Anda di halaman 1dari 2

Nama : Linda Hidayatus Sholichah

NIM : 201120002428

Matkul : Ahlussunnah Wal Jama’ah

Jawab!

1. Daur adalah berakhirnya sesuatu pada sesuatu yang lain yang mana sesuatu yang lain ini
berhenti pada sesuatu tersebut. Sedangkan Tasalsul adalah sambung menyambungnya
sesuatu satu persatu tanpa ada batas kesudahannya

2. Sifat wajibnya Allah yang ketiga yaitu Baqo’, artinya Maha Kekal, tidak ada batas akhir
bagi keberadaan Allah. Maksudnya, keberadaan Allah itu tidak ada batas akhirnya dan
Allah itu tidak bakal tidak ada.
Bukti bahwa Allah SWT pasti mempunyai sifat Al-Baqo’ yaitu, apabila itu dapat musnah
(tidak ada), berarti Dia baru, sebab sesuatu perkara yang bias lenyap atau tidak ada itu
mesti kehilangan sifat Qidam, karena setiap perkara yang dapat tidak ada keberadaannya
itu adalah Jaiz, dan setiap orang yang keberadaaannya jaiz itu berarti baru, dan setiap
orang yang baru berarti bersifat huduts, padahal telah ditetapkan bahwa Allah itu telah
memiliki sifat Al-Qidam .

3. Sifat wajib Allah yang ke empat yaitu Al Mukholafatu lil Hawaditsi (berbeda dengan
makhluk), artinya tidak ada satupun makhluk yang menyamai Allah, baik dalam hal Dzat
sifat maupun perbuatan-Nya.sesungguhnya dzat Allah itu tidak berupa benda
sebagaimana dzat makhluk, sifat-sifat Allah tidak seperti sifat-sifat makhluk, yang baru
dan terbatas, dan perbuatan Allah tidak seperti perbuatan Makhluk yang terencanakan
dengan cara tertentu, tidak ada sesuatu yang menyamai Allah.
Bukti bahwa Allah SWT pasti mempunyai sifat Al Mukholafatu lil Hawaditsi yaitu,
apabila Allah menyamai satu dari makhluk-makhluk dalam dzat, sifat atau af’al, tentu
Dia baruseperti makhluk itu sendiri, sebab perkara yang dapat ada dari dua perkara yang
sama, maka ada pula pada yang lain, dan dapat pula menimbulkan daur dan tasalsul.
Padahal daur dan tasalsul pada-Nya mustahil terjadi, sebab Allah telah pasti memiliki
sifat Al-Qidam. Apabila Allah pasti bersifat Al-Qidam, Dia pasti tidak baru. apabila Dia
pasti tidak baru,n maka pasti Dia bersifat Al Mukholafatu lil Hawaditsi, yaitu tidak sama
dengan makhluk. Apabila Dia telah pasti memiliki sifat Al Mukholafatu lil Hawaditsi,
berarti mustahil Dia bersifat Al Mumatslah Lil Hawadits (sama dengan makhluk), lawan
dari sifat Al Mukholafah Lil HAwadits.
4. Sifat wajib Allah yang ke lima yaitu Al Qiyam Binafsihi (Maha bersidiri Sendiri), artinya
dzat Allah itu tidak memerlukan tempat, dan tidak butuh pada pencipta, karena Allah lah
pencipta segala sesuatu.
Bukti bahwa Allah SWT pasti mempunyai sifat Al Qiyam Binafsihi yaitu, Apabila Allah
memerlukan pada tempat, atau dzat yang ditempati, seperti warna putih butuh pada dzat
(benda) yang ditempati, maka Allah berarti berupa sifat, seperti warna putih yang butuh
pada tempat itudianggap sifat. Padahal tidak benar Allah dianggap sifat, karena Allah
bias memiliki sifat-sifat, sedangkan sifat itu tidak bias disifati dengan sifat. Dengan
demikian jelas bahwa Allah itu bukan sifat. Apa bila Allah itu membutuhkan dzat yang
menciptakan-Nya, berarti Dia baru dan butuh pada pencipta. Jika demikian, maka
terjadilah daur dan tasalsul, yang keduanya mustahil dan tidak bisa diterima oleh akal,
sebab sudah bias dipastikan bahwa Allah MAha Dahulu, dengan demikian pastilah Allah
bersifat Al Qiyam Binafsih, yaitu Maha Berdiri sendiri. Apabila Allah telah dipastikan
memiliki sifat Al Qiyam Binafsih (Maha Berdiri Sendiri), maka mustahil Dia butuh pada
tempat dan pencipta yang menjadi lawan sifat Al Qiyam Binafsihi.

5. Sifat wajib Allah yang ke enam yaitu Al Wahdaniyyah (Maha Esa) yaitu, sesungguhnya
Allah itu satu (Esa) dalam dzat, sifat dan af’al.
Bukti bahwa Allah SWT pasti mempunyai Al Wahdaniyyah (Maha Esa) adalah adanya
alam raya ini. Urutan dalilnya sebagai berikut : apabila ada sekutu bagi Allah dalam
ketuhanan, maka sekutu tersebut menyebabkan kebinasaan. Sebagaimana firman Allah
yang artinya, Apabila di langit dan bumi terdapat tuhan selain Allah, niscaya keduanya
rusak (langit dan bumi).
Maksud dalil tersebut yaitu, kebinasaan langit dan bumi dalam ayat diatas adalah
keluarnya langit dan bumi dari keadaan dan bentuk yang sudah wujud seperti sekarang.
Tetapi kenyataannya keduanya tidak rusak (wujud), ini menunjukkan ketiadaan sekutu
bagi Allah dalam ketuhanan, berari ke-Esa-an Allah swt. Adalah pasti. Apabila Allah
pasti memiliki sifat Al Wahdaniyyah, maka mustahil Dia memiliki sifat At-Taaddud
(lebih dari satu)lawan dari Al Wahdaniyyah (Maha Esa).

Anda mungkin juga menyukai