Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI DAN GENITALIA

“HUKUM MENDEL”

Disusun oleh : Kelompok 2

Syafrita Sundari Hasibuan : 1815301030

Juliana : 1815301031

Ramo Jingli Simbolon : 1815301046

Dosen pengampu : Elvina Sari Sinaga, SST, M.Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TA 2018/1019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT karena berkat rahmat nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang sederhana ini.Makalah ini kami selesaikan untuk
memenuhi tugas mata kuliah ;Biologi Reproduksi dan Genetika yang
berjudul “Hukum Mendel Dan Pewarisan Sifat”
            Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan ,untuk itu kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan yang akan datang sangat diharapkan. Dan kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2018

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Latar Belakang Hukum Mendel.................................................................3
2.2 Hukum Mendel 1.......................................................................................4
2.3 Hukum Mendel 11.....................................................................................5
2.4 Teori Pewarisan sifat.................................................................................8
2.5 Percobaan Mendel ....................................................................................9
2.6 Penyimpangan Semu hukum mendel.........................................................16
2.7 Hereditas Pada Manusia............................................................................28
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan................................................................................................35
3.2 Saran..........................................................................................................35

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya

'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua

bagian:

1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum

Pertama Mendel.

2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel,

juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi

bebas, yang telah di jabarkan oleh  Gregor Johann Mendel . Mendel

mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk

(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap

gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I,

dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai

dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,

tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1.2.1 Apa latar belakang teori mendel?

1.2.2 Apa bunyi hukum mendel I?

1.2.3 Apa bunyi hukum mendel II?

1.2.4 Apa teori pewarisan sifat?

1.2.5 Apa saja percobaan mendel?

1.2.6 Apa saja penyimpangan semu hukum mendel?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah IKD III (Kesehatan

Reproduksi), menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel.

b. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I.

c. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II.

d. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat.

e. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Hukum Mendel

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk

kepada keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan

disebuah biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum),

kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya

selama 12 tahun.

Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :

a. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok

b. Melakukan penyerbukan sendir

c. Mudah dilakukan penyerbukan silang

d. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat

e. Mempunyai keturunan banyak

Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap

pengamatannya adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan

percobaan. Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan

penyerbukan sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya

mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel

melakukan perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua

varietas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil

perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi.

3
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa

hipotesis, yaitu :

a. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor

keturunan, satu dari induk jantan dan satu induk betina.

b. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative

sesamanya, misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau

hijau. Kedua bentuk alternative ini disebut alel.

c. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor

dominasi akan menutup factor resesif.

d. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel

akan memisah secara bebas.

e. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

2.2 Hukum Mendel I (Hukum pemisahan/Segregation of allelic genes)

Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan:

“pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan

dipisahkan  dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan

monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada

karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel

resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,

misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari

luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).

4
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya

ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR

dalam gambar di bawah ini).

Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada

gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak

secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu

terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada

turunannya.

2.3 Hukum Mendel II (Hukum Pemilihan Bebas/Independent Assortment of

Geness)

(Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi).Pada

pembentukkan sel kelamin (gamet), alel mengadakan kombinasi secara bebas

sehingga sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam. Hukum ini

berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih

(polihibrid).

Persilangan yang hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat

seperti yang dilakukan oleh Mendel tersebut di atas dinamakan persilangan

monohibrid.  Mendel melakukan persilangan monohibrid  untuk enam macam

sifat lainnya, yaitu warna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning),

warna biji (hijau-kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji

(halus-keriput), dan letak bunga (aksial-terminal).

Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan

dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua macam sifat

5
seketika. Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai

berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa

tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika

tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh empat macam

individu generasi F2, masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput,

hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1.

Jika gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-

masing adalah gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan

keriput masing-masing adalah gen W dan gen w, maka persilangan dihibrid

terdsebut dapat digambarkan secara skema seperti pada diagram berikut ini.

P :         ♀  Kuning, halus            x           Hijau, keriput ♂

                        GGWW                               ggww  

Gamet  :               GW                                       gw 

                                                   ê

 F1 :                                  Kuning, halus     

                                                GgWw

   Menyerbuk sendiri  (GgWw  x   GgWw )

                                                   ê          

F2 :

Gamet ♂ GW Gw gW gw

Gamet ♀

6
GW GGWW GGWw GgWW GgWw

(kuning,halus (kuning,halus) (kuning,halus) (kuning,halus)

Gw GGWw GGww GgWw Ggww

(kuning,halus (kuning,keripu (kuning,halus) (kuning,keriput

) t) )

Gw GgWW GgWw ggWW ggWw

(kuning,halus (kuning,halus) (hijau,halus) (hijau,halus)

Gw GgWw Ggww ggWw ggww

(kuning,halus (kuning,keripu (hijau,halus) (hijau,keriput)

) t)

Dari diagram persilangan dihibrid tersebut di atas dapat dilihat bahwa

fenotipe F2 memiliki nisbah 9 : 3 : 3 : 1 sebagai akibat terjadinya segregasi gen

G dan W secara independen. Dengan demikian, gamet-gamet yang terbentuk

dapat mengandung kombinasi gen dominan dengan gen dominan (GW), gen

dominan dengan gen resesif (Gw dan gW), serta gen resesif dengan gen resesif

(gw). Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum pemilihan bebas (the

law of independent assortment) atau hukum Mendel II.

7
2.4 Teori Pewarisan Sifat

Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu

pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari

tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat

ditentukan oleh kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat  adalah

sebagai berikut :

1. Teori Embryo

Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang

menyatakan, bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini

diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang

mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang akan membentuk

embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung sama

dengan ovarium pada kelinci.

2. Teori Preformasi

Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang

menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating

sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya.

3. Teori Epigenesis Embriologi

Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang

menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan

kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola

perkembangan sebelumnya.

8
4. Teori Plasma Nutfah

Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang

menyatakan bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar

(lingkungan) terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi

berikutnya.

5. Teori Pengenesis

Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa

setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut

gemuia.

6. Teori Telegani

Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa

spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab

sebagai penurunan sifat.

2.5 Percobaan Mendel

1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda

a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh

Persilangan dua individu dengan satu sifat beda

menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan

salah satu sifat induknya. 

Perhatikan contoh persilangan berikut :

Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan

kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi.

Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang

9
diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek

dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan

berikut : 

Parental 1 : Kacang ercis Batang Kacang ercis Batang


>< 
(P1) : Tinggi Pendek

Genotipe : TT ><  tt

Fenotipe : Tinggi Pendek

Gamet : T dan T t dan t

Fenotipe : Batang
Filial (F1) : Tt
Tinggi

Parental 2 : Kacang ercis Batang Kacang ercis Batang


>< 
(P2) : Tinggi Tinggi

Genotipe : T  t T   t

Gamet : T dan t ><  T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : 

          Gamet
T T
Gamet

T TT (Tinggi)  .1 Tt (Tinggi)   .2

T Tt  (Tinggi)  .3 Tt (pendek)  .4

Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan

terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2

10
dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada

persilangan monohibrid dominan penuh adalah :

Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT :

Tt : tt = 1 : 2 : 1 

b. Persilangan Monohibrid Intermediet

Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni,

tetapi mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.

Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni

merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari

persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga  merah

muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan

sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah

muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat

dilihat sebagai berikut :

Tanamaman
P1 : ><  Tanaman berbunga putih
berbunga merah

Genotipe : MM ><                Mm

Gamet : M dan M           m dan m

Fenotipe : berbunga merah


F1 : Mm
muda

P2 : Mm (merah ><  Mm (merah muda)

11
muda)

Gamet : M dan m ><  M dan m

 Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 

       Gamet
M M
Gamet

MM Mm (merah
M
(Merah)              1 muda)         2

Mm (merah Mm
M
muda)    3 (putih)                     4

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid

intermediet adalah : merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan

Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 

2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)

Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih

menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe

tertentu. Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur

murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan galur murni yang

mempunyai biji keriput warna hijau.bulat dan kuning dominan terhadap

keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat

12
dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam kembali dan

dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2.

Keturunan kedua F2 yang diperoleh sebagai berikut. Persilangan

tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu

bentuk biji dan warna biji.

B = bulat, dominan terhadap keriput

b = keriput,

K = kuning, dominan terhadap hijau

k = hijau 

Perhatikan bagan persilangan  dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di

bawah :

Kacang ercis berbiji Kacang ercis berbiji


P1 : >< 
bulat warna kuning keriput warna hijau

Genotipe : BBKK ><  Bbkk

Gamet : BK dan BK ><  bk dan bk

Fenotipe : berbiji bulat


F1 : BbKk
warna kuning

P2 : BbKk ><  BbKk

Gamet : BK,B k,bK,bk ><  BK,Bk,bK,bk

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb : 

                Gamet BK Bk bK Bk
F2 :
Gamet

13
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4

Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8

bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12

Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang

mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :

1. bulat – kuning    = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13

2. bulat – hijau       = nomor : 6, 18, 1

3. keripit – kuing   = nomor : 11, 12, 15

4. keriput – hijau    = nomor : 16

Perbandingan Fenotipe F2 adalah :

bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau =

9:3:3:1

Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 

Kemungkinan
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
ke-

1 1 BBKK Bulat kuning

2 2, 5 BBKk Bulat kuning

3 3, 9 BbKK Bulat kuning

14
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning

5 6 BBkk Bulat hijau

6 8, 14 Bbkk Bulat hijau

7 11 bbKK Keriput kuning

8 12, 15 bbKk Keriput kuning

9 16 bbkk Keriput hijau

Perbandingan Genotipe nya :

BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk

1: 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1

3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)

Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda

yaitu :Batang tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang

pendek, biji keriput, warna biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah

: Bagan persilangan Trihibrid.

P1 :
TTKKBB                     >< Ttkkbb
:

Fenotip Pendek
Tinggi,kuning,bu
e:                     >< ,keriput
lat
,hijau

Genotip TKB                     >< Tkb

15
e

F1 TtKkBb

Fenotipe :

Tinggi,kuning,bulat

P2 TtKkB
     TtKkBb                     ><
b

Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,tK

b, tkB,tkb

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 

Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Macam Macam Perbandingan
Sifat Macam Individu
Genotipe Fenotipe Fenotipe F2
Beda Gamet F2
F2 F2

1 21 = 2 3 2 3:1 4

2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16

3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64

N 2n 3n 2n 4n

2.6 Penyimpangan Semu Hukum Mendel

16
Dalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan

perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida

menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil

persilangan Mendel dapat menghasilkan perbandingan individu yang tidak

tepat.

Pada persilangan dihibrida, dapat dihasilkan perbandingan yang

merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1 atau 9 : 7

atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti aturan

Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan

sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel. Penyimpangan tersebut terjadi

karena adanya beberapa gen yang saling memengaruhi dalam menghasilkan

fenotip.

Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti

prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut

meliputi:

a. Interaksi gen (Interaksi beberapa pasangan gen) Penelitian tentang adanya

interaksi gen ini ditemukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C.

Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen

tunggal pada autosom tetapi alel-alel dari gen yang berbeda dapat

berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip.

17
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger),

antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-;

jengger dengan belah atau tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger

berbentuk mawar atau gerigi (rose) dengan genotip Rpp, dan jengger

berbentuk sumpel (walnut), dengan genotip R-P-.

Pada persilangan ayam berpial rose (mawar) dengan ayam berpial

pea (biji), semua keturunan F1nya berpial walnut (sumpel). Agar lebih

memahaminya, perhatikanlah diagram persilangan berikut.

18
Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip baru

yaitu walnut atau sumpel. Apa yang menyebabkan terbentuknya pial

walnut? Pial walnut muncul karena interaksi 2 pasang alel (gen) yang

dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial walnut

dihasilkan 4 macam pial yaitu walnut, rose, pea, dan 1 pial yang baru yaitu

single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

Pial tunggal terjadi karena adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif.

b. Kriptomeri

Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri

dikatakan sebagai gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri

19
sendiri dan akan tampak pengaruhnya. Apabila bersama-sama dengan gen

dominan yang lainnya.

Peristiwa kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns

(Tahun 1912) setelah menyilangkan bunga Linaria marocanna berwarna

merah (Aabb), dengan bunga Linaria maroccana berwarna putih (aaBB).

Keturunan F1nya adalah bunga berwarna ungu (AaBb) yang berbeda

dengan warna dari bunga kedua induknya (yaitu merah dan putih). Rasio

fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih.

Gambar bunga Linaria marocanna (foto: linahdyt.blogspot.com)

Warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dalam

lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan

warna ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik

di dalam lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih.

Faktor A, apabila mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan

faktor a jika tidak ada antosianin dalam plasma sel. Faktor B apabila

kondisi basa dan b dalam kondisi asam.

20
Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b.

Oleh karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb

atau AAbb, sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan

aaBB atau aabb. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga

merah memiliki antosianin di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat

asam. Sedangkan bunga putih tidak memiliki antosianin di mana

lingkungan plasma sel bersifat basa. Apabila kedua tanaman tersebut

saling disilangkan, dapat dilihat pada diagram berikut.

c. Polimeri

Polimeri atau karakter kuantitatif adalah persilangan heterozigot

dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri, tetapi memengaruhi bagian

yang sama dari suatu organisme. Peristiwa polimeri ditemukan oleh Lars

21
Frederik Nelson dan Ehle, Setelah melakukan percobaan dengan

menyilangkan gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih.

Persilangan itu menghasilkan keturunan heterozigot berwarna

merah lebih muda bila dibandingkan dengan induknya yang homozigot

(merah). Oleh karena itu, biji merah bersifat dominan tidak sempurna

terhadap warna putih. Setelah generasi F1 disilangkan sesama, pada

generasi F2 diperoleh perbandingan fenotip 3merah : 1putih.

Contoh :

Gandum berbiji merah : M1M1M2M2 x Gandum berbiji putih :

m1m1m2m2

Dari hasil keturunan pada diagram di atas, banyaknya jumlah

faktor M memengaruhi warna bijinya. Semakin banyak faktor M yang

ada, warnanya semakin tua atau semakin gelap. Kapankah peristiwa

polimeri dapat terjadi? Peristiwa ini terjadi pada pewarisan, warna kulit

22
manusia. Warna kulit disebabkan oleh zat warna kulit (pigmen). Jika

faktor pigmen kulit manusia dilambangkan dengan P, genotip orang

berkulit putih p1p1 p2p2 p3p3.

Apabila pria kulit putih menikah dengan wanita kulit hitam

(negro), maka keturunan F1 akan mempunyai kulit mulad (coklat sawo

matang), yang berfenotip P1p1 P2p2 P3p3. Derajat kehitaman kulit

bergantung pada banyaknya faktor pigmen P.

d. Epistasis-hipostasis

Epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau

mengalahkan ekspresi gen lain yang tidak selokus (sealel). Hipostasis

adalah gen yang tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain yang tidak

selokus (yang bukan alelnya). Epistasis dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Epistasis Dominan

Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang

berwarna merah dengan umbi berwarna kuning. Gen A menyebabkan

umbi berwarna merah dan gen B menyebabkan umbi berwarna

kuning. Persilangan tersebut dapat dilihat di bawah ini.

23
Jika dilihat, hasil perbandingan fenotip F2 tersebut adalah 12

merah : 3 kuning : 1 putih. Angka perbandingan tersebut merupakan

variasi atau modifikasi dari perbandingan dihibrida 9:3:3:1.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan

bahwa epistasis dominan terjadi bila sebuah gen dominan

mengalahkan pengaruh gen lain yang bukan alelnya. Rumusnya

adalah gen A bersifat epistasis terhadap gen B dan b. Oleh karena itu,

meskipun dalam genotip terdapat gen B atau b, gen A tetap menutup

ekspresi dari gen B dan b.

2) Epistasis Resesif

Peristiwa ini terjadi jika gen resesif mengalahkan pengaruh

gen dominan dan resesif yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen aa

epistasis terhadap B dan b. Pada persilangan antara anjing berambut

emas dan anjing berambut coklat, dihasilkan keturunan F1 berambut

hitam. Beberapa gen yang berperan adalah gen B (menentukan warna

hitam), gen b (menentukan warna coklat), gen E (menentukan

keluarnya warna), dan gen e (menghambat keluarnya warna).

Peristiwa persilangannya dapat dilihat sebagai berikut.

24
Dari hasil penyilangan tersebut menunjukkan perbandingan

fenotip 9 hitam: 4 emas: 3 coklat. Oleh karena itu, rumus epistasis

resesif adalah aa epistasis terhadap B dan b. Dalam contoh ini, aa

adalah ee (menghambat keluarnya warna).

Gambar: Anjing dengan berbagai macam warna bulu

3) Epistasis dominan resesif

Epistasis dominan resesif merupakan peristiwa suatu gen

menghambat ekspresi fenotip yang disebabkan oleh gen mutan yang

bukan alelnya. Gen mutan tersebut bersifat menghambat, sehingga

disebut gen penghalang atau inhibitor atau gen suspensor.

Epistasis dominan resesif terjadi pada persilangan lalat buah

(Drossophila melanogaster). Gen P menentukan warna mata merah, gen

25
p menentukan warna mata ungu, gen S merupakan gen non-suspensor,

dan s merupakan gen suspensor. Berikut ini peristiwa persilangannya.

Perbandingan fenotipnya adalah 13 merah: 3 ungu. Rumus

epistasis dominan resesif adalah A epistasis terhadap B dan b serta bb

epistasis terhadap A dan a.

e. Gen-gen komplementer

Gen-gen komplementer merupakan interaksi antara gen-gen

dominan yang berbeda, sehingga saling melengkapi. Jika kedua gen

tersebut terdapat bersama-sama dalam genotip, maka akan saling

membantu dalam menentukan fenotip. Jika salah satu gen tidak ada, maka

pemunculan fenotip menjadi terhalang.

Apabila F1 (keturunan pertama) hasil perkawinan 2 orang yang

bisu tuli disilangkan dengan sesamanya, maka generasi atau keturunan F2

ada yang normal dan bisu tuli.

26
Dalam hal ini, gen T dan gen B tidak akan menunjukkan sifat

normal apabila kedua gen tersebut tidak terdapat bersama-sama dalam satu

genotip. Dengan demikian, jika hanya terdapat gen T tanpa gen B, atau

jika hanya terdapat gen B tanpa gen T maka akan tetap memunculkan sifat

bisu tuli. Rasio fenotip F2 yang dihasilkan adalah 9Normal : 7 bisutuli

f. Gen Dominan Rangkap

Gen dominan rangkap merupakan dua gen dominan yang

memengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Kedua gen itu

berada bersama-sama dan fenotipnya merupakan gabungan dari kedua sifat

gen-gen dominan tersebut.

27
Contoh : Pada persilangan tanaman Bursa sp. yang berbuah oval

dengan tanaman Bursa sp. yang berbuah segitiga, dihasilkan keturunan

pertama (F1) yaitu tanaman Bursa sp. semua berbentuk oval.

Untuk mengetahui hasil keturunan F2, cermatilah diagram dibawah ini :

g. Atavisme

Pial walnut dihasilkan dari persilangan ayam berpial rose dan pea.

Pial pea dikatakan menghilang dan muncul sifat di luar induknya. Setelah

ayam berpial walnut disilangkan sesamanya, dihasilkan 4 macam pial yaitu

rose, pea, walnut, dan single. Pada peristiwa ini, pial rose dan pea muncul

kembali setelah menghilang pada keturunan pertama. Charles Darwin,

peristiwa munculnya kembali sifat keturunan pada generasi berikutnya

setelah sempat menghilang ini disebut atavisme.

Atavisme juga terjadi pada burung merpati (Columba livia) India.

Hasil perkawinan antara sesama merpati berekor seperti kipas, akan

28
menghasilkan merpati berekor lurus. Merpati berekor seperti kipas muncul

kembali setelah perkawinan antara sesame merpati berekor lurus.

Sumber: BSE SMA/MA Kelas XII, Siti Nur Rochmah, dkk, Pusat

Perbukuan Depdiknas, 2009.

2.7 Hereditas pada Manusia

Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan

sifat/kelainan pada manusia. Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi

dua, yaitu sifat yang terpaut koromosom tubuh (autosomal), dan sifat yang

terpaut kromosom sex (gonosomal). Sifat yang autosomal manifestasinya

dapat muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sedangkan sifat

yang gonosomal manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya

muncul pada anak laki-laki saja atau perempuan saja.

2. Sifat/Cacat Menurun Autosomal

Beberapa sifat/cacat menurun yang terpaut pada kromosom tubuh

(autosom) antara lain sebagai berikut:

a. Albinisme

Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak

mempunyai tirosin yang akan diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya

alis, rambut, dan kulit tampak putih (albino), dan matanya peka terhadap

cahaya. Gen penyebab albino bersifat resesif, sedangkan alel dominannya

mengendalikan sifat normal. Seorang anak albino lahir dari pasangan

suami isteri yang masing-masing membawa gen albino (carrier).

29
P    :    Aa        x      Aa

F   :   AA : normal 2 Aa : normal (carrier) aa : albino

b. Thalasemia

Thallasemia merupakan kelainan dimana sel darah merah

seseorang berbentuk tidak beraturan, kadar Hb sedikit sehingga

penderita sering kekurangan oksigen (hipoksemia). Cacat ini

disebabkan oleh gen dominan.

Ada dua jenis thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan

thallasemia minor (Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor

semua berbentuk tidak beraturan dan umumnya lethal. Sedangkan pada

penderita thallasemia minor sebagian sel darah merahnya berbentuk tak

beraturan. Penderita bisa bertahan hidup dengan melakukan transfusi

regular.

Penderita thallasemia mayor lahir  dari perkawinan antar

penderita thallasemia minor.

  P    :     Thth    x    Thth

F    : ThTh : thallasemia mayor 2Thth : thallasemia minor thth  : normal

c. Golongan Darah

Ada banyak klasifikasi golongan darah, diantaranya adalah

golongan ABO, Rhesus, dan MN. Dua yang pertama memiliki nilai

medis, sedang yang terakhir tidak. Ketiga golongan tersebut ditemukan

oleh K. Landsteiner.

30
 Golongan ABO

Golongan ini membagi golongan darah menjadi empat, yaitu

A, B, AB, dan O, didasarkan pada adanya jenis antigen tertentu pada

sel darah yang disebut isoaglutinogen. Susunan genotif dan

kemungkinan gamet yang dibentuk dapat dilihat pada tabel berikut.

Golongan darah ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB,

dan IO. IA dan IB kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO.

Contoh: perkawinan antara pria golongan A heterozigot

dengan wanita B heterozigot.

P    :    IAIO        x        IBIO

G    :    IA , IO          IB , IO

F    :    IAIB    : golongan AB

        IAIO    : golongan A

       IBIO    : golongan B

     IOIO    : golongan O

 Golongan Rhesus

Golongan ini dinamakan berdasar nama kera dari India,

Macacus rhesus, yang dulu sering digunakan untuk mengetes darah

orang.

Golongan darah ini ada dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -.

Susunan genotif dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel

berikut.

31
Golongan Rhesus ini memiliki arti penting pada perkawinan.

Bila seorang pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus -,

kemungkinan anaknya menderita eritroblastosis fetalis (penyakit

kuning bayi).

Contoh : perkawinan antara pria Rh + dengan wanita Rh -

P    :    pria Rhesus +        x         wanita Rhesus –

                        RhRh                    rhrh

G    :        Rh                        rh

F    :    Rhrh  Rhesus +    (eritroblastosis fetalis)

 Golongan MN

Golongan ini tidak memiliki nilai medis karena hanya

dijumpai antigen penentu golongan dalam eritrosit dan tidak

dijumpai antibodi dalam plasma. Golongan ini dikendalikan oleh gen

IM dan IN kodominan satu sama lain. Susunan genotif dan

kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel berikut.

Contoh: perkawinan antara pria golongan M (homozigot)

dengan wanita golongan N (homozigot)

P    :    pria golongan M        x    wanita golongan N

           IMIM                    ININ

G    :        IM                    IN

F    :        IMIN    : golongan MN

32
2. Sifat/Cacat Menurun Gonosomal

Sifat yang diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan

menjadi dua, yaitu terpaut kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen

yang terpaut kromosom X dapat diturunkan pada anak perempuan dan

anak laki-laki, tetapi fenotif yang muncul bergantung pada susunan

genotifnya. Sedangkan gen yang terpaut kromosom Y hanya diturunkan

pada anak laki-laki.

A. Cacat menurun yang terpaut kromosom X

Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X adalah hemofili dan

butawarna.

a. Hemofili

Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit

untuk membeku. Penyakit ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat

normal dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal memiliki dua gen

H pada masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat

gen h, wanita ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili

(carrier).

Bila pada kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut

menderita hemofili dan umumnya lethal. Pria menderita hemofili bila pada

kromosom X-nya terdapat gen h, dan normal bila terdapat gen H. Seorang

anak laki-laki hemofili dapat lahir dari ibu carrier.

Menurut sejarah, wanita pertama carrier hemofili adalah Ratu

Victoria. Disebut pertama karena silsilah di atas Ratu Vicotria tidak

33
diketahui. Pangeran Andrew mewarisi gen ini dari ibunya dan meninggal

saat kecelakaan dengan luka yang tidak seberapa parah.

P    :    pria normal    x     wanita carrier

 XHY                   XHXh

G    :     XH, Y               XH, Xh

F  :   XHXH    : wanita normal XHY    : pria normal

          XHXh     : wanita normal carrier       Xhy   : pria hemofili

b. Butawarna (colorblind)

Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa

membedakan warna. Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan

hijau (dikromatis). Sedangkan pada butawarna total orang tidak bisa

melihat warna. Kelainan ini juga disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat

normal dikendalikan gen dominan C.

Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna

yang menikah dengan wanita carrier.

P    :    pria butawarna        x        wanita carrier

        XcY                                 XCXc

G    :     Xc, Y                            XC, Xc

F : XCXc : wanita normal carrier XcXc : wanita butawarna XCY :

prianormal XcY : pria butawarna

34
B. Cacat menurun yang terpaut kromosom Y

Gen-gen yang terpaut pada kromosom Y hanya diwariskan pada anak

laki-laki, oleh karena itu sering disebut sebagai gen holandrik.

Contoh dari cacat yang terpaut kromosom Y adalah: hypertrichosis,

hystrixgraviour, dan webbedtoes. Ketiganya disebabkan oleh gen resesif :

 Hypertrichosi

Gen ht yang terdapat pada kromosom Y menyebabkan tumbuhnya

rambut di tepi daun  telinga. Kelainan seperti ini banyak dijumpai pada

para pria Pakistan.

P  :   XYht   x    XX

F   :   XYht   : laki-laki hypertrichosis dan XYht    : laki-laki hypertrichosis

 Hystrixgraviour

Kelainan ini disebabkan oleh gen hg yang menyebabkan

tumbuhnya rambut panjang dan kaku di seluruh tubuh (penyakit bulu

landak). Sifat normal dikendalikan gen Hg.

 Webbedtoes

Merupakan kelainan dimana pada jari terutama kaki tumbuh

selaput seperti kaki katak. Penyebabnya adalah gen wt, sedangkan sifat

normal dikendalikan gen Wt.

35
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam

karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri

dari dua bagian:

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai

Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas

(independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua

Mendel.

3.2 Saran

Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena

apabila salah menyilangkan , maka akan salah pula hasil persilangannya.

Mengingat materi pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupan

mendatang, maka disarankan kepada seluruh siswa agar rajin

mempelajarinya.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pewarisan_Mendel

http://pengetahuan-olandsky.blogspot.com/2013/04/bunyi-hukum-mendel-i-dan-

ii.html

http://www.pintarbiologi.com/2014/11/penyimpangan-semu-hukum-mendel.html

http://www.materisma.com/2014/11/penjelasan-penyimpangan-semu-hukum-

mendel.html

37

Anda mungkin juga menyukai