4, November 2016
ABSTRAK
Teknologi penyimpanan saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini dikarenakan penyimpanan yang optimal akan
meningkatkan nilai dari bahan yang disimpan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk hal tersebut yaitu
penyimpanan menggunakan metode atmosfer termodifikasi (Modified Atmosphere Storage/MAS). Jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bersifat mudah rusak, hal ini membuat jenis
jamur ini memiliki umur simpan yang terbilang singkat. Oleh karena itu, penanganan pasca panen yang tepat pun
dibutuhkan agar kualitas jamur tiram dapat dipertahankan sehingga umur simpannya juga lebih lama. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengkaji pengaruh penggunaan teknologi penyimpanan dengan MAS terhadap karakteristik jamur
tiram putih. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Teknik Prosesing Hasil Pertanian, Jurusan
Keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya, menunjukkan bahwa penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi dapat
mempengaruhi laju respirasi dan lama simpan komoditas jamur tiram putih. Hasil pengamatan pada tiap parameter
(laju respirasi dan lama penyimpanan) dapat diketahui bahwa lama simpan jamur tiram putih pada kondisi normal
adalah 1 hari. Sedangkan pada kondisi penyimpanan menggunakan metode atmosfer termodifikasi jamur tiram putih
dapat bertahan selama 3 hari pada perlakuan A (21 % O2) dan B (12,4 – 12,5 % O2), dan bertahan selam 4 hari pada
perlakuan C (9,2 – 9,3 % O2), D (5,9 – 6,1 % O2), dan E (3,5 – 3,7 % O2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan penyimpanan MAS pada konsentrasi O2 yang rendah maka umur simpan jamur akan semakin lama.
ABSTRACT
The food storing technology is growing fast. Since the optimal storage could increase the value of the material
being stored. A proposed solution to overcome counter this issue is the use of modified atmosphere storage (MAS)
technology. White oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is one of vegetables that is highly perishable that makes
this mushroom has a short shelf life. Therefore, appropriate postharvest handling is needed to maintain the quality of
oyster mushrooms by expanding its shelf life. The aims of this research were to assess the effect of the use of MAS
technology and to characterize the white oyster mushroom. Based on the research conducted at the Laboratory of
Agricultural Processing and Postharvest Engineering, Department of Agricultural Engineering, Brawijaya University
showed that the modified atmosphere storage of white oyster mushroom affected the respiration rate and shelf life of
the studied commodities. On the basis of the observations on each parameter (respiration rate and storage time), the
normal storage time for white oyster mushrooms is 1 day. While iby applying MAS, the white oyster mushrooms could
last for 3 days using treatment A (21 % O2) and B (12,4 – 12,5 % O2), and could last for 4 days using treatment C (9,2
369
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
– 9,3 % O2) , D (5,9 – 6,1 % O2), and E (3,5 – 3,7 % O2). Therefore, It can be concluded that by using MAS storage at
low O2 concentrations, the shelf life of mushrooms could be longer.
370
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
20
Pengujian tekstur atau kekerasan dilakukan
15
menggunakan alat Brookfield CT3™ Texture Analyzer
dengan test method 10 untuk komoditas sayuran dan buah,
tipe test menggunakan compression (tekanan). Sensor yang
digunakan adalah probe5 TA39 dengan kecepatan test 1 mm/s
dan target penusukan 0 pada bahan adalah 5 mm. Data yang
Gambar 2. Jamur Tiram Putih dalam respiration Chambers diambil adalah sebanyak 0 10
30 poin/detik.
60 90Masing-masing
120 150 180
Lama penyimpanan (meni
371
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
a–b
Susut Bobot = × 100%
a
perlakuan diamati satu hari sekali mulai dari awal hingga akhir 25
pada peak load, hal ini berarti tekstur atau kekerasan bahan 0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
juga semakin tinggi. Lama penyimpanan (menit)
(a)
Pengukuran Warna
12
Pengukuran warna dilakukan dengan alat Colour
karbondioksida (%)
10
Konsentrasi
Analyzer PCE-RGB2. Sensor berupa lampu LED ditempelkan 8
A
B
pada permukaan bahan yang akan dianalisa hingga terbaca 6
C
angka pada display. Warna yang dibaca meliputi tingkat 4 D
2 E
kemerahan (R), tingkat kehijauan (G), dan tingkat kebiruan
0
(B). 0 30 60 90 120 150 180 210
Lama penyimpanan (menit)
240 270 300
40 Kontrol
lebih sedikit dibandingkan dengan pada perlakuan AA yang
30 B
Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah mana menggunakan
20
atmosfer normal dengan konsentrasi C O2
dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dicatat dalam yang tinggi
10 (21 %). Pada perlakuan dengan konsentrasi D yang
E
tabel pengambilan data, kemudian diolah secara grafikal lebih rendah
0 O2 lebih cepat habis (mencapai titik konstan).
0 1 2 3 4
untuk membandingkan hasil dari masing-masing perlakuan. Secara keseluruhan perlakuan
Lama Penyimpanan (hari) konsentrasi CO2
dalam100udara penyimpanan mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa selama proses respirasi jamur tiram
HASIL DAN PEMBAHASAN 80
Kontrol
menghasilkan
60
CO 2
sehingga CO2 dalam respirationAchamber
Susut bobot (%)
Perubahan Konsentrasi O2 dan CO2 bertambah (terakumulasi) semula dari 0,03 menjadi B lebih
40 C
dari 2 %. Peningkatan konsentrasi CO2 ini sesuai D dengan
Selama penyimpanan, konsentrasi gas dalam 20
pernyataan Sudarminto (1992) bahwa sebagai hasilErespirasi,
penyimpanan mengalami perubahan. Grafik perubahan 0
komposisi 0 udara dalam
1 sistem
2 tertutup 3 akan berubah
4 dimana
konsentrasi O2 dan CO2 pada jamur tiram selama penyimpanan Lama penyimpanan (hari)
volume O2 akan berkurang sedangkan volume CO2 akan \
5 jam dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan meningkat terhadap waktu.
bahwa selama masa penyimpanan 5 jam, perubahan
konsentrasi O2 dalam respiration chamber semakin menurun Laju Respirasi Jamur Tiram
pada semua perlakuan dan mencapai titik konstan pada
Berdasarkan data konsentrasi O2 dan CO2 yang diperoleh
beberapa jam setelah penyimpanan dilakukan. Konsentrasi O2
dari hasil pengamatan, dihitung laju konsumsi O2 dan laju
pada perlakuan A mencapai titik terendah pada menit ke-300
produksi CO2 jamur tiram putih selama proses penyimpanan
atau 5 jam setelah penyimpanan yaitu pada konsentrasi O2
berlangsung. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.
sebesar 0,7 %. Sementara konsentrasi O2 pada perlakuan B,
Berdasarkan gambar 4a dapat diketahui bahwa perlakuan A
C, D, dan E mencapai titik terendah lebih cepat dibandingkan
merupakan perlakuan dengan laju konsumsi O2 tertinggi dan
dengan perlakuan A yaitu pada menit ke-120, 90, dan 60
perlakuan E merupakan perlakuan dengan laju konsumsi O2
setelah penyimpanan. Penurunan konsentrasi O2 menuju fase
terendah. Sedangkan perlakuan B, C, dan D memiliki laju
konstan pada perlakuan tersebut terjadi lebih cepat karena
konsumsi O2 yang fluktuatif namun cenderung terus menurun
konsentrasi O2 yang digunakan dalam udara penyimpanan
372
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
80000
70000
respirasi komoditas sayur dan buah yang disimpan.
Laju konsumsi oksigen
A
60000
50000 B
Pengaruh Konsentrasi Oksigen terhadap Susut Bobot
(ml/kg.jam)
40000 C
30000 D
Jamur Tiram
20000
E
10000 Perlakuan menggunakan metode penyimpanan
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 atmosfer termodifikasi berdampak sangat besar bagi
Lama penyimpanan (menit)
perubahan bobot dan susut bobot yang terjadi pada jamur
(a) tiram selama penyimpanan. Hal ini dapat dilihat pada
40000 Gambar 5. Penyimpanan jamur tiram putih pada masing-
karbondioksida (ml/kg.jam)
35000
30000 A
masing perlakuan dilakukan hingga bahan rusak atau busuk.
Namun pada masing-masing perlakuan, jamur tiram tidak
Laju produksi
25000 B
20000
15000
C
dapat mempertahankan kesegarannya dalam jangka waktu
D
10000 E yang sama. Perlakuan kontrol, A, dan B hanya dapat diamati
5000
0 hingga hari ke-3, dan pada hari selanjutnya sudah dalam
80000
0 30 60 90 120 150 180 210
Lama penyimpanan (menit)
240 270 300
keadaan membusuk dan berair sehingga tidak dapat diamati
70000
(ml/kg.jam)
Keterangan: A (21% O2) 40000
Gb4
B (12,4 – 12,5% O2)
Berdasarkan
30000 Gambar 7 dapat diketahui bobot awal
C (9,2 – 9,3% O2) jamur tiram pada semua perlakuan adalah sebesar 50 g. Grafik
20000
10000
60 D (5,9 – 6,1% O2) pada kontrol 0
menunjukkan bahwa bobot jamur tiram yang
50 E (3,5 – 3,7% O2) diletakkan pada 0 ruang
30 60terbuka
90 mengalami
120 150 180 penurunan
210 240secara
270 300
Lama penyimpanan (menit)
Perubahan bobot (g)
Gambar 4.
40
Grafik pengaruh konsentrasi O2
Kontrol
dalam udara
A penyimpanan
drastis sejak hari pertama penyimpanan jika dibandingkan
30
20 terhadap laju konsumsi O2 (a) dan
B
laju produksi
C CO (b) jamur dengan perlakuan lainnya. Bobot paling rendah yang dicapai
2
10 tiram putih D
E
pada 40000
hari terakhir penyimpanan adalah sebesar 6,3 g.
Sedangkan
35000 pada grafik perlakuan yang lainnya, yaitu perlakuan
karbondioksida (ml/kg.jam)
0
0 1 2 3 4
Lama Penyimpanan (hari) dengan30000
menggunakan atmosfer termodifikasi menunjukkan
seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan. Sehingga
Laju produksi
25000
bahwa20000
penurunan bobot jamur pada hari pertama hingga hari
dapat disimpulkan bahwa secara umum dapat diketahui
Gbbahwa terakhir penyimpanan relatif sedikit. Pada perlakuan A, bobot
15000
5 semakin rendah konsentrasi O2 yang digunakan dalam
paling 10000
rendah yang dicapai selama penyimpanan adalah 47,5
udara penyimpanan mengakibatkan laju konsumsi O2 pada 5000
g. Perlakuan B sebesar 47,13 g. Untuk perlakuan C, D, dan
jamur tiram juga semakin rendah. 0
E bobot paling rendah
0 30 60 yang90 dicapai
120 150masing-masing
180 210 240 adalah
270 300
Gambar 4b menunjukkan bahwa perlakuan A dengan Lama penyimpanan (menit)
sebesar 48,1; 48,6; dan 48 gram.
atmosfer normal memiliki laju produksi CO2 yang paling
Gambar 6 menunjukkan bahwa jamur tiram pada kontrol
tinggi diantara perlakuan lainnya yaitu pada titik laju tertinggi
mengalami penyusutan bobot paling tinggi diantara perlakuan
sebesar 34567,89 mL/kg.jam pada menit ke-30 kemudian Gb4
lainnya. Hal ini terjadi karena uap air yang dihasilkan dari
pada menit selanjutnya terjadi penurunan dan peningkatan
secara fluktuatif. Hal yang sama terjadi pada grafik perlakuan
B, C, dan D namun titik laju tertinggi pada masing-masing 60
50
perlakuan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
Perubahan bobot (g)
40 Kontrol
perlakuan A. Sedangkan laju produksi CO2 yang paling rendah A
30
terjadi pada perlakuan E yaitu pada titik laju tertinggi sebesar B
20 C
17045 ml/kg.jam pada menit yang sama kemudian pada menit D
10 E
berikutnya mengalami penurunan dan peningkatan yang 0
cenderung konstan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 0 1 2
Lama Penyimpanan (hari)
3 4
O2 yang digunakan dalam udara penyimpanan berpengaruh
pada laju produksi CO2 pada komoditas bahan yang disimpan. Keterangan: A (21 % O2)
Semakin rendah konsentrasi O2 yang digunakan dalam B (12,4 – 12,5 % O2)
Gb 5
C (9,2 – 9,3 % O2)
penyimpanan maka laju produksi CO2 yang terjadi juga
D (5,9 – 6,1 % O2)
semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kader E (3,5 – 3,7 % O2)
(1985), bahwa konsentrasi O2 rendah dan CO2 tinggi dalam
penyimpanan afmosfer termodifikasi akan menekan laju Gambar 5. Grafik perubahan bobot jamur tiram selama penyimpanan
373
D
20
Susut
E
0
0 1 2 3 4
Lama penyimpanan (hari)
260
100 240
220
200 A
80
Kontrol 180
160 B
A
Beban (g)
60 140
Susut bobot (%)
120 C
B 100
40 C 80 D
60
D 40 E
20 E 20
0
-20
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
15.7
24.1
10.9
12.1
13.3
14.5
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
22.9
25.3
26.5
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
0 -40
0 1 2 3 4
Lama penyimpanan (hari) Waktu (detik)
20 80.0 D
atmosfer0 termodifikasi disimpan dalam respiration chamber 60.0 E
-20
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
15.7
24.1
10.9
12.1
13.3
14.5
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
22.9
25.3
26.5
27.7
28.9
30.1
32.5
dengan
-40 sistem tertutup sehingga uap air yang dihasilkan dari
40.0
20.0
200.0
proses respirasi jamur tiram tetap berada dalam kemasan. 0.0
180.0
Hal ini menyebabkan kelembaban Waktu jamur(detik)
tiram tetap terjaga
0.1
1.3
2.5
3.7
24.1
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
10.9
12.1
13.3
14.5
15.7
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
22.9
25.3
26.5
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
-20.0
160.0
Waktu (detik) A
140.0
dan susut bobot yang terjadi relatif rendah. Namun pada 120.0 B
D
8 80.0
Gb B (12,4 – 12,5 % O2)
penyusutan
Gb 7 bobot jamur tiram pada perlakuan tersebut relatif 60.0 E
40.0 C (9,2 – 9,3 % O2)
sama besarnya mulai dari awal hingga akhir penyimpanan. 20.0 D (5,9 – 6,1 % O2)
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa konsentrasi
160.0
0.0
E (3,5 – 3,7 % O2)
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
24.1
10.9
12.1
13.3
14.5
15.7
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
22.9
25.3
26.5
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
140.0
-20.0
O2 yang bervariasi pada penyimpanan atmosfer termodifikasi 120.0 Waktu (detik) A
tidak berpengaruh besar terhadap perbedaan susut bobot Gambar 8. Grafik hasil pengamatan tekstur jamur tiram pada masing-
100.0 B
jamur tiram putih yang disimpan dalam kemasan tertutup. 80.0 masing perlakuan pada hari ke-1 C
Beban (g)
Gb 8
60.0
D
Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariato dkk 40.0
E
(2013) bahwa susut bobot jamur tiram yang disimpan 20.0
160.0
0.0
dalam perlakuan pengemasan plastik PP berperforasi dan 140.0
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
22.9
26.5
10.9
12.1
13.3
14.5
15.7
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
24.1
25.3
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
-20.0
pengemasan plastik PP tanpa perforasi tidak berbeda nyata. 120.0
Waktu (detik)
A
100.0 B
Hal ini terjadi karena tekstur jamur tiram yang seperti spons 80.0 C
Beban (g)
0.0
Pengaruh Konsentrasi Oksigen terhadap Tekstur Jamur
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
22.9
26.5
10.9
12.1
13.3
14.5
15.7
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
24.1
25.3
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
-20.0
374
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
C
60.0 D bahan pangan yang tumbuh dengan bagian-bagian seperti
40.0 E payung dan tangkai yang berdiri sendiri-sendiri sehingga
20.0
160.0 untuk karakteristik terutama tekstur dari masing-masing
0.0
140.0 tangkai dapat berbeda-beda.
0.1
1.4
2.7
4
5.3
6.6
7.9
9.2
31.3
32.6
10.5
11.8
13.1
14.4
15.7
17
18.3
19.6
20.9
22.2
23.5
24.8
26.1
27.4
28.7
30
-20.0 A
120.0
Waktu (detik) Pada grafik hasil pengamatan tekstur jamur tiram pada
100.0 B
Gb 10 Keterangan:
80.0 A (21 % O2) hari ke-4 (Gambar 11), data yang diperoleh hanya pada
Beban (g)
C
60.0 B (12,4 – 12,5 % O2) D perlakuan C, D, dan E. Sedangkan jamur tiram pada perlakuan
40.0 C (9,2 – 9,3 % O2) E A dan B pada hari ke-4 sudah busuk dan berair, sehingga tidak
120.0
20.0 D (5,9 – 6,1 % O2) diamati. Berdasarkan nilai peak load yang didapatkan, jamur
100.00.0 E (3,5 – 3,7 % O2)
tiram pada perlakuan E memiliki nilai tekstur yang paling
0.1
1.4
2.7
31.3
32.6
4
5.3
6.6
7.9
9.2
10.5
11.8
13.1
14.4
15.7
17
18.3
19.6
20.9
22.2
23.5
24.8
26.1
27.4
28.7
30
80.0
-20.0
60.0
Waktu (detik) C tinggi yaitu sebesar 95,9 g dan yang paling rendah adalah
Gambar 10. Grafik hasil pengamatan tekstur jamur tiram pada masing-
perlakuan D yaitu 77,2 g. Peak load pada perlakuan C sebesar
Beban (g)
D
Gb 10 40.0 masing perlakuan pada hari ke-3 E
20.0 84,1 g. Meskipun data peak load yang diperoleh berbeda-
0.0 beda tiap harinya, namun secara garis besar dapat dilihat dari
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
12.1
22.9
10.9
13.3
14.5
15.7
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
24.1
25.3
26.5
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
120.0
-20.0
100.0
nilai data peak load yang terdapat pada grafik masing-masing
80.0
Waktu (detik) perlakuan terus mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan
60.0 C bahwa tekstur jamur tiram selama penyimpanan mengalami
Beban (g)
Gb 11 40.0
D penurunan dari awal hingga akhir penyimpanan. Hasil yang
E
20.0 serupa juga terjadi pada penelitian Handayani (2008) yang
0.0 menunjukkan bahwa selama penyimpanan dalam suhu ruang
0.1
1.3
2.5
3.7
4.9
6.1
7.3
8.5
9.7
12.1
22.9
10.9
13.3
14.5
15.7
16.9
18.1
19.3
20.5
21.7
24.1
25.3
26.5
27.7
28.9
30.1
31.3
32.5
-20.0
dalam platik PP mengalami penurunan kekerasan.
Waktu (detik)
375
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
900 C
D
850 E
Pengaruh Konsentrasi Oksigen terhadap Kondisi Fisik
800
0 1 2 3 Jamur Tiram
Waktu penyimpanan (hari)
Hasil pengamatan kondisi fisik jamur tiram selama
(a) masa penyimpanan dapat diketahui bahwa jamur yang
disimpan pada kontrol mengalami kerusakan paling cepat
1000
yaitu hanya satu hari. Setelah satu hari penyimpanan, jamur
900
tiram menjadi layu dan mengering. Sedangkan dari beberapa
800 A
B perlakuan yang diterapkan pada penelitian, jamur pada
700
Green
600
C perlakuan A dan B mengalami kerusakan lebih cepat, yaitu
D hanya mampu mempertahankan kesegarannya hingga hari ke-
500
E
400 3. Sedangkan, perlakuan C, D, dan E mengalami kerusakan
0 1 2 3 lebih lama dibandingkan dengan kontrol serta perlakuan A
Waktu penyimpanan (hari)
dan B. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa
(b) konsentrasi O2 dalam penyimpanan berpengaruh terhadap
kerusakan komoditas yang disimpan. Semakin rendah
650 konsentrasi O2 maka kerusakan buah akan semakin lambat.
A Hasil pengamatan kondisi fisik buah pada setiap perlakuan
550 B
C
dapat dilihat pada Tabel 1.
Perubahan kondisi fisik jamur tiram paling jelas terlihat
Blue
450 D
E pada perubahan warna jamur yang semula pada keadaan segar
350
0 1 2 3
setelah dipanen adalah berwarna putih menjadi berwarna
Waktu penyimpanan (hari) putih kekuningan hingga kuning kecoklatan. Kondisi tersebut
sesuai dengan hasil yang ditunjukkan pada pengamatan
(c)
perubahan warna yang dilakukan dengan menggunakan
Keterangan: A (21 % O2) colour analyzer. Perubahan warna seluruhnya menunjukkan
B (12,4 – 12,5 % O2) perubahan yang semakin gelap seiring bertambahnya usia
C (9,2 – 9,3 % O2)
komoditas. Hasil yang sama diperoleh Arianto (2013) yang
D (5,9 – 6,1% O2)
E (3,5 – 3,7% O2)
menunjukkan bahwa jamur tiram putih mengalami perubahan
warna menjadi kekuningan dan kecoklatan seiring lama
Gambar 12. Grafik pengaruh perlakuan terhadap perubahan warna jamur waktu penyimpanan.
tiram putih pada indikator tingkat kemerahan (a), kehijauan
(b), kebiruan (c)
KESIMPULAN
cepat. Sedangkan perlakuan A, B, dan C menunjukkan Konsentrasi O2 dalam udara penyimpanan pada metode
penurunan nilai indikator warna yang lebih cepat pada semua penyimpanan atmosfer termodifikasi pada suhu ruang
perlakuan. Walaupun perubahan warna terjadi secara fluktuatif mempengaruhi laju respirasi jamur tiram putih. Laju konsumsi
namun jika dibandingkan dengan hasil analisa warna pada O2 pada proses respirasi jamur semakin menurun sebanding
hari penyimpanan awal, secara umum dapat diketahui bahwa dengan kondisi penyimpanan menggunakan konsentrasi O2
selama penyimpanan jamur tiram mengalami perubahan yang semakin rendah.
warna menjadi lebih gelap (menjadi kekuning-kuningan dan Konsentrasi O2 yang bervariasi secara umum tidak
kecoklatan). Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian berpengaruh besar terhadap perbedaan susut bobot dan
Cahya dkk. (2014), yang menunjukkan bahwa perubahan perubahan warna antar perlakuan selama penyimpanan.
warna sangat nampak jelas pada jamur tiram yang disimpan Namun pada perubahan tekstur dan kondisi fisik jamur antar
tanpa perlakuan pengemasan yang mulai menampakkan perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai tekstur
warna kuning kecoklatan sehari setelah penyimpanan baik dengan perlakuan konsentrasi O2 tinggi lebih cepat mengalami
376
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
Tabel 1. Data hasil pengamatan kondisi fisik jamur tiram pada setiap perlakuan
377
AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
polypropylene pada suhu ruang dan suhu rendah. Jurnal Mannapperuma, J.D. dan Singh, R.P. (1990). Modelling of
Teknik Pertanian Lampung 3(1): 35-48. Gas Exchange in Polymeric Package of Fresh Fruis
Do, J.Y. dan Salunkhe (1986). Penyimpanan dengan udara and Vegetables. Paper ASAE Winter Meeting Chicago.
terkendali, pertimbangan-pertimbangan biokimia. IL. USA.
Dalam: Er.B.Pantastico (ed.). Fisiologi Pasca Panen, Segall, K.I. dan Scallon, M.G. (1996). Design and analisis of
Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan a modified atmosphere package for minimally processed
Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika (Terjemahan romaine lettuce. Journal of the American Society for
Kamariyani). Gadjah Mada University Press. Horticultural Science 121(4): 722-729.
Yogyakarta.
Sudarminto, E. (1992). Mempelajari Pengaruh “Modified
Handayani, R.T. (2008). Pengemasan Atmosfer Termodifikasi Atmosphere Packaging” terhadap Masa Simpan
Jamur tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Skripsi. Alpukat (Persea americana, Mill). Skripsi. Institut
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Pertanian Bogor, Bogor.
Bogor.
Sugiarto, Hadikaria, P. dan Illah S. (2008). Penentuan
Kader, A.A. (1985). Modified Atmospheres. An Indexed komposisi atmosfer untuk penyimpanan bawang daun
Reference List With Emphasis on Horticultural rajangan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 15(3):
Commodities, Supplement No. 4. Postharvest 79-84
Horticulture Series 3, University of California, Davis.
CA.
378