Anggota Kelompok
Dhesta Ismail
Sifat wajib bagi Allah termasuk diantaranya adalah Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lil
hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar,
Kalam.
Makalah ini dibuat agar pembaca tau apa saja sifat Wajib Allah dan bisa yakin bahwa Allah
maha sempurna, serta jika kita mempelajari sifat wajib Allah dapat menyelamatkan kita dari
kesesatan paham tentang Allah sebagai contoh bila seseorang memahami betul akan sifat
Mukholafah Lilhawadits maka ia tidak akan berkeyakinan Allah duduk di atas Arsynya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. A. Pengertian Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah
wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak
terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu
diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan
kepada sifat wajib.
2. B. SIFAT-SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
2.B.a.Pengertian Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan
bagi_Nya. Allah adalah Khaliq, Zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-
sifat yang dimiliki makhluk_Nya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan sebagaimana bentuk, rupa
dan ciri-ciri_Nya.Begitu juga sifat-sifat_Nya, tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat makhluk.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli
(Al-Qur’an dan Hadits).
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka
itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah , sebab tidak masuk
akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya.
Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam (waktu) 6 hari (QS.AS
Sajdah. (32]: 4) )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
Seandainya Allah tidak Qodim, Mesti Allah Hadits, sebab tidak ada penengah antara Qodimdan Hadits.
Apabila Allah Hadits maka mesti Allah membutuhkan Muhdits (yang membuat) misalnya A dan Muhdits
mesti membutuhkan Muhdits yang lain, misalnya B kemudian Muhdits B membutuhkan Muhdits yang lain
juga. Misalnya C. begitulah seterusnya . Apabila tiada ujungnya,maka dikatakan tasalsul (peristiwa
berantau),dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka di katakan daur (peristiwa berputar ).
Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal . Maka setiap yang mengakibatkan
tasalsul dan daur , yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil , maka Allah wajib bersifat Qidam .
Dialah yang awal dan akhir Yang Zhohir dan bathin .( QS. Al-Hadid [57] : 3 )
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT .Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi
wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-
lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang
mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan
Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan
Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang
kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur
kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah
kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3
bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi
( Kedua ).
Seandainya Allah tidak wajib Baqo,yakni tentang Allah tiada maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan
Qidam tidak bisa di hilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam.
Apabila diperkirakanallah menyamai sekalian makhluknya,niscaya Allah adalah baru (Hadits), sedangkan
Allah baru adalah mustahil
” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat
jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh
Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada
yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat
yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu segala
jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta’ala.
Seandainya Allah membutuhkan dzat,niscaya Allah adalah sifa,sebab hanya sifatlah yang selalu
membutuhkan dzat,sedangkan dzat selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.
· Dalil Naqli Sifat Qiyamuhu Binafsihi ,Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak memerlikan
sesuatu) dari alam semesta ( QS. Al Ankabut [29] : 6)
6. Wahdaniyyah.
Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada
bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang
berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-
lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala )seperti
tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan bilangan yang
berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat
dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak
ada sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan
yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan Allah
bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada perbuatan itu baik
rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan
maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah SWT dan tidak
sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada memberi
bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan
Allah SWT . Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah
Ta’ala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
· Dalil Naqli
Seandainya di langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah , niscaya langit dan bumi akan rusak . ( QS. Al
Anbiya [21] : 22)
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan
yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar
manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia
dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh
memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang
Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala
perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan
ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala
makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat
pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan ( ada pahala dan dosa ).
Dalilnya adalah adanya alam semesta .Proses penyusunan dalilnya , jika Allah tidak berkemampuan
niscaya Allah lemah (‘Ajzun) , dan apabila Allah lemah mak tidak akan mampu menciptakan mahluk narang
sedikitpin .
Proses penyusunan dalil,seandainya Allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat tepaksa
(karohah),dan Allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak tidak
di sifatinya Allah dengan sifat Qudrot adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah,seangkan
lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat makhluk barang sedikitpun.
Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tkak berilmu niscaya tidak akan berkehendak, sedaangkan Allah
tidak berkehendak adalah mustahil , karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi Allah tidak di sifati dengan
qudrot adalah mustahil , sebab akan berakibat lemahnya Allah . sedangkan lemahnya Allah adalah
mustahil ,karena tidak akan mampu membuat barang mahluk sedikitpun .
Dan dia maha mengetahui sesuatu .( QS.Al Hadid [57] : 3 atau QS. Al Baqarah [2] : 29 )
Dalilnya adalah alam semesta . Proses penyusunan dalil , seandainya Allah tidak hidup maka tidak akan
disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak di sifati dengan Qudrot adalah mustahil , sebab akan berakibat
lemahnya Allah , sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil , karena tidak akan mampu membuat alam
semesta .
“Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan .( Al-Baqarah : 265)”
Dengan memahami sufat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat . Mungkin
kita bias berbohong kepada manusia , seperti orangtua , guru , atau teman. Akan tetapi kita tidak bias
berbohong kepada Allah SWT.
1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat balasan
syurga dan lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka kepada ibu & bapak
akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.
“ Dan Allah berkata kepada manusia dengan satu perkataan yang jelas” (QS. AnNisa’ : 164)Oleh karena itu
kita sebagai hamba Allah SWThendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah , artinya
kata-kata yang mulia , seperti ketika kita berbuat salah , maka segeralah membaca istighfar.
15.Kaunuhu Muridan :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu
lain dar ipada sifat Iradat.
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu , ia berkehendak atas
nasib dan takdir manusia .
DALIL : “Sesungguhnya Tuhanmu Maha melaksanakan apa yang dia kehendaki “ (QS.Hud : 107)
16.Kaunuhu ‘Aliman :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu
lain daripada sifat ‚Ilmu.
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang mengatui akan tiap-tiap sesuatu, mengetahui segala hal yang telah terjadi
maupun yang belum terjadi , Allah pun dapat mengetahui isi hati dan manusia .
17.Kaunuhu Hayyun :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu
lain daripada sifat Hayat.
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang Hidup , Allah adalah Dzat yang hidup , Allah tidak akan pernah mati ,
tidak pernah tidur ataupun lengah .
DALIL : “Dan bettakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“(QS. Al Furqon : 58)
18.Kaunuhu Sami’an :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu
lain daripada sifat Sama’.
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang mendengar , Allah selalu mendengar pembicaraan manusia , permintaan
atau do’a hambanya .
19.Kaunuhu Bashiran :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu
lain daripada sifat Bashar.
Maujudat ( Benda Yang ada ). Allah selalu meliahat gerak-gerik kita . Oleh karena itu , hendaknya kita
selalu berbuatbaik .
DALIL : “Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “(QS. Al Hujurat : 18)
20.Kaunuhu Mutakalliman :
Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu
lain daripada sifat Kalam.
Yaitu keadaan Allah Ta’ala yang berkata-kata , Allah tidak bisu , ia berbicara atau berfirman melalui ayat-
ayat Al Qur’an . Bila Al Qur’an menjadi pedoman hidup kita , maka kita telah patuh dan tunduk terhadap
Allah swt.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan semoga bermanfaat untuk kitasemua dalam
mencari keridhoan Allah SWT, dan untuk memantapkan keimanan kita kepada Allah SWT
semoga Allah menghantarkan kita jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang dikehendaki-
Nya.Amiiiin ya rabbal’alamiin