Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Genetika dengan judul “Persilangan Drosophila


melanogaster” yang disusun oleh:
nama : Armin Arif
NIM : 1714040002
kelas : Pendidikan Biologi B 2017
kelompok : I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.

Makassar, September 2019


Koordinator Asisten Asisten

Muh. Habil Ahmad Alfiqi Dwiva Annisi


NIM. 1614142011 NIM. 1614140010

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Hartati, S.Si, M.Si, Ph. D


NIP. 19740405 20003 200

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ................................................................................ 2
C. Manfaat Praktikum .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
A. Persilangan Monohibrid........................................................................ 5
B. Persilangan Dihibrid ........................................................................... 6
C. Uji Chi-Square ..................................................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM .............................................................. 9
A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 9
B. Alat dan Bahan .................................................................................... 9
C. Langkah Kerja...................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 11
A. Hasil Pengamatan ................................................................................. 11
B. Analisis Data......................................................................................... 11
C. Pembahasan .......................................................................................... 13
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki karektiristik yang membedakannya dengan makhluk
tidak hidup, misalnya tumbuh dan berkembangbiak. Banyak makhluk hidup yang
mengalami proses yang khusus dan unik dalam menuju kedewasaannya, dari
beberapa jumlah anak yang berhasil dilahirkan ataupun ditetaskan oleh induknya,
hanya sedikit atau beberapa dari anakan tersebut yang berhasil berkembang dan
tumbuh menjadi individu dewasa. Organisme yang mengalami perkembangan
secara tidak langsung menghasilkan organisme baru yang biasanya secara
morfologi, fisiologi dan ekologi berbeda. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
mekanisme tersendiri agar individu baru yang dihasilkan memiliki bentuk
morfologi, adaptasi ekologis, dan aktivitas fisiologi yang sama dengan induknya,
misalnya persilangan.
Persilangan merupakan proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan
diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya. Dalam hal ini
persilangan antara makhluk hidup sangat penting untuk menghasilkan suatu
produk yang baru. Persilangan dua individu yang hanya memfokuskan sifat
dikenal dengan persilangan sederhana atau persilangan monohibrid. Percobaan
persilangan monohibrid ini akan diujikan pada lalat buah (Drosophila
melanogaster) dengan maksud membuktikan hukum mendel I. Persilangan
monohibrid merupakan prinsip segregasi secara bebas dapat dibuktikan dengan
mengawinkan suatu jenis organisme dengan mengamati satu tanda beda pada
organisme tersebut. Sedangkan persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua
individu dengan dua tanda beda. Persilangan dihibrid ini dapat membuktikan
kebenaran hukum mandel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom
yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam
fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1.
Kemampuan kawin dari lalat buah (Droshopila melanogaster) dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Dalam hal ini, gen merupakan faktor
genetik yang berperan utama dalam penentuan jenis kelamin atau ekspresi
kelamin. Secara umum, gen yang bertanggung jawab dalam penentuan jenis
iii
kelamin pada makhluk hidup tidak hanya satu melainkan beberapa pasang gen.
Gen-gen ini terletak pada gonosom maupun autosom.
Persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid sulit dipahami jika hanya
melalui teori saja. Oleh karena itu, untuk memahami dan menambah wawasan
pengetahuan perkawinan lalat buah (Drosophila melanogaster), maka dilakukan
praktikum dengan judul “Persilangan Drosophila melanogaster.” Dengan
praktikum dan pengamatan ini, dapat membantu praktikan dalam memahami dan
mengetahui bagaimana membuat perkawinan monohibrid dari Drosophila
melanogaster dan mengamati rasio fenotipe keturunannya, mengetahui proses
penurunan dan penggabungan gen dalam proses persilangan, serta mengetahui
cara penggunaan tes Chi-Square (X2).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum unit 3 persilangan Drosophila melanogaster, yaitu:
1. Belajar membuat perkawinan monohibrid dari Drosophila melanogaster dan
mengamati rasio fenotipe keturunannya.
2. Belajar proses penurunan dan penggabungan gen dalam proses persilangan.
3. Melakukan latihan penggunaan tes Chi-Square (X2).
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh melalui praktikum unit 3 persilangan Drosophila
melanogaster, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat perkawinan monohibrid dari
Drosophila melanogaster dan mengamati rasio fenotipe keturunannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses penurunan dan penggabungan gen dalam
proses persilangan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan tes Chi-Square (X2).

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua tanaman induk yang
berbeda dalam hal satu karakteristik saja. Mendel menyatakan bahwa unit
pewarisan ada dalam pasangan, memisah secara independen selama pembentukan
gamet, dan satu dari setiap orangtua membentuk pasangan baru pada keturunanya.
Dia menyilangkan kapri galur murni, yang memilik perbedaan ciri-ciri secara jelas
dapat diamati. Ada beberapa istilah yang terkait dengan studi Mendel. Ini
merupakan galur murni yang sudah diseleksi oleh Mendel, persilangan antara dua
galur murni ini menghasilkan keturunan F1. Hasil persilangan atau keturunan
pertama dari kedua tetua galur murni tersebut disebut generasi pertama atau
F1 (Arumingtyas, 2016).
Percobaan persilangan monohibrid pada lalat buah Drosophila melanogaster
ditujukan untuk membuktikan hukum Mendel I dengan mengawinkan suatu
organisme dengan satu pasang tanda/sifat beda. Persilangan monohibrid
menghasilkan dua atau tiga fenotipe pada generasi kedua (F2) dengan
perbandingan 1:2:1 atau 3:1. Mendel beranggapan bahwa sifat yang tidak muncul
pada generasi F1 itu sebenarnya ada didalam individu tersebut, tetapi tidak
terekspresikan atau tidak nampak, sehingga ia kemudian menarik kesimpulan
bahwa sifat tertentu dapat menutup sifat lainnya. Sifat ini disebut sifat dominan.
Sebaiknya sifat yang tertutup oleh sifat dominan tersebut disebut dengan sifat
resesif (Hartati dan Ferry, 2017).
Persilangan-persilangan yang dilakukan Mendel, hasilnya tidak tergantung
pada induk mana yang menyambungkan set alel tertentu kepada zigot. Persilangan
homozigot dominan dengan homozigot resesif selalu sama hasilnya, tak peduli
apakah induk jantan atau induk betina yang dominan. Sifat netral gender juga
tampak pada kebanyakan persilangan genetik lalat buah, tetapi untuk sejumlah
sifat, jenis kelamin memengaruhi hasil yang nantinya muncul. Situasi di mana
sifat-sifat tertentu diwariskan secara berbeda pada jantan dan betina disebut
pertautan seks. Gen dari sifat-sifat yang tertaut seks terletak pada kromosom seks.
Contoh yang diketahui dengan baik dari sifat-sifat semacam itu adalah yang

5
terkait dengan kromosom X. Baik pada Drosophila maupun pada manusia (dan
mamalia lainnya), jantan biasanya memiliki kromosom XY sedangkan betina XX.
Karena jantan hanya memiliki satu X sementara Y hanya memiliki gen
yang lebih sedikit dibandingkan X, mutasi resesif yang di
kromosom (Fried dan Gerorge, 2005).
Persilangan lalat buah (Drosophila melanogaster) menghasilkan keturunan
dengan karakter, proporsi jumlah keturunan yang berbeda untuk setiap jenis
persilangan dengan menggunakan strain yang berbeda. Untuk mengetahui
peristiwa yang terjadi dalam persilangan Lalat buah (Drosophila melanogaster)
maka digunakan penanda ciri morfologi yang nampak (fenotip) pada keturunan
yang dihasilkan. Fenotip yang muncul merupakan hasil interaksi antara faktor
genotip dengan lingkungan mahluk hidup. Faktor-faktor fenotip ini dapat
digunakan sebagai pembeda antara sutu individu dalam suatu spesies, selain itu
dapat digunakan untuk membedakan karakteristik penampakan morfologi suatu
mahluk hidup (Mas’ud, 2013).
B. Persilangan Dihibrid
Pewarisan dihibrid terjadi pada perkawinan dengan dua sifat beda. Dalam hal
ini berlaku hukum Mendel II (Hukum pemilihan bebas), yang menyebabkan
bahwa segregasi gen pada suatu lokus tidak bergantung kepada segregasi gen pada
lokus yang lan, sehingga gen-gen akan bertemu dengan bebas pada gamet-gamet
yang terbentuk. Sebagai contoh, individu dengan fenotip AaBb dapat membentuk
gamet AB, Ab, Ab dan ab dengan peluang sama besar (Hartati dan Ferry, 2017).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang
berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
contoh dari persilangan dihibrid. Pada dasarnya sama dengan persilangan
monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki
1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda (Campbell dkk, 2008).
Rasio genotipik klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrid
adalah 9:3:3:1. Rasio ini muncul setiap kali alel-alel pada kedua lokus
menunjukkan hubungan dominan dan resesif sempurna. Rasio dihibrid klasik
tersebut bisa bermodifikasi jika salah satu atau kedua lokus memiliki alel-alel
kedominan atau alel-alel letal. Persilangan dihibrid bagian ini membahas
pewarisan atau lebih sifat secara bersamaan, yang masing-masing dispesifikasi

6
oleh sepasang gen autosomal berbeda yang berpasangan secara bebas (dengan
kata lain, gen-gen pada kromosom-kromosom berbeda yang bukan kromosom
seks). Persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang saling bebas disebut
persilangan dihibrid. Tipe persilangan ini menunjukkan hukum kedua Mendel,
yaitu hukum berpasangan bebas (Safitri dan Suhaedir, 2017).
F1 bergenotip AaBb pada proses pembentukan gamet alel A dapat bebas
memilih B atau b, dan alel a bebas memilih B atau b. Perpaduan bebas ini
mengakibatkan terbentuknya gamet AB, Ab, aB, dan ab dengan fekuensi yang
samayaitu masing-maing 0,25. Perpaduan bebas alel-alel dalam pembentukan
gamet dan penggabungan bebas gamet dalam perkawinan berakibat pada kasus
alel dominan-resesif F2 memiliki fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Bukti
kebenaran hukum ini dengan uji silang antara F1 terhadap tetua resesif
menghasilkan turunan dengan perbandingan 1:1:1:1 (Campbell dkk, 2008).
C. Uji Chi-Square
Generasi F1 hasil perkawinan dihibrid berupa indvidu-individu yang
fenotipnya sama, tetapi pada generasi F2 akan terlihat adanya nisbah fenotip
9:3:3:1. Adakalanya nisbah fenotip mendekati untuk pewarisan dihibrid ini
mengalami penyimpanagan semua akibat adanya berbagai macam epistasis. Selain
itu, seperti halnya pada pewarisan monohibrid, nisbah tersebut sebenarnya hanya
merupakan nisbah teoritis yang tidak selalu terpenuhi pada hasil perkawinan yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji Chi-square ( X 2 ¿terhadap
besarnya pemyimpangan nisbah mendelian yang terjadi (Hartati dan Ferry, 2017).
Menurut Fried dan Gerorge (2005), tes Chi-squre adalah suatu metode yang
digunakan untuk melakukan proses evaluasi terhadap kebenaran atau tidaknya
pecobaan yang dilakukan dengan melakukan perbandingan dengan teori yang
berlaku atau yang digunakan. Sedangkan menurut Mas’ud dan Prelly (2013), tes
Chi-square adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukuran dengan
melakukan perbandingan antara hasil perlakuan yang terjadi dengan hasil yang
diharapkan secara teoritis.
Uji Chi square adalah cara yang dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan. Selain itu, uji ini harus pula
memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas). Uji Chi-
square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel

7
nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lainnya. Mengevaluasi suatu hipotesis genetik, diperlukan suatu uji
yang dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang diharapkan menjadi
probabilitas dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Uji yang
lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji
kecocokan (goodness of fit) (Fauzi dkk, 2017).
Menurut Fried dan Gerorge (2005), rumus yang digunakan dalam Chi-square
adalah berikut ini:
2
2 (o−e )
χ =∑
e
Keterangan:
d = deviasi atau penyimpangan (selisih antara nilai hasil pengamatan
(percobaan) dengan nilai yang diharapkan (teori)) (o-e).
o = observed; nilai hasil pengamatan (percobaan).
e = expected; nilai hasil yang diharapkan (teori).
∑ = sigma (jumlah)

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Rabu, 25 September 2019
Waktu : Pukul 10.50 sd 12.30 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi lantai 2 Barat, Jurusan Biologi
FMIPA FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol biakan 1 buah
b. Spidol 1 buah
c. Gunting 1 buah
d. Papan 1 potong
e. Tripleks 3 potong
f. Balok kayu 2 potong
g. Paku 4 buah
2. Bahan
a. Lalat buah (Drosophila melanogaster) 2 ekor
b. Lem Secukupnya
c. Kertas karton dengan warna berbeda 4 lembar
C. Langkah Kerja
1. Persilangan monohibrid

1. Menyiapkan sepasang 2. Kira-kira dua minggu setelah


lalat buah dan mengawinkan lalat buah diperoleh
dimasukkan ke dalam lalat buah F1. Masukkan data
medium. seperti pada tabel.

9
2. Persilangan dihibrid (menggunakan baling-baling)

1. Menyiapkan baling- 2. Melakukan pengambilan data


baling yang telah sebanyak 100 kali dengan
dibuat dan memutar baling-baling.
menentukan bagian
mana yang bersifat
dominan atau resesif.

3. Memasukkan hasil simulasi


kedalam tabel lalu menguji
seluruh data dengan menggunkan
Chi-square.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Persilangan monohibrid
P = XX x XY
G = X X Y
F = Tidak teramati
Tidak teramati
2. Persilangan dihibrid
P1 = AABB x aabb
G = AB x ab
F1 = AaBb
P2 = AaBb x AaBb
G = AB, Ab, aB, ab x AB, Ab, aB, ab
F2 = AABB, AABb, AaBB, Aabb, AaBb, Aabb, AaBb, Aabb, AaBB,
AaBb, aaBB, aaBb, AaBb, Aabb, aaBb, aabb
Fenotip
Observed(O) Expected (E) (O-E)2 (O-E)2/E
e
A_B_ 62 56,25 33,06 0,58

A_bb 15 18,75 14,06 0,74

aaB_ 17 18,75 3,06 0,16

Aabb 6 6,25 0,06 0,01

Total 100 100 50,24 1,49


Sumber: Data Primer, 2019
B. Analisis data
1. Fenotipe A_B_
Observed (O) = 62
9
Expected (E) = ×100 = 56,25
16
(O-E)2 = (62-56,25)2
= 33,06

11
33,06
(O-E)2/ E =
56,25
= 0,58
2. Fenotipe A_bb
Observed (O) = 15
3
Expected (E) = ×100 = 18,75
16
(O-E)2 = (15-18,75)2
= 3,06
3,06
(O-E)2/ E =
18,75
= 0,74
3. Fenotipe aaB_
Observed (O) = 17
3
Expected (E) = ×100 = 18,75
16
(O-E)2 = (17-18,75)2
= 14,06
14,06
(O-E)2/ E =
18,75
= 0,16
4. Fenotipe aabb
Observed (O) = 6
1
Expected (E) = ×100 = 6,25
16
(O-E)2 = (6 - 6,25)2
= 0,06
0,06
(O-E)2/ E =
6,25
= 0,01
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh:
X2 hitung = 1,49
Mencari X2 tabel :
α = 1-p
α = 1 – 0,95

12
α = 0,05
df = n -1
df = 4-1
df = 3
Sehingga, X2 tabel = 7,815
H0: Rasio perbandingan fenotipe pada persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
Diterima apabila X2 tabel > X2 hitung
Kesimpulan: X2 tabel > X2 hitung maka hipotesis (H0) diterima.
C. Pembahasan
Praktikum unit 3 persilangan Drosophila melanogaster, bertujuan untuk
mengetahui cara membuat perkawinan monohibrid dari Drosophila melanogaster
dan mengamati rasio fenotipe keturunannya, mengetahui proses penurunan dan
penggabungan gen dalam proses persilangan, serta mengetahui cara penggunaan
tes Chi-Square (X2). Praktikum yang telah dilakukan terdiri dari dua kegiatan,
yaitu persilangan mohohibrid dan persilangan dihibrid.
Kegiatan pertama adalah persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid
adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda.
Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang
disebut dengan hukum segresi. Pada praktikum digunakan sepasang lalat buah
(Drosophila melanogaster) sebagai objek percobaan. Perkawinan lalat buah
(Drosophila melanogaster) dilakukan dengan mengamati satu sifat beda
autosomal, dengan genotipe parental lalat buah (Drosophila melanogaster) betina
adalah XX dan genotipe parental lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan
adalah XY. Parental lalat buah yang dimasukkan ke dalam medium pemeliharaan
lalat buah (Drosophila melanogaster) lebih dari sepasang dimana seharusnya
hanya sepasang parental lalat buah (Drosophila melanogaster) yang dimasukkan
ke dalam medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster) secara
bersamaan. Sehingga pada percobaan persilangan monohibrid dengan objek lalat
buah (Drosophila melanogaster) menghasilkan keturunan (F1) tidak bisa teramati
dengan jelas. Hal ini disebabkan karena parental yang dimasukkan dalam medium
lebih dari sepasang sehingga tidak bisa diamati dengan pasti keturunan yang
dihasilkan dari parental lalat buah (Drosophila melanogaster) tersebut.

13
Proses penurunan dan penggabungan gen dalam proses persilangan pada saat
pembentukan gamet, gen di dalam alel yang sebelumnya berpasangan akan
mengalami pemisahan secara bebas dalam dua sel anak (gamet). Secara bebas di
sini maksudnya adalah pemisahan kedua gen tersebut tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi pasangan gen yang lainnya. Hal ini terjadi pada persilangan
monohibrid. Sedangkan pada persilangan dihibrid, pada saat pembentukan F2, gen
di dalam gamet yang tadinya mengalami pemisahan kemudian akan bergabung
secara bebas. Penggabungan secara bebas ini maksudnya adalah gen yang satu
dapat secara bebas bergabung dengan gen yang lainnya tanpa adanya syarat
tertentu.
Menurut Hartati dan Ferry (2017), percobaan persilangan monohibrid pada
lalat buah (Drosophila melanogaster) ditujukan untuk membuktikan hukum
Mendel I dengan mengawinkan suatu organisme dengan satu pasang tanda/sifat
beda. Persilangan monohibrid menghasilkan dua atau tiga fenotipe pada generasi
kedua (F2) dengan perbandingan 1:2:1 atau 3:1. Mendel beranggapan bahwa sifat
yang tidak muncul pada generasi F1 itu sebenarnya ada didalam individu tersebut,
tetapi tidak terekspresikan atau tidak nampak, sehingga ia kemudian menarik
kesimpulan bahwa sifat tertentu dapat menutup sifat lainnya.
Kegiatan kedua adalah persilangan dihibrid. Persilangan dihibrid adalah
persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda. Pada
praktikum digunakan baling-baling percobaan untuk mengambil fenotip secara
acak. Persilangan dihibrid rasio fenotipe F2 9:3:3:1 dengan fenotipe A_B_, A_bb,
aaB_, aabb. Dari percobaan yang dilakukan, maka data yang didapatkan
62:15:17:6, dimana A_B_ lebih dominan muncul dibanding dengan aabb yang
hanya 6 kali muncul. Sedangkan untuk fenotipe A_bb muncul sebanyak 15 kali,
sedangkan aaB_ muncul sebanyak 17 kali pada saat dilakukan percobaan.
Setelah pengambilan data pada persilangan dihibrid selesai dilaksanakan,
maka data yang diperoleh diuji Chi- Square (X2), sehingga dihasilakn X2 hitung =
1,49 dan X2 tabel = 7,815, dimana X2 tabel lebih besar dibandingkan X2 hitung.
H0: Rasio perbandingan fenotipe pada persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
Diterima apabila X2 tabel > X2 hitung. Kesimpulan: X2 tabel > X2 hitung maka
hipotesis (H0) diterima. Menurut Fried dan Gerorge (2005), Chi-square (X2)

14
sering kali digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh dari suatu
percobaan itu sesuai dengan rasio yang kita harapkan atau tidak.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Persilangan monohibrid pada lalat buah (Drosophila melanogaster)
merupakan perkawinan atau persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda, misalnya pada perkawinan lalat buah (Drosophila
melanogaster) dengan satu sifat beda autosomal.
2. Proses penurunan dan penggabungan gen dalam proses persilangan
monohibrid pada saat pembentukan gamet, gen di dalam alel yang
sebelumnya berpasangan akan mengalami pemisahan secara bebas dalam
dua sel anak (gamet). Sedangkan pada persilangan dihibrid, pada saat
pembentukan F2, gen di dalam gamet yang tadinya mengalami pemisahan
kemudian akan bergabung secara bebas.
3. Uji Chi-square (X2) adalah cara yang dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan. Chi-square (X2) sering kali
digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh dari suatu percobaan
itu sesuai dengan rasio yang kita harapkan atau tidak.
B. Saran
1. Praktikan
Alangkah baiknya praktikan memperhatikan alat dan bahan yang akan
digunakan agar praktikum berjalan dengan lancar serta praktikan sebaiknya
menggunakan masker dan handscoon (sarung tangan) pada saat praktikum
agar mengurangi kontaminasi dengan bakteri pada saat pembuatan medium.
2. Asisten
Sebaiknya asisten memberikan kesempatan semaksimal mungkin kepada
praktikan dalam melaksakan praktikum sehingga semua praktikan aktif ketika
praktikum berlangsung.
3. Laboran
Sebaiknya menyediakan alat dan bahan praktikum yang lebih lengkap dan
steril sehingga bisa menunjang keberhasilan praktikum pada setiap unitnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Campbell N.A., Reece J.B., & Mitchell L.G. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
3 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Fauzi, Ahmad., dan Shefa, Dwijayanti Ramadani. 2017. Learning The Genetics
Concepts Through Project Activities Using Drosophila melanogaster: A
Qualitative Descriptive Study. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. Vol. 3,
No. 3.

Fried dan Gerorge. 2005. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.

Hartati., dan Ferry, Irawan. 2017. Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Mas’ud, Abdu., dan Prelly, M.J Tuapattinaya. 2013. Studi Peristiwa Epistasis
Resesif Pada Persilangan Drosophila melanogaster Strain Sepia (Se) ><
Rough (Ro) Dan Strain Vestigial (Vg) >< Dumphi (Dp). Jurnal
Bioedukasi. Vol 1. No 2.

Safitri, Dian., dan Suhaedir, Bachtiat. 2017. Pengaruh Penambahan Ragi Pada
Media Terhadap Perkembang Biakan Drosophila Melanogaster. Jurnal
Biology Science & Education. Vol. 6, No. 1.

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai