Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
2. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja
didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan
yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari
keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat
menyebabkan kematian.
3. Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau
yang berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu,
kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu
kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich
et al., 1980).
4. Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian
yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial
menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya.
5. Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan
kecelakaan industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni,
2003).
6. Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang
tidak disangka-sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya akan
tetapi ada penyebabnya.
7. Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak
diinginkan yang mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang
dan dapat mengakibatkan luka pada pada seseorang (Hinze, 1997)
8. Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat
menyebabkan atau mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan
pada peralatan dan kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo,
2007).

B. Jenis-jenis Kecelakaan Akibat Kerja


Jenis-jenis kecelakaan keja dapat digolongkan dalam lima
kelompok besar, yaitu:
1. Kecelakaan karena alat pengangkutan dan lalu lintas
Penyebab kecelakaan kerja ini pada umumnya disebabkan oleh hal-
hal sebagai berikut :
a. Penempatan alat dan material yang tidak teratur, kurang baik
dan tidak pada tempatnya.
b. Kurangnya disiplin pekerja pengangkutan.
c. Kurangnya keahlian pekerja pengangkutan.
d. Kurangnya pengamanan dalam pengangkutan dan lalu lintas.
e. Kesalahan cara pengangkutan material/barang.
f. Kelebihanbeban/muatan dalam pengangkutan.
g. Kurang lengkapnya rambu dan tanda lalu lintas serta pengaman
lainnya.
2. Kecelakaan karena kejatuhan benda
Penyebab kecelakaan kerja ini adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam membuang benda dari tempat yang tinggi.
b. Penyimpanan/peletakan benda atau peralatan yang tidak pada
tempatnya.
c. Memasang material/peralatan yang kurang baik dan tidak pada
tempatnya.
d. Tidak adanya pengamanan terhadap benda/peralatan yang jatuh.
e. Kesalahan dalam mengangkat material/peralatan ketempat
yang tinggi.
f. Mengangkat material/peralatan dengan muatan berlebihan.
g. Pekerja tidak mengenakan topi pelindung/safety helmet.
3. Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/ keras
Kecelakaan kerja karena tergelincir, terpukul, terkena benda
tajam/keras umumnya sering terjadi. Kecelakaan ini disebabkan
karena:
a. Pada umumnya kecelakaan tergelincir dan terpeleset
disebabkan oleh jalan yang licin dan gelap, berdiri tidak pada
tempatnya atau cara kerja yang salah.
b. Kecelakaan kerja karena terpukul disebabkan oleh cara kerja
yang salah atau lalai.

4. Kecelakaan karena jatuh dari ketinggian


Kecelakaan ini bisa berakibat fatal, seperti cacat berat maupun
meninggal dunia. Oleh karena itu, pengawas dan pekerja harus
waspada, telitidan hati-hati pada pekerjaan dengan potensi jatuh
dari tempat tinggi. Kecelakaan terjatuh dari tempat tinggi dapat
terjadi pada pekerja untuk pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerjaan atap, plafon dan akustik.
b. Pekerjaan dinding dan kulit luar dengan menggunakan
scaffolding atau gondola.
c. Pekerjaan instalasi listrik, telepon, data, AC dan plumbing.
d. Kecelakaan karena aliran listrik, kebakaran dan ledakan.
Kecelakaan ini juga bisa berakibat fatal yang dapat
menyebabkan kematian.
Kecelakaan ini dapat terjadi pada pekerja karena :
a) Kecelakaan karena aliran listrik terjadi karena adanya kabel
listrik yang rusak dan mengenai anggota tubuh pekerja.
b) Kecelakaankarenaaliranlistrikterjadikarenaadanyakelalaian
pekerja, tidak mengamankan aliran listrik.
c) Kecelakaan karena kebakaran terjadi karena kepanikan dan
tidak berfungsinya peralatan pendeteksian awal
terhadap api atau asap dan tidak berfungsinya peralatan
pemadam kebakaran seperti sprinkler, APAR atau hydrant.

e. Kecelakaan karena ledakan terjadinya karena kurang


pengamanan terhadap bahan atau material atau peralatan yang
mudah dan dapat meledak.

C. Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja pada Buruh Pabrik


1. Pelaporan kecelakaan kerja karyawan
Setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk melaporkan
setiap kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang menimpa
karyawan kepada BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu juga wajib
dilaporkan pada dinas yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat.
Pelaporan harus dilakukan tidak lebih dari 2 kali 24 jam
sejak terjadinya kecelakaan sebagai laporan tahap I. Selanjutnya
pihak perusahaan harus melaporkan kecelakaan atau penyakit
akibat kerja yang menimpa karyawan kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan dinas terkait tidak lebih dari 2 kali 24 jam
sejak karyawan dinyatakan sembuh, cacat, atau meninggal dunia
sebagai laporan tahap II. Laporan tersebut harus berdasarkan surat
keterangan dokter yang menerangkan bahwa:
a. Keadaan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) karyawan
yang bersangkutan telah berakhir.
b. Karyawan yang bersangkutan mengalami cacat total tetap,
cacat sebagian anatomis, cacat sebagian fungsi.
c. Karyawan yang bersangkutan meninggal dunia.

2. Pengajuan manfaat jaminan kecelakaan kerja


Untuk mengajukan manfaat dari program Jaminan Kecelakaan
Kerja, pihak perusahaan dapat menggunakan laporan tahap II
kepada BPJS Ketenaga kerjaan dengan melam pirkan persyaratan
sebagai berikut:
a. Foto kopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan karyawan yang
bersangkutan.
b. Fotokopi KartuTanda Penduduk (KTP) milik karyawan yang
bersangkutan.
c. Surat keterangan dokter dari dokter yang memeriksa atau
merawat dan/atau dokter penasehat.
d. Asli kuitansi biaya pengangkutan.
e. Asli kuitansi biaya pengobatan dan/atau perawatan yang dapat
dimintakan penggantian kepada BPJS Ketenagakerjaan, apabila
fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan belum bekerja
sama dengan BPJS Ketenagakerjaan karena di lokasi tempat
terjadinya kecelakaan tidak terdapat fasilitas pelayanan
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan.
f. Dokumen pendukung lainnya jika diperlukan.
Apabila persyaratan telah lengkap, maka BPJS
Ketenagakerjaan akan menghitung dan membayarkan kepada pihak
yang berhak menerima sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Permenaker Nomor 26
Tahun 2015, pihak perusahaan wajib membayarkan biaya
pengangkutan karyawan yang mengalami kecelakaan terlebih
dahulu. Kemudian perusahaan dapat meminta penggantian
santunan berupa sejumlah uang yang telah dikeluarkan kepada
BPJS Ketenagakerjaan pada saat pelaporan kecelakaan kerja tahap
II. Berdasarkan pengajuan tersebut, pihak BPJS Ketenagakerjaan
paling lambat 7 hari kerja akan melakukan verifikasi dan
membayar penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan. Hal ini berarti, pada dasarnya kompensasi atau
manfaat JKK bagi karyawan yang mengalami kecelakaan kerja
akan dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

3. Kewajiban perusahaan menjamin keselamatan kerja


Keselamatan kerja menjadi tanggung jawab perusahaan
untuk mengatur dan memelihara ruangan, alat perkakas, di tempat
dimana perusahaan menyuruh karyawan melakukan pekerjaan.
Tanggung jawab keselamatan kerja oleh perusahaan bertujuan agar
setiap karyawan dapat terlindung dari kecelakaan kerja dan bahaya
yang mengancam badan, kehormatan serta harta bendanya. Hal ini
merupakan hak yang harus didapatkan oleh setiap karyawan dalam
menjalani pekerjaannya. Namun, ternyata kesadaran pengusaha
atau pemberi kerja di Indonesia untuk menjamin keselamatan
karyawan masih rendah. Setelah mengetahui informasi di atas,
maka Anda harus memastikan bahwa perusahaan Anda telah
memiliki jaminan khusus terhadap keselamatan kerja karyawan.
Jangan sampai karyawan mengalami kecelakaan kerja dan
operasional perusahaan menjadi terganggu.
Pastikan tim HR perusahaan memperhatikan bahwa SOP
perusahaan telah berjalan lancar dan dipatuhi oleh setiap karyawan.
Sehingga resiko terjadinya kesalahan dapat diminimalisir.
Setiap karyawan, berdasarkan Pasal 86 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
kerja.
Hal ini meliputi upaya keselamatan dan kesehatan kerja
dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan serta
meningkatkan derajat kesehatan para karyawan. Jaminan
keselamatan tersebut dapat dilakukan dengan cara pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Atau pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi. Berdasarkan hak karyawan tersebut, berdasarkan
Pasal 87 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, pihak
perusahaan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
Untuk urusan penggajian, potongan PPh 21 karyawan,
hingga pembayaran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga kerjaan
karyawan, Sleekr akan menyelesaikan tugas administrasi tersebut
secara mudah. Sleekr merupakan software HR yang dirancang
khusus untuk menunjang keberhasilan manajemen HR di
perusahaan Anda. Ajukan demo Sleekr untuk mengetahui secara
lebih lengkap dan jelas mengenai fitur apa saja yang dapat Anda
gunakan untuk perusahaan Anda.

Anda mungkin juga menyukai