Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

INTERAKSI GEN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Genetika

Dosen Pengampu: Vifty Octanarlia Narsan, M.Pd.

Disusun:
Kelompok 6
1. Khul Watunnisa (1901082006)
2. Lidya Cindy Lestari (1901080016)
3. Zulikah Kurniati (1901081041)
Kelas B

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

i
JURUSAN TADRIS BIOLOGI
2022

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “INTERAKSI GEN” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata
Kuliah Genetika. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Vifty Octanarlia Narsan, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Genetika di
Institut Agama Islam Negeri Metro, yang telah memberi bantuan, masukan,
dan dukungan terkait penyusunan makalah ini,
2. Orang tua penyusun makalah yang telah memberi dorongan serta motivasi
dalam penyelesaian makalah ini,
3. Serta rekan-rekan yang telah mendukung penyusunan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
pada makalah penulis dimasa yang akan datang. Untuk itu, penulis ucapkan terima
kasih sebanyak-banyaknya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Metro, 19 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Penyimpangan Hukum Mendel.............................................................3
B. Interaksi Gen.........................................................................................6
C. Macam-macam Interaksi Gen.............................................................14
1. Atavisme.........................................................................................14
2. Kriptomeri......................................................................................15
3. Epistasis-Hipostasis........................................................................16
4. Polimeri..........................................................................................19
5. Komplementer................................................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................22
B. Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
LAMPIRAN.......................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Mendel II menyatakan adanya pengelompokkan gen secara
bebas. Seperti telah diketahui, persilangan antara dua individu dengan satu
sifat beda (monohibrid) akan menghasilkan rasio genotipe 1 : 2 : 1 dan rasio
fenotipe 3:1. Sementara itu, persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)
menghasilkan rasio fenotipe 9 : 3 : 3 : 1, hanya berlaku apabila kedua pasang
gen yang mewarisi kedua pasang sifat tersebut masing-masing terletak pada 2
kromosom yang berlainan, dan masing-masing mengekspresikan sifatnya
sendiri. Beberapa cara penurunan tak mengikuti hukum ini, mengingat bahwa
pengawasan suatu sifat kadang-kadang tidak dilakukan oleh suatu pasang gen
saja, tetapi oleh dua pasang atau lebih gen yang mengadakan interaksi
(kerjasama). Dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Pada 1906, W. Batenson dan R. C. Punnet menemukan bahwa pada
persilangan F2 dihasilkan rasio fenotipe 14 : 1 : 1 : 3. Mereka menyilangkan
kacang kapri berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong dengan kacang
kapri berbunga mearah yang serbuk sarinya bundar. Rasio fenotipe dari
keturunan ini menyimpang dari hukum mendel yang seharusnya pada
keturunan kedua (F2), perbandingan fenotipenya 9 : 3 : 3 : 1.
Pada 1910, seorang sarjana Amerika yang bernama T. H. Morgan
dapat memecahkan misteri tersebut. Morgan menemukan bahwa kromosom
mengandung banyak gen dan mekanisme pewarisannya menyimpang dari
hukum Mendel. Hingga saat ini, telah diketahui bahwa lalat buah memiliki
kira-kira 5000 gen, padahal lalat buah hanya memiliki 4 pasang kromosom
saja. Sepasang di antaranya memiliki ukuran kecil sekali, menyerupai dua
buah titik. Jadi, dalam sebuah kromosom tidak terdapat sebuah gen saja
melainkan puluhan, bahkan ratusan gen.

1
Pada umumnya gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk
menumbuhkan karakter, tetapi ada beberapa genyang berinteraksi atau
menumbuhkan karakter. Gen tersebut mungkin terdapat pada kromosom yang
sama atau pada kromosom yang berbeda. Interaksi antar gen akan
menimbulkan perbandingan fenotipe keturunan yang menyimpang dari
hukum Mendel, keadaan ini disebut penyimpangan hukum Mendel.
Menurut mendel, perbandingan fenotipe F2 pada persilangan dihibrid
adalah 9:3:3:1. Apabila terjadi penyimpangan hukum Mendel, perbandingan
fenotipe dapat menjadi 9:3:4, 9:7 atau 12:3:1. Perbandingan tersebut
merupakan modifikasi dari 9:3:3:1.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
penyusun merumuskan beberapa permasalahan berikut:
1. Apa pengertian dari penyimpangan Hukum Mendel?
2. Apa yang dimaksud dengan interaksi gen?
3. Apa saja macam-macam interaksi gen?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini ialah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyimpangan pada Hukum Mendel.
2. Untuk mengetahui pengertian dari interaksi gen.
3. Untuk mengetahui macam-macam interaksi gen.

1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyimpangan Hukum Mendel


Penyimpangan Hukum Mendel dikenalkan oleh Gregor Johann
Mendel, bapak genetika dunia. Istilah penyimpangan ini berawal dari
ditemukannya sifat-sifat menyimpang dari persilangan yang seharusnya. Ada
penyimpangan semu Hukum Mendel dan penyimpangan Hukum Mendel.
Sebelumnya, Mendel mampu merumuskan perbandingan keturunan hasil
persilangan monohibrid (satu sifat beda) dan dihibrid (dua sifat beda), yaitu
sebagai berikut :
1. Filial 2 (F2) monohibrid memiliki perbandingan fenotip 3 : 1.
2. Filial 2 (F2) dihibrid memiliki perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Tetapi dari perbandingan tersebut ternyata muncul suatu permasalahan
yang kemudian melatarbelakangi tercetusnya penyimpangan Hukum Mendel.
Hasil persilangan yang masih mengacu pada perbandingan Mendel disebut
sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel, sedangkan hasil persilangan
yang jauh berbeda dengan hasil perbandingan Mendel disebut penyimpangan
Hukum Mendel. Tapi, keduanya tetap termasuk dalam penyimpangan Hukum
Mendel. Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu bentuk
persilangan yang dapat menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan
dasar dihibrid berdasarkan hukum Mendel.1
Penyimpangan semu pada hukum Mendel terjadi karena adanya
interaksi antaralel dan interaksi genetik.
1. Interaksi Antaralel
Penyimpangan semu pada Hukum Mendel oleh peristiwa interaksi
antaralel ada empat macam, yaitu kodominan, dominansi tak penuh, alel
ganda, dan alel letal.

1
Yunus Effendi, Buku Ajar Genetika Dasar, (Magelang: Pustaka Rumah Cinta. 2020), 54.

3
1. Kodominan
 Terjadi ketika dua alel dari suatu gen yang diekspresikan secara
bersama-sama menghasilkan fenotip berbeda pada individu
bergenotip heterozigot.
 Tidak memiliki hubungan dominan dan resesif.
 Perbandingan fenotip F2 adalah 1 : 2 : 1.
Contoh:
Pada alel-alel yang mengatur golongan darah sistem MN pada manusia.
Ketika gen LM dan gen LN bersama-sama membentuk genotip
heterozigot, maka muncul fenotip golongan darah MN (bukan salah
satu dari golongan darah M atau N).
Genotipe Jenis Gamet Fenotipe
L M LN L M dan LN Golongan darah MN
M
L L
M
L
M
Golongan darah M
LN L N LN Golongan darah N
Tabel 1. Genotip, Jenis Gamet, dan Fenotip pada Golongan Darah Sistem MN
2. Intermediet
 Terjadi ketika alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif
sehingga menghasilkan fenotip lain (campuran) pada individu
bergenotip heterozigot.
 Perbandingan fenotip F2 adalah 1 : 2 : 1.
Contoh:
Pada persilangan dua jenis bunga pukul empat merah (MM) dan putih
(mm) menghasilkan individu bersifat intermediet berwarna merah
muda.
3. Alel Ganda
 Gen memiliki lebih dari dua alel.
 Dapat menyebabkan polimorfisme atau bertambahnya fenotip
sehingga meningkatkan keanekaragaman pada populasi.

4
Contoh:
Pada golongan darah sistem ABO pada manusia memiliki alel I A, I B,
dan I O dengan genotip I A I A dan I A I O untuk golongan darah A, genotip
B B B O A B
I I dan I I untuk golongan darah B, genotip I I untuk golongan
darah AB, dan genotip I O I Ountuk golongan darah O.
4. Alel Letal
 Alel yang menyebabkan kematian pada individu yang memilikinya
 Dibedakan atas alel letal dominan (jika memiliki genotip homozigot
dominan), alel letal resesif (jika memiliki genotip homozigot
resesif), dan alel subletal (jika memiliki genotip hetererozigot).
Contoh:
Alel letal dominan contohnya pada persilangan sesama ayam
creeper (Cc) yang mengalami cacat kaki menghasilkan telur yang bisa
menetas menjadi ayam hanya 75% karena 25% mengalami kematian
sebelum menetas.2
Sedangkan alel letal resesif dapat dijumpai pada tanaman
jagung, yaitu gen G sebagai pembentuk klorofil dan gen g yang
menyebabkan tidak terbentuknya klorofil jika bersifat homozigotik. Jika
tanaman jagung bergenotipe Gg disilangkan dengan sesamanya,
diperoleh perbandingan fenotip 75% berdaun hijau : 25% berdaun
putih. Tanaman berdaun putih dengan akar yang belum sempurna hanya
mampu bertahan selama 14 hari saja, yaitu dengan menerima makanan
dari endospermnya (putih lembaga).3

2. Interaksi Genetik
2
Harianto Baharuddin, Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat Makhluk Hidup, (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020), 15.
3
Nanang Ajim, “Gen Letal Dominan dan Resesif” dalam
https://www.mikirbae.com/2016/03/gen-letal-dominan-dan-resesif.html, 2016, (diakses pada
tanggal 21 April 2022).

5
Interaksi gen pertama ditemukan oleh William Bateson (1861-
1926) dan R.C. Punnet pada tahun 1906. Setiap gen memiliki pengaruh
sendiri untuk menumbuhkan karakter (sifat). Namun ada juga beberapa
gen yang bekerja saling berinteraksi atau saling mempengaruhi dalam
menghasilkan karakter atau fenotip.4
Penyimpangan semu pada Hukum Mendel oleh peristiwa interaksi
genetik ada 5 (empat) macam, yaitu atavisme, epistasis-hipostasis,
polimeri, kriptomeri, dan komplementer.

B. Interaksi Gen
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap Hukum Mendel
yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan
fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang
gen non-alelik. Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi
secara genetik. Selain mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena
adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu
terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe,
tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau
interaksi dua pasang gen non-alelik. Peristiwa semacam ini dinamakan
interaksi gen.5 Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W.
Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk
jengger ayam.

4
Elya Nusantari, Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah & Komprehensif, (Yogyakarta:
Deeppublish, 2015), 188.
5
Suryo, Genetika Manusia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001), 87.

6
Gambar 1. W. Bateson dan R.C. Punnet
(Sumber: Cambridge Digital Library)

Fenotipe adalah hasil produk gen yang dibawa untuk diekspresikan ke


dalam lingkungan tertentu.6 Lingkungan ini tidak hanya meliputi berbagai
faktor eksternal seperti: temperatur dan banyaknya suatu kualitas cahaya.
Sedangkan faktor internalnya meliputi: Hormon dan enzim. Gen merinci
struktur protein. Semua enzim yang diketahui adalah protein. Enzim
melakukan fungsi katalis, yang menyebabkan pemecahan atau penggabungan
berbagai molekul. Semua reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel merupakan
persoalan metabolisme. Reaksi-reaksi ini merupakan reaksi pengubahan
bertahap satu substansi menjadi substansi lain, setiap langkah (tahap)
diperantarai oleh suatu enzim spesifik. Semua langkah yang mengubah
substansi pendahulu (precursor) menjadi produk akhir menyusun suatu jalur
biosintesis. Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan
protein enzim yang mengkatalis langkah-langkah dalam suatu jalur bersama.

Berikut ini merupakan tipe-tipe dari interaksi gen:


1. Interaksi Intra Alelik
Interaksi intra alelik adalah interaksi pada alel pada lokus yang sama. Alel
dominan untuk interaksi dari alel resesif, sebagian atau penuh. Berikut ini
adalah peristiwa intra alelik: 
a. Dominan Sempurna

6
William D. Stansfield, Genetika Edisi kedua (Jakarta: Erlangga, 1991), 66.

7
Peristiwa dominansi dimana sifat dominan untuk sempurna sifat
resesifnya meskipun dalam kondisi heterozigot.
b. Dominan Tidak Sempurna
Dominasi tidak sempurna terjadi apabila suatu gen dominan tidak
menutupi pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada
individu heterozigot akan muncul sifat antara (intermediet).
c. Kodominan
Kodominan tidak memunculkan sifat antara pada individu heterozigot,
tetapi menghasilkan sifat yang merupakan hasil ekspresi masing-masing
alel. Contoh: Misalkan M (Merah) dan m (Putih) Parental.
d. Gen Letal
Alel Letal merupakan alel yang dapat mengakibatkan kematian pada
individu homozigot (embrio).
e. Gen ganda
Alel ganda merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu
gen. Alel ganda hanya dapat dipelajari pada populasi. Contoh: Sterilitas
jantan pada tanaman tembakau
2. Interaksi Inter Alelik
Interaksi inter alelik adalah interaksi antar alel pada lokus yang berbeda,
gen pada satu lokus mempengaruhi ekspresi dari lokus lain atau gen pada
satu lokus berinteraksi dengan gen pada lokus lain. Interaksi di antara
lokus-lokus tersebut akan mengubah pola distribusi dalam populasi F2.
Suatu gen atau lokus yang menekan atau tersembunyi kerja suatu gen pada
lokus lain epistasis. Gen atau lokus yang ditekan disebut hipostasis.
Epistasis yang terjadi pada dua lokus gen, jumlah fenotip yang muncul
pada keturunan dari indukinduk dihibrida akan kurang dari empat.
a. Kodominan
Dua alel menghasilkan produk berbeda yang kerjanya berlainan yang
dapat diketahui pada keadaan heterozigot.
b. Epistasis Dominan

8
Epistasis dominan terjadi dimana dua pasang gen dominan mengatur
sifat-sifat yang sama tetapi satu alel dominan pada satu lokus dapat
menghasilkan fenotip tertentu tidak tergantung gen pada lokus lain baik
dominan atau resesif, jadi epistatik terhadap gen lain atau menutup efek
gen lain.
c. Epistasis Resesif
Epistasis resesif adalah sutau keadaan, kedua pasang gen dominan
lengkap tetapi gen resesif (missal cc) pada satu lokus (lokus A)
menekan kenampakan alel pada lokus lain (lokus B).

Interaksi gen ada 5 macam, yaitu: Atavisme, Polimeri, Kriptomeri,


Epistasis-hipostasis, dan Komplementer.
1. Atavisme
Atavisme adalah interaksi antar gen berbeda alel yang
menghasilkan filial atau keturunan dengan fenotip yang berbeda dari
induknya. Peristiwa interaksi gen berupa atavisme pertama kali
dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati
pola pewarisan bentuk jengger ayam. Karakter jengger tidak hanya diatur
oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Dalam hal ini
terdapat empat macam bentuk jengger ayam yaitu rose, pea, walnut, dan
single.
Persilangan ayam berjengger rose dengan ayam berjengger pea
menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali
berbeda dengan bentuk jengger kedua induknya. Ayam hibrid (hasil
persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila
ayam berjengger walnut disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh
generasi F2 dengan rasio fenotipe walnut : rose : pea : single = 9:3:3:1.
Dari rasio fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe
yang sebelumnya tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger single.
Munculnya fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut, mengindikasikan

9
adanya keterlibatan dua pasang gen non-alelik yang berinteraksi untuk
menghasilkan suatu fenotipe. Kedua pasang gen tersebut masing-masing
ditunjukkan oleh fenotipe rose dan fenotipe pea.
Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe
rose adalah R, sedangkan gen untuk fenotipe pea adalah P, maka keempat
macam fenotipe tersebut masing-masing dapat dituliskan sebagai R-pp
untuk rose, rrP- untuk pea, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk single.
Selain itu, biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang
nampak pada suatu individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal,
misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih oleh gen r, buah bulat
oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tinggi oleh gen T,
batang pendek oleh gen t, dan lain-lain.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita
mengetahui bahwa cara diwariskannya sifat keturunan tidak mungkin
diterangkan dengan pedoman tersebut di atas, karena sulit sekali
disesuaikan dengan hukum-hukum Mendel.
Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil
percobaan Wiliam Bateson dan R.C. Punnet yang telah dibicarakan
sebelumnya di atas. Mereka mengawinkan berbagai macam ayam negeri
dengan memperhatikan bentuk jengger di atas kepala. Ayam Wyandotte
mempunyai jengger tipe rose, sedang ayam Brahma berjengger tipe pea.
Pada waktu dikawinkan ayam berjengger rose didapatkan ayam-ayam F1
yang kesemuanya mempunyai jengger bersifat walnut. Mula-mula dikira
bahwa jengger tipe walnut ini intermediet. Tetapi yang mengherankan
ialah bahwa pada waktu ayam-ayam walnut itu dibiarkan kawin
sesamanya dan dihasilkan banyak ayam-ayam F2 maka perbandingan
9:3:3:1 nampak dalam keturunan ini. Kira-kira 9/16 bagian dari ayam-
ayam F2 ini berjengger walnut, 3/16 rose, 3/16 pea dan 1/16 single.
Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi
(saling pengaruh) antara gen-gen. Adanya 16 kombinasi dalam F2

10
memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda ikut
menentukan bentuk dari jengger ayam. Sepasang gen menentukan tipe
jengger rose dan sepasang gen lainnya untuk tipe jengger pea. Sebuah
gen untuk rose dan sebuh gen untuk pea mengadakan interaksi
menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat pada ayam-ayam F1.
Jengger rose ditentukan oleh gen dominan R (berasal dari rose), jengger
pea oleh gen dominan P (berasal dari pea). Karena itu ayam berjengger
rose homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger
pea homozigot mempunyai genotip rrPP. Perkawinan dua ekor ayam ini
menghasilkan F1 yang berjengger walnut (bergenotip RrPp) dan F2
memperlihatkan perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.7

2. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak
tampak pengaruhnya bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya
bila ada faktor lain yang menyertainya. Dengan kata lain bahwa
kriptomeri adalah peristiwa dimana suatu faktor dominan baru nampak
pengaruhnya bila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan
alelnya. Kriptomeri memiliki ciri khas ada karakter baru muncul bila ada
2 gen dominan bukan alel berada bersama. Faktor dominan ini seolah-
olah sembunyi (kriptos). Jadi faktor yang tersebunyi tersebut adalah
faktor kriptomer. Interaksi bentuk kriptomeri sifatnya menyembunyikan
karakter yang terdapat pada leluhur (=atavisme).
Correns (1913) menyilangkan bunga Linaria marrocana
berbunga Merah dengan berbunga Putih, dimana masing-masing berasal
dari keturunan murni. Warna pada bunga hanya akan muncul, jika kedua
gen penghasil pigmen warna, yaitu A dan B muncul. Jika salah satu dari

7
Nusy Figer, “Interaksi Gen” dalam
https://www.academia.edu/27887346/makalah_interaksi_gen, 2010, (diakses pada
tanggal 18 April 2022)

11
kedua gen tersebut tidak muncul maka bunga menjadi tidak berwarna
(putih) karena enzim penghasil pigmen tidak aktif.
Dimana:
A = ada pigmen warna anthosianin
B = protoplasma basa
a = tak ada pigmen warna anthosianin
b = protoplasma tidak basa

3. Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis pertama kali ditemukan oleh Nelson dan
Ehle. Epistasis dan hipostasis adalah salah satu bentuk interaksi antar
gen. Pada peristiwa ini suatu gen akan menutupi gen lain yang bukan
alelnya. Gen yang menutup gen lainnya disebut epistasis dan gen yang
tertutup itu disebut hipostasis.
Peristiwa ini terjadi baik pada tumbuhan, hewan, maupun
manusia. Pada tumbuhan, peristiwa epistasis dan hipostasis dijumpai
pada warna kulit gandum dan warna kulit labu squash, sedangkan pada
hewan dapat dijumpai rambut mencit. Pada manusia, peristiwa tersebut
juga dapat dijumpai misalnya pada warna mata.8 Interaksi gen ini bisa
berupa gen-gen dominan (epistasis dominan), dan jika interaksi terjadi
antar gen-gen resesif (epistasis resesif).9 Interaksi gen ini dibedakan atas
epistasis dominan, epistasis resesif, dan epistasis dominan rangkap.10

4. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif
(saling menambah). Gen yang menumbuhkan suatu karakter polimeri
8
Any Suhaeny, “Modul Belajar Mandiri: Genetika dan Pewarisan Sifat” dalam https://cdn-
gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Biologi/Perpembelajaran/BIOLOGI-PB4.pdf, 2021, (diakses pada
tanggal 18 April 2022), 105.
9
Wirda Hanim, dkk, Interaksi Gen, Makalah Genetika, (Fakultas Teknik, Universitas Samudra,
Aceh, 2016), 3.
10
Harianto Baharuddin, Modul Tema 15., 20.

12
biasanya lebih dari dua, sehingga disebut karakter gen ganda. Polimeri
pertama kali dikemukakan oleh H. Nilson Ehle pada tahun 1813 di
Swedia dalam percobaannya dengan menyilangkan Triticum vulgare
berbiji merah homozigot dengan Triticum vulgare berbiji putih
homozigot, menghasilkan keturunan F1 dengan biji berwarna merah
muda. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan F2 yang terdiri atas
Triticum vulgare berwarna merah beraneka ragam dan putih dalam
perbandingan 15 : 1.
Untuk memahami peristiwa tersebut Nielson Ehle melakukan
percobaan persilangan pada jenis gandum, yaitu gandum bersekam merah
dengan gandum bersekam putih. Misalnya genotipe gandum berwarna
merah adalah M1M1M2M2, sedangkan genotip gandum berwarna putih
adalah m1m1m2m2.11

11
Elya Nusantari, Genetika: Belajar Genetika., 190.

13
5. Komplementer
Komplementer adalah interaksi antara dua gen dominan, jika
terdapat bersama-sama akan saling melengkapi sehingga muncul suatu
fenotip. Jika salah satu gennya tidak ada, maka pemunculan sifat
terhalang.12 Jika individu genotip heterozigot disilangkan sesamanya
akan menghasilkan perbandingan fenotip 9 : 7.13
Komplementer adalah salah satu tipe interaksi gen-gen pada
organisme adalah saling mendukung munculnya suatu fenotipe atau sifat.
W. Bateson dan R.C. Punnet yang bekerja pada bunga Lathyrus adoratus
menemukan kenyataan ini.
Mereka melakukan persilangan sesama bunga putih dan
menghasilkan keturunan F2 bunga berwana ungu seluruhnya. Pada
persilangan bunga-bunga berwarna ungu F2, ternyata dihasilkan bunga
dengan warna putih dalam jumlah yang banyak dan berbeda dengan
perkiraan sebelumnya, baik hukum Mendel atau sifat kriptomeri.
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh keduanya
mengungkapkan ada dua gen yang berinteraksi memengaruhi warna
bunga, yakni gen yang mengontrol munculnya bahan pigmen (C) dan gen
yang mengaktifkan bahan tersebut (P). Jika keduanya tidak hadir
bersamaan, tentu tidak saling melengkapi antara sifat satu dengan yang
lainnya dan menghasilkan bunga dengan warna putih (tidak berpigmen).
Apabila tidak ada bahan pigmen, tentu tidak akan muncul warna,
meskipun ada bahan pengaktif pigmennya.
Begitupun sebaliknya, apabila tidak ada pengaktif pigmen maka
pigmen yang telah ada tidak akan dimunculkan dan tetap menghasilkan
bunga tanpa pigmen (berwarna putih).14

12
Ibid., 194.
13
Harianto Baharuddin, Modul Tema 15., 20.
14
Any Suhaeny, Modul Belajar Mandiri., 106-107.

14
15
C. Macam-macam Interaksi Gen
1. Atavisme
Peristiwa atavisme terjadi pada bentuk jengger ayam (pial). Ada
empat macam bentuk jengger ayam, yaitu walnut (sumpel), rose (mawar),
pea (biji), dan single (bilah).

Genotipe Fenotipe
RRPP Walnut
RRpp Rose
rrPP Pea
rrpp Single
Tabel 2. Genotip dan Fenotip pada Jengger Ayam

Gambar 2. Peristiwa Atavisme pada Bentuk Jengger Ayam


(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Misalnya ayam berjengger rose (RRpp) disilangkan dengan ayam


berjengger pea (rrPP) menghasilkan F1 yang seluruhnya berjengger
walnut. Bagaimana perbandingan fenotip jika F1 disilangkan sesamanya?
Perhatikan penyilangan berikut:

16
rP

rp

Gambar 4. Persilangan ayam jengger rose dengan ayam jengger pea


(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

2. Kriptomeri
Peristiwa kriptomeri pada warna bunga Linaria maroccana yang
memiliki sifat warna ungu (A_B_), merah (A_bb), dan putih (aaB_ atau
aabb). Jika bunga Linaria berwarna merah (AAbb) disilangkan dengan
bunga Linaria berwarna putih (aaBB), maka bagaimana perbandingan
fenotip F2nya?

17
Gambar 4. Persilangan bunga Linaria merah dengan bunga Linaria putih
(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

3. Epistasis-Hipostasis
a. Epistasis Dominan
Terjadi jika ada alel atau gen dominan yang bersifat menutupi.
Menghasilkan perbandingan fenotip pada F2 sebesar 12 : 3 : 1.

Contoh:
Pada warna buah labu dikendalikan oleh gen P (warna putih), gen K
(warna kuning), dan gen k (warna hijau). Gen P epistasis terhadap gen
K dan gen k. Jika semuanya alel resesif akan memunculkan warna
hijau. Bagaimana perbandingan fenotip F2 pada persilangan labu putih
(PPkk) dengan labu kuning (ppKK)?

18
Gambar 5. Persilangan labu putih (PPkk) dengan labu kuning (ppKK)
(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

b. Epistasis Resesif
Terjadi jika ada gen resesif yang bersifat menutupi. Menghasilkan
perbandingan fenotip pada F2 sebesar 9 : 3 : 4.

Contoh:
Pada warna rambut tikus, warna putih dikendalikan oleh alel cc, warna
hitam dikendalikan oleh alel aa. Alel cc epistasis terhadap gen A dan a.
Bagaimana perbandingan fenotip F2 pada persilangan tikus krem (CCAA)
dengan tikus putih (ccaa)?

19
CCaa Ccaa

ca Ccaa

Gambar 6. Persilangan tikus hitam (CCAA) dengan tikus putih (ccaa)


(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

c. Epistasis Dominan Rangkap

Terjadi jika ada dua gen dominan menghasilkan satu fenotip


dominan yang sama. Menghasilkan perbandingan fenotip pada F2 sebesar
15 : 1.

Contoh:
Pada tanaman kantong gembala, gen A maupun gen B secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama menghasilkan fenotip yang sama, yaitu kapsul
biji bentuk segitiga. Jika keseluruhannya gen resesif, maka menghasilkan
fenotip kapsul biji bentuk oval. Bagaimana perbandingan fenotip F2 pada
persilangan tanaman kantong gembala berkapsul segitiga (AABB) dengan
tanaman kantong gembala berkapsul oval (aabb)?

20
Gambar 7. Persilangan tanaman kantong gembala berkapsul segitiga (AABB)
dengan tanaman kantong gembala berkapsul oval (aabb)
(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

4. Polimeri
Peristiwa polimeri pada karakter warna biji gandum (Triticum sp.),
yaitu warna merah dan putih. Jika gandum berbiji merah gelap
(M1M1M2M2) disilangkan dengan gandum berbiji putih (m1m1m2m2),
bagaimana perbandingan fenotip F2nya?

21
Gambar 8. Persilangan gandum merah gelap dengan gandum putih
(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

5. Komplementer
Peristiwa komplementer pada warna bunga Sweet pea Lathyrus
odoratus terdapat gen C (penghasil warna), gen c (tidak menghasilkan
warna), gen P (pembentuk enzim pengaktif), dan gen p (tidak membentuk
enzim pengaktif). Jika bunga Lathyrus warna putih (CCpp) disilangkan
dengan bunga Lathyrus warna putih (ccPP), bagaimana perbandingan
fenotip F2nya?

22
Gambar 9. Persilangan bunga Lathyrus yang keduanya memiliki warna putih
(Sumber: Harianto Baharuddin. 2020. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat
Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

1.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang interaksi gen di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penyimpangan Hukum Mendel merupakan suatu bentuk persilangan yang
dapat menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid
berdasarkan hukum Mendel, yang mana penyimpangan ini terjadi karena
adanya interaksi antaralel dan interaksi genetik.
2. Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap Hukum Mendel yang
tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-
fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
non-alelik. Tipe-tipe dari interaksi gen yaitu meliputi interaksi intra alelik
(terjadi pada lokus yang sama) dan interaksi inter alelik (terjadi pada lokus
yang berbeda).
3. Interaksi gen terdapat 5 macam, yaitu meliputi atavisme, polimeri,
kriptomeri, epistasis-hipostasis, dan komplementer.

B. Saran
Berdasarkan hasil materi yang telah dibuat, dijelaskan dan
dipresentasikan maka diharapkan para pembaca memberikan saran kepada
hasil kerja kelompok kami, guna memperbaiki makalah yang telah dibuat
sehingga menjadi makalah yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ajim, Nanang. “Gen Letal Dominan dan Resesif” dalam


https://www.mikirbae.com/2016/03/gen-letal-dominan-dan-resesif.html,
(diakses pada tanggal 21 April 2022). 2016.
Baharuddin, Harianto. Modul Tema 15: Misteri Pewarisan Sifat Makhluk Hidup.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020.
Effendi, Yunus. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang: Pustaka Rumah Cinta.
2020.
Figer, Nusy. “Interaksi Gen” dalam
https://www.academia.edu/27887346/makalah_interaksi_gen (diakses
pada tanggal 18 April 2022). 2010.
Hanim, Wirda, dkk. Interaksi Gen. Makalah Genetika, Fakultas Teknik,
Universitas Samudra, Aceh. 2016.
Nusantari, Elya. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah & Komprehensif.
Yogyakarta: Deepublish. 2015.
Rohmad. “Diktat Kuliah Genetika Ternak” dalam
https://rohmatfapertanian.wordpress.com/diktat-genetika-ternak/bab-vii-
interaksi-gen/ (diakses pada tanggal 18 April 2022). 2016.
Stansfield, William D. Genetika Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. 1991.
Suhaeny, Any. “Modul Belajar Mandiri: Genetika dan Pewarisan Sifat” dalam
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Biologi/Perpembelajaran/BIOLOGI-
PB4.pdf (diakses pada tanggal 18 April 2022). 2021.
Suryo. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2001.

25
LAMPIRAN

A. Pertanyaan Untuk Audience:


1. Bunga Linaria maroccana merah (AAbb) disilangkan dengan bunga
Linaria maroccana putih (aaBB) menghasilkan bunga Linaria maroccana
berwarna ungu (AaBb). Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, maka
persentase rasio fenotipe F2 adalah…
2. Ayam jantan berjengger rose homozigot disilangkan dengan ayam betina
berjengger pea homozigot. Dari hasil persilangan tersebut, ternyata
diperoleh bahwa seluruh F1 berjengger walnut. Jika F1 disilangkan dengan
sesamanya, kemungkinan perbandingan fenotipe F2-nya adalah…
3. Gandum bersekam merah tua disilangkan dengan gandum bersekam putih.
Seluruh keturunan F1 bersekam merah sedang. Jika F1 disilangkan dengan
sesamanya, maka perbandingan fenotipe F2-nya adalah…

Dijawab oleh:
1. Trisna Ayu Anggraini (1901081033)

26
Persentase rasio fenotipe F2-nya:
9
Ungu = x 100% = 56,25%
16
3
Merah = x 100% = 18,75%
16
4
Putih = x 100% = 25%
16

2. Zahra Nur Salsabila (1901081040)

27
rP

rp

3. Dwi Widia Putri (1901081008)

28
B. Pertanyaan Dari Audience
1. Virani Rika Saputri (1901081038)
Mengapa pada interaksi inter alelik di antara lokus-lokusnya akan
mengubah pola distribusi dalam populasi F2?
Jawaban dari Lidya Cindy Lestari:
Karena interaksi ini terjadi antar alel pada lokus yang berbeda, gen
pada satu lokus mempengaruhi ekspresi dari lokus lain atau gen pada satu
lokus berinteraksi dengan gen pada lokus lain. Sehingga interaksi di antara
lokus-lokus tersebut akan mengubah pola distribusi dalam populasi F2.

2. Validita Kalantri (1901081036)


Mengapa pada penyimpangan kriptomeri baru muncul ketika faktor
dominan baru nampak pengaruhnya bila bertemu dengan faktor dominan
lain yang bukan alelnya?
Jawaban dari Khul Watunnisa:
Hal ini terjadi karena kriptomeri sendiri merupakan peristiwa
tersembunyinya suatu gen dominan jika tidak berpasangan dengan gen
dominan dari alel lainnya. Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri,

29
maka sifatnya akan tersembunyi (kriptos). Contoh kasus kriptomeri ini
terdapat pada persilangan bunga Linaria maroccana.

3. Dwi Lindawati (1901081007)


Mengapa pada komplementer jika salah satu gennya tidak ada, maka
pemunculan sifat terhalang?
Jawaban dari Zulikah Kurniati:
Karena pada peristiwa komplementer jika gen dominan yang
muncul hanya salah satu saja misal pada pigmen warna (gen C) dan tidak
bertemu dengan dominan lain yaitu enzim pengaktifan (gen P) maka gen
pigmen dapat terhalang karena tidak diaktifkan oleh enzim pengaktif
pigmen tersebut.

C. Mahasiswa Yang Aktif Dalam Perkuliahan


1. Adie Putra Setiawan 9. Susi Novita Sari
2. Anggi Saputri 10. Trisna Ayu Anggraini
3. Avif Laili Kamil 11. Ulli Khoirunnisa
4. Dewi Maisaroh 12. Umi Saputri
5. Dwi Lindawati 13. Virani Rika Saputri
6. Dwi Widia Putri 14. Winda Fransiska
7. Lucky Hari Santoso 15. Zahra Nur Salsabila
8. Putri Nurmalia Zen

30

Anda mungkin juga menyukai