Anda di halaman 1dari 21

MAKNA SIFAT ALLAH DAN PEMIKIRAN ULAMA KALAM

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tauhid dan Kalam pada
program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Dosen Pengampu: Drs Tamami, M.Ag

Ashari : 1231030238
Delisha Fitriany : 1231030223
Muhammad Desap Maulana : 1231030246
Reva Amelia : 1231030229

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Allah adalah Tuhan yang wajib di imani oleh makhluk-nya. Untuk menumbuhkan
keimanan tentunya kita perlu mengenal Allah. Dalam ayat-ayat Al-qur’an, Allah tidak
diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika dijelaskan dengan sifat materi berarti
Ia berbentuk dan dibatasi oleh tempat. Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan
sesuatu. Allah adalah Tuhan yang memiliki keagungan tidak terbatas.
Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang menunjukkan dan sekaligus
memberitahukan, menggambarkan dan membuktikan kesempurnaan-Nya Allah. Allah SWT
melakukan pilihan-pilihan sesuai kehendak-Nya untuk memberikan pahala atau memberikan
siksa, mencipta atau tidak mencipta, memberi petunjuk atau tidak memberikannya dan
sebagainya. Allah melakukan perbuatan-perbuatanyang layak bagi-Nya dan sesuai dengan
kehendak dan kekuasaan-Nya. Begitulah Tuhan memberitahukan tentang diri-Nya kepada
makhluk-Nya. Apapun yang terdapat pada diri Allah dan keluar dari-Nya adalah kehendak,
kekuasaan, kesempurnaan dan milik Allah yang Maha suci. Itulah sifat Allah yang Maha
sempurna dan meliputi segala sesuatu.
Melalui pemahaman sifat-sifat Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya dapat membantu
meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Sesungguhnya keimanan manusia itu yazid wa
yankus (naik turun). Oleh karena itu agar keimanan manusia bisa yazid dan tidak yankus
maka manusia harus memahami sifat-sifat Allah, keajaiban-keajaiban alam dan seluruh isi
alam jagad raya ini milik Allah SWT.
Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa Allah sama sekali berbeda dari dan tidak dapat
disamakan dengan makhluk-Nya. Dia Allah Maha suci dan bersih dari segala penyerupaan
dan pembentukan. Sifat Allah bukanlah Dzat-Nya tetapi ia (sifat) tidak dapat dipisahkan dari-
Nya. jika dikatakan bahwa Allah Maha melihat, berarti Allah melihat dengan penglihatan-
Nya, bukan dengan Dzat-Nya.

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SIFAT-SIFAT ALLAH


Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat
Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa
terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tid ak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga
dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil dan
jaiz bagi Allah:
‫َو َبْعُد َفاْعَلْم ِبُو ُجوِب اْلَم ْع ِرَفُة ِم ْن َو اِج ِب ِهلِل ِع ْش ِريَن ِص َفًة‬
Setelah apa yang dikemukakan tadi, ketahuilah tentang kewajiban mengetahui ada dua puluh
sifat yang wajib bagi Allah SWT.

Syarh:

Aqoid lima puluh adalah 50 hal yang wajib ketahui dan diyakini oleh seorang yang beriman
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

‫اْعَلْم َأَّنُه َيِج ُب َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َأْن َيْع ِر َف َخ ْمِس يَن َع ِقيَد ًة َو ُك ُّل َع ِقيَدٍة َيِج ُب َع َلْيَه َأْن َيْع ِر َف َلَها َد ِليًال ِإْج َم اِلًيا َأْو تف‬
)3( ‫صيليا (كفاية العوام‬

"Ketahuilah bahwa setiap muslim (laki-laki atau perempuan) wajib mengetahui lima puluh
akidah beserta dalil-dalilnya yang bersifat global atau terperinci." (Kifayatul 'Awam, 3).

Lima puluh keyakinan itu terdiri dari

1. Keimanan kepada Allah SWT:

a. Sifat wajib bagi Allah SWT = 20

b. Sifat mustahil bagi Allah SWT = 20

c. Sifat jaiz bagi Allah SWT = 1

2. Keimanan kepada para rasul:

a. Sifat wajib bagi rasul = 4

b. Sifat mustahil bagi rasul = 4

c. Sifat jaiz bagi rasul = 1

Jumlah = 501

1
Syeikh Sayyid Ahmad Al Marzuki Al Maliki Al Hasani dalam Kitab ‘Aqidatul awwam
Kitab kifayatul ‘awwam ,3

2
Sifat Allah dibagi tiga yaitu:

1. Pengertian sifat wajib bagi Allah


Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah sebagai kesempurnaan
bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan
sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini
melalui akal ( wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli ( Al Qur’an dan Hadits).
2. Pengertian sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah SWT.,
sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal
maupun dalil naqli.
3. Pengertian sifat jaiz bagi Allah
Sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada pada dzat Allah dan boleh juga tidak ada
pada dzat Allah.

B. SIFAT WAJIB BAGI ALLAH


Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Allah SWT. Oleh karena itu, dzat
Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Maka sifat-sifat yang dimilikinya pun tentu tidak sama
dengan sifat-sifat makhluk yang diciptakan-Nya. Sifat-sifat wajib yang ada pada Allah tidak
terhitung jumlahnya, tetapi yang wajib kitaketahui ada 20 sifat, yang terbagi dalam 4 bagian
yaitu:
1. Sifat Nafsiyah
yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat nafsiyah hanya ada satu yaitu
wujud.
2. Sifat salbiyah
yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang menunjukkan keberadaan dan
kesempurnaan-Nya. Sifat salbiyah ada 5 yaitu Qidam, Baqa', Mukhalafatu lil hawaditsi,
Qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah.
3. Sifat Ma'ani
yaitu sifat-sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia serta
dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan panca
indera. Sifat ma'ani ada 7 yaitu Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, Kalam.
4. Sifat Ma'nawiyah
yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma’ani. Sifat ma'nawiyah ada 7 yaitu
Qadiran, Muridan, 'Aliman, Hayyan, Sami'an, Bashiran dan Mutakalliman.

1. Sifat Nafsiyah
Sifat nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat nafsiyah
hanya ada satu yaitu wujud.
a. Wujud
Wujud berarti “ada” Firman Allah yang menjelaskan tentang keberadaan
(eksistensi) Allah adalah Q.S. Ali Imran [3]: 2:

‫ُهّٰللَا ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَو اْلَح ُّي اْلَقُّيْو ُۗم‬

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. yang Maha Hidup, yang terus- menerus
mengurus (makhluk-Nya)”.
Keberadaan (eksistensi) Allah Swt dapat dibuktikan dengan eksistensi alam
semesta. Keberadaan alam semesta yang teratur dengan hukum-hukumnya

3
(sunatullah) membuktikan bahwa alam ada yang mengatur. yaitu Allah Swt. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah Swt pada Q.S as-Sajdah [32]: 5 di bawah ini:

‫ُيَدِّبُر اَاْلْمَر ِم َن الَّسَم ۤا ِء ِاَلى اَاْلْر ِض ُثَّم َيْعُرُج ِاَلْيِه ِفْي َيْو ٍم َك اَن ِم ْقَداُر ٓٗه َاْلَف َس َنٍة ِّمَّم ا َتُع ُّد ْو َن‬

Artinya: “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu”.
2. Sifat Salbiyah
Sifat salbiyah yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang menunjukkan
keberadaan dan kesempurnaan-NYa. Sifat Salbiyah ada 5 yaitu:
a. Qidam
Qidam berarti terdahulu, dalam makna ini, terdahulu tanpa memiliki awalan
atau mempunyai sesuatu yang mendahuluinya. Sifat qidam pada Allah SWT tertulis
dalam Alquran Surat Al-Hadid ayat 3 yang berbunyi sebagai berikut:
‫ُهَو اَاْل َّوُل َو ا ٰاْل ِخ ُر َو ا لَّظاِهُر َو ا ْلَبا ِط ُن ۚ  َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيم‬
Artinya: "Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid 57: Ayat 3)
Keberadaan alam semesta ini baru karena ada yang mengatur dan
menciptakan. Sesuatu yang baru pasti ada yang menciptakan dan mendahului, dan
Allah yang Awal dan yang Akhir.
b. Baqo’
Baqa berarti kekal. Firman Allah Swt yang menjelaskan tentang sifat kekal
terdapat dalam Q.S Ar-Rahman [55]:27
‫َّوَيْبٰق ى َو ْج ُه َر ِّبَك ُذ و اْلَج ٰل ِل َو اِاْل ْك َر اِۚم‬
Artinya: "tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal".
c. Mukholafah Lil Hawadits
Mukhaalafatu Lil Hawaditsi berarti berbeda dengan makhluk (ciptaan).
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Syura [42]: 11

‫َلْيَس َك ِم ْثِلٖه َش ْي ٌء ۚ َو ُهَو الَّسِم ْيُع اْلَبِص ْيُر‬

Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha
Mendengar, Maha Melihat”
Sifat keempat yang wajib bagi Allah adalah berbeda dengan segala yang
baharu yakni para makhluk ini. Maka Allah itu berbeda dengan tiap-tiap makhluk dari
golongan manusia, jin, malaikat, dan yang lainnya (seperti benda-benda beku dan
hewan-hewan yang lain). Maka tidak sah Allah bersifat dengan sifat-sifat segala yang
baharu seperti berjalan, duduk dan mempunyai anggota-anggota tubuh. Maka Allah
itu suci daripada anggota-anggota tubuh berupa mulut, mata, telinga dan yang lainnya
(seperti tangan dan kaki).
d. Qiyamuhu Binnafsi
Qiyaamuhuu binnafsihi berarti Berdiri Sendiri. Firman Allah dalam Q.S.
AlAnkabut [29]: 6

‫َو َم ْن َج اَهَد َفِاَّنَم ا ُيَج اِهُد ِلَنْفِسٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا َلَغ ِنٌّي َع ِن اْلٰع َلِم ْيَن‬

4
Artinya: "Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya
sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam".
Makna keadaan Allah itu berdiri dengan sendiri-Nya adalah bahwa Allah kaya
terhadap dzat yang dia berdiri dengannya, karena Allah Dialah yang menjadikan
sesuatu.
e. Wahdaniiyah
Wahdaaniyah berarti Esa. Dalil naqli tentang ke-Esa-an Allah salah satunya
terdapat dalam Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1 yang berbunyi sebagai berikut:

‫ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌد‬


Artinya: "Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa."
Sifat wajib tentang ke-Esa-an Allah Swt dapat dibuktikan dalam keteraturan
alam semesta sebagai wujud ciptaan Allah Swt. Seandainya Allah Swt tidak esa, maka
akan terjadi kerusakan dan ketidakteraturan alam, karena ada dua pencipta. Hal ini
diperkuat oleh firman Allah dalam Q.S. Al-Anbiyaa’ [21]: 22
‫َلْو َك اَن ِفْيِهَم ٓا ٰا ِلَهٌة ِااَّل ُهّٰللا َلَفَس َد َتۚا َفُسْبٰح َن ِهّٰللا َر ِّب اْلَع ْر ِش َع َّم ا َيِص ُفْو َن‬

Artinya: “Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain
Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa
yang mereka sifatkan”.

3. Sifat Ma'ani
Sifat ma'ani yaitu sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran
manusia dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dan dapat dibuktikan
dengan panca indera. Sifat ma'ani ada 7 macam yaitu:
a. Qudrat
Qudrat berarti Kuasa. Allah Swt Maha Kuasa (Qaadiran) atas segalanya.
Kekuasaan Allah Swt sebagai Tuhan tidak terbatas. Apapun dapat dilakukan oleh
Allah Swt, tanpa ada yang dapat menghalanginya. Dalil yang menjelaskan tentang
kekuasaan Allah Swt salah satunya terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 20
‫ِاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬
Artinya: “…Sungguh, Allah Maha-kuasa atas segala sesuatu.
Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya
tidak terjadi. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak Allah, di antara kekuatan
dan kekuasanNya adalah Allah menciptakan langit, bumi serta semua yang ada di
antara keduanya dalam enam hari. Dia menciptakan makhluk, kemudian mematikan
mereka, lalu menghidupkan mereka dan setelah itu mereka dikembalikan kepadaNya.

Di antara tanda kekuasaan-Nya adalah:


1) Bumi dalam keadaan tandus,lalu ketika hujan diturunkan kepadanya, kemudian
menjadi subur, serta menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.
2) Adanya berbagai bencana dan siksaan yang ditimpakan Allah kepada umat-umat
yang mendustakanAllah dan orang-orang kafir yang zhalim. Tipu daya, harta benda
pasukan benteng tidak dapat membendung sedikitpun adzab Allah ketika
keputusan-Nya telah datang.
3) Kekuatan, kemampuan dan teknologi tidak berguna sedikitpun untuk menghadapi
musibah dan hukumNya (yang memunahkan) yang menimpa mereka, padahal
mereka telah berusaha keras untuk mengantiapasinya, tetapi ketentuan Allah

5
memang pasti menang. Unsur-unsur alam tinggi dan alam rendahpun tunduk
kepada kekuasaanNya.
Di antara tanda kekuasaan dan rahmat Allah adalah berbagai siksaan yang
diberikan kepada penghuni neraka dan dan berbagai nikmat yang diberikan kepada
penghuni surga. Dengan kekuasaannya Dia mewujudkan segalanya,
mengendalikannya dan menyempurnakannya. Dengan kekuasaanNya, Dia membolak
balikkan hati dan menggerakkannya menurut kehendakNya. Apabila Dia
menghendaki sesuatu maka Dia hanya berkata, "Jadilah!" lalu jadilah ia.
b. Irodah
Iradah berarti berkehendak. Allah Maha Berkehendak (Muriidan). Ketika
Allah Swt berkehendak, maka apapun pasti terwujud, karena Dia Maha
Segalagalanya. Allah Swt. mempunyai kemauan dan kehendak sendiri dalam
menciptakan alam semesta. Dia tidak akan pernah diperintah dan diatur pihak lain.
Firman Allah yang menjelaskan tentang kehendak Allah Swt yaitu Q.S. Yasin [36]: 82
sebagai berikut:

‫ِاَّنَم ۤا َاْم ُر ۤٗه ِاَذ ۤا َاَر ا َد َشْیًئـا َاْن َّيُقْو َل َلٗه ُك ْن َفَيُك ْو ُن‬
Artinya: "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya
berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."
c. Ilmu
Ilmu berarti mengetahui. Allah Maha Mengetahui segalanya, baik secara
dzahir maupun batin. Semua kejadian tidak bisa lepas dari pengetahuan Allah Swt.
Firman Allah Swt yang menjelaskan tentang sifat Allah Maha Mengetahui dalam Q.S.
al-Hujuraat [49]:16.

‫ُقْل َاُتَع ِّلُم ْو َن َهّٰللا ِبِد ْيِنُك ْۗم َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِۗض َو ُهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

Artinya: “Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kamu akan memberitahukan kepada


Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Allah Ta'ala juga tahu yang mumkinat yaitu sesuatu yang mungkin ada dan
mungkin tidak ada, serta mumkinat mana yang telah ada dan yang belum ada, yang
tidak menuntut hikmah perwujudannya. Allah Ta'ala Mengetahui yang
pengetahuanNya meliputi alam tingggi dan alam rendah Tidak ada tempat dan waktu
yang lepas dari pengetahuanNya. Allah mengetahui perkara ghaib dan perkara nyata,
yang dhahir dan yang bathin, yang terang dan yang samar.
Allah-lah yang mengajari mereka apa yang sebelumnya mereka tidak tahu dan
Allah yang membuat mereka mampu melakukan sesuatu yang sebelumnya mereka
tidak mampu. Ilmu Allah mencakup seluruh alam yang tinggi dan yang rendah, serta
makhluk-makhluk yang ada di dalamnya (sifat-sifatnya,perbuatan-perbuatannya dan
seluruh hal tentangnya). Ilmu Allah Ta'ala mencakup amal-amal (baik dan buruk)
mereka seluruhnya, balasan amal-amal itu, serta perinciannya pada hari keputusan.
Ilmu Allah Ta'ala meliputi perkara-perkara dhahir dan batin, rahasia dan terang-
terangan, wajibat dan mumtani'at, mumkinat, alam tinggi dan alam rendah, masa lalu,
masa sekarang dan masa mendatang. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari-
Nya.
d. Hayat

6
Sifat kesepuluh yang wajib bagi Allah adalah Hayat (hidup). Sifat hayat pada
Allah SWT tertulis dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat 255 dan Surat Al-Furqan
ayat 58 yang berbunyi sebagai berikut

‫ُهّٰللا ۤاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَو اْلَح ـُّي اْلَقُّيْو ُم‬


Artinya: "Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya)”.
Yang Maha Hidup maksudnya yang sempurna hidup-Nya. Nama ini
mengandung seluruh sifat dzatiyyah Allah, seperti pengetahuan, keperkasaan,
kekuasaan, kehendak, kebesaran, keagungan dan sifat-sifat yang lainnya. Allah-lah
yang berdiri dengan sendiri-Nya, besar sifat-sifatNya dan mandiri dari seluruh
makhluk-Nya.Bumi, langit daqn makhlukmakhluk yang ada di dalamnya berdiri
karena-Nya. Dia-lah yang menciptakan mereka, menyediakan segala kebutuhan yang
dapat menjamin kelangsungan hidup mereka, kepentingan mereka. Allah Maha
Mandiri dari apapun, dan makhluk -lah yang membutuhkan Dia dari segi manapun.
e. Sama’
Sama’ berarti mendengar. Sifat Allah Maha Mendengar disebut Sami‟an.
Tidak ada suatu yang tidak didengar oleh Allah Swt. Firman Allah Swt yang
menjelaskan sifat ini, yaitu Q.S. al-Hujurât [49]: 1
‫ِاَّن َهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬
Artinya: “…Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”.
Seringkali Allah menggandengkan sifat mendengar dengan sifat melihat. Jadi
masing-masing pendengaran dan penglihatan mencakup semua hal yang berkait
dengannya, baik lahir maupun bathin, yang pendengaran-Nya mencakup segala
sesuatu yang terdengar. Setiap suara yang ada di alam tinggi dan alam rendah, baik
yang samar-samar maupun yang terang-terangan, seolah-olah seluruh suara bagi-Nya
adalah satu suara (tanpa ada campur aduk bagi-Nya) dan seluruh bahasa tidak asing
bagi-Nya.
Suara yang dekat atau jauh, yang samar-samar atau yang keras, semua sama
bagi Allah. Oleh karena itu, orang yang beriman tidak akan merasa khawatir doa dan
permohonannya tidak didengar oleh Allah SWT. Allah SWT selalu mendengar ucapan
manusia, bahkan bisikan di dalam hatipun Allah SWT pasti mendengarnya.
f. Bashar
Bashar berarti melihat. Penglihatan Allah mencakup seluruh hal yang terlihat
di semua penjuru langit dan bumi. Allah SWT melihat segala sesuatu, baik yang
telah ,sedang maupun yang akan terjadi. Penglihatan Allah SWT tidak dibatasi oleh
alat dan waktu. Semua makhluk dan benda yang ada di alam ini tidak lepas dari
penglihatan Allah SWT.
Allah SWT dapat melihat semua yang hitam di padang pasir yang
gersang,pada malam yang gelap gulita. Allah dapat melihat seluruh anggota badan,
baik luar maupun dalam, aliran makanan bagian-bagian tubuhnya yang sangat kecil.
Allah SWT dapat melihat aliran air di dalam ranting-ranting pohon,serta seluruh
tumbuh-tumbuhan dengan berbagai ragam jenis, ukuran dan kehalusannya. Sifat Allah
Maha Melihat disebut dengan Bashîran. Firman Allah Swt yang menjelaskan sifat ini
terdapat dalam Q.S Al-Isra’ [17]: 1
‫ِاَّنٗه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَبِصْي‬
Artinya: “…Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

7
g. Kalam
Kalâm berarti berfirman. Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui malaikat Jibril a.s adalah Al-Qur’an. Al- Qur’an menjadi
mukjizat sepanjang masa atas kerasulan Muhammad Saw. dan sebagai bukti
keberadaan firman Allah Swt. Selain Al-Qur’an sebagai bukti firman Allah, Allah
juga berfirman (berbicara) secara langsung dengan beberapa rasul dan nabi-Nya,
sebagaimana Q.S. An-Nisa’ [4]: 164:

‫َو َك َّلَم ُهّٰللا ُم ْو ٰس ى َتْك ِلْيًم ۚا‬


Artinya: “…Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung”.
Dalam ayat ini, Allah berfirman (bicara) secara langsung kepada Nabi Musa
a.s, sehingga Nabi Musa a.s dijuluki dengan Kalimullah.
4. Sifat Maknawiyah
Sifat maknawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma'ani atau
merupakan kelanjutan sifat-sifat ma'ani. Dengan kata lain adanya tujuh sifat ma'ani
berarti ada tujuh sifat ma'nawiyah. Ketujuh sifat maknawiyah adalah sbagai berikut:
a. Qodiron
Allah SWT bersifat qadiran yang berarti Maha Kuasa. Sesungguhnya Allah
adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah SWT berfirman:
‫ِهّٰلِل ُم ْلُك الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو َم ا ِفْيِهَّن ۗ َو ُهَو َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬

Artinya: “Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu”.
b. Muridan
Allah SWT bersifat Muridan artinya maha berkehendak. Sesungguhnya Allah
adalah Dzat YangMaha berkehendak atas segala sesuatu. Allah SWT berfirman:
‫ِاَّنَم ٓا َاْم ُر ٓٗه ِاَذ ٓا َاَر اَد َش ْئًـۖا َاْن َّيُقْو َل َلٗه ُك ْن َفَيُك ْو ُن‬

Artinya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya


berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”.
c. ‘Aliman
Allah SWT bersifat aliman yang berarti maha mengetahui.Pengetahuan Allah
tidak terbatas dan mencakup atas segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak
tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
‫ِاَّن َهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْي ٌم‬
Artinya: “…Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.Al
Mujadilah:7)
d. Hayyan
Allah SWT bersifat Hayyan yang berarti Maha Hidup. Allah SWT maha hidup
dan hidupnya kekal selama-lamanya. Allah SWT berfirman:

‫ُهّٰللَا ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَو اْلَح ُّي اْلَقُّيْو ُۗم‬


Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha hidup, Yang terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya).

‫ۚ َو َتَو َّك ْل َع َلى اْلَح ِّي اَّلِذ ْي اَل َيُم ْو ُت َو َس ِّبْح ِبَحْمِد ٖۗه َو َك ٰف ى ِبٖه ِبُذ ُنْو ِب ِعَباِدٖه َخ ِبْيًرا‬

8
Artinya: “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-
hamba-Nya”.
e. Sami’an
Sami'an artinya maha mendengar,Allah SWT Maha Mendengar dan
pendengaran-Nya tidak terbatas yakni mencakup segala sesuatu baik yang bersuara
maupun tidak bersuara. Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Hidup, hidup
selamanya dan tidak akan mati. Allah SWT berfirman:

‫َو ِاْذ َيْر َفُع ِاْبٰر ٖه ُم اْلَقَو اِع َد ِم َن اْلَبْيِت َوِاْسٰم ِع ْيُۗل َر َّبَنا َتَقَّبْل ِم َّناۗ ِاَّنَك َاْنَت الَّسِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama
Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh,
Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui”.

f. Bashiron
Allah SWT bersifat Bashiran artinya maha melihat. Allah SWT maha melihat
baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang
Maha Melihat atas segala sesuatu. Allah SWT berfirman:

‫ُسْبٰح َن اَّلِذ ْٓي َاْس ٰر ى ِبَع ْبِدٖه َلْياًل ِّم َن اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم ِاَلى اْلَم ْس ِج ِد اَاْلْقَص ا اَّلِذ ْي ٰب َر ْك َنا َح ْو َلٗه ِلُنِر َيٗه ِم ْن ٰا ٰي‬
‫ِتَنۗا ِاَّنٗه‬
‫ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَبِص ْيُر‬
Artinya: “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad)
pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran)
Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. (QS. Al-Isra: 17)
g. Mutakaliman
Allah SWT bersifat Mutakalliman artinya Maha berkata-kata (Berbicara).
Pembicaraan Allah tidak memerlukan suara dan bahasa tertentu, karena Allah SWT
mengerti akan pembicaraan makhluknya. Allah SWT berfirman:
‫َو َك َّلَم ُهّٰللا ُم ْو ٰس ى َتْك ِلْيًم ا‬

Artinya: "…Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung." (QS. An-Nisa' 4: Ayat
164)

C. SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH SWT


Sifat mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada
Allah dan apabila terdapat sifat tersebut maka akan melemahkan derajat Allah. Sifat-sifat
mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib Allah SWT, karena itu jumlahnya
sama yaitu ada 20 sifat.
1. Sifat Mustahil Allah Nafsiyah
a. Adam
Adam artinya tidak ada. Adam merupakan kebalikan dari sifat Wajib bagi
Allah yakni Wujud yang artinya ada. Adam merupakan salah satu sifat mustahil bagi
Allah. Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan adanya alam ini. Semua barang
yang ada di lingkungan pasti ada yang membuat. Adanya meja ada yang membuat,
yaitu tukang. Adanya baju atau pakaian karena dibuat oleh penjahit. Alam ini pasti
ada yang membuat dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Allah SWT berfirman:

9
‫َۗة‬
‫َو ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَش َا َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَد َقِلْياًل َّم ا َتْشُك ُرْو َن * َو ُهَو اَّلِذ ْي َذ َر َاُك ْم ِفى اَاْلْر ِض‬
‫َو ِاَلْيِه ُتْح َش ُرْو َن * َو ُهَو اَّلِذ ْي ُيْح ٖي َو ُيِم ْيُت َو َلُه اْخ ِتاَل ُف اَّلْيِل َو الَّنَهاِۗر َاَفاَل َتْع ِقُلْو َن‬

Artinya: "Dan Dialah yang menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, tetapi sedikit sekali kamu brsyukur. Dan Dialah yang menciptakan dan
mengembangbiakkan kamu di bumi dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Dan Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur)
pergantian malam dan siang. Tidakkah kamu mengerti? "(QS. Al Mukminun :78-80)
2

2. Sifat Mustahil Allah Salbiyah


a. Huduts
Huduts artinya permulaan atau ada yang mendahului. Huduts artinya baru atau
ada permulaan Setiap yang baru atau ada permulaan pasti didahului dengan tidak ada.
Untuk menjadi ada pasti ada yang mengadakannya atau menciptakannya? Mustahil
Allah SWT bersifat baru. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Hadid ayat 3:

‫ُهَو اَاْلَّوُل َو اٰاْل ِخ ُر َو الَّظاِهُر َو اْلَباِط ُۚن َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.
b. Fana
Fana merupakan sifat mustahil bagi Allah yang artinya rusak. Fana ini
kebalikan dari sifat wajib bagi Allah yakni Baqa’ artinya kekal. Semua makhluk
ciptaan Allah SWT akan rusak, sedangkan Dia sebagai pencipta tidak akan rusak.
Allah SWT akan kekal selamanya dan Dia tidak akan pernah mati. Firman Allah Swt.
dalam Q.S Ar-Rahman [55]:27:
‫َّوَيْبٰق ى َو ْج ُه َر ِّبَك ُذ و اْلَج ٰل ِل َو اِاْل ْك َر اِۚم‬
Artinya: “Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan”.
c. Mumatsalatu lilhawaditsi
Arti Mumatsalatu Lilhawaditsi yakni serupa dengan makhluk. Jika karya yang
dihasilkan manusia tidak akan bisa sama dengan yang manusia yang membuatnya,
maka tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu yang sama dengan-Nya. Allah SWT
berfirman:
‫َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُكُفًو ا َاَح ٌد‬
Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
d. Ihtiyaju Lighhoirihi
Ihtiyajuhu Lighairihi artinya membutuhkan sesuatu kepada selain dirinya.
Mustahil Allah SWT membutuhkan yang lain. Allah kaya meskipun Dia menciptakan
berbagai jenis makhluk Nya, Allah tidak mengharapkan imbalan. Allah berfirman
dalam Q.S. Muhammad ayat 38. Firman Allah Swt. Qs. al-Ankabuut ayat 6:
ۗ ‫ِاَّن َهّٰللا َلَغ ِنٌّي َع ِن اْلٰع َلِم ْيَن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari alam semesta.
e. Ta'addud

2
Akidah Akhlak Kelas VII-1 MTS

10
Ta'addud artinya berbilang atau lebih dari satu. Mustahil Allah SWT lebih dari
satu, sebab jika Allah ada dua atau lebih, pasti suatu saat terjadi perdebatan pendapat.
Allah SWT berfirman:
‫ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌۚد‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa”.

3. Sifat Mustahil Allah Ma'ani


a. Ajzun
Ajzun artinya lemah. Allah SWT mustahil bersifat lemah, karena Allah adalah
Dzat yang memiliki sifat kudrat (berkuasa)terhadap sesuatu. Alam semesta tidak
mungkin ada kalau Allah SWT bersirat Ajzun atau lemah. Firman Allah dalam Q.S. Al
Fathir ayat 44.

‫َاَو َلْم َيِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفَيْنُظُرْو ا َكْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلِه ْم َو َك اُنْٓو ا َاَشَّد ِم ْنُهْم ُقَّو ًةۗ َو َم ا َك اَن ُهّٰللا ِلُيْع ِج َز ٗه ِم ْن َش ْي‬
‫ٍء ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَل ِفى اَاْلْر ِۗض ِاَّنٗه َك اَن َع ِلْيًم ا َقِد ْيًرا‬

Artinya: “Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan
orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul), padahal orang-orang itu lebih
besar kekuatannya dari mereka? Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan
Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa”.
b. Karahah
Karahah artinya terpaksa. Allah mustahil bersifat terpaksa.Karena Allah
bersifat Iradat atau berkehendak, jika Allah memiliki sifat terpaksa, maka tidak
mungkin alam semesta ini tercipta. Sebab, alam semesta tercipta atas kehendak Allah
SWT tanpa ada yang memaksa. Dalam Q.S. Al Buruj ayat 16 Allah berfirman:
‫َفَّعاٌل ِّل ا ُي ْيُۗد‬
‫َم ِر‬
Artinya: “Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki”.
c. Jahlun
Jahlun artinya bodoh. Allah SWT tidak mungkin bodoh, Dia adalah Tuhan
Yang Maha Pintar/Mengetahui. Kalau kita perhatikan manusia yang merupakan
ciptaan Allah ada yang sama jenis kelamin,usia, tinggi badan tetapi mereka sangat
berbeda. Sepandai apa pun manusia tetap saja mempunyai keterbatasan. Allah yang
memberikan ilmu kepada manusia, jadi tidak mungkin Allah SWT sendiri bodoh.
Allah SWT berfirman:

‫ُقْل َاُتَع ِّلُم ْو َن َهّٰللا ِبِد ْيِنُك ْۗم َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِۗض َو ُهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

Artinya: “Katakanlah (kepada mereka):"Apakah kamu akan memberitahukan kepada


Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS.
AL Hujurat:16)
d. Mautun
Mautun artinya mati. Sifat Allah ini adalah kebalikan dari sifat wajib Hayyan
(hidup). Mustahil Allah bersifat mati, sebab mati menunjukkan kelemahan. Jika Allah
lemah, pastilah alam semesta beserta isinya ini tidak ada. Siapa yang akan
menciptakan, memelihara, menjaga, dan mengaturnya jika Allah SWT yang
menciptakan mati. Allah SWT berfirman:

‫ُهّٰللَا ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۚو َاْلَح ُّي اْلَقُّيْو ُم ۚە اَل َتْأُخ ُذ ٗه ِس َنٌة َّو اَل َنْو ٌۗم َلٗه َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِۗض‬

11
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi…” (QS. Al Baqarah :255)
e. Shummun
Shummun artinya tuli. Allah mustahil mempunyai sifat tuli karena Dia adalah
Dzat Yang Maha Mendengar. Jika Allah tuli, tentu Dia tidak mendengar doa dan puji
syukur makhlukNya. Dia tidak mendengar ucapan-ucapan yang keluar dari mulut
orang-orang yang durhaka. Dengan demikian Allah menganggap sama orang-orang
yang soleh dengan yang durhaka. Padahal Allah berjanji akan membalas amal sekecil
apa pun. Firman Allah dalam QS. Al Hujurat ayat 1.
‫…ِاَّن َهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
f. 'Umyun
Umyun artinya buta. Kebalikan dari sifat wajib Bashar artinya melihat. Allah
melihat segala sesuatu, baik yang besar maupun yang kecil, bahkan yang tersembunyi,
tanpa bantuan alat untuk melihat. Penglihatan Allah tidak ada batasnya. Teknologi
manusia yang paling canggih pun tidak mungkin dapat mengimbangi penglihatan
Allah. Dalam AL Quran, Allah SWT berfirman:
‫ِاَّنٗه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَبِص ْيُر‬
Artinya: “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-
isra: 1)
g. Bukmun
Bukmun artinya bisu. Seandainya Allah Bisu, bagaimana mungkin para nabi
dapat menerima wahyu. Dari wahyu itu kemudian terhimpun kalamullah yang tertulis
dalam kitabullah. Dengan adanya Al Qur'an yang berisi firman Allah, kita yakin
bahwa mustahil Allah SWT bersifat bisu. Allah SWT berfirman:
‫َو ُرُس اًل َقْد َقَص ْص ٰن ُهْم َع َلْيَك ِم ْن َقْبُل َو ُرُس اًل َّلْم َنْقُصْص ُهْم َع َلْيَك ۗ َو َك َّلَم ُهّٰللا ُم ْو ٰس ى َتْك ِلْيًم ۚا‬
Artinya: “Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu
sebelumnya dan ada beberapa rasul (la-in) yang tidak Kami kisahkan mereka
kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung”. (QS. An-Nisa: 164)
4. Sifat Mustahil Allah Ma'nawiyah
a. Ajizan
Sifat mustahil bagi Allah adalah Ajizan artinya yang lemah. kebalikan dari
sifat wajib Qadiran artinya Yang Maha Kuasa. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha
kuasa atas segala sesuatu.
b. Mukrahan
Sifat mustahil bagi Allah yakni Mukrahan artinya yang terpaksa. Sifat ini
kebalikan dari Muridan artinya yang Maha Berkehendak. Sesungguhnya Allah Zat
Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu.

c. Jahilan
Sifat mustahil bagi Allah adalah Jahilan artinya yang bodoh. Kebalikan dari
sifat wajib Aliman artinya Yang Maha Mengetahui. Sesungguhnya Allah Zat Yang
Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
d. Mayyitan
Sifat mustahil bagi Allah adalah Mayyitan artinya yang mati. Kebalikan dari
sifat wajib Hayyan artinya Yang Maha Hidup. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha
hidup, hidup selamanya dan tidak akan mati.
e. Ashomma

12
Sifat mustahil bagi Allah adalah Ashamma artinya yang tuli. Kebalikan dari
Sami’an artinya Maha Mendengar. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mendengar
atas segala sesuatu.
f. A’ma
Sifat mustahil bagi Allah adalah A'ma artinya yang buta. Kebalikan dari sifat
Basiran artinya Yang Maha Melihat. Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha
Melihat atas segala sesuatu
g. Abkam
Sifat mustahil bagi Allah adalah Abkam artinya yang bisu. kebalikan dari sifat
wajib Mutakalliman artinya Yang Maha Berfirman.

D. SIFAT JAIZ BAGI ALLAH


Sifat jaiz Allah SWT berarti sifat kebebasan Allah Swt untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak terikat oleh apapun. Kata
Jaiz menurut bahasa artinya boleh, yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah adalah sifat
yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz tidak menuntut pasti ada atau pasti
tidak ada. Allah bebas dengan kehendaknya sendiri tanpa ada yang memaksa. Contoh:
1. Allah SWT menciptakan yang indah-indah atau yang buruk-buruk atau menciptakan
salah satunya, atau tidak menciptakan sama sekali.
2. Allah member rizeki atau tidak member rizeki kepada manusia. Allah memberi pahala
kepada orang yang berbuat baik dan menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat bukan
kewajiban Allah tetapi merupakan keadilan Nya.
3. Allah menciptakan alam semesta karena Allah menghendakinya. Allah boleh saja tidak
menciptakan alam semesta ini jika Allah tidak menghendaki adanya alam ini.
Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi Allah Swt. Sifat jaiz bagi Allah
Swt hanya satu, yaitu:
‫فعل كلّ مكن أو تركه‬
(Allah Swt memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu yang mungkin
dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk meninggalkannya.
Sifat jaiz bagi Allah Swt dijelaskan dalam salah satu firman-Nya, yaitu dalam Q.S. al-
Qashash [28]: 68.
‫َو َر ُّبَك َيْخ ُلُق َم ا َيَش ۤا ُء َو َيْخ َتاُرۗ َم ا َك اَن َلُهُم اْلِخَيَر ُةۗ ُسْبٰح َن ِهّٰللا َو َتٰع ٰل ى َع َّم ا ُيْش ِرُك ْو َن‬
Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka
(manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan”.
Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu yang boleh
terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan sesuatu bukan berarti Allah
menciptakan sesuatu itu dengan sia-sia. Semua yang Allah SWT ciptakan atau perbuat pasti
ada gunanya atau hikmahnya.
Semua perjalanan hidup yang dialami manusia ada pada kekuasaan Allah SWT. Naiknya
seseorang ke derajat yang lebih tinggi atau turunnya dari derajat yang tinggi kembali ke
derajat yang rendah tidak terlepas dari kuasa dan kehendak Allah SWT. Manusia hendaknya
menyadari sedalam-dalamnya sehingga tidak sombong saat menduduki jabatan atau pangkat
tertentu. Sebaliknya tidak mudah mengalami keadaan yang kurang menyenangkan. Suka dan

13
duka atau sedih dan gembira adalah bagian dari perjuangan hidup yang harus dihadapi
dengan kepasrahan jiwa dan raga kepada Allah, yang mengatur segalanya.3

E. PEMIKIRAN ULAMA KALAM (ALIRAN KALAM)


Perbedaan paham antar aliran Kalam mengenai sifat-sifat Tuhan tidak terbatas hanya pada
persoalan apakah tuhan memiliki sifat atau tidak. Perbedaan paham antar aliran tersebut
sampai kepada perdebatan pada persoalan persoalan cabang sifat sifat Allah SWT, seperti
melihat Tuhan dan esensi Al Qur'an.

1. Sifat-sifat Tuhan menurut aliran Mu’tazillah

Aliran mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan itu esa dan tidak memiliki sifat-sifat.
Mu’tazilah melihat bahwa apa yang dimaksud sifat menurut golongan lain adalah zat Allah
Swt sendiri. Apa yang dipandang sifat dalam pendapat golongan lain, bagi mu’tazillah tidak
lain adalah zat Allah Swt sendiri.

Aliran mu’tazilah memandang dirinya sebagai aliran ahlut tauhid wal ‘adil dengan
menafikan sifat-sifat tuhan, tujuannya adalah untuk menyucikan keesaan tuhan. Golongan
mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa tuhan tidak
mempunyai sifat. Definisi mereka tentang tuhan, sebagaimana dijelaskan oleh al-Asy’ari,
bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kekuasaan, tidak
mempunyai hajat dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa tuhan bagi mereka tidak
mengetahui, tidak berkuasa, tidak hidup dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui,
berkuasa,dan sebagainya, tetapi mengetahui, berkuasa, dan sebagainya tersebut bukanlah sifat
dalam arti kata sebenarnya. Artinya tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan
itu adalah tuhan itu sendiri.

Washil bin Atha’ menegaskan bahwa siapa saja yang menetapkan adanya sifat qadim bagi
Allah Swt, ia telah menetapkan adanya dua tuhan. Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan tidak
memiliki sifat, sebab apabila tuhan memiliki sifat, sifat tersebut harus kekal seperti halnya zat
tuhan. Jika sifat-sifat itu kekal, maka yang kekal bukan hanya satu tetapi banyak. Tegasnya,
kekalnya sifat-sifat membawa pada pemahaman banyak yang kekal. Selanjutnya paham ini
akan membawa kepada paham politheisme atau syirik.

3
Akidah Akhlak Kelas VII-1 MTS.

14
Aliran mu’tazilah memberikan daya yang besar kepada akal berpendapat bahwa tuhan
tidak dapat memiliki sifat-sifat jasmani. Mereka mentakwilkan ayat-ayat yang memberikan
kesan bahwa tuhan bersifat jasmani secara metaforis. Dengan kata lain, ayatayat al-Qur’an
yang menggambarkan tuhan bersifat jasmani ditakwil dengan pengertian yang layak bagi
kebesaran dan keagungan Allah. Misalnya, kata istawa dalam surah Thaha ayat lima ditakwil
dengan al-Istila wa al-Ghalabah (menguasai dan mengalahkan), kata ini dalam surah Thaha
ayat 39 ditakwilkan dengan ilmi (pengetahuanKu), kata wajhah dalam surah al-Qashash ayat
88 ditakwilkan dengan zatuhu ayy nafsuhu (zatNya, yakni diriNya), kata yadd dalam surah
Shad ayat 75 ditakwilkan dengan al quwwah (kekuatan).

Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan karena bersifat immateri, tidak dapat dilihat oleh
mata kepala. Karena, pertama tuhan tidak mengambil tempat sehingga tidak dapat dilihat,
kedua bila tuhan dapat dilihat dengan mata kepala, berarti tuhan dapat dilihat sekarang di
dunia, padahal kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat melihat tuhan di alam ini.
Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sandaran dalam mendukung pendapat di atas adalah;

QS. al-An’am (6) ayat 103:


‫اَل ُتْد ِر ُك ُه اَأْلْبَص اُر َو ُهَو ُيْد ِر ُك اَأْلْبَص اَر ۖ َو ُهَو الَّلِط يُف اْلَخ ِبيُر‬
Artinya: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang kelihatan; dan Dialah yang maha halus lagi maha mengetahui."

Q.S Alqiyamah (75) ayat 23:


‫ِإَلٰى َر ِّبَها َناِظ َر ٌة‬

Artinya: "Kepada tuhannyalah mereka melihat."


QS. al-Kahfi (18) ayat 110:

‫ُقْل ِإَّنَم ا َأَنا َبَش ٌر ِم ْثُلُك ْم ُيوَح ٰى ِإَلَّي َأَّنَم ا ِإَٰل ُهُك ْم ِإَٰل ٌه َو اِح ٌد ۖ َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح‬
‫ًدا‬
Artinya: "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: “Bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah tuhan yang esa”. Barangsiapa 4
mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada tuhannya."
Tokoh-tokoh aliran mu’tazilah memberikan pandangan sendiri-sendiri mengenai sifat-
sifat tuhan:
a. An–Nazhzham mendefikan pengetahuan, kekuasaan, pendengaran, melihat dan qadim
dengan dirinya sendiri, bukan dengan kekuasaan, perkehidupan, penglihatan dan keqadiman.
Demikian pula dengan sifat-sifat Allah Swt yang lain. Lebih lanjut An– Nazhzham
memberikan pendapat bahwa jika ditetapkan bahwa Allah Swt itu adalah zat yang tahu,
berkuasa, hidup, mendengar, melihat, dan qadim yang ditetapkan sebenarnya adalah zatNya
(bukan sifatNya). b. Menurut Abu al-Huzail esensi pengetahuan Allah Swt adalah Allah Swt
sendiri. Demikian pula kekuasaan, pendengaran, penglihatan, dan kebijaksanaan, dan sifat-
sifat yang lain. Ia berkata aku nyatakan Allah Swt bersifat tahu, artinya aku nyatakan bahwa
padaNya terdapat pengetahuan dan pengetahuan itu adalah zatNya.

4
Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016.

15
c. Arti tuhan mengetahui dengan esensinya kata al-Jubba’i, ialah untuk mengetahui, tuhan
tidak berhajat kepada suatu sifat dalam bentuk pengetahuan atau keadaan mengetahui.
d. Abu Hasyim berpendapat bahwa arti tuhan mengetahui melalui esensinya, ialah tuhan
mempunyai keadaan mengetahui.

2. Sifat-sifat Tuhan menurut aliran Asy‘ariyah


Menurut aliran Asy'ariyah, tuhan memiliki sifat karena perbuatan-perbuatannya.
Mereka juga mengatakan bahwa tuhan mengetahui, berkuasa, menghendaki dan sebagainya
serta memiliki pengetahuan, kemauan dan daya. Asy'ariyah berpendapat bahwa sifat-sifat
tuhan itu tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia. Pendapat Asy'ariyah ini
berlawanan dengan paham mu’tazilah yang menyatakan bahwatuhan tidak memiliki sifat.
Asy'ariyah memberi daya yang kecil pada akal dan menolak paham tuhan memiliki
sifat-sifat jasmani, jika sifat jasmani dianggap sama dengan sifat manusia. Ayat-ayat al-
Qur’an yang menggambarkan tuhan memiliki sifat jasmani, tidak boleh ditakwilkan tetapi
harus diterima sebagaimana makna harfiahnya. Oleh sebab itu, tuhan dalam pandangan
Asy'ariyah mempunyai mata, wajah, tangan serta bersemayam di singgasana. Tetapi, semua
dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd (tanpa diketahui bagaimana cara dan batasnya).
Asy’ari berpendapat bahwa tuhan dapat dilihat dengan mata kepala kelak di akhirat.
Hal ini didasarkan pada pendapat keyakinan asy’ari yang menjelaskan bahwa sesuatu yang
dapat dilihat adalah sesuatu yang mempunyai wujud. Karena tuhan memiliki wujud, tuhan
dapat dilihat, lebih jauh dikatakan tuhan melihat apa yang ada. Dengan demikian, tuhan
melihat diriNya juga. Jika tuhan melihat diriNya, tentu tuhan dapat membuat manusia
mempunyai kemampuan melihat diriNya. Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sandaran dalam
menopang pendapatnya adalah;

QS. al-Qiyamah (75) ayat 22-23:


‫ ِإَلٰى َر ِّبَها َناِظ َر ٌة‬. ‫ُو ُجوٌه َيْو َم ِئٍذ َناِضَر ٌة‬
Artinya: "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada tuhannyalah
mereka melihat." (QS. Al-Qiyamah :22-23)

QS. al-A’raaf (7) ayat 143:

‫َو َلَّم ا َج اَء ُم وَس ٰى ِلِم يَقاِتَنا َو َك َّلَم ُه َر ُّبُه َقاَل َر ِّب َأِرِني َأْنُظْر ِإَلْيَك ۚ َقاَل َلْن َتَر اِني َو َٰل ِكِن اْنُظْر ِإَلى اْلَجَبِل َفِإِن اْسَتَقَّر َم َك اَنُه َفَس ْو َف َت‬
‫َر اِنيۚ َفَلَّم ا َتَج َّلٰى َر ُّبُه ِلْلَجَبِل َجَع َلُه َد ًّك ا َو َخَّر ُم وَس ٰى َصِع ًقاۚ َفَلَّم ا َأَفاَق َقاَل ُسْبَح اَنَك ُتْبُت ِإَلْيَك َو َأَنا َأَّوُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن‬5

Artinya: "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: 'Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau'.
Tuhan berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlahke bukit itu, maka
jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihatKu'. Tatkala
tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: 'Maha suci Engkau,
aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman'." (QS. al-A’raaf :
143)

QS. Yunus (10) ayat 26:

‫ِلَّلِذ يَن َأْح َس ُنوا اْلُحْسَنٰى َو ِزَياَد ٌةۖ َو اَل َيْر َهُق ُو ُجوَهُهْم َقَتٌر َو اَل ِذ َّلٌةۚ ُأوَٰل ِئَك َأْص َح اُب اْلَج َّنِةۖ ُهْم ِفيَها َخ اِلُد وَن‬
5
Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016

16
Artinya: "Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. mereka
itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (QS. Yunus : 26)

3. Sifat-sifat Allah menurut aliran Maturidiyah


Pendapat aliran Maturidiyah mengenai sifat tuhan sama dengan pendapat Asy'ariyah
yang menyatakan bahwa tuhan memiliki sifat. Maturidiyah berpendapat bahwa sifatsifat
tuhan itu mulazamah (ada bersama; inhern) zat tanpa terpisah (innaha lam takun ain al-zat wa
la hiya ghairuhu). Maturidiyah menetapkan sifat bagi Allah Swt tidak harus membawa
kepada pengertian anthropomorphisme, karena sifat tidak berwujud yang terpisah dari zat,
sehingga berbilang sifat tidak akan membawa pada berbilangnya yang qadim (taaddud al-
qudama). Tampaknya paham Maturidiyah tentang makna sifat tuhan cenderung mendekati
paham mu’tazilah. Perbedaannya, al-Maturidi mengakui adanya sifat-sifat tuhan, sedangkan
mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat tuhan.
Menurut maturidi samarkand, dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran
tuhan memiliki sifat jasmani, mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan,
muka, mata dan kaki adalah kekuasaan tuhan. Pendapat aliran samarkand ini kelihatannya
tidak sepaham dengan mu’tazilah karena al-Maturidi mengatakan bahwa sifat bukanlah
tuhan, akan tetapi juga tidak lain dari tuhan.
Aliran Maturidiyah bukhara sependapat dengan Asy'ariyah dan maturidi samarkand
bahwa tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Al-Bazdawi tokoh Maturidiyah bukhara
mengatakan bahwa tuhan kelak memperlihatkan diriNya untuk kita lihat dengan mata kepala,
sesuai dengan apa yang tuhan kehendaki.
4. Sifat-sifat Allah menurut aliran Syi’ah Rafidhah

Sebagian besar tokoh Syi’ah menilai bahwa pengetahuan itu bersifat baru, tidak qadim.
Mereka berpendapat bahwa tuhan tidak tahu terhadap sesuatu sebelum kemunculannya.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa tuhan tidak bersifat tahu terhadap sesuatu sebelum
tuhan menghendakinya. Ketika tuhan menghendaki sesuatu, tuhan pun bersifat tahu. Jika
tuhan tidak menghendaki, maka tuhan tidak bersifat tahu. oleh karenanya mereka menolak
bahwa tuhan senantiasa bersifat tahu. Makna tuhan berkehendak menurut mereka adalah
bahwa tuhan mengeluarkan gerakan (taharraka harkah). Ketika gerakan itu muncul, tuhan
bersifat tahu terhadap sesuatu itu.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa pengetahuan merupakan sifat zat tuhan dan
bahwa tuhan tahu tentang diriNya sendiri, tetapi tuhan tidak dapat di sifati tahu terhadap
sesuatu sebelum sesuatu itu ada. Sebagian yang lain berpendapat bahwa tuhan senantiasa
mengetahui dan pengetahuanNya merupakan sifat zatNya. Tuhan tidak dapat bersifat tahu
terhadap sesuatu sebelum sesuatu itu ada, sebagaimana manusia tidak dapat bersifat melihat
dan mendengar sesuatu sebelum bertemu dengan sesuatu itu sendiri.
Mayoritas tokoh syi’ah Rafidhah mensifati tuhan dengan bada (perubahan). Mereka
beranggapan bahwa tuhan mengalami banyak perubahan. Sebagian mereka mengatakan
bahwa tuhan terkadang memerintahkan sesuatu lalu mengubahnya. Terkadang tuhan
menghendaki melakukan sesuatu kemudian mengurungkannya karena ada perubahan pada
diriNya. Perubahan ini bukan dalam arti naskh, tetapi dalam arti bahwa pada waktu yang
pertama tuhan tidak tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang kedua.6

6
Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016.

17
18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatasdapat disimpulkan bahwa sifat 20 yang wajib bagi Allah terbagi
menjadi 4 bagian:
a. sifat nafsiyah yaitu wujud
b. sifat salbiyah yaitu qidam, baqo’, mukholafatuhu lil hawadis, qiyamuhu binafsihi,
wahdaniyat
c. sifat ma’ani yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashor, kalam
d. sifat ma’nawiyah yaitu qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran,
mutakalliman

taalluq bagi sifat ma’ani dengan beberapa kemungkinan dan perkara yang wujud ada 4
bagian:
a. sesuatu yang berhubungan dengan beberapa kemungkinan yaitu: sifat qudrat dan sifat
iradat. Namun, hubungan yang pertama merupakan perwujuudan dan peniadaan. Dan
hubungan kedua, yakni sifat iradat merupakan hubungan secara ketentuan.
b. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wajib, kewenangan dan kemustahilan
yaitu, sifat ilmu dan kalam. Namun, hubungan yang pertama merupakan taalluq secara
terbuka. Sedangkan sifat kalam sebagai penunjuk.
c. Sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang wujud adalah sifat sama’ dan bashor.
d. Sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali yaitu sifat hayat.
Bagi orang-orang mukallaf tidak diwajibkan mengetahui taalluq sifat tersebut, mukallaf
hanya wajib memahami sifat-sifat Allah secara global beserta dalil-dalilnya. Karena
mengetahui taalluq termasuk mendalami ilmu kalam.
Sifat jaiz bagi Allah hanya satu yaitu kebebasan meniadakan atau mengadakan sesuatu,
merupakan kewenangan yang mutlak bagi Allah Taala.
Beriman kepada seluruh sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam Al-Qur`an dan Hadits
adalah wajib. Tidak boleh membeda-bedakan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain,
sehingga kita hanya mau beriman kepada sifat yang satu dan ingkar kepada sifat yang lain.
Orang yang percaya bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Melihat dan percaya
bahwa mendengar dan melihatnya Allah tidak sama dengan mendengar dan melihatnya
makhluk, maka ia juga harus percaya bahwa Allah itu tinggi di atas langit dengan cara dan
sifat yang sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama dengan tingginya makhluk karena
sifat tingginya itu adalah sifat yang sempurna bagi Allah. Hal itu sudah ditetapkan sendiri
oleh Allah dalam Kitab-Nya dan sabda-sabda Rasulullah. Fithrah dan cara berfikir yang
sehat juga mendukung kenyataan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia,
2016.
Syeikh Sayyid Ahmad Al Marzuki Al Maliki Al Hasani dalam Kitab ‘Aqidatul awwam
Kitab kifayatul ‘awwam
Akidah Akhlak Kelas VII-1 MTS
Https://catatanriefdha.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-sifat-sifat-allah.html?m=1
Kesimpulan Mengenai Sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala (123dok.com)

20

Anda mungkin juga menyukai