Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehidupan manusia senantiasa berkembang sejak jaman purbakala hingga
jaman modern saat ini. Perkembangan ini tidak hanya diikuti dengan
perkembangan teknologi tetapi informasi yang semakin cepat dalam berbagai
aspek kehidupan termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
ini merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang
akan datang, oleh karena itu manusia harus dapat menguasai ilmu
pengetahuan. Salah satunya ialah ilmu biologi. Biologi merupakan ilmu yang
sangat penting di bumi ini. Biologi adalah ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari tentang kehidupan di dunia dari segala aspek, baik itu tentang
makhluk hidup, lingkungan, maupu interakasi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Oleh karena itu, tidak jarang ditemukan berbagai hal luar biasa yang
disebut keajaiban saat mempelajari ilmu biologi. Pembelajaran dari ilmu
biologi yang diterapkan di dunia saat ini merupakan hasil penelitian dari para
ilmuawan, dan hasil ini dapat dibuktikan serta tidak melenceng dari faktanya.
Saat ini perkembangan biologi yang didukung oleh kemajuan teknologi telah
melahirkan banyak cabang ilmu pengetahuan lainnya. Salah satu ilmu yang
perkembangannya pesat ialah genetika yang mempelajari tentang ketuunan
yang memplajari berbagai problematika manusia seperti kesehatannya, cacat
lahirnya jasmani maupun mental, pewarisan ciri-ciri dan kelainan bawaan,
bahkan sampai merekayasanya.
Golongan darah merupakan salah satu substansi genetik yang ada dalam
tubuh manusia. Masing-masing orang tua akan mewariskan salah satu alel
golongan darahnya kepada anak mereka. Ketika sejumlah gen asli mengalami
mutasi maka akan membentuk alel, jika mutasi berlangsung sekali maka
jumlah alel akan terbentuk berjumlah dua, namun apabila mutasi terjadi
berulang-ulang maka jumlah alel yang terbentuk lebih banyak sehingga
disebut dengan alel ganda. Sistem penggolongan darah juga berdasarkan pada
pembentukan alel ganda. Atas dasar inilah dilakukan praktikum ini
B. Tujuan praktikum
1. Mengenal sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh
alel ganda
2. Mencoba menetapkan genotipe golongan darah dirinya sendiri
C. Manfaat praktikum
1. Mahasiswa mampu mengenal sifat keturunan pada manusia yang
ditentukan oleh pengaruh alel ganda
2. Mahasiswa mampu mencoba menetapkan genotipe golongan darah dirinya
sendiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Adat istiadat bagi masyarakat Indonesia telah menjadi landasan hidup


sehingga sulit untuk berubah. Salah satu yang masih menjadi ciri khas masing-
masing daerah adalah adat perkawinan serta pemilihan jodoh. Masyarakat
Indonesia mengenal sistem perkawinan Endogami, Eksogami dan juga
Eleutherogami. Endogami merupakan sistem perkawinan yang mengharuskan
seseorang melakukan perkawinan dengan orang dari suku atau keluarganya
sendiri. Perkawinan erat kaitannya dengan genetika seseorang, dikarenakan sifat
genetika yang diturunkan merupakan hasil dari adanya sistem perkawinan. Dalam
kaitannya dengan substansi genetik, perkawinan akan mempengaruhi karakteristik
anak, karena kromosom akan selalu berpasangan, di mana satu bagian kromosom
berasal dari ibu dan satu bagian lainnya berasal dari ayah (Raditya, 2016).
Awal ketertarikan manusia terhadap golongan darah ialah ketika pada abad
ke-12 beberapa ilmuan tertarik untuk mentransfusikan darah hewan kepada
manusia. Pada tahun 1492 Paus Innocent ke-VIII menjadi orangpertama yang
mendapatkan transfusi darah dari seorang pemuda, namun setelah proses
transfusiselesai, Paus pun meninggal (Hosseini, 2007). Peristiwa tersebut yang
membuat Karl Landsteiner melakukan pengujian terhadap darah dan
menghasilkan penemuan mengenai golongan yang dibedakan dalam sistem AB0,
yakni A, B, AB, dan 0 (Svensson, 2011). Dalam penurunan sifat golongan darah,
masing-masing orang tua memiliki peranan yang sama karena masing-masing
orang tua akan memberikan satu alel kepada anaknya yang kemudian dua alel
tersebut akan berpasangan membentuk golongan darah anak (Raditya, 2016).
Umumnya orang menetapkan bahwa ilmu genetika dimulai dipelajari pada
saat laporan penelitian Gregor Mendel ditemukan kembali pada tahun 1900.
Sebenarnya orang menyadari akan terjadinya pewarisan sifat dari tetua kepada
keturunannya sudah mulai keberadaan manusia. Ilmu genetika atau ilmu
pewarisan atau hereditas sudah dikenal sejak jaman prasejarah seperti juga
domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar tanaman.
Manusia juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat
membuat sejumlah aturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri
sebagai ilmu yang mandiri. Pada populasi etnik Jawa, telah dikenal adanya
larangan untuk menikah dengan saudara nenek buyut (antar generasi ketiga),
karena akan menyebabkan munculnya penyakit, cacat, dan sifat-sifat jelek dalam
keluarga. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, juga sudah dikaji orang sejak
jaman dahulu kala. Namun demikian, pengetahuan praktis ini tidak memberikan
penjelasan penyebab dari gejala-gejala itu (Arumingtyas, 2016).
Penerusan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut pewarisan
sifat atau hereditas (heredity). Akan tetapi, anak lelaki dan perempuan bukan
merupakan salinan identik dari orangtua maupun saudara-saudaranya. Selain
kemiripan terdapat pula variasi (variation). Para petani telah mengeksploitasi
prinsip-prinsip hereditas dan variasi selama ribuan tahun, membiakkan tanaman
dan hewan dengan sifat ysng dikhehendaki. Pertanyaan ini tentang adanya
kemiripan ini tetap membingungkan para ahli biologi hingga akhirnya genetika
berkembang pada abad 20. Genetika (genetics) adalah bidang sains yang
mempelajari hereditas dan variasi herediter. Mempelajari tentang genetika pada
berbagai tingkatan, mulai dari organism hingga sel dan molekul. Akan terlihat
bagaimana genetika terus merevolusi kedokteran dan pertanian dan terdapat
pertimbangan beberapa pertanyaan sosial dan etis yang ditimbulkan oleh
kemampuan kita memanipulasi DNA, materi genetik. Akumulasi sekuens genom
dari berbagai species yang berlangsung dengan cepat, termasuk species kita
sendiri, telah member tahu banyak hal tentang evolusi di tingkat molecular.
Bahkan, metode-metode dan temuan-temuan genetik mempercepat kemajuan pada
semua bidang biologi, mulai dari biologi sel sampai fisiologi, biologi
perkembangan, perilaku, dan bahkan ekologi (Campbell dkk, 2010).
Keragaman dapat terjadi pada beberapa tingkat, yaitu keragaman di dalam
individu, di antara individu di dalam populasi, atau di antara populasi di dalam
satu spesies. Variasi juga bisa dikaitkan dengan taksonomi di mana penggolongan
suatu organisme adalah berdasarkan banyaknya kesamaan yang dimiliki
kelompok organisme dibandingkan dengan kelompok yang lain. Keragaman yang
dimiliki suatu populasi juga tidak selalu sama dari waktu ke waktu dan dari
generasi ke generasi. Adanya ciri yang bervariasi bisa diidentifikasi secara visual
dari kenampakan morfologi (fenotipe) maupun yang lebih dalam lagi adalah
variasi secara molekuler yang berkaitan dengan variasi di dalam protein dan bahan
genetik (DNA). Baik variasi di dalam DNA, protein dan fenotipe dari suatu
individu telah diketahui sebenarnya berkaitan erat. Random genetic drift dapat
merubah frekuensi gen (terutama pada populasi kecil), karena dalam pembentukan
gamet atau pembuahan terjadi peristiwa pencuplikan secara random yang
menyimpang dari frekuensi gen yang ada sehingga mengubah frekuensi gen pada
generasi berikutnya.
Alel berasal dari kata Allelon yang bararti bentuk lain. Disebut juga versi
alternative gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel
adalah gen-gen yang letak lokus yang sama (bersesuaian) dalam kromosom
homolog. Bila dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah anggota dari
sepasang gen yang memiliki pengaruh yang berlawanan, jadi alel adalah gen-gen
yang terletak pada lokus yang sama dan memiliki pekerjaan yang sama atau
hampir sama. Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel maka
disebut alel ganda (Hartati dan Irawan, 2017).
Dewasa ini sudah jelas diketahui bahwa semua faktor yang terdapat pada
satu kromosom yang sama akan cenderung terpaut satu sama lain selama
pembelahan reduksi pada meiosis dan faktor-faktor itu dikatakan membentuk satu
pautan. Dengan demikian pautan (linkage) sesungguhnya merupakan keadaan
yang normal, faktor-faktor yang terdapat pada satu kromosom memang terangkai
satu sama lain (melalui ikatan kimia). Dalam hubungan ini pula jelas terlihat
bahwa jumlah pautan pada makhluk hidup diploid adalah sebanyak jumlah
pasangan kromosom. Temuan tentang adanya pautan ini pun pada dasarnya
mempertegas lagi konsepsi kita bahwa faktor-faktor gen adalah bagian dari
kromosom, dan dalam rumusan lain temuan ini memperkokoh teori pewarisan
kromosom. Fenomena pautan yang disadari oleh kenyataan bahwa faktor gen
adalah bagian dari kromosom, akan merupaka perangkat bagian dari alat evaluasi
kita terhadap hukum pemisahan Mendel dan Hukum Pilihan bebas Mendel
(Natsir, 2013).
Dasar genetik variasi sifat yang kompleks adalah tantangan utama bagi
biologi modern. Perdebatan lama mengenai apakah alel adalah umum atau langka,
loki sedikit atau banyak, efek kecil atau besar, interaksi aditif atau epistatik, dan
sebagainya, pertanyaan tentang kepentingan praktis untuk pertanian dan kesehatan
manusia, dan kepentingan mendasar untuk biologi evolusioner. Namun, relevansi
penelitian ini untuk memahami variasi adaptif tidak jelas, karena mereka hampir
secara eksklusif melibatkan sifat-sifat yang mungkin telah berada di bawah
stabilisasi atau pemilihan pemurnian. Memang, beberapa telah mengidentifikasi
alel umum efek utama (termasuk untuk sifat manusia seperti pigmentation. Di sini
kita mempertimbangkan, sifat sejarah kehidupan yang rumit yang memainkan
peran utama dalam adaptasi lokal untuk banyak spesies (Kerdaffrec dkk, 2016).
Penemuan varian genetik yang terkait dengan varian tanaman fenotipik
telah dipercepat melalui penggunaan pendekatan genetika maju dan mundur.
Kami sekarang memiliki database katalog ribuan varian genetik (alel) yang terkait
dengan fenotipe yang diinginkan dalam repositori plasma nutfah yang besar.
Informasi ini memberitahu kita bahwa alel yang diinginkan didistribusikan secara
tidak merata di seluruh koleksi plasma nutfah dan tidak merata di seluruh genom
tanaman. Tidak ada yang kurang dari sumber-sumber yang akan disediakan untuk
semua tanaman pangan di lingkungan yang berubah dengan cepat. Introgresi yang
terjadi pada kultivar inferior atau kultivaromioromik yang seimbang ke kultivar
elit secara rutin dilakukan dengan menggunakan strategi backcrossing penanda
(Yehan dkk, 2017).
Single nucleotide polymorphism (SNP) diplotypes orang tua berbeda
dalam hal tiga fitur: tingkat heterozigositas, genotipe di lokus homozigot, dan fase
hubungan antara lokus. Semua fitur ini memiliki konsekuensi untuk variabilitas
gamet yang dihasilkan oleh individu tertentu, dan dengan demikian untuk varians
di antara progeni dalam keluarga. Variasi genetik kecil di dalam keluarga
berkontribusi pada keseragaman fenotipik. Ketika genotipe bertahap tersedia,
dimungkinkan untuk mensimulasikan sampel besar populasi gamet kandidat
seleksi oleh mempertimbangkan rekombinasi di dalam kromosom
(Bonk dkk, 2016).
Genetika populasi adalah salah satu cabang ilmu genetika yang
mempelajari variasi genetik dalam suatu populasi. Cabang ilmu genetika ini
banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, khususnya kesehatan, pemuliaan,
dan konservasi. Genetika populasi mengenali arti penting dari sifat kuantitatif,
karena cara menentukan penyebaran alel tersebut dilakukan secara matematis.
Salah satu saja frekuensi dari suatu gen diketahui dapat digunakan untuk
memprediksi frekuensi gen yang lain. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam
mendiagnosa penyakit genetic. Frekuensi gen pada suatu populasi dapat berubah
apabila terdapat evolutionary forces, yaitu faktor-faktor yang berperan dalam
mengubah frekuensi alel dan genotip, antara lain mutasi, migrasi, perkawinan
tidak acak, genetic drift dan seleksi alam. Migrasi dan genetic drift diduga
menjadi faktor yang mengubah frekuensi alel dan genotip pada populasi
(Khoiriyah, 2014).
Variasi merupakan suatu fenomena umum yang terdapat pada suatu
populasi. Variasi di dalam populasi terjadi sebagai akibat adanya keragaman di
antara individu yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya perbedaan ciriciri
mengenai suatu karakter atau beberapa karakter yang dimiliki oleh individu-
individu di dalam populasi. Variasi yang dimiliki suatu populasi dengan populasi
yang lain bisa dan sering tidak sama. Ciri variasi dari suatu populasi dapat
menjadi ciri tertentu populasi tersebut yang membedakan populasi tersebut
dengan populasi yang lain dalam satu spesies. Besarnya variasi fenotipe
(morfologi) yang terlihat tidak berarti menggambarkan besarnya variasi di dalam
bahan genetik, karena variasi dalam fenotipe dipengaruhi juga oleh lingkungan.
Di lain pihak variasi di dalam bahan genetik tidak selalu diekspresikan (muncul)
dalam level fenotipe yang cukup bervariasi (hidden variation) karena beberapa hal
yaitu tidak semua bahan genetik diekspresikan, adanya regulator pengekspresian,
dan beberapa variasi dalam sekuens nukleotida menghasilkan produk (protein)
yang sama.
Golongan darah merupakan salah satu substansi genetik yang ada dalam
tubuh manusia. Masing-masing orang tua akan mewariskan salah satu alel
golongan darahnya kepada anak mereka. Ketika sejumlah gen asli mengalami
mutasi maka akan membentuk alel, jika mutasi berlangsung sekali maka jumlah
alel akan terbentuk berjumlah dua, namun apabila mutasi terjadi berulang-ulang
maka jumlah alel yang terbentuk lebih banyak sehingga disebut dengan alel
ganda. Sistem penggolongan darah juga berdasarkan pada pembentukan alel
ganda. Sejak sistem golongan darah AB0 diperkenalkan oleh Landsteiner pada
1901, diketahui bahwa masing-masing individu akan memiliki salah satu dari
empat golongan darah yang ada yakni golongan darah A, B, AB atau O. Secara
umum distribusi dari alel pada masing-masing tempat memiliki perbedaan yang
cukup signifikan
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Hari/tanggal : Jumat/19 Oktober 2018
Waktu : pukul 09.10 sd. 10.50 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lt. 2 Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Kaca Serum (1 Buah)
b. Jarum Lancet (1 Buah/Orang)
c. Pulpen (1 Buah)
2. Bahan :
a. Kertas HVS (1 Lembar)
b. Darah sendiri
c. Surum Anti A, B, dan C.
C. Prosedur Kerja :
1. Ambil setetes darah dari setiap rekan praktikan dari ujung jarinya
menggunkan jarum lancet steril.
2. Teteskan darah yang telah diambil dan letakkan diatas kaca serum A, B.
3. Teteskan antiserum A, B, pada darah.
4. Amati apakah ada atau tidak gumpalan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

NO
NAMA
Golongan Darah
1 AWAL NUR RAHMAT O
2 SYAMNURHA A
3 RISMA EVA CAHYANTI B
4 MASDI B
5 AYU WANDIRA A
B. Pembahasa
6 MAGHFIRAH SIR O
n
7 ALVINA YULIANTI TAN A
Pada
8 MEGA OCTAVIA BIRINGALLO B
praktikum kali
9 AISYAH ASMARA O
ini, kami telah
10 AUREL GABRIELLE SAMBO A
melakukan
11 ARI AFFANDY MAHYUDDIN O
pengamatan
12 ARNI PUTRI MERDEKA WATI A
terhadap berbagai
13 AIMAN MAKHSHUM O
golongan darah
14 UTHIYA LATHIFAH MUKRIMAH AB yang terdapat
15 IFFAH MASRURAH RAMADHANI B pada setiap
16 YURIKE TANDIALLA O individu yang
17 FAHDAH FAUZIAH B terdapat didalam
18 DIDIK IMAM SAKIRIN O kelas Biologi
19 OCTAVIA CISILIANA DEVI B Sains 2017.
20 AENUN JAMILUDDIN AB Darah dari setiap

21 ASTRI DWI ANUGRAH A anggota kelas

22 ANDI NISRINA WADI’AH AHDAR AB


diambil dan diuji
menggunkan
23 BAIQ ULYA SASTIKA B
24 MIFTAHUL JANNAH B
25 NIRMALA YUSUF B
26 ALFIQI DWIVA ANNISI A
serum darah A, B, O. Lanset berfungsi sebagai jrum untuk melukai ujung jari
pada tangan agar pembuluh kapiler pada darah terluka dan mengeluarkan darah.
Fungsi dari objeck glass pada serum darah adalah tempat meletakkan tetes darah
yang akan diuji menggunakan serum darah tersebut.
Praktikum alel ganda dilakukan untuk mengenal sifat keturunan pada
manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan
genotip golongan darah diri sendiri. Pada praktikum ini dilakukan tes golongan
darah pada 28 orang probandus yang merupakan mahasiswa kelas Pendidikan
Biologi B. Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah tiap-tiap
mahasiswa menggunakan jarum, selanjutnya darah yang telah diambil diletakkan
pada objeck glass kemudian diteteskan antiserum. Jika pada anti serum A terjadi
penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah
probandus adalah A. Jika pada anti serum A tidak terjadi penggumpalan
(aglutinasi) sedangkan anti serum B mengalami penggumpalan, maka golongan
darah probandus adalah B. Bila anti serum A dan anti serum B mengalami
penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila anti serum A dan
anti serum B tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus
adalah O.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh presentasi data kelas untuk
golongan darah berbeda-beda. Golongan darah B merupakan golongan darah yang
paling banyak dimiliki oleh probandus. Alel atau genotif dari probandus yang
bergolongn darah A adalah IAIA atau IAiO. Diketahui bahwa jumlah probandus
yang bergolongan darah A adalah 7 orang. Probandus yang bergolongan darah 0
dengan alel atau genotif yang bergolongan darah 0 adalah iOiO diperoleh data
sebanyak 7 orang dengan presentasi 4. Golongan darah B dengan alel atau genotif
yang bergolongan darah B adalah IBIB atau IBiO berjumlah 9 orang. Sedangkan
untuk golongan darah AB merupakan jenis golongan darah yang paling sedikit
atau minor dimiliki oleh probandus. Terbukti dari kegiatan percobaan atau
pengamatan yang telah dilakukan, jumlah probandus yang memiliki golongan
darah AB adalah 3 orang yang menandakan bahwa frekuensi golongan darah AB
sangat kecil, hal ini disebabkan karena dari perkawinan golongan darah AB
kemungkinan hanya lahir dari pasangan bergolongan darah A homozigot dengan
B homozigot, golongan darah AB dengan AB, Golongan darah A heterozigot
dengan B heterozigot, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk dihasilkan
golongan darah AB dari kemungkinan-kemungkinan perkawinan yang terjadi.
Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel, maka disebut
alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan darah pada manusia.
Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang memiliki sepasang
kromosom homolog, betapa banyakpun jumlah alel yang terdapat pada satu lokus
tersebut. Sejak sistem golongan darah AB0 diperkenalkan oleh Landsteiner pada
1901, diketahui bahwa masing-masing individu akan memiliki salah satu dari
empat golongan darah yang ada yakni golongan darah A, B, AB atau 0 (Basak,
2014). Secara umum distribusi dari alel pada masing-masing tempat memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Perkawinan endogami secara tidak langsung
dapat mempengaruhi genotipe dari masyarakat, gen-gen yang resesif akan lebih
mudah muncul dari perkawinan orang tua heterozigot. Endogami lokal biasa
terjadi pada masyarakat yang terisolasi secara fisik oleh adanya isolasi lingkungan
akibat kondisi geografis yang sulit dijangkau. Sehingga perkawinan hanya bisa
dilakukan dengan sesama anggota masyarakat dalam kelompok .

Golongan darah dapat ditentukan dengan cara darah ditetesi dengan serum
anti-A dan anti-B.Pada golongan darah A,  darah akan menggumpal ketika ditetesi
oleh serum anti-A. Ini dikarenakan golongan darah A memiliki aglutinogen A.
Pada golongan darah B, darah akan menggumpal ketika ditetesi oleh serum anti-
B. Ini dikarenakan golongan darah B memiliki aglutinogen B.Pada golongan
darah O, darah tidak akan mengumpal ketika ditetesi oleh serum anti-A dan serum
anti-B  karena golongan darah O tidak memiliki aglutinogen. Pada golongan darah
AB, darah akan menggumpal ketika di tetesi oleh serum anti-A dan anti-B, karena
darahnya mengandung aglutinogen A dan B.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam penurunan sifat golongan darah, masing-masing orang tua
memiliki peranan yang sama karena masing-masing orang tua akan
memberikan satu alel kepada anaknya
2. kemudian dua alel tersebut akan berpasangan membentuk golongan
darah anak.
B. Saran
Sebaiknya pratikan selanjutnya agar lebih memahami prosedur kerja selain itu
hendaknya Pratikan memperhatikan alat sebelum digunakan dan berhati-hati
menggunakannya sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Isah., Kurniadi, Edi., Carnia, Ema., Ula, Nurul. 2015. Representasi Mutasi
Kode Genetik Standar berdasarkan Basa Nukleotida. Jurnal Matematika
Integratif. Vol 11 (1): 25-26

Arumingtyas,Estri Laras. 2016. Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman


Ilmu Genetika. Malang: UB Media

Brash, Douglas E.2016. UV Signature Mutations. Photochem Photobiol. Vol 91


(1): 1:2

Campbell, Reece dan Mitchell. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Ehrenreich, Ian M. 2017. Epistatis: Searching for Interacting Genetic Variants.


Journal Genetics. Vol 206: 531

Hartati dan Ferry Irawan. 2017. Modul Genetika: Berbasis Pendekatan Saintifik.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Harris, Kelley. 2015. Evidence for Recent, Population-specific Evolution of the


Human Mutation Rate. Journal PNAS. Vol 112 (11): 3439

Human, Soeranto., Loekito, S., Trilaksono, M., Syaifudin, A. 2016. Pemuliaan


Mutasi Tanaman Nanas (Ananas comosus) menggunakan Iradiasi Gamma
untuk Perbaikan Varietas Nanas Smooth Cayenne. Jurnal Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi. Vol 12 (1): 14

Raditya, Ainur. 2016. Distribusi golongan darah ABO pada masyarakat Tengger.
Vol 5 (3). Surabaya: Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik Universitas Airlangga

Natsir, Nur Alim. 2013. Fenomena Pautan Kelamin pada Persilangan Drosophila
melanogaster Strain beserta Resiproknya. Jurnal Biology Science and
Education. Vol 2 (2): 160

Warmadewi, Dewi Ayu. 2017. Buku Ajar Mutasi Genetik. Denpasar: Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Alel Ganda”


yang disusun oleh :
nama : Didik Imam Sakirin
nim : 1714142003
kelompok : 5 (Lima)
kelas : Biologi Sains
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada asisten/koordinator asisten maka
dinyatakan diterima.
Makassar, September 2018
KoordinatorAsisten Asisten

Paewa Panennungi, S.pd Paewa Panennungi, S.pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hartati, S. Si, M.Si, Ph. D


NIP.19740405 200003 2 00

Anda mungkin juga menyukai