HUKUM MENDEL
Pustaka Larasan
2021
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penulis
Dewa Nyoman Oka
I Gede Sudirgayasa
Pracetak
Slamat Trisila
Penerbit
Pustaka Larasan
(Anggota IKAPI Bali)
Jalan Tunggul Ametung IIIA No. 11B
Denpasar, Bali, Indonesia
Pos-el: pustaka.larasan@gmail.com
Ponsel: 0817353433
Cetakan Pertama
Maret 2021
ISBN 978-623-6013-13-7
ii
KATA PENGANTAR
T
erbitnya buku bacaan dengan tema Hukum Mendel
dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan
produk ilmiah yang tak ternilai harganya. Oleh sebab
itu, selaku pimpinan Fakultas Pendidikan Matematika dan llmu
Pengetahuan Alam IKIP Saraswati saya memanjatkan puji
syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya lah buku ini akhirnya dapat diterbitkan.
Patut berbangga bisa mengantar buku ini kepada
masyarakat umum. Buku adalah produk ilmiah yang merupakan
hasil dari aktivitas ilmiah. Mengutip pernyataan Prof. Dwidjo
Seputro yang mengatakan bahwa: Alam ini terbuka tetapi penuh
dengan rahasia. Terbitnya buku merupakan kunci- kunci untuk
membuka satu persatu rahasia alam tersebut. Sebagai lembaga
yang bergerak di bidang pendidikan, FP MIPA IKIP Saraswati
merasa berkepentingan dan selalu berharap SDM-nya bisa
melahirkan karya-karya ilmiah.
Buku ini ditulis sudah barang tentu melalui proses panjang.
Berdasarkan pengalaman mengampu mata kuliah Genetika dan
menganalisis kesulitan-kesulitan belajar dari mahasiswa maka
terciptalah buku dengan variasi yang berbeda dari sumber-
sumber sebelumnya. Tampilan konten yang menarik didukung
dengan ilustrasi berwarna disertai contoh-contoh nyata yang
sesuai dengan kebutuhan pembaca merupakan ramuan lengkap
disajikan oleh penulis, untuk menambah daya tarik tersendiri
buku ini agar dibaca tuntas. Sehingga pemahaman terhadap
konsep yang disajikan akan menjadi lebih mudah.
iii
Atas dasar itu pula, saya mengucapkan terima kasih
kepada Prof. Dr. Drs. Dewa Nyoman Oka, M.Pd selaku penulis
utama dan I Gede Sudirgayasa, S.Pd., M.Pd. sebagai penulis
pembantu, atas segala usaha dan kerja sama yang produktif
selama penyusunan buku ini. Terima kasih juga disampaikan
kepada Rektor IKIP Saraswati dan semua pihak yang telah
berkontribusi atas terbitnya buku ini. Produk ilmiah ini menjadi
aset yang sangat berharga bagi lembaga sebagai bahan ajar
untuk memperkaya sumber bacaan. Sesuai dengan harapan
penulis semoga buku ini bermanfaat bagi semua pembaca dan
dapat berperan dalam mencerdaskan anak bangsa.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang
sempurna. Kalaupun ada kekurangan-kekurangan dalam buku
ini mudah-mudahan akan menjadi pelecut motivasi bagi penulis
untuk menghasilkan karya-karya yang lebih berkualitas ke
depannya. Semoga buku ini menjadi motivator gemar menulis
sebagai wahana pengembangan kompetensi bagi sumber daya
manusia FP. MIPA IKIP Saraswati.
iv
PENGANTAR PENULIS
P
uji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan yang maha
Esa, karena berkat rahmat-Nya, buku ini dapat terselesaikan
sengan lancar. Buku ini kami susun sebagai pelengkap dalam
mengantarkan mahasiswa pendidikan biologi dalam memahami
konsep biologi pada umumnya.
Buku ini secara khusus membahas hukum Mendel I dan II serta
penyimpangan hukum Mendel terkait interaksi gen. Mahasiswa
akan disajikan konsep secara menarik karena buku ini telah
didukung dengan ilustrasi berwarna untuk memudahkan mahasiswa
memahami konsep yang disajikan. Di akhir setiap bab, mahasiswa
diberikan kesempatan untuk melatih pemahamannya melalui
pertanyaan-pertanyaan sebagai umpan balik. Dengan demikian,
mahasiswa mampu secara mandiri mengukur ketercapaian apa
yang telah mereka pelajari.
Selesainya buku ini tidak terlepas dari dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan
banyak terima kepada semua pihak yang telah mendukung. Akhir
kata, buku ini masih jauh dari sempurna yang perlu terus direvisi
dan disempurnakan. Oleh karena itu, kami mohon masukan dan
saran yang membangun sehingga kedepannya karya kami ini
akan lebih sempurna sehingga doa dan harapan kami dalam turut
mencerdaskan anak bangsa dapat terwujud. Terima kasih
v
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1. Pengertian Genetika ................................................... 1
2. Mendel Sebagai Peletak Landasan Ilmu Genetika .... 2
3. Terminologi Dalam Ilmu Genetika ............................ 3
4. Keanekaragaman Gen Dan Jenis ............................... 9
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 2.14 Digram Anak Garpu pada Persilangan Trihibrid 33
Gambar 3.1 (a) Single (rr pp), (b) Rose ( R- pp ), (c) Pea ( rr
P-) dan (d) walnut ( R- P- ). (Photos by Freyja
Imsland (A–C) and David Gourichon (D).
doi:10.1371/journal.pgen.1002775.g001) .......... 41
Gambar 3.2 Interaksi Gen Antara Alel R Dengan Alel P
Dalam Penentuan Model Pial Ayam ................. 42
Gambar 3.3 Linaria maroccana ............................................ 44
Gambar 3.4 Gandum ........................................................... 47
Gambar 3.5 Fenomena Epistasis Dominan Ada Persilangan
Labu .................................................................. 49
Gambar 3.6 Jalur Biokimia Pembentukan Zat Warna pada
Buah Labu Yang Melibatkan 2 Alel (W dan Y). 50
Gambar 3.7 Tikus Albino ..................................................... 52
Gambar 3.8 Lathyrus odoratus ............................................. 54
viii
I
PENDAHULUAN
G
1. Pengertian Genetika
enetika adalah cabang biologi yang mempelajari
pewarisan sifat pada organisme. Dahulu orang
beranggapan bahwa sifat seseorang diwarikan kepada
keturunannya lewat darah. Seseorang dikatakan berdarah biru kalau
dia lahir dari keluarga bangsaan, darah Belanda untuk menyatakan
keturunan Belanda dan sebagainya. Pendapat itu ternyata tidak
benar sebab kalau ada seseorang yang menerima darah dari orang
lain lewat transfusi darah ternyata dia tidak mewarisi sifat–sifat
apapun dari donornya. Kalau demikian halnya lewat apa dan dalam
bentuk apakah sifat–sifat menurun itu diwariskan. Sifat menurun itu
ternyata diwariskan lewat gen (DNA) yang ada di dalam kromosom
sel kelamin. Jadi, substansi dasar genetika adalah gen yang terdapat
dalam kromosom.
Genetika merupakan cabang ilmu dari biologi yang mencoba
menjelaskan persamaan dan perbedaan sifat yang diturunkan pada
makhluk hidup. Selain itu, genetika juga mencoba menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang diturunkan atau
diwariskan dari induk kepada turunannya, bagaimana mekanisme
materi genetika itu diturunkan, dan bagaimana peran materi
genetika tersebut. Konsep Genetika berkembang dari ilmu yang
membahas tentang bagaimana sifat diturunkan menjadi lebih luas
lagi yakni ilmu yang mempelajari tentang materi genetik. Secara
1
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
2
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
3
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
3:1. Dengan kata lain, sifat induk yang tidak muncul pada hibrida
dapat muncul kembali pada generasi berikutnya, demikian juga sifat
hibrida itu sendiri. Mendel menyimpulkan bahwa pewarisan sifat
diatur oleh suatu determinan melalui sel-sel kelamin dan bahwa
determinan ini berkombinasi menurut hukum peluang statistik.
Sifat-sifat itu tetap khusus, dan tidak tercampur.
Jadi, agak mirip dengan Copernicus yang menolak gagasan
kuno bahwa alam semesta bersifat geosentris, Mendel mencampakan
konsep pewarisan campuran yang sudah berusia seabad dan masih
beredar serta mengemukakan suatu konsep baru: konsep yang
meneliti pewarisan sifat khusus sebagaimana yang muncul pada
induk dan anak. Dengan demikian dia meletakkan landasan bagi
suatu ilmu baru, yang oleh William Bateson disebut ilmu genetika
pada tahun 1906.
4
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
b. Genotip
Genotip adalah susunan gen yang menentukan sifat dasar
suatu makhluk hidup dan bersifat tetap. Dalam genetika genotip
ditulis dengan menggunakan simbol huruf dari huruf paling depan
dari sifat yang dimiliki oleh individu. Setiap karakter sifat yang
dimiliki oleh suatu individu dikendalikan oleh sepasang gen yang
membentuk alela. Sehingga dalam genetika simbol genotip ditulis
5
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
b. Fenotip
Fenotip adalah sifat yang tampak pada suatu individu dan
dapat diamati dengan panca indra, misalnya warna bunga merah,
rambut keriting, tubuh besar, buah rasa manis, dan sebagainya.
Fenotip merupakan perpaduan dari genotip dan faktor lingkungan.
Sehingga suatu individu dengan fenotip sama belum tentu
mempunyai genotip sama. Genotip menentukan potensi karakter,
sedangkan lingkungan menentukan sampai dimana tercapai batas
potensi itu. Seperti mobil yang dibikin berpotensi dengan kecepatan
200 km/jam. Kalau jalan rusak parah umpanya hanya bisa melaju
dengan kecepatan 30 km/jam. Orang yang keturunannya berpotensi
memiliki tubuh tinggi jangkung, tetapi sejak kecil anak itu mendapat
asupan makanan yang tidak bergizi bahkan jarang makan maka
setelah dewasa anak itu bertubuh pendek. Ada karakter yang sedikit
sekali dipengaruhi faktor lingkungan, ada pula yang banyak sekali.
Makin banyak factor lingkungan yang berperan dalam pernyataan
fenotip, makin banyak variasi yang terdapat tentang karakter itu di
masyarakat. Karakter kuantitatif banyak sekali di bawah pengaruh
lingkungan, sehingga banyak sekali variasi mutunya.
6
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
7
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
c. Dominan
Gen dikatakan dominan apabila gen tersebut bersama dengan
gen lain (gen pasangannya), akan menutup peran atau sifat gen
pasangannya tersebut dalam persilangan gen, dominan ditulis
dengan huruf besar contohnya B.
d. Resesif
Gen dikatakan resesif apabila berpasangan dengan gen lain
yang dominan ia akan tertutup sifatnya (tidak muncul), tetapi
bila bersama dengan gen resesif lainnya (alelanya) sifatnya akan
muncul. Dalam gen resesif ditulis dengan huruf kecil misalnya b.
e. Intermediet
Intermediet adalah sifat suatu individu yang merupakan
gabungan dari sifat kedua induknya. Hal ini dapat terjadi karena sifat
kedua induknya yang muncul sama kuat (kodominan). Misalnya,
bunga warna merah disilangkan dengan bunga warna putih, maka
akan menghasilkan keturunan bungan warna merah muda.
f. Hibrid
Hibrid merupakan perkawinan dua individu yang mempunyai
sifat beda. Berdasarkan banyaknya sifat beda individu yang
melakukan perkawinan, hibrid dibedakan menjadi (a) monohibrid,
yaitu suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa); (b) dihibrid, yaitu
8
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb); (c) trihibrid, yaitu suatu
hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc); (d) tetrahibrid, yaitu suatu
hybrid dengan empat sifat beda (AaBbCcDd).
g. Galur Murni
Galur murni adalah keturunan asal satu induk yang masing-
masing individu anggotanya memiliki seragam karena homozigot
untuk semua lokusnya akibat penyerbukan/pembuahan sendiri
yang berulang-ulang.
9
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
b. Keanekaragaman Jenis
Berbeda dengan keanekaragaman tingkat genetik, ke
anekaragaman tingkat individu/spesies ini menunjukkan adanya
jumlah dan variasi dari jenis-jenis organisme. Lalu, kenapa bisa
terjadi keanekaragaman tingkat individu/spesies?
Keanekaragaman ini bisa terjadi karena adanya pengaruh
kandungan genetik dengan habitatnya. Contoh dari keanekaragaman
individu/spesies ini ada pada Arecaceae atau palem-paleman.
Kalau kita perhatikan secara sekilas, bentuk fisik tanaman ini
mirip. Padahal, semuanya merupakan jenis/individu yang berbeda.
Misalnya, pohon Aren yang mempunyai nama latin Arenga
pinnata dan Pinang yang nama latinnya Areca catechu. Selain itu,
habitat pohon aren yang biasa tumbuh di pegunungan, mempunyai
struktur daun yang jauh berbeda dengan pohon kelapa yang tumbuh
di pantai. Perbedaan habitat inilah yang menyebabkan setiap
tanaman tadi mempunyai ciri khusus dari tiap spesiesnya.
10
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
11
12
II
HUKUM MENDEL
H
1. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi Mendel)
ukum Mendel adalah hukum mengenai prinsip-prinsip
dasar tentang pewarisan-sifat yang dijabarkan oleh
Gregor Johann Mendel. Mendel menemukan konsep
dasar pewarisan-sifat dengan membudidayakan kacang ercis dalam
suatu percobaan yang terencana dan teliti. Mendel lahir di wilayah
Austria yang kini merupakan bagian dari Republik Ceko. Pada saat
berusia 21 tahun tepatnya pada tahun 1843, Mendel bergabung
dengan suatu biara Agustinan. Pada tahun 1851, ia meninggalkan
biaranya untuk belajar selama dua tahun di bidang fisika dan kimia
di University of Vienna. Setelah kembali ke biaranya Mendel diberi
tugas mengajar di sekolah lokal. Biara menyediakan lahan subur
yang cukup luas untuk penelitian Mendel. Sekitar tahun 1857,
Mendel mulai membiakkan tanaman ercis di kebun biara untuk
mempelajari prinsip-prinsip dasar pewarisan sifat. Prinsip-prinsip
dasar pewarisan sifat yang ditemukan Mendel dirumuskan dalam 2
hukum, yaitu (1) hukum pemisahan (segregation of allelic genes)
yang dikenal sebagai Hukum Mendel Pertama dan; (2) hukum
berpasangan secara bebas (independendent Assortment of genes)
yang dikenal sebagai Hukum Mendel Kedua.
Dengan menyilangkan dua varietas galur-murni suatu
organisme, ilmuwan dapat mempelajai pola-pola pewarisan-sifat.
Percobaan–percobaan kawin silang (hibridisasi) yang dilakukan
13
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
14
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
dengan sel telur yang ada pada putik. Hal ini dapat terjadi karena
di dalam satu bunga terdapat organ-organ reproduksi jantan dan
organ reproduksi betina. Pada setiap bunga ercis memiliki organ
penghasil benang sari (organ penghasil sperma) sekaligus memiliki
organ putik (organ penghasil sel telur). Agar terjadi penyerbukan
silang (cross-pollination, fertilisasi di antara tanaman-tanaman
yang berbeda), Mendel memotong dan membuang benang sari
(stamen) yang belum matang pada salah satu tanaman sebelum
menghasilkan serbuk sari. Ia kemudian memidahkan serbuk sari
dari tanaman lain ke bunga yang telah dibuang benang sarinya (lihat
Gambar 2.1). Setiap zigot yang dihasilkan kemudian berkembang
menjadi embrio tanaman yang terbungkus dalam biji. Baik melalui
penyerbukan sendiri yang dipaksakan atau melalului penyerbukan
buatan, Mendel selalu dapat memastikan garis keturunan biji-biji
yang dihasilkan.
15
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
16
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
17
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
18
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Gambar 2.4
Ilustrasi Persilangan
Monohibrida Mendel
P – F2 (Pierce, 2016).
19
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
20
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
21
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
22
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
23
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
2. Testcross
Dengan melihat fenotip warna ungu pada tanaman ercis kita
tidak bisa menentukan genotip warna ungu tersebat karena genotip
PP dan Pp memiliki fenotip yang sama yaitu bunga ungu. Untuk
mengungkap apakah fenotip bunga ungu itu dikendalikan oleh
genotip homzigot PP atau heterozigot Pp dapat dilakukan testcross
(pengujian silang) atau menyilangkan homzigot resesif putih (pp)
dengan induk yang genotipnya tidak diketahui. Genotip pada
tanaman berbunga putih diketahui uu karena warna putih merupakan
sifat resesif, tanaman ini pasti homozigot. Jika semua keturunan dari
penyilangan tersebut mempunyai bunga ungu, maka induk lainnya
pasti homozigot untuk alel dominan (PP). Tetapi jika fenotip warna
ungu dan putih kedua duanya muncul di antara keturunannya, induk
bunga ungu pasti heterozigot (Pp). Perkawinan homozigot resesif
dengan organisme yang mempunyai fenotip dominan tetapi tidak
diketahui genotifnya disebut testcross (pengujian silang). Cara ini
diperkenalkan oleh Mendel dan hingga kini masih menjadi metode
yang penting bagi ahli genetika. Untuk lebih memahami tekniknya,
perhatikan Gambar 2.5 berikut.
24
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
3. Ko-dominan/Intermediate
Selain sifat dominan penuh juga terdapat sifat dominan tak
penuh. Ini berarti alela resesifnya juga tidak resesif penuh. Fenotip
dominan dalam keadaan homozigot berbeda dengan keadaan
heterozigot. Jadi, yang dimaksud dengan sifat intermedier adalah
gen-gen sealel yang sifatnya sama-sama tidak dominan atau tidak
resesif, sehingga jika berada bersama-sama akan memunculkan
fenotip dari sifat keduanya.
25
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
26
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
27
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
28
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
menyilangkan dua sifat beda, seperti kacang ercis biji bulat warna
kuning dengan biji kisut warna hijau. Jika kacang ercis biji bulat
adalah BB dan kacang ercis biji warna kuning adalah KK maka
kacang ercis biji bulat warna kuning adalah BBKK dan kacang
ercis biji kisut warna hijau adalah bbkk. Dari persilangan parental
kacang ercis biji bulat warna kuning (BBKK) dengan kacang ercis
biji kisut warna hijau (bbkk), diperoleh generasi F1 bulat kuning
seluruhnya (BbKk). Perkawinan sesama generasi F1 diperoleh
generasi F2 dengan perhitungan seperti yang tampak pada gambar
2.8.
29
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
30
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
5. Persilangan Trihibrid
Persilanagn trihibrid adalah persilanagn dengan tiga karakter
yang berbeda. Dalam percobaannya Mendel menyilangkan galur-
murni tanam ercis biji bulat, warna kuning, bunga ungu (genotip
BBKKUU) dengan galur-murni tanaman ercis biji keriput, hijau,
bunga putih (genotip bbkkuu). Diperoleh keturunan generasi pertama
(F1) biji bulat, warna kuning bunga ungu (genotip BbKkUu), F1
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri, akan terjadi pemisahan
pasangan gen sealela dan selanjutnya terjadi penggabungan alela
secara bebas dalam satu gamet sehingga dihasilkan 8 macam
gamet. Kedelapan macam gamet itu adalah BKU, BKu, BkU, Bku,
bKU, bKu, bkU, bku. Sesuai dengan jumlah macam gamet jumlah
penotipnya juga ada 8 macam. Kedelapan penotip itu adalah (1)
bulat-kuning-bunga ungu: (2) bulat-kuning-bunga putih; (3) bulat-
hijau-bunga ungu; (4) kisut-kuning-bunga ungu; (5) kisut-kuning-
bunga putih; (6) bulat-hijau-bunga putih; (7) kisut-hijau-bunga
ungu; (8) kisut-kuning-bunga putih dengan rasio 27 : 9 : 9 : 9 : 3 :
3 : 3 : 1.
31
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
32
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
33
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
34
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
2. Lengkapilah bagan
dari persilangan
monohybrid berikut
sesuai dengan aturan
dalam hukum Mendel
I!
35
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
36
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
37
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
12. Pada tomat batang tinggi [T] dominan terhadap batang ker-
dil [t], batang berbulu [B] dominan terhadap batang licin
[b]. Jika tinggi berbulu di test cross, didapat turunan 118
tinggi berbulu, 121 kerdil licin, 112 tinggi licin, 109 kerdil
berbulu. Carilah genotip individu yang di test cross itu?
13. Pada marmot bulu pendek [P] dominan terhadap panjang
[p] sedangkan bulu kuning kodominan terhadap putih yang
hasil hibridnya berwarna krem. Dikawinkan sama-sama
bulu pendek krem.
Buatlah punnet square hasil perkawinan itu. Berapa bagian
yang berbulu panjang kuning?
14. Dengan berbahan awal 2 varietas murni kacang kapri: biji
bulat hijau [BBkk] dan biji kisut kuning [bbKK], carilah
cara hibrid yang paling mudah dan cepat didapat (paling
sedikit generasi), agar didapatkan kacang kapri yang
bijinya murni homozigot bundar kuning!
15. Seorang peneliti menyilangkan galur murni kacang kapri
berbiji bulat warna kuning (BBKK) dan biji keriput warna
hijau (bbkk). Persilangan dilakukan sampai mendapat
keturunan F2 yang menhasilkan biji sejumlah 3.200 buah.
Berapakah jumlah biji:
a. warna kuning
b. bulat
c. bulat warna kuning
d. bulat warna hijau
e. keriput warna hijau
38
III
PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL
P
enyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu
bentuk persilangan yang dapat menghasilkan rasio fenotip
yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan hukum
Mendel. Fenotip sendiri merupakan suatu karakteristik yang bisa
diamati dari suatu organisme yang dapat diatur oleh genotip dengan
lingkungan atau interaksi antar keduanya. Karakteristik dari fenotip
mencangkup biokimia, struktural, perilaku, dan fisiologis serta
dari berbagai tingkat gen dari suatu organisme. Kenapa disebut
penyimpangan semu? Disebut semu karena sebenarnya hukum
mendel masih berlaku dalam pola pewarisan tersebut, hanya
terdapat sedikit kelainan akibat sifat gen-gen yang unik.
Pada umumnya, gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri
untuk menumbuhkan karakter/sifat. Tapi ada beberapa gen yang
berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan
sifat. Gen-gen tersebut mungkin terdapat pada kromosom yang
sama atau mungkin pula pada kromosom yang berbeda. Interaksi
antargen akan menimbulkan perbandingan fenotipe yang
keturunannya menyimpang dari penemuan Mendel. Perbandingan
fenotip seperti 3:1 dan 9:3:3:1, pada turunan generasi F2 tidak
selalu ditemukan. Misalnya pada suatu pembastaran diperoleh hasil
turunan generasi F2 dengan perbandingan 9:7 atau 9:3:4, bukan
9:3:3:1. Penyimpangan yang terjadi seperti itu disebut sebagai
penyimpangan semu dari temuan Mendel karena sebenarnya
39
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
1. Kriptomeri
Kriptomeri pada Jengger Ayam
Interaks yang menyembunyikan karakter yang terdapat pada
leluhur disebut atavisme. Kriptomeri pada pial (jengger) ayam
diungkap pertama kali oleh W. Bateson dan R.C. Punnet. Karakter
jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang
berinteraksi. Ada 4 macam bentuk jennger yaitu (a) tunggal (single)
terdapat pada ayam Leghorn; (b) mawar (rose) terdapat pada ayam
Wyandotte; (c) kacang (pea) terdapat pada ayam Brahma; (d)
walnut terdapat pada ayam silangan Malaya.
Keempat macam jawer itu ditentukan olem kombinasi kedua
macam gen di atas bersama alel masing-masing. Gen-gen itu adalah
R-r dan P-p. R dari rose, P dari Pea. Ayam Wyandotte bergenotipe
RRpp, Brahma rrPP, dan walnut RrPp, yang terjadi dari persilangan
40
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Gambar 3.1 (a) Single (rr pp), (b) Rose ( R- pp ), (c) Pea ( rr P-)
dan (d) walnut ( R- P- ). (Photos by Freyja Imsland (A–C) and
David Gourichon (D). doi:10.1371/journal.pgen.1002775.g001)
41
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
42
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
43
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
44
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
2. Polimeri
Salah satu tujuan dari persilangan adalah menghasilkan varietas
yang diinginkan atau hadirnya varietas baru. Dari persilangan yang
dilakukan oleh Nelson Ehle pada gandum dengan warna biji merah
dengan putih, ia menemukan variasi warna merah yang dihasilkan
pada keturunannya. Peristiwa ini mirip dengan persilangan dihibrid
tidak dominan sempurna yang menghasilkan warna peralihan
seperti merah muda. Hanya saja, warna yang dihasilkan ini tidak
hanya dikontrol oleh satu pasang gen saja, melainkan oleh dua gen
yang berbeda lokus, namun masih memengaruhi terhadap sifat
yang sama. Peristiwa ini dinamakan dengan polimeri. Pada contoh
kasus persilangan antara biji gandum berwarna merah dengan biji
gandum berwarna putih dapat Anda perhatikan pada bagan berikut.
45
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
46
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
47
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
Dari diagram tersebut dapat kita peroleh perbandingan
fenotipenya, yaitu 12 hitam : 3 kuning : 1 putih. Dapat dilihat pada
persilangan ini, setiap kemunculan gen H dominan maka fenotipe
yang dihasilkannya adalah langsung warna biji hitam. Warna biji
48
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
49
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
50
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
51
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
4. Komplementer
Salah satu tipe interaksi gen-gen pada organisme adalah saling
men- dukung munculnya suatu fenotipe atau sifat. W. Bateson
dan R.C. Punnet yang bekerja pada bunga Lathyrus odoratus
menemukan kenyataan ini. Mereka melakukan persilangan sesama
bunga putih dan menghasilkan keturunan F2 bunga berwana ungu
seluruhnya. Pada persilangan bunga-bunga berwarna ungu F2,
ternyata dihasilkan bunga dengan warna putih dalam jumlah yang
banyak dan berbeda dengan perkiraan sebelumnya, baik hukum
Mendel atau sifat kriptomeri. Penelitian lebih lanjut yang dilakukan
oleh keduanya mengungkapkan ada dua gen yang berinteraksi
memengaruhi warna bunga, yakni gen yang mengontrol munculnya
bahan pigmen (C) dan gen yang mengaktifkan bahan tersebut (P).
Jika keduanya tidak hadir bersamaan, tentu tidak saling melengkapi
antara sifat satu dengan yang lainnya dan menghasilkan bunga dengan
52
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
53
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
54
Hukum Mendel dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
55
Dewa Nyoman Oka dan I Gede Sudirgayasa
56
DAFTAR PUSTAKA
Brooker , Robert J. et al.. 2011. Biology 2nd ed. USA: The McGraw-
Hill Companies, Inc
Raven, Peter H., et al. 2011. Biology 9th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies, Inc
57
Sembiring, Langkah & Sudjino. 2009. Biologi : Kelas XII untuk
SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
58
INDEKS
D H
Darwin 3 hibrid 8, 9, 17, 38
Digram Anak Garpu 33, 60 Hibrid 8
DNA 1, 2, 5 Hipostasis v, 47, 60
dominan 6, 8, 17, 21, 22, 23, 24, H. Nilsson-Ehle 40
25, 36, 37, 38, 42, 43, 45, 46, Hugo de Vries 2
47, 48, 49, 50, 51, 53, 55, 60 Hukum Mendel 13
Dominan 8, 49 Hukum Segregasi Mendel 13, 16,
60
E
E.M. East 40 I
epistasis 40, 47, 48, 49, 51 Intermediate 25, 26, 60
Epistasis 47, 48, 49, 51 Intermediet 8, 60
59
J Persilangan Monohibrida 19, 23,
60
Jerman 2 Persilangan Trihibrid v, 31, 33, 60
polimeri 40, 45, 46
K
Polimeri 45
Keanekaragaman v, 9, 10, 57
Keaneka Ragaman Jenis 10 R
Ko-dominan 25, 60 R.C. Punnet 40, 52
komplementer 40, 53 resesif 6, 8, 17, 21, 22, 24, 25, 42,
Komplementer 52 47, 49, 51, 55
Kriptomeri v, 40, 43, 60 Resesif 8
kromatin 4 reverse transcription 2
RNA 2
M
rolling circle replication 2
Mendel, G.J. 13, 14, 15, 16, 17, 35,
36, 37, 39, 40, 42, 43, 50, 52, S
55, 57 Stern 7
Mendelian inheritance 2
U
N
University of Vienna 13
Nelson Ehle 45, 48
W
P
William Bateson 4, 40
Penyimpangan Semu 39, 55
persilangan dihibrid 28, 33, 45
60
TENTANG PENULIS
61
I Gede Sudirgayasa, S.Pd., M.Pd.
lahir di Tabanan Bali pada tanggal 22
Juli 1986. Menyelesaikan pendidikan
S1 di IKIP Saraswati Tabanan pada
program studi pendidikan biologi pada
tahun 2009. Tahun 2014 meraih gelar
megister pada program studi pendidikan
IPA program pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Sejak 2009 mulai diangkat sebagai dosen tetap
yayasan pada program studi pendidikan biologi di IKIP Saraswati
Tabanan. Selain aktif sebagai dosen, juga aktif mengembangkan
media pembelajaran biologi melalui kanal Youtube Dirga Biology
Channel.
62