Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PASIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

Disusun
Nama/NIM:
Hayu Meivita Sari (201814201015)

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pasien dengan Isolasi Sosial: Menarik
Diri” dengan tepat waktu.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui konsep dasar, asuhan
keperawatan, dan SPTK pasien dengan isolasi sosial yaitu menarik diri.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan
dan bimbingan yang tentunya membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Heru Wahyudi, S.Kep.,Ns.,M.Kes yang senantiasa membimbing
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat
waktu.
2. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a sehingga
penulis dapat bersemangat menempuh semua ini.
3. Rekan-rekan yang telah membantu dalam kesuksesan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis untuk melangkah ke arah yang lebih baik lagi dan mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Nganjuk, 31 Maret 2020


Penulis
DAFTAR ISI
Sampul............................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar..................................................................... 3
B. Asuhan Keperawatan............................................................. 5
C.Strategi Perencanaan Tindakan Keperawatan Jiwa.............................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................... 11
Daftar Pustaka................................................................................................... 12
BAB I
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari
interaksi dan hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993). Isolasi sosial
adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Hubungan yang sangat sehat dapat digambarkan dengan adanya
komunikasi yang terbuka, mau menerima orang lain, dan adanya rasa
empati. Pemutusan hubungan interpersonal berkaitan erat dengan
ketidakpuasan individu dalam proses hubungan proses hubungan yang
disebabkan oleh kurang terlibatnya dalam proses hubungan dan respons
lingkungan yang negatif. Hal tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri
dan keinginan untuk menghindar dari orang lain.

2. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahananan yang digunakan untuk melindungi diri
(Stuart, 2006).
Individu yang mengalami respons sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas (Stuart, 2007).
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang
spesifik yaitu sebagai berikut:
a. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri
(Rasmun, 2004).
b. Isolasi merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain (Rasmun, 2004).
c. Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk
(Rasmun,2001).

3. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
pada strategi seseorang. Strategi koping yang digunakan misalnya
keterlibatan dalam hubungan yang lebih luas seperti dalam keluarga dan
teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas
untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian, musik, atau
tulisan (Stuart, 2006).
Sumber koping yang berhubungan dengan respons sosial
maladaptif adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
b. Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan
perhatian pada hewan peliharaan.
c. Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikanstres interpersonal
(misalnya: Kesenian, musik, atau tulisan).
Menurut (Stuart dan Laraia, 2005) terkadang ada beberapa orang
yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan
teman yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga
sebagian orang yang memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan
menyendiri dan tidak mau menceritakan kepada siapapun termasuk
keluarga dan temannya.

4. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut
Hartono (2010) berisi tentang hal-hal dibawah ini:
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama atau alasan masuk.
c. Faktor predisposisi:
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi.
d. Aspek psikososial menurut Hartono (2010):
1) Genogram:
Merupakan penelususran genetik untuk mengetahui penyebab
gangguan jiwa generasi.
2) Konsep diri:
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yangmengenai
pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.
3) Hubungan sosial:
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun dan berdiam diri.
4) Spiritual:
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran pasien.
e. Status mental menurut Hartono (2010):
1) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat,kurang bicara,
apatis.
2) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut
acak-acakan.
3) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan tidak
bervariatif. Kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang
dibuatnya.
4) Emosi klien mudah tersinggung.
5) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.
6) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak
kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara,
diam.
7) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau waham.
8) Proses berfikir klien meliputi gangguan proses berpikir jarang
ditemukan.
9) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan kenyataan.
10) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan spesifik,
orientasi tempat, waktu dan orang.
11) Kemampuan penilaian klien dapat berupa tidak dapat mengambil
keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu
memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
12) Kebutuhan sehari-hari
Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian,dan istirahat tidur.

B. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pasien dengan Isolasi Sosial:


Menarik Diri
1. Pengkajian
a. Identitas
Isolasi sosial dapat terjadi pada semua usia apabila mereka
mengalami kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan perkembangan
hubungan sosial (Ah. Yusuf, dkk., 2014)
Karakteristik klien isolasi sosial berdasarkan usia memiliki rerata usia
36 tahun dengan usia terendah 19 tahun dan usia tertinggi yaitu 58
tahun (Sukma Ayu Candra Kirana, 2018)
Isolasi sosial lebih rentan terjadi pada klien yang berpendidikan
rendah, tidak bekerja, dan belum menikah (Sukma Ayu Candra
Kirana, 2018)
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
1) Data primer: Merasa ingin sendirian, merasa tidak aman ditempat
umum, merasa berbeda dengan orang ain, merasa asik dengan
pikiran sendiri, merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas. (SDKI)
a) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b) Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan
diri dari orang lain.
c) Komunikasi kurang atau tidak ada, pasien tidak tampak
bercakap-cakap dengan orang lain.
d) Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
e) Berdiam diri di kamar.
f) Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan
pembicaraan, atau pergi sat diajak bercakap-cakap.
g) Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perwatan diri
kurang, dan kegiatan rumah tangga tidak dilakukan.
h) Posisi janin pada saat tidur. (Ah. Yusuf ,dkk., 2014)
2) Data Sekunder: Klien menarik diri, tidak bermibat/menolak
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, afek datar, afek
sedih, riwayat ditolak, menunjukkan permusuhan, tidak mampu
memenuhi harapan orang lain, kondisi difabel, tindakan tidak
berarti, tidak ada kontak mata, perkembangan terlambat, tidak
bergairah. (SDKI)
a) Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
b) Pasien tidak menjawab sama sekali. (Ah Yusuf, dkk.,2014)
c. Faktor Presipitasi/ Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut Direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi
sosial, meliputi sebagai berikut:
1) Faktor eksternal, contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu
stress yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal, contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress
yang terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan
dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu.
d. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart G. W dan Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan pihak diluar keluarga.
Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan
interpersonal:
Tahap Perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Mengembangkan otonom dan
Masa bermain
awal perilaku
Belajar menunjukkan inisiatif,
Masa pra sekolah rasa tanggung jawab, dan hati
nurani
Belajar berkompetisi, bekerja
Masa sekolah
sama, dan berkompromi
Menajdi intim dengan teman
Masa remaja
lawan jenis atau bergantung
Menjadi saling bergantung antara
orang tua dan teman, mencari
Masa dewasa muda
pasangan, menikah dan
mempunyai anak.
Belajar menerima hasil kehidupan
Masa tengah baya
yang dilalui
Berduka karena kehilangan dan
Masa dewasa tua mengembangkan perasaan
keterikatan dengan budaya.
Sumber: Stuart dan Sundeen (2012)
2) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam
gangguanhubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang
tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak
mengargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti
lanjut usia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi
sosial dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.
3) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial
maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan
neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap
diperlukan penelitian lebih lanjut.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut
tanda vital, ukuran-ukuran seperti berat badan, tinggi badan, dan
pemeriksaan fisik sesuai keluhan klien. (Viky Nur Azizah, 2012).
f. Pengkajian Psikososial

Anda mungkin juga menyukai