajaran kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Heizer, J., & Render Barry. (2015). Keputusan Make or Buy.


Meryanti Gobel. (2013). ANALISIS EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL MELALUI
PENGELOLAAN TUNJANGAN MAKAN DAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
PADA PERUSAHAAN JASA OUTSOURCING.
Retno Sari Murtiningsih. (2015). Pengaruh Persepsi Pegawai Mengenai Outsourcing Terhadap
Kepuasan Kerja dan Turnover Intention.
Sariyun Naja Anwar, B. S. M. M. (2019). MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN
MANAGEMENT) :KONSEP DAN HAKIKAT.
Satriyo Nugroho, R., & Haris Wanto, A. (2020). PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM
PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) TERHADAP FRAUD
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Magetan). Dalam JAP) (Vol. 3, Nomor 1).
Tasya Ifada, N., & Ali, H. (t.t.). Faktor-faktor yang mempengaruhi Keunggulan Operasional:
Analisis Sistem Perusahaan, Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan, Sistem Manajemen
Hubungan Pelanggan (Literature Review Manajemen Pemasaran).
Utami Pendidikan Ekonomi, N., Universitas Muhammadiyah Hamka, F., & Fitriana Sitorus
Pendidikan Ekonomi, O. (2015). Manajemen Logistik di Giant Ekstra.
WAKHIDATUL MUNAWAROH. (2022). KEIRETSU SEBAGAI STRATEGI MANAJEMEN
DALAM DUNIA MANUFACTURING JEPANG.

17

Anda mungkin juga menyukai