Anda di halaman 1dari 33

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Genetika dengan judul “Penyimpangan


Semu Hukum Mendel” disusun oleh
Nama : Nurfathunnisa
NIM : 200107501014
Kelas : Pendidikan Biologi B
Kelompok : V (Lima)
telah dan dikoreksi secara seksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober 2022


Koordinator Asisten Asisten

Alfian Mubaraq Amelia Meriska


NIM. 1814142033 NIM. 1914441014

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof. Hartati, S.Si.,M.Si.,Ph.D


NIP : 19740405 200003 2 002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ............................................................................... 2
C. Manfaat Praktikum…………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
A. Hukum Mendel .................................................................................. 3
B. Penyimpangan Semu Hukum Mendel................................................ 5
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................. 5
A. Waktu dan Tempat ............................................................................. 7
B. Alat dan Bahan ................................................................................... 7
C. Prosedur Kerja.................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 8
A. Hasil Pengamatan ............................................................................... 8
B. Pembahasan ........................................................................................ 11
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 13
A. Kesimpulan ........................................................................................ 13
B. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14
LAMPIRAN

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Genetika merupakan cabang ilmu dari biologi yang mencoba menjelaskan


persamaan dan perbedaan sifat yang diturunkan pada sebuah makhluk hidup.
Genetika juga mencoba untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
apa yang diturunkan atau diwariskan dari induk kepada turunannya, bagaimana
mekanisme materi genetika diturunkan, dan bagaimana peran materi genetika
tersebut. Hukum Mendel I menghasilkan rasio fenotipe 3:1 sedangkan Hukum
Mendel II menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1. Hukum Mendel adalah hukum
pewarisan sifat genetika pada organisme yang dikemukakan oleh Gregor Johann
Mendel. Gregor Mendel sebagai bapak genetika mengemukakan beberapa prinsip,
yaitu prinsip hereditas, segregasi bebas, prinsip berpasangan/ kombinasi bebas,
serta prinsip ada tidaknya dominansi.
Gen dominan adalah gen yang menang, yang muncul pengaruhnya pada
fenotipe, biasa ditulis dengan huruf besar,misalnya T untuk gen yang
mengendalikan sifat tinggi dan M untuk gen yang mengendalikan rasa manis. Gen
resesif adalah gen yang kalah, tidak muncul pengaruhnya jika bersama dengan
gen dominan, ditulis dengan huruf kecil, misalnya t untuk gen sifat rendah dan m
untuk gen rasa asam. Gen resesif akan muncul pengaruhnya jika dalam keadaan
homozigot resesif. Pewarisan sifat kepada keturunannya mengikuti Hukum
Mendel, misalnya persilangan dihibrid menghasilkan F2 dengan rasio Fenotipe
9:3:3:1. Namun demikian, perbandingan rasio fenotipe tersebut angkanya dapat
bergeser, hal inilah yang dikenal dengan penyimpangan semu Hukum Mendel,
seperti peristiwa epistasis-hipostatis, kriptomeri, polimeri, gen komplementer,
atavisme (Interaksi beberapa pasang alel). Perkawinan monohybrid dalam
genetika mengambil acuan dari Hukum Mendel I sedangkan perkawinan dihibrid
mengambil acuan dari Hukum Mendel II. Namun tidak semua perkawinan atau
penyilangan yang terjadi pada setiap organisme sesuai dengan acuan Hukum
2

Mendel. Kelainan ini terjadi akibat adanya perubahan rasio fenotipe. Perubahan
initerjadi akibat adanya interaksi antara gen yang satu dengan yang lainnya serta
akibatlain dari perubahan ini karena adanya penutupan sifat gen yang dilakukan
oleh gen lainnya.
Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang
menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum
Mendel. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif yang diperoleh
merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio fenotif hukum Mendel semula.
Penyimpangan hukum mendel memiliki berbagai macam jenis, seperti polimeri,
kriptomeri atau atavisme, komplementer, epistasis-hipostatis. Perbandingan-
perbandingan hasil penyilangan Hukum Mendel didasarkan atas teori
kemungkinan. Untuk memperoleh data dengan menggunakan penyilangan yang
sesungguhnya membutuhkan waktu yang lama. Sehingga dilakukan praktikum
yang menggunakan teori kemungkinan agar dapat mempelajari perbandingan-
perbandingan Mendel maupun penyimpangan Hukum Mendel.

B. Tujuan Praktikum
- Mengetahui pola-pola modifikasi persilangan dua sifat atau lebih
- Menjelaskan penyebab suatu fenotipe hasil persilangan berbeda
dengan hukum Mendel
C. Manfaat Praktikum
- Mahasiswa dapat mengetahui pola-pola modifikasi persilangan dua
sifat atau lebih
- Mahasiswa dapat mengetahui penyebab suatu fenotipe hasil
persilangan berbeda dengan hukum Mendel
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Mendel
Hukum pemisahan dan hukum pilihan bebas merupakan hukum yang
dirumuskan oleh G. J. Mendel pada tahun 1865. Secara garis besar, hukum
pemisahan Mendel menjelaskan terkait keberadaan sepasang faktor yang
mengendalikan setiap karakter akan memisah pada waktu pembentukan gamet.
Pada hukum pilihan bebas, Mendel menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama
lain. Istilah faktor yang dijelaskan oleh Mendel tersebut dikemudian hari dikenal
dengan istilah gen (Fauzi dan Aloysius, 2018).
Sistem pewarisan gen pada manusia yang didasari Hukum Mendel dapat
dimodelkan dengan menggunakan algoritma branch and bound. Hasil pemodelan
mampu memproses pewarisan gen dan penggenerasian pada manusia ini serta
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menganalisis kasus pewarisan gen yang
lebih spesifik. Model sistem pewarisan gen ini dapat menganalisis pewarisan gen
induk sampai dengan generasi yang tidak terbatas dan dapat melihat peluang
peluang pewarisan dari gen induk ke anak (Tosida dan Dian, 2019).
Menurut Effendi, 2020 menyatakan bahwa Hukum pewarisan Mendel adalah
hukum yang mengatur pewarisan sifat secara genetik dari sata organisme kepada
keturunannya. Hukum tersebut terdiri dari dua bagian:
1. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation) Isi dari hukum
segregasi: Pada waktu berlangrang pembentakan gamet, setiap pasang gen
akan disegergasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk,
2. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent
assortment) Isi dari hukum pasangan bebas: Segregasi suatu pasangan gen
tidak bergantung kepala segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam
gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi pr-gen secara
bebas.
4

Hukum Mendel 1 yang biasa disebut hukum segregasi adalah mengenai


kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Pembentukan gamet
terjadi secara meiosis ketika pasangan-pasangan homolog saling berpisah dan
tidak berpasangan lagi atau terjadi pemisahan alel-alel suatu gen secara bebas dari
diploid menjadi haploid. Sehingga setiap sel gamet hanya mengandung satu gen
dari alelnya. Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohybrid, yaitu
persilangan satu karakter dengan satu sifat beda (Aristya dkk, 2018).
Gen didefinisikan sebagai interval sepanjang molekul-molekul DNA.
Sebagian besar gen membawa informasi yang dibutuhkan dalam membuat
protein. Manusia memiliki sel-sel dengan 46 kromosom, 2 seks kromosom, dan 22
pasang non seks kromosom (autosom). Kromosom pada pria adalah “46, XY” dan
kromosom pada wanita adalah “46, XX”. Kromosom terdiri atas kombinasi
proteinprotein dan molekul-molekul DNA yang sangat panjang. Peluang seorang
anak untuk mewarisi gen tertentu dapat dihitung dengan sistem yang mengacu
pada algoritma genetika. Untuk meneliti pewarisan gen pada manusia maka perlu
dilakukan pemodelan atau representasi peluang dari perkawinan dan pewarisan
gen-gen dalam suatu keluarga (Tosida dan Dian 2019).
Temuan tentang adanya pautan inipun pada dasarnya mempertegas lagi
konsepsi kita bahwa faktor-faktor (gen) adalah bagian dari kromosom, dan dalam
rumusan lain temuan ini memperkokoh teori pewarisan kromosom. Fenomena
pautan yang disadari oleh kenyataan bahwa faktor (gen) adalah bagian dari
kromosom, akan merupakan perangkat alat evaluasi kita terhadap hukum
pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel yang mula-mula (Natsir,
2020).
Kelebihan dan Kekurangan Model Sistem Pewarisan Gen menggunakan
Algoritma Branch and Bound. Sistem pewarisan gen pada manusia ini memiliki
kelebihan yang diantaranya: 1. Menyediakan informasi Genetika dan Hereditas
(Pewarisan) Gen Manusia. 2. Dapat melakukan pewarisan gen sampai generasi
yang tidak dibatasi. 3. Menampilkan pohon penggenerasian yang menjelaskan
struktur pewarisan. 4. Menampilkan grafik peluang pewarisan gen manusia. 5.
Menyediakan kamus data yang menjelaskan istilah-istilah yang digunakan pada
5

Sistem Pewarisan Gen Pada Manusia dan memberi informasi tentang kelainan gen
sesuai dengan genotipenya (Tosida dan Dian, 2019).
Pengacakan Mendel paling jelas terlihat dalam desain induk-keturunan yang
mempelajari cara fenotipe dan alel memisahkan diri selama transmisi dari orang
tua ke keturunannya. Dalam perkawinan di mana setidaknya satu orang tua
heterozigot pada lokus polimorfik, frekuensi salah satu dari dua alel dari orang tua
heterozigot ditransmisikan ke keturunan dengan penyakit tertentu atau
karakteristik fenotipik dapat dievaluasi. Jika tidak ada hubungan antara bentuk
alelik dan penyakit atau karakteristik fenotipik, masing-masing dari dua alel dari
orang tua heterozigot memiliki kemungkinan 50% untuk ditransmisikan ke
keturunannya (Smith dkk, 2020).
B. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Pewarisan suatu sifat diawali oleh tahap pembagian materi genetik. Proses
pembagian materi genetik melalui pembagian kromosom melibatkan pembelahan
meiosis yang terjadi pada gametogenesis. Gametogenesis terjadi sebagai tahapan
awal dalam membagi kromosom dan meneruskannya ke keturunan berikutnya
untuk tujuan utama menjamin kelestarian makhluk hidup di muka bumi. Seluruh
proses rangkaian pewarisan sifat menjadi jelas sejak Mendel mengemukakan hasil
penelitiannya melalui Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II (Arsal, 2018).
Hereditas merupakan pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Sifat
diturunkan melalui gen yang ada di dalam inti sel. Menurut Walter Stanborough
Sutton, pola-pola hereditas terbentuk karena beberapa hal diantaranya identitas
setiap gen di dalam kromosom selalu tetap karena gen merupakan karakteristik
yang diturunkan, saat pembelahan meiosis akan terjadi pemisahan kromosom dari
kedua induk. Lalu, kromosom tersebut akan bersatu dengan kromosom
nonhomolog, jumlah kromosom yang ada di dalam ovum maupun sperma adalah
sama, yaitu setengah dari jumlah kromosom induk (haploid) dan individu hasil
peleburan antara ovum dan sperma bersifat diploid karena mengandung dua
perangkat kromosom dari induk (Effendi, 2020).
Varian genetik yang secara khusus mempengaruhi biomarker dapat
digunakan sebagai variabel instrumental (proksi) untuk biomarker untuk
6

menentukan apakah biomarker terkait secara kausal dengan hasil. Pendekatan ini,
yang dikenal sebagai pengacakan Mendel, sebelumnya telah diterapkan untuk
menilai hubungan konsentrasi 25 OHD yang bersirkulasi seumur hidup dengan
berbagai penyakit. Studi-studi tersebut telah menemukan bahwa konsentrasi S-
25OHD yang diprediksi secara genetik berbanding terbalik dengan risiko multiple
sclerosis(14,15) dan penyakit Alzheimer(16) tetapi tidak terkait dengan risiko
beberapa penyakit lain seperti kanker,(17) penyakit arteri koroner,(18) diabetes
tipe 2, (19) dan penyakit Parkinson.(20) Kami mengeksploitasi desain pengacakan
Mendel untuk menentukan apakah konsentrasi S-25OHD yang tinggi secara
genetik adalah positif terkait dengan BMD di leher femoralis (FN-BMD), tulang
belakang lumbar (LS-BMD), dan kalkaneus (eBMD) pada individu keturunan
Eropa (Larrson dkk, 2018).
Hukum Mendel I menyatakan bahwa pewarisan sifat dari kedua gen induk
yang berupa pasangan alel yang akan mengalami pemisahan. Pemisahan tersebut
akan diterima oleh setiap gamet dengan jumlah satu gen induk yang diterimanya.
Hukum Mendel I dapat disebut dengan Hukum Segregasi bebas yang menyatakan
pewarisan sifat induk pada pembentukan gamet keturunan akan melalui
pembelahan gen induk yakni terjadi pada persilangan monohibrid. Monohibrid
adalah persilangan antar dua individu dengan spesies yang sama tetapi memiliki
satu sifat yang berbeda. Monohibrid menghasilkan keturunan pertama (FI) yang
seragam. Keturunan pertama (FI) monohibrid mempunyal fenotip yang serupa
dengan induknya yang dominan jika dominansi tampak sepeuhnya (Effendi,
2020).
7

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Selasa/11 Oktober 2022
Waktu : 13.00-14.40 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai 2 Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Baling-baling genetika (1 buah)
2. Bahan
a. Kertas warna (4 buah)
b. Pulpen (1 buah)
C. Prosedur Kerja
Komplementer, Atavisme, dan Epistasis-Hipostasis

Sediakan baling-baling Kemudian tandai setiap sudut baling-


genetika sederhana baling menggunakan pulpen bedakan
yang mewakili sifat resesif dan sifat
dominan.

Masukkan hasil simulasi


kedalam tabel Putar baling-baling sebanyak 100
putaran
8

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Persilangan Komplementer
P1 CCRR x ccrr
G CR x cr
F1 CcRr (Berwarna)
P2 CcRr x CcRr
G CR Cr cR cr CR Cr cR cr
F2 C_R_ : C_rr : ccR_ : ccrr
56 : 18 : 20 :6
Rasio 9 : 7
CR Cr cR cr
CR CCRR CCRr CcRR CcRr
(berwarna) (berwarna) (berwarna) (berwarna)
Cr CcRr CCrr (tidak CcRr Ccrr (tidak
(berwarna) berwarna) (berwarna) berwarna)
cR CcRR CcRr ccRR (tidak ccRr (tidak
(berwarna) (berwarna) berwarna) berwarna)
Cr CcRr Ccrr (tidak ccRr (tidak ccrr (tidak
(berwarna) berwarna) berwarna) berwarna

Analisis Data
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2/E
(O) (E)
Berwarna C_R_ 56 56,25 0,0625 0,19

Tidak C_rr 18 15,15


Berwarna 663,06
43,75
9

Tidak ccR_ 20 43,75 564,06 12,89


Berwarna
Tidak Ccrr 6 43,75 1.425,06 32,57
Berwarna
Total 100 100 60,61

db = n-1 X2t = 60,61


= 2-1 = 1 X2 = 3,841
x = 0,05 60,61 > 3,84 => ditolak
Jadi, hasil yang didapatkan pada persilangan Komplementer dengan 100 kali
percobaan yaitu terjadi penyimpangan dengan hukum Mendel.
2. Persilangan Atavisme (Kriptomeri)
P1 RRPP x rrpp
G R P x r p
F1 RrPp (Walnut)
P2 RrPp x RrPp
G RP Rp rP rp RP Rp rP rp
F2 R_P_ : R_pp : rrP_ : rrpp
(walnut) (rose) (pea) (single)
Rasio 9 : 3 : 3 : 1
RP Rp rP Rp
RP RRPP (Walnut) RRPp (Walnut) RrPP (Walnut) RrPp (Walnut)
Rp RRPp (Walnut) RRpp (Rose) RrPp (Walnut) Rrpp (Rose)
rP RrPP (Walnut) RrPp (Walnut) rrPP (Pea) rrPp (Pea)
rp RrPp (Walnut) Rrpp (Rose) rrPp (Pea) Rrpp (Single)

Analisis Data
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2/E
(O) (E)
Walnut R_P 58 56,25 3,06 0,05
10

Rose R_pp 17 18,75 3,06 0,016

Pea rrP_ 21 18,75 5,06 0,27

Single Rrpp 4 6,25 5,06 0,81

Total 100 100 1,29

db = n-1 X2t = 1,29


= 4-1 = 3 X2 = 7,815
X = 0,05 1,29 < 7,815 => diterima
Jadi, hasil yang didapatkan pada persilangan Atavisme dengan 100 kali
percobaan yaitu terjadi sesuai dengan hukum Mendel.
3. Persilangan Epistasis-Hipostasis
P1 HHKK x hhkk
G H K x hk
F1 Hh Kk (Hitam)
P2 HhKk x HhKk
G HK Hk hK hk HK Hk hK hk
F2 H_K_ + H_kk : hhK_ : hhkk
(hitam) (kuning) (putih)
Rasio 12 : 3 : 1
HK Hk hK hk
HK HHKK(Hitam) HhKk (Hitam) HhKK (Hitam) HhKk (Hitam)
Hk HHKk (Hitam) HHkk (Hitam) HhKk (Hitam) Hhkk (Hitam)
hK HhKK (Hitam) HhKk (Hitam) hhKK(Kuning) hhKk (Kuning)
hk HhKk (Hitam) Hhkk (Hitam) hhKk (Kuning) hhkk (Putih)

Analisis Data
Fenotipe Genotipe Observed Expected (O-E)2 (O-E)2/E

Hitam H_K 60 75 225 3,04


11

Hitam H_kk 12 75 3,969 52,92

Kuning hhK_ 22 18,75 10,562 0,563

Putih Hhkk 6 6,25 0,078 0,012

Total 100 100 56,535

db = n - 1 X2t = 56,535
= 3-1 = 2 X2 = 5,991
X = 0,05 56,535 < 5,991 => ditolak
Jadi, hasil yang didapatkan pada persilangan Epistasis-Hipostasis dengan 100 kali
percobaan yaitu terjadi penyimpangan dengan hukum Mendel.

B. Pembahasan
Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan peristiwa persilangan
makhluk hidup yang ditandai dengan berubahnya perbandingan fenotipe hukum
Mendel 9:3:3:1. Perubahan atau penyimpangan yang terjadi meliputi
penyimpangan semu, pautan gen, pautan seks, pindah silang, determinasi seks,
gen letal, dan gagal berpisah (nondisjunction), yang akan dibahas satu-persatu dan
pada kesempatan ini akan dibahas tentang Penyimpangan semu. Penyimpangan
semu terjadi karena ada 2 pasang gen atau lebih saling memengaruhi dalam
memberi fenotipe individu. Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan
bentuk persilangan yang menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar
dihibrid menurut hukum Mendel. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio
fenotif yang diperoleh merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio
fenotif hukum Mendel semula. Penyimpangan hukum mendel memiliki berbagai
macam jenis, seperti polimeri, kriptomeri atau atavisme, komplementer, epistasis-
hipostatis. Namun pada praktikum kali ini kami hanya menggunakan tiga analisis
yaitu komplementer, atavisme (kriptomeri), dan epistasis-hipostasis.
Percobaan pertama yaitu komplementer merupakan interaksi antara gen
dominan dengan sifat yang berbeda yang saling melengkapi, sehingga
memunculkan fenotip tertentu. Komplementer adalah gen-gen yang berinteraksi
dan saling melengkapi. Kehadiran gen-gen tersebut secara bersama-sama akan
12

memunculkan karakter (fenotip) tertentu. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak
hadir maka pemunculan karakter (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak
sempurna. Jika salah satu gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak
akan muncul. Dari hasil praktikum yang dilakukan, hasil yang didapatkan pada
persilangan komplementer dengan 100 kali percobaan dengan rasio 9 : 7 dan
perbandingan yang didapatkan yakni 60,61 > 3,84 menandakan terjadi
penyimpangan dengan hukum Mendel sehingga hasilnya ditolak.
Percobaan kedua yaitu atavisme (kriptomeri) yaitu sebuah sifat gen dominan
yang tersembunyi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri. Tetapi, jika gen
dominan tersebut berhasil berinteraksi dengan gen dominan lainnya, akan muncul
sifat gen dominan yang sebelumnya tersembunyi. Kriptomeri adalah peristiwa gen
dominan yang seolah-olah tersembunyi bila berada bersama dengan gen dominan
lainnya, dan akan terlihat bila berdiri sendiri. Correns pernah menyilangkan
tumbuhan Linaria maroccana berbunga merah galur murni dengan yang berbunga
putih juga galur murni. Dalam persilangan tersebut diperoleh F1 semua berbunga
ungu, sedangkan F2 terdiri atas tanaman dengan perbandingan berbunga ungu :
merah : putih = 9 : 3 : 4. Dari hasil percobaan yang dilakukan, pada persilangan
Atavisme dengan 100 kali percobaan hasil yang didapatkan yaitu 1,29 < 7,81
dimana hasilnya sesuai dengan hukum Mendel sehingga hipotesis diterima
Pada percobaan ketiga yaitu Epistasis-hipostasis yang merupakan sebuah
peristiwa yang muncul ketika gen yang bersifat dominan akan menutupi pengaruh
gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis,
sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostasis. , epistasis adalah sebuah atau
sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen lain yang tidak
selokus (sealel). Hipostasis adalah gen yang tertutupi oleh sebuah atau sepasang
gen lain yang tidak selokus (yang bukan alelnya). Epistasis dibedakan menjadi
tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, dan epistasis dominan resesif Dari
hasil percobaan yang dilakukan, hasil yang didapatkan pada persilangan Epistasis-
Hipostasis dengan 100 kali percobaan yaitu 56,535 < 5,991 dimana hasilnya
menandakan terjadi penyimpangan dengan hukum Mendel sehingga hasilnya
ditolak.
13

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada genotip diri sendiri
yang dilakukan dengan mengamati jari telunjuk dan jari manis, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang
menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut
hukum Mendel. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif yang
diperoleh merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio fenotif hukum
Mendel semula
2. Penyimpangan hukum mendel memiliki berbagai macam jenis, seperti
polimeri, kriptomeri atau atavisme, komplementer, epistasis-hipostatis.
Namun pada praktikum kali ini kami hanya menggunakan tiga analisis
yaitu komplementer, atavisme (kriptomeri), dan epistasis-hipostasis. Dan
hanya persilangan atavisme yang terjadi penyimpangan dengan hukum
Mendel sehingga hasilnya ditolak.
B. Saran
1. Para praktikan hendaknya mengerjakan hal-hal yang benar-benar perlu
dilaksanakakan saat praktikum berlangsung guna menghindari ketidak
efisienan waktu selama praktikum
14

DAFTAR PUSTAKA

Aristya, G. R., Daryono, B. S., Handayani, N. S. N., & Arisuryanti, T.


2018. Karakterisasi kromosom tumbuhan dan hewan. UGM
PRESS.
Arsal, A. F. 2018. GENETIKA I Arif Memahami Kehidupan. Makassar :
UNM Press.
Effendi, Y., & Rumah, P. P. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Penerbit
Pustaka Rumah C1nta.
Fauzi, A., & Corebima, A. D. 2018. Pemanfataan Drosophila
melanogaster sebagai organisme model dalam mempelajari
Hukum Pewarisan Mendel. In Seminar Nasional Biologi (pp.
372-377).
Larsson, S. C., Melhus, H., & Michaëlsson, K. 2018. Circulating serum
25‐hydroxyvitamin D levels and bone mineral density:
Mendelian randomization study. Journal of Bone and Mineral
Research, 33(5), 840-844.
Natsir, N. A. 2020. FENOMENA PAUTAN KELAMIN PADA
PERSILANGAN Drosophila melanogaster Beserta
Resiproknya. Biosel: Biology Science and Education, 2(2), 159-
169.
Smith., Davaey., George. Holmes., V. Michael. Davies., M. Neil.
Ebrahim., Shah. 2020. Mendel’s Laws, Mandelian
randomization and casual inference in observation
data:substantive and nomenclatural issue. European Journal of
Epidemologi, 35:99-111.
Tosida, E. T., & Utami, D. K. 2019. PEMODELAN SISTEM
PEWARISAN GEN MANUSIA BERDASARKAN HUKUM
MENDEL DENGAN ALGORITMA BRANCH AND
BOUND. Jurnal Ekologia, 11(1), 44-52.
15

LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA


16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

LAMPIRAN PLAGIARISME

Anda mungkin juga menyukai