Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT ZAT FISSIFATULLAH (1)

Hakikat Dzat pada Sifat Allah. Setelah pada posting


sebelumnya telah disampaikan tentang sifat Sifat Nafsiah dan Sifat Salbiyah, pada posting ini
kita akan mencoba melakukan kajian tentang Sifat Maani dan Sifat Manawiyah sebagai
berikut :
3. Sifat Maani
Sifat Maani cendrung dikatakan sebagai sifat yag absatrak tetapi saya lebih memahaminya
sebagai sifat yang membuktikan atau pembuktian ujud Allah, karena dengan sifat maani ini
Allah membuktikan sifat ujudnya yang dijelaskan dengan sifat salbiyah ( Qidam, Baqa,
Mukhalifatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah ) yaitu :
1. Hayat berarti Allah itu bersifat hidup
2. Ilmu berarti Allah itu bersifat tahu
3. Qudrat berarti Allah itu bersifat kuasa
4. Irodat berarti Allah itu bersifat berkehendak
5. Sama berarti Allah itu bersifat mendengar
6. Bashor berarti Allah itu bersifat melihat
7. Kalam berarti Allah itu bersifat berkata-kataPembuktian sifat maani
sebagai sifat yang melekat pada ujud Allah dapat dibuktikan melalui
metoda pemahaman Tauhid Rububiyah yang berarti menyakini keberadaan
Allah melalui ciptaan-Nya yaitu :

Karena Allah mempunyai sifat hayat, maka kita bisa membuktikannya pada
hidupnya tubuh kita, jika tidak hidup tubuh kita itu, maka tidak
terbukti hayatnya Allah, karena hidup tubuh kita itu dengan hayatnya
Allah

Karena Allah mempunyai sifat ilmu, maka kita bisa membuktikannya pada
tahunya hati kita, jika tidak tahu hati kita itu, maka tidak terbukti
ilmunya Allah, karena tahu hati kita itu dengan ilmunya Allah

Karena Allah mempunyai sifat qudrat, maka kita bisa membuktikannya pada
kuasanya tulang kita, jika tidak kuasa tulang kita itu, maka tidak
terbukti qudratnya Allah, karena kuasa tulang kita itu dengan qudratnya
Allah

Karena Allah mempunyai sifat iradat, maka kita bisa membuktikannya pada
berkehendaknya nafsu kita, jika tidak berkehendak nafsu kita itu, maka
tidak terbukti iradatnya Allah, karena berkehendak nafsu kita itu dengan
iradatnya Allah

Karena Allah mempunyai sifat sama, maka kita bisa membuktikannya pada
mendengarnya telinga kita, jika tidak mendengat telinga kita itu, maka
tidak terbukti samanya Allah, karena mendengar telinga kita dengan
samanya Allah

Karena Allah mempunyai sifat bashor, maka kita bisa membuktikannya pada
melihatnya mata kita, jika tidak melihat mata kita itu, maka tidak
terbukti bashornya Allah, karena mendengan telinga kita dengan
bashornya Allah

Karena Allah mempunyai sifat kalam, maka kita bisa membuktikannya pada
berkata-katanya lidah kita, jika tidak berkata-kata lidah kita itu, maka
tidak terbukti kalamnya Allah, karena berkata lidah kita dengan kalamnya
Allah

Dengan pembuktian ujud Allah melalui sifat maani ini memberikan pemahaman kepada kita
bahwa sifat hayat merupakan pokok atau ibu dari sifat yang menjelaskan tentang zat Allah,
sehingga tanpa sifat hayat, sifat ujud tidak berarti apa-apa. 4. Sifat Manawiyah Sifat
manawiyah merupakan sifat penegasan dari sifat maani dengan pemahaman sebagai
berikut :

Karena Allah bersifat hayat, maka wajib Zat Allah bersifat Hayun berarti
maha hidup

Karena Allah bersifat ilmu, maka wajib Zat Allah bersifat Aliman berarti
maha mengetahui

Karena Allah bersifat qudrat, maka wajib Zat Allah bersifat Qodiron berarti
maha kuasa

Karena Allah bersifat Iradat, maka wajib Zat Allah bersifat Muridan berarti
maha berkehendak

Karena Allah bersifat sama, maka wajib Zat Allah bersifat Samian berarti
maha mendengar

Karena Allah bersifat bashor, maka wajib Zat Allah bersifat Bashiron berarti
maha melihat

Karena Allah bersifat kalam, maka wajib Zat Allah bersifat Mutakalliman
berarti maha berkata-kata

Itulah sifat-sifat yang wajib ada pada Zat Allah. Hanya Pada Zat Allah. Selain Allah tidak ada
yang memiliki sifat ini, sedangkan sifat-sifat yang mustahil pada Allah adalah kebalikan dari
sifat yang wajib ini. ( saya tidak membahas sifat yang mustahil ini )
Sebelum melanjutkan dengan hakikat sifat yang mungkin pada Allah, kembali saya
menyampaikan bahwa apabila sampai kajian ini terdapat hal-hal yang kurang bisa difahami
dengan baik silahkan penyampaikan pertanyaan melalui kotak komentar yang tersedia,
termasuk bantahan, sanggahan atau apapun yang ingin disampaikan, mohon disampikan
secara santun dan jangan menyebut nama orang lain yang tidak berhubungan dengan SAYA.
Seluruh pertanyaan, tanggapan, bantahan, sanggahan atau sekedar komentar yang
disampaikan, Insya Allah, saya akan berusaha menjawab dan menjelaskannya sesuai dengan
segenap kemampuan. Karena ilmu Allah itu maha luas dan tanpa batas.

HAKIKAT ZAT FISSIFATULLAH (2)

Hakikat Dzat pada Sifat Allah .Sebelum melanjutkan


membaca dan memahami kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada bagian ini, perlu
disampaikan bahwa mulai dari kajian ketiga ini dan kajian-kajian selanjutnya, lebih bersifat
pemahaman dan sangat membutuhkan kemurnian pemikiran dari pengararuh nafsu yang
menyesatkan. Karena pada kajian ini dan kajian selanjutnya merupakan salah satu kajian inti
dari faham tariqat sattariyah yang mengklaim bahwa, pemahaman tauhid dari faham satariyah
merupakan satu-satunya cara tercepat atau jalan pintas untuk bertemu Allah swt. ( faham tauhid
satariyah tidak menyatakan dirinya sebagai bagian dari aliran tariqat yang ada karena sangat
bersifat logika dan pemahamannya timbul dari proses pembelajaran sedangkan faham tauhid
dari faham tariqat lainnya pemahamannya timbul dari pengamalan ; Kedua metoda ini sah
dan sama benarnya, tergantung kesanggupan untuk mengikuti metoda pembelajaran dan
pembetukan faham tauhidnya ), sehingga saya sangat menyarankan untuk terlebih dahulu atau
kembali membaca dan mempelajari serta memahami kajian-kajian sebelumnya yang
berhubungan dengan alasan :
1. Kajian ini sangat membutuhkan pemahaman sehingga apabila hanya sekali baca saja
diyakini bahwa pembaca tidak akan mendapatkan apa-apa dari kajian ini, bahkan mungkin saja
menyesatkan Aqidah ( bukan alasan Page View atau Alexa Rank).
2. Untuk Hal-Hal yang kurang difahami dan meragukan jangan difahami sendiri, tapi
disarankan untuk bertanya kepada para guru di majelis taklim / pengajian masing-masing
dan atau sampaikan pertanyaan langsung di kotak komentar sebagai alternatif solusi ( solusi
pertama tetap para guru / point pertama )
3. Yang lebih penting dari pada itu adalah, bahwa yang difahami dalam kajian ini ada sifat
Allah swt, bukan zat Allah swt atau hubungan antara sifat dengan zat-Nya. Apabila salah

dalam memahami ini, maka akan jatuh kepada pemahaman tauhid sesat yang menyakini
bahwa makhluk bisa menyatu dengan zat Allah swt (salah satu keyakinan tauhid dari
faham syiah )
4. Ikuti point pertama, point kedua dan point ketiga
5. Mari Kita lanjutkan Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ( 3 )
Setelah pada kajian yang lalu difahami bahwa melalui sifat-sifat yang diperkenalkan Allah swt
kepada manusia sebagai makhluk, berarti Allah swt telah membukakan satu celah yang sangat
lebar bagi kita untuk mengenal zat-Nya secara lebih terang dan nyata, karena melalui sifat.-sifat
Allah tersebutlah kita mengenal hakikat zat itu dengan sesungguhnya.
Diantara dua puluh sifat yang difahami dalam keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua
sifat utama yang sangat menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut,
maka keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain.
Pada kajian ini kita akan melakukan pembahasan tentang sifat yang pertama dari sifat yang
menentukan itu, yaitu sifat ujud. Sebagai beriku :
Sifat Ujud
Ujud adalah sifat yang menandakan keberadaan zat. Tanpa sifat ujud ini, sifat-sifat yang lain
akan menjadi tidak berarti bahkan bisa jadi menjadi tidak ada. Sifat ujud difahami melalui sifatsifat maani, sehingga untuk menjawab bagaimana ujud-Nya Allah ?. sudah bisa dijelaskan
melalui sifat-sifat maani ( baca kajian yang lalu ) yang dikelompokkan sebagai berikut :

Ujud Zat. Yaitu ujud yang melekat pada zat difahami dengan zat Allah
yaitu ujud yang sebenar-benarnya zat pada Allah. Merupakan suatu
yang tidak bisa diucapkan tapi secara nyata bisa dirasakan. Seperti rasa
manis pada gula, seperti rasa asin pada garam. Hanya bisa dirasakan tanpa
bisa terkatakan.

Ujud Sifat. Yaitu ujud yang melekat pada sifat zat difahami dengan sifat
Allah yaitu terhimpunnya sekalian sifat. Ujud ini dinamakan juga Nur
muhammad. Merupakan nyawa atau roh pada diri kita

Ujud Afaal. Yaitu ujud yang melekat pada perbuatan zat difahami
dengan perbuatan Allah yaitu ujud yang keberadaannya disebabkan
oleh suatu sebab sehingga tidak terjadi dengan sendirinya. Ujud ini
dinamakan juga Ujud Adam. Merupakan tubuh pada diri kita

Ujud Asma. Yaitu ujud yang melekat pada keimanan difahami dengan
beriman kepada Allah yaitu ujud terdapat dalam keyakinan setiap makhluk

yang memahami tentang zat Allah. Ujud ini dinamakan juga Ujud iman.
Merupakan hati pada diri kita

Sehingga pemahaman tentang ujud Allah ini adalah Zat Allah jadi rahasia pada diri Aku.
Sifat Allah jadi Nur Muhammad jadi nyawa atau roh pada diri Aku. Perbuatan Allah jadi
tubuh pada diri Aku. Nama Allah jadi hati atau iman pada diri Aku.
Jadi Bukan Zat melainkan Rahasia Pada Diri Aku. Bukan Sifat melainkan Nur Muhammad
Nyawa atau Roh Aku, Bukan Perbuatan melainkan Batang Tubuh Aku. Bukan Asma atau
Nama melainkan Keyakinan atau Keimanan Hati Aku.
Catatan :
Rahasia Diri Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama Pada
Kajian Hakikat Diri
Nur Muhammad Insya Allah Akan Disampaikan Pada Kajian-Kajian Selanjutnya Terutama
Pada Kajian Awal Muhammad
Demikian kajian tentang Sifat Ujud yang merupakan sifat yang utama dan terutama pada Allah
swt. Tanpa bosan untuk menghimbau kepada pengunjung blog Kajian ini Belajarlah Melalui
Guru . Kajian Blog ini hanyalah sebagai pelengkap dan sarana pembantu pendalaman materi dan
pemahaman.
Jika ada yang dirasa kurang jelas karena keterbatasan kemampuan. Silahkan menyampaikan
pertanyaan atau sanggahan, bantahan atau apa saja pada kotak komentar yang tersedia. Insya
Allah semua pertanyaan tentang kajian ini, saya akan mengusahan untuk menjawab dan
menjelaskan sesuai dengan ilmu Allah yang tiada batas yang dilahirkan pada hamba-hamba yang
dikehendakinya.

HAKIKAT ZAT FISSIFATULLAH (3)

Hakikat Dzat pada Sifat Allah .Sekarang kita sudah


memasuki kajian ke empat dari Hakikat Zat Pada Sifat Allah, tapi kalau dilihat dari awal,
kajian keempat ini sudah merupakan kajian keenam yang saling berhubungan dimana
sebelumnya telah dibahas Mengenal Allah .
Seluruh tanggapan dan komentar tersebut akan kita coba, insya Allah membahasnya satu per satu
setelah kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini selesai secara tuntas yaitu berhasil
mengantarkan seluruh pembaca dan pengunjung blog ini menemui tuhannya masing-masing.
Insya Allah

Selanjunya dari awal SAYA selalu dan tidak akan pernah bosan mengingatkan bahwa, Kajian
Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini adalah sebuah kajian yang bersifat pendalaman dari ilmu tauhid
yang sangat membutuhkan pemahaman, maka bacalah setiap postingan ini secara berulangulang karena kalau hanya sekali baca saja dijamin tidak akan mendapatkan pemahaman
apa-apa.
Beberapa istilah yang dipakai, mungkin kelihatan asing bagi sebagian orang, karena kajian ini
adalah kajian yang sebelumnya bersifat terutup dan dipelajari secara exclusive di berbagai
tempat. Itu pun murid-muridnya kebanyakan sudah berusia lanjut. Sehingga belum tentu
semua orang pernah belajar dan mempelajari ilmu ini. Sehingga untuk hal-hal yang kurang
dimengerti dan difahami sangat disarankan untuk mendiskusikannya di majelis taklim dan
pegajian masing-masing dibawah bimbingan para guru yang memahami ilmu taswauf
secara baik agar jangan tersesat.
Mari Kita lanjutkan kajian kita.
Sifat Hayat
Sebagaimana yang telah disampikan pada kajian sebelumnya bahwa diantara dua puluh sifat
yang difahami dalam keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat
menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka keberadaan sifatsifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain.
Diantara Dua sifat Allah swt tersebut yang pertama telah disampaikan pada kajian sebelunya
yaitu sifat ujud. Pada kajian ini kata akan memahami sifat kedua yaitu sifat Hayat yang berarti
hidup. Sifat hayat ini sering juga dinyatakan sebagai ibu dari segala sifat Allah, karena tanpa sifat
hayat ini sifat ujud pada zat Allah swt menjadi tidak berati sama sekali, sehingga mustahil sifatsifat yang lain pada Allah swt bisa dibuktikan.
Allah Bersifat Hayat. Artinya Hidup. Allah hidup dengan sifat hayat-Nya. Sehingga dengan sifat
hayat itu Allah maha hidup dan wajib bagi Allah untuk selalu hidup ( Hayun / Hayan ).
Karena bukti hayat Allah swt tersebut pada hidupnya tubuh kita, maka hakikatnya bukan hidup
kita, melainkan hayatnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan hidup aku melainkan hidupNya Allah
Allah Bersifat Ilmu. Artinya Mengetahui. Allah tahu dengan sifat ilmu-Nya. Sehingga dengan
sifat ilmu itu Allah maha mengetahui dan wajib bagi Allah untuk selalu mengetahui
( Alimun / Aliman ). Karena bukti ilmu Allah swt tersebut pada tahunya hati kita, maka
hakikatnya bukan tahu kita, melainkan ilmunya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan ilmu
aku melainkan ilmu-Nya Allah

Allah Bersifat Kudrat. Artinya Kuasa. Allah berkuasa dengan sifat kudrad-Nya. Sehinga dengan
sifat kudrat itu Allah maha kuasa dan wajib bagi Allah untuk selalu berkuasa ( Kadirun /
Kadiran ). Karena bukti kudrat Allah swt tersebut pada kuasanya tulang kita, maka hakikatnya
bukan kuasa kita, melainkan kudratnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan kuasa aku
melainkan kuasa-Nya Allah
Allah Bersifat Iradat. Artinya Berkehendak. Allah berkehendak dengan sifat iradat-Nya
( Maridun / Muridan ). Sehingga dengan sifat iradat itu Allah maha berkehendak dan wajib
bagi Allah untuk selalu menghendaki. Karena bukti iradat Allah swt tersebut pada
kehendaknya nafsu kita, maka hakikatnya bukan kehendak kita, melainkan iradatnya Allah swt.
Pemahamanya adalah Bukan kehendak aku melainkan kehendak-Nya Allah
Allah Bersifat Basyar. Artinya Melihat. Allah melihat dengan sifat basyar-Nya. Sehingga
dengan sifat basyar itu Allah maha melihat dan wajib bagi Allah untuk selalu melihat
( Basyirun / Basyiran ). Karena bukti basyar Allah swt tersebut pada melihatnya mata kita,
maka hakikatnya bukan penglihatan kita, melainkan basyarnya Allah swt. Pemahamanya adalah
Bukan penglihatan aku melainkan penglihatan-Nya Allah
Allah Bersifat Samik. Artinya Mendengar. Allah mendengar dengan sifat samik-Nya. Sehingga
dengan sifat samik itu Allah maha mendengar dan wajib bagi Allah untuk selalu mendegar
( Samiun / Samian ). Karena bukti samik Allah swt tersebut pada mendengarnya telinga kita,
maka hakikatnya bukan pendengaran kita, melainkan samiknya Allah swt. Pemahamanya adalah
Bukan pendengaran aku melainkan pendengaran-Nya Allah
Allah Bersifat Kalam. Artinya Berkata-kata. Allah berkata dengan sifat kalam-Nya. Sehingga
dengan sifat kalam itu Allah maha berkata-kata dan wajib bagi Allah untuk selalu berkatakata ( Mutakalimun / Mutakaliman ). Karena bukti kalam Allah swt tersebut pada berkatanya
lidah kita, maka hakikatnya bukan perkataan kita, melainkan kalamnya Allah swt. Pemahamanya
adalah Bukan perkataan aku melainkan perkataan-Nya Allah
Jadi sampai dengan kajian keempat atau kajian keenam tentang Hakikat Zat Pada Sifat Allah
ini sudah bisa sedikit dirasakan bahwa Tidak satu pun yang ada pada diri kita, melainkan
hanyalah sifat Allah swt . Dengan pemahaman bahwa Bukan aku melainkan sifat Allah
semata-mata
Terakhir, sebelum memasuki kajian selanjutnya, saya kembali mengingatkan untuk menanyakan
hal-hal yang kurang difahami kepada para guru kita, dan sebagai solusi alternafif, silahkan
menyampaikan pertanyaan, saran, tanggapan, kritikan, batahan terhadap seluruh kajian ini pada
kotak komentar yang tersedia. atau kirim via email Insya Allah saya akan berusaha menjawab
dan menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan yang ada. [ Annafiz ]

HAKIKAT ZAT FISSIFATULLAH (4)

Hakikat Dzat pada Sifat Allah .Setelah menyelesaikan


kajian tentang sifat ujud dan sifat hayat yang merupakan dua sifat yang utama bagi Allah swt,
maka mulai dari kajian ke lima Hakikat Zat Pada Zat Allah ini sesungguhnya kita sudah
memasuki kajian kesimpulan dan aplikasi dari pemahaman yang sudah dibahas dalam aktivitas
kehidupan kita sehari-hari dan ritualitas ibadah wajib dan ibadah sunnah sebagai pengamalan
syariat ajaran agama islam sebagai agama tauhid terakhir.
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam kajian-kajian sebelumnya bahwa sifat-sifat yang
dimiliki oleh Allah swt sebagai tuhan adalah sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah swt saja.
Tidak dimiliki oleh makhluknya. Apabila sifat-sifat tersebut terdapat pada makhluk, maka berarti
sifat tersebut bukan sifat Allah swt karena Allah swt sebagai tuhan tidak bisa disamakan, tidak
bisa disetarakan dengan apapun juga baik itu zat, sifat ataupun perbuatannya. Itulah tauhid yang
benar lagi lurus yang kita tidak boleh tersesat didalamnya.
Pada kajian sebelumnya juga telah difahami bahwa, dengan pendevinisian dari sifat-sifat Allah
swt yang telah dilakukan oleh ulama-ulama Ahlul Sunna Wal Jamaah sebelumnya sesungguhnya
telah membuka satu celah kepada kita sebagai makhluk yang berakal untuk mengungkap tentang
hakikat dari Allah swt itu secara nyata, karena hubungan antara zat dan sifat adalah hubungan
yang saling terkait, dimana keberadaan suatu zat akan bisa diketahui dan dijelaskan melalui sifatsifatnya dan sifat-sifat yang dikandung oleh zat adalah penggambaran dari zat itu sendiri.
Dengan logika sederhana dapat dinyatakan bahwa, dimana ada zat, maka disitulah sifatnya
berada dan dimana sifat terlahir, maka disitu juga sesungguhnya zatnya berada
Ungkapan atau contoh yang sangat logis dan gampang untuk difahami tentang hubungan antara
zat dan sifat adalah dengan memahami sifat dari api. Yaitu Panas, panas merupakan sifat yang
dikandung oleh api, dimana panas itu terasa, maka disitulah api itu berada. Apabila semakin
panas kita rasakan, maka sesungguhnya semakin dekat kita dengan sumber panas itu yaitu api,
sehingga semakin dekat kita dengan api maka kita akan semakin merasakan panasnya api itu.
Dan sebaliknya, apabila semakin jauh kita dari api, maka panasnya api akan semakin berkurang
kita rasakan. Dimana ada panas disitulah ada api. Panas adalah sifat dan api adalah zatnya.
Akibat dari panas yang ditimbulkan akan berbanding lurus dengan jarak yang berhasil dicapai
oleh suatu benda dengan sumber panas atau api tersebut.
Semakin dekat keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin besar panas
yang diserap benda dan semakin besar juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada bendabenda disekitarnya

Semakin jauh keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin kecil panas
yang diserap benda itu dan semakin kecil juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada
benda-benda disekitarnya
Sehingga ketika tidak ada lagi jarak yang tersisa antara suatu benda dengan sumber panas, maka
benda itu dinyatakan berada dalam sumber panas itu, maka benda itu akan terbakar, menjadi
bagian bahan bakar yang menyalakan atau menghidupkankan api. Bukan Menjadi Api
Kedekatan Allah swt sebagai Tuhan dengan Makhluk pada hakikatnya tidak merubah makhluk
menjadi tuhan. Tetapi hanya mempertegas pembuktian atau memperjelas keberadaan sifat Allah
swt saja.
Pada tataran inilah sebetulnya faham tauhid lebih banyak disesatkan oleh iblis dari
golongan jin sehingga terbentuk pemahaman bahwa makhluk bisa menyatu dengan
Tuhannya ( untuk yang memahami jin adalah bagian dari iblis )
Dan pada tataran ini jugalah sebagian ahli sihir yang mengaku menguasi atau memiliki
ilmu putih
( padahal itu adalah sihir juga ) menekankan pemahamannya, sehingga
para iblis yang telah menguasi sihir tertentu menyakinkan kepada para budaknya itu ( tukang
sihir ), seolah-olah kehendak penyihir tersebut merupakan iradat-Nya Allah swt, padahal
semua itu hanyalah tipuan iblis dari kelompok jin belaka.
Telah banyak para alim dan orang-orang yang mengaku sebagai ahli tariqat dan ahli
tasawuf terjebak dalam pemahaman ini, sehingga banyak sekali ditemui kelompok-kelopok
tariqat dan pengajian tasawuf yang sesat dan menyesatkan pengikutnya seperti pemahaman
bahwa, pencapaian maqam tertentu pada keyakinan tauhid yang difahami, telah menggugurkan
ikatan hukum syariat padanya. Setiap yang dilakukan adalah Haq atas kehendak Allah
swt.
Sesungguhnya pemahaman tauhid seperti itu ( dan masih banyak lagi pemahaman tauhid yang
tersesat dan atau dianggap sesat ) lebih banyak disebabkan oleh kurang lengkapnya dan tidak
sempurnanya pemahaman tauhid yang diyakininya. Sebagian lagi disebabkan dorongan nafsu
yang dikendalikan oleh jin yang memang bertugas dan telah mendapat izin resmi dari Allah swt
untuk menyesatkan umat manusia yang tidak mampu menguasai dan mengendalikan nafsunya
dengan baik.
Pada bagian akhir dari kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada kajian kelima atau ketujuh ini
kembali saya mengingatkan jangan berhenti memahami kajian hakikat zat Allah swt melalui
sifat-sifat Allah sampai pada kajian ini saja. Pada kajian selanjutnya kita akan mencoba
melanjutkan Hakikat Zat Pada Sifat Allah secara lebih mendalam dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan dan ibadah. Insya Allah.

Fahamilah kembali kajian ini dari awal dari secara berulang-ulang. materi kajian yang sudah
disampaikan merupakan kajian bersambung dalam satu rangkaian. Kalau hanya memahami satu
bagian saja justru bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan atau melahirkan pemahaman
tanpa dasar yang pada akhirnya menimbulkan fanatisme yang sombong, yang selalu merasa
paling benar. Selain dari pemahaman yang diyakininya adalah salah atau dianggap bidaah.
Padahal Kebenaran Yang Sesungguhnya Hanya Milik Allah swt saja. Tugas kita hanya meyakini
sebanyak yang kita fahami saja
Pahami semua kajian ini secara utuh dan konprehensif dan tanyakan apa-apa yang tidak jelas
atau kurang difahami kepada para guru kita yang ada dimajelis masing-masing atau sebagai
solusi pertama sampaikan pertanyaan, kritikan, saran, bantahan, sanggahan pada kotak komentar
yang tersedia. Insya Allah saya akan mencoba menjelaskan setiap pertanyaan yang timbul dari
kajian ini. [ Annafiz ]

Hakikat Dajjal
Posted by annafiz on Juli 28, 2012
Posted in: Uncategorized. Tinggalkan Sebuah Komentar

Hakikat Dajjal Al-Massih


Bissmillahirahmanirahimsyukur kehadrat Ilahi dengan limpah kurnia ilmu yg tidak
terputus2 ini, akhirnya aku dapat kisah tentang Dajjal Al-Massih. Sekian lama aku mengkaji
dan bertanya mencari identiti ataupun hakikat Dajjal Al-Masseh akhirnya dapat juga
pengertian dan menjadikan ini suatu titik perubahan kepada sekalian sodara2ku sesame
Muslim untuk waspada dan berjaga2 akan kedatangan Ad-Dajjal Al-Massih.Sebelum aku
menguraikan siapakah Dajjal ini, aku akan mengutip sepotong hadist yg artinya:
..seandainya dia (Dajjal) keluar,sedangkan aku berada di kalangan kalian,maka akulah yg
akan berhadapan dengannya bagi mewakili setiap umat Islam. Dan dia (Dajjal) keluar
selepas kematianku, maka setiap kamu adalah penyelamat (bertangungjawab untuk
melawannya) dan Allah sebagai penolong kamu sekalian.

Siapakah Ad Dajjal Al-Massih?


Aku telah membuat beberapa kajian dan terbukti disini terdapat sepotong hadis yg menyatakan
Dajjal ini bukanlah binatang maupun makhluk lain,bahkan dia adalah manusia seperti kita.
Namun aku tidak mau anda-anda semua keliru dengan fakta yg aku dapatkan ini. Oleh karena itu
mari fahami hadist hadist yg aku sediakan dibawah ini:

Hadist ini diriwayatkan Amir Ibnu Syarahil Shabi Shab Hamdan dari Fatimah binti Qais dan
Fatimah mendengar hadis ini langsung dari baginda:
Setelah habis iddahku, aku mendengar suara azan lalu aku pun pergi ke masjid untuk
bersholat bersama Rasulullah. Aku berada di saf wanita dan sangat berdekatan dengan
saf makmum lelaki. Selepas Rasulullah bersholat, baginda terus berkata: Hendaklah
kamu semua duduk di tempat sholatmu. Tahukah kamu kenapa aku panggil kamu
sekalian ke masjid? Seorang sahabat menjawab: Allah dan RasulNya lebih
mengetahui. Lalu baginda menyambung: Aku menghimpunkan kamu karena Tamim
ad-Dari yang dahulunya seorang Nasrani datang kepadaku dan memeluk Islam. Dia
(Tamim) menceritakan satu perkara yang pernah aku ceritakan kepada kamu semua
perihal Dajjal. Dia (Tamim) memberitahukan kepadaku bahwa dia pernah belayar
bersama 30 lelaki kabilah Lakhm dan Juzdam. Lalu mereka dipukul ombak selama
sebulan sehingga mereka menemukan sebuah pulau di tengah lautan, tempat
tenggelamnya matahari. Mereka kemudian berlabuh di pulau itu. Sesudah mendarat,
mereka terkejut didatangi makhluk berbulu tebal, lalu mereka berkata: Apakah kamu
ini?. Makhluk itu menjawab: Aku penjaga rahasia (Jassasah) Mereka bertanya lagi:
Menjaga apa?. Makhluk itu menjawab: Tak perlu bertanya lagi, pergilah berjumpa
seorang lelaki di biara itu karena dia mau mendengar berita dari kalian.
Tiba di biara itu, mereka melihat sebesar-besar manusia yang dirantai. Kedua tangan
dipasung ke leher. Kaki dan lutut diikat besi hingga ke bahunya. Kemudian mereka
bertanya: Siapa kamu ini? Lelaki yang dipasung itu menjawab: Ceritakan kepadaku
tentang kurma di Baisan. Mereka menjawab: Ia sudah hampir tidak berbuah lagi.
Lelaki dipasung itu bertanya lagi: Bagaimana pula dengan Laut Thabariya?(Laut Mati)
Apakah airnya masih ada? Lalu mereka jawab: Airnya hampir kering. Dia bertanya
lagi: Bagaimana dengan Nabi orang-orang ummiyin ( Muhammad saw ), apakah dia
telah lahir? Apa yang dikerjakannya? Mereka menjawab: Dia telah lahir di Makkah
dan berhijrah ke Yathrib (Madinah). Dia bertanya: Apakah orang-orang Arab
memeranginya lagi? Mereka menjawab: Ya. Mereka memeranginya. Dia bertanya
lagi: Bagaimana perlakuan mereka? Mereka jawab: Dia (Muhammad) telah banyak
mendapat kemenangan, hampir semua orang Arab kini mengikutinya. Lelaki itu
berkata: Itu benar terjadi? Mereka menjawab: Benar. Itu yang benar terjadi Lelaki itu
berkata: Kalau mereka mengikutinya, maka itulah yang lebih baik kepada mereka.
Sekarang aku beritahukan kepada kamu semua. Aku adalah al-Masih ad-Dajjal. Sudah
sangat dekat masa untuk aku diizinkan keluar. Bila aku keluar nanti, aku akan berjalan
ke seluruh muka bumi, kecuali Makkah dan Thahibah (Madinah) karena aku dihalangi
para malaikat. Selepas diceritakan kepada semua yang berada di masjid itu,
Rasulullah pun berkata: Inilah Thahiba yakni Madinah. Bukankah aku pernah
memberitahu kamu mengenai (Dajjal) ini? Sesungguhnya kisah yang Tamin ad-Dari
sampaikan kepadaku bersesuaian benar dengan apa yang pernah aku sampaikan

pesan kepada kamu sekalian. Dajjal itu berada di Laut Shyam atau Laut Yaman, di arah
Timur . Fatimah yang menceritakan kata-kata Nabi itu kemudian berkata kepada Amir:
Itulah yang aku dengar dari Rasullallah.

Hadis ini menjelaskan tentang satu kepastian kalau Dajjal adalah seorang manusia, bukan satu
konsep bangsa atau golongan. Jika wujud satu golongan, maka itu adalah persoalan lain yang
berkaitan dengan lelaki yang disebut Dajjal ini. Tidak mungkin Nabi s.a.w menyampaikan
keterangan yang mempunyai maksud lain, Nabi tidak mungkin membuat kesalahan, sedangkan
hadist-hadist disampaikan bertujuan untuk menjelaskan suatu maksud secara konkrit. Maka,
pernyataan bahwa Dajjal adalah manusia juga satu pernyataan konkrit.
Hadislain juga menjelaskan, masa munculnya Dajjal itu adalah seperti berikut:
- akan muncul pada akhir zaman
- mengaku bahawa dia adalah Tuhan
- menyebar fitnah dan dusta
- keluar selama 40 sebelum dibunuh Nabi Isa (40 hari, 40 bulan, 40 tahun atau 40 abad tidak
dijelaskan oleh Nabi)

Siapakah dajjal?
1. Telah bersabda Rasulullah SAW: Ternyata ia adalah seorang laki laki
yang berbadan besar, merah, berambut keriting dan bermata
sebelah. (HR. Bukhary)
2. Telah bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya Al Masihuddajjal adalah
seorang laki laki, ujung telapak kakinya berdekatan, sedangkan
tumitnya berjauhan, berambut keriting, bermata sebelah dengan
mata yang terhapus. (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad)
3. Telah bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya kepala dajjal itu dari
belakang terlihat tebal dan berkelok-kelok. (HR. Ahmad)
4. Telah bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya dajal itu terhapus
matanya yang sebelah kiri. (HR. Ahmad)
5. Telah bersabda Rasulullah SAW: Pada matanya yang sebelah kanan,
seakan akan ia adalah satu biji anggur yang terapung. (HR. Bukhary)

HAKIKAT SHOLAT
Sholat adalah perintah wajib dan juga penyembahan kepada Allah, yang di terima langsung oleh
Rasulullah di alam Ketuhanan, oleh karena itu pastilah sangat istimewa dan mengandung banyak
rahasia yang tersembunyi, jika kita hanya skedar melihat gerakannya saja,kita pasti akan
bertanya-tanya, kok penyembahan kepada Allah seperti itu? Berdiri,Rukuk,Sujud dan Iftidal,
kelihatan sangat aneh, dan kadang menjadi bahan olok-olok bagi non muslim, bahkan kelihatan
cara mereka menyembah kelihatan lebih hikmah.oleh karna itu, sebagai muslim kita wajib
mengetahui hakikat dari Sholat, baik itu gerakannya, maupun hal yang tersembunyi dibalik
gerakan itu, adapun kemudian daripada itu sholat bukan sekedar daripada memuji Allah dan
mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW.
Bahwasanya diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, berkata aku datang ke hadapan Rasulullah
SAW, minta belajar ilmu Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu
membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu. Ini perkara wajib bagi kita untuk
mengetahuinya. Lalu dijelaskanlah bahwa pertama kali bermula hakikatnya didalam shalat itu
atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU (MUNAJAH).
3. SUJUD (MIRAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
1. BERDIRI ( IHRAM) itu karena huruf ALIF penyembahanannya API, bukan api pelita
dan bukan pula api bara. Adapun artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya
sifat KEBESARAN ALLAH TAALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
KUAT.
LEMAH.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai KUAT dan
LEMAH karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH, bukan kudrat dan
iradat Allah itu yang lemah karna Maha Kuat Allah dan Maha Suci Allah dari Sifat kelemahan.
Adapun sifat lemah itu pada sifat kita yang baharu ini. Maka yang dihilangkan tatkala BERDIRI
itu ada pada segala AFAL (perbuatan) hamba yang baharu.
Penjelasan :
Bahwa sesungguhnya segala gerak adalah gerak Allah semata-mata, Mahluk hanya di beri
gerak atau sekedar menerima Astar Ilahi semata, Allah yang berdiri sendiri, Wa Qiamu
Binafsihi Maka berdirinya seorang hamba didalam Sholatnya tiada lain hanya diberi kekuatan
dari sifat Qiamunnya Allah, maka hilangkanlah Afal atau perbuatan hamba (baharu) karna
pada hakikatnya, yang ada hanya Afal Allah semata.

1. RUKU (MUNAJAH) itu karena huruf LAM Awal, penyembahannya ANGIN, bukannya
angin barat dan bukan pula angin timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat
JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TAALA, yang terdiri atas 2
(dua) perkara :
TUA.
MUDA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak mempunyai TUA dan
MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU itu adalah pada segala ASMA (nama) hamba
yang baharu.
1. SUJUD (MIRAJ) itu karena huruf LAM Akhir, penyembahannya AIR, bukannya air
laut dan bukan pula air sungai. Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang
artinya sifat KEKERASAN ALLAH TAALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
HIDUP.
MATI.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun mempunyai HIDUP
dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah pada segala NYAWA (sifat)
hamba yang baharu.
1. DUDUK (TABDIL) itu karena huruf HA, penyembahannya TANAH, bukannya pasir dan
bukan pula tanah lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang
artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TAALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
ADA.
TIADA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun
yang dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT hamba yang baharu,
karena hamba itu wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai wujud apapun karena
hamba itu diadakan/maujud, hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan
kuatnya hamba itu di-kuatkan.
Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang empat tersebut diatas,
shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM
KEPADA MANUSIA, yang berarti KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh
HEWAN, bukannya hewan kerbau atau sapi. Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu.
Jangan shalat itu menyembah berhala !!!.
INILAH PASAL
Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM, yaitu hendaklah tahu
akan MAQARINAHNYA.

Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :


1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU (MUNAJAH).
3. SUJUD (MIRAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah terdiri dari 2 kalimat yakni ALLAHU dan
AKBAR, jika kita sedikit berfikir, kenapa Takbiratul Ihkram itu dimulai dengan kalimat Allahu
Akbar, kenapa bukan dengan kalimat Allahu Kabirun (yang berarti sama) Allah Maha Besar.,
atau dengan kalimat yang lain? Sesungguhnya Takbiratul Ihkram adalah Musahadah,
menghilangkan sifat baharu hingga yang ada hanya sifat Qadim Allah semata, Allah adalah Ismu
Dzat dan Akbar adalah Ismu Sifat. Sesungguhnya tiadalah sifat Allah berpisah dari DzatNya, jadi
hakikat dari Takbiratul Ihkram adalah Penyatuan ALIF Allah dan ALIF Akbar , La Maujuda
Illallah, La Maksuda Illallah, Hilangkan sifat baharu yang ada hanya Allah semata, artinya : tiada
akan tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Taala, siapa yang menyembah?, dan
siapa yang disembah?.
Adapun hakikatnya RUKU (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena
didalam TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya), yaitu berkata
hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan yang dibaca didalam shalat itu adalah
KALAMULLAH.
Adapun hakikatnya SUJUD (MIRAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA
SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.
Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA
DENGAN TUHANNYA.
Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :
1. QASHAD.
2. TAARADH.
3. TAIN.
Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang dishalatkan itu
fardhu itu sunnah.
Adapun artinya TAARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau dua.
Adapun TAIN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh.
Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam shalat :
Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya : Nyata kepada AfAL Allah.
Hurufnya ALIF.
Alamnya NASUWAT.
Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.

Adapun sempurnanya RUKU (MUNAJAH) itu hakikatnya : Nyata kepada ASMA Allah.
Hurufnya LAM Awal.
Alamnya MALAKUT.
Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.
Adapun sempurnanya SUJUD (MIRAJ) itu hakikatnya :Nyata kepada SIFAT Allah.
Hurufnya LAM Akhir.
Alamnya JABARUT.
Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.
Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya : Nyata kepada ZAT Allah.
Hurufnya HA.
Alamnya LAHUT.
Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MARIFAT.
Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah. Hurufnya DAL.
Nyatanya kepada KAKI kita.
Adapun RUKU (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah. Hurufnya MIM.
Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.
Adapun SUJUD (MIRAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.Hurufnya HA.
Nyatanya kepada DADA kita.
Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MARIFAT Allah. Hurufnya MIM Awal.
Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.
Jadi Orang Shalat membentuk huruf MUHAMMAD.
INILAH PASAL
Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Taala atas 4 (empat) perkara :
1. API.
2. ANGIN.
3. AIR.
4. TANAH.
Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Taala atas 4 (empat) perkara :
1. WUJUD.
2. NUR ILMU.
3. NUR.
4. SUHUD.
Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :
1. AHADIYYAH.

2. WAHDAH.
3. WAHIDIYYAH.
Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Taala atas 4 (empat) perkara :
1. WADIY.
2. MADIY.
3. MANIY.
4. MANIKAM.
Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Taala atas 4 (empat) perkara :
1. SYARIAT. = AFAL. = BATANG TUBUH.
2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI
3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA
4. MARIFAT. = RAHASIA. = SIR.
Adapun hakikatnya :
SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.
THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.
HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.
MARIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.
Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena lafadz
MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :
1. MIM Awal.
2. HA.
3. MIM Akhir.
4. DAL.
Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.
Adapun huruf HA itu ibarat DADA.
Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).
Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.
Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.
Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.
Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.
Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.
Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :
1. ALIF.
2. LAM Awal.
3. LAM Akhir.
4. HA.
Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AFAL Allah.
Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.

Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.


Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.
Adapun AFAL itu nyata kepada TUBUH kita.
Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.
Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.
Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.
Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua) perkara :
1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).
2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).
Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.
Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.
ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena ALAM
SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan segala isinya bumi dan
langit, arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun (tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan
bintang.
Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :
1. BULU.
2. KULIT.
3. DAGING.
4. URAT.
5. DARAH.
6. TULANG.
7. LEMAK (SUM-SUM).
Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis
pula :
1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).
2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).
3. NAFSU (RUH JASMANI).
4. BUDI (RUH NAFASANI).
5. SUKMA (RUH ROHANI).
6. RASA (RUH NURANI).
7. RAHASIA (RUH IDHAFI).
Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.
Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.
Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula yang
sedikit).
Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.
Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.

Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :


1. LAUT ASIN.
2. LAUT TAWAR.
Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA dan KERINGAT kita.
Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.
Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :
1. KULLU JASAD (seluruh tubuh / ruhul hayat )
2. AN-NATIQA ( Di Dahi / fikiran )
3. AL-AKFA ( Tengah dada / nafsun )
4. AL-KHAFI ( diatas tete kanan / budi pekerti )
5. AL-QALBI. ( di bawah tetek kiri )
6. AR-RUHI ( di bawah tetek kanan )
7. AS-SIRRI ( diatas tetek kiri ).
Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk kita semua, kalaupun ada kekurangan atau kekeliruan,
itu semua karna kelemahan diriku sebagai seorang hamba.

Makna Kebaikan dan Keburukan dalam


Dimensi Marifat
Allah berfirman dalam Q.S. Al Anam 17 yang artinya:
Jika Allah menyentuhkan kemadharatan kepada engkau, maka tiadalah yang akan
menghilangkannya melainkan Dia sendiri dan jika menyentuhkan kebajikan kepada engkau,
maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Sesungguhnya segala sesuatu di alam semesta ini berada dalam genggaman Allah Azza wa Jalla,
baik yang nyata maupun tersembunyi. Tiada satu makhluk pun di dunia maupun akhirat yang
terlepas dari sorot kepengaturan Allah dengan atas kehendakNya. Dialah Rabb Yang Maha
Mencurahkan Kemanfaatan dan Dia pulalah Rabb Yang Maha Berbahaya. Curahan dimensi
kebaikanNya dan gerak cahaya ke-berbahayaan-Nya tak terjangkaukan dan tak terukurkan oleh
apapun dengan atas kehendakNya. Hal ini pulalah yang tersuratkan dengan jelas pada ayat
tersebut. Bahwa sesungguhnya setiap makhluk di semesta Allah khususnya manusia tiada

memiliki kemampuan untuk melaksanakan kebajikan maupun menghindari kemudharatan


kecuali dengan atas kehendakNya.
Dialah Allah Azza wa Jalla yang menyentuhkan cahaya suciNya kepada hati dan pikir manusia
untuk melaksanakan kebajikan. Cahaya suci tersebut teralurproseskan sedemikian rupa dalam
hati, pikir dan gerak manusia sehingga ia mampu untuk melaksanakan suatu kebajikan yang
dianjurkan Allah dan RasulNya dengan atas kehendakNya. Demikian halnya ketika ia menjauhi
suatu kemudharatan. Dalam segenap aktifitas lahir maupun bathin manusia, teralurproseskan
dimensi cahaya tak terhinggakan Allah yang senantiasa menaungi segenap dinamika kehidupan
dan penghidupan manusia. Segala bentuk mekanisme tubuh dari yang terkecil sampai yang
terbesar, semua beralur dengan atas kehendakNya melalui sorot cahaya diatas cahayaNya yang
tak terhinggakan dengan atas kehendakNya. Dialah Rabb Semesta Alam Yang Maha Tak
Terhinggakan.
Dimensi keragaman gerak cahaya Allah yang mengalir di dalam diri manusia maupun di luar diri
manusia tersusunkan secara harmonis, selaras dan seimbang dengan atas kehendakNya.
Sebagaimana keseimbangan siang dan malam yang mencerminkan ke-Mahaagung-an dan keMahasuci-an Allah Azza wa Jalla. Pertanyaan yang mungkin tersirat di benak kita Lalu apakah
kita tak bisa melakukan ikhtiar/usaha secara nyata untuk melaksanakan kebajikan atau
menghindari kemudharatan?
Sesungguhnya jika kita telisik secara mendalam dengan hati yang bening dan akal pikiran yang
jernih, maka jawabannya telah tersuratkan secara nyata dalam ayat tersebut diatas. Bukankah
ikhtiar kita untuk melaksanakan kebajikan adalah bagian dari alur gerak cahaya Allah yang
teraplikasikan di bumiNya? Bukankan alur gerak hati, pikir dan tubuh kita dalam menjauhi
kemudharatan juga bagian dari sentuhan cahayaNya? Sungguh teramat bodohlah manusia yang
merasa dirinya mampu berbuat sesuatu dengan diri pribadinya tanpa kesadaran akan Allah dan
kefokusan kepada Allah. Itulah yang dinamakan ego dan hasrat diri, yakni segala sesuatu baik
lahir maupun bathin yang terlaksanakan tidak dengan SAFA (Sadar Allah Fokus Allah).
Makna Ujian dan Cobaan dalam Dimensi Marifat

Firman Allah dalam Q.S. Al Mulk ayat 1-2 yang artinya:


Maha Suci Allah, yang di tangan Nya lah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Yang Menjadikan mati dan hidup supaya Dia manguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Sebagaimana terungkap dengan jelas pada ayat tersebut bahwa sesungguhnya Dialah Allah, Rabb
Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, baik yang nyata maupun yang ghaib (tersembunyi).
Segala pujian hanya teruntuk Allah, Rabb semesta alam. Segala sesuatu yang teralurkan di dalam
diri maupun di luar diri kita adalah bagian dari tanda kekuasaan Allah yang tak terhinggakan
dengan atas kehendakNya.
Dialah Allah yang mencurahkan kehidupan dan kematian kepada apapun yang di kehendakiNya.
Kehidupan dan kematian dalam ayat tersebut memiliki makna yang luas dan bukan semata-mata
kehidupan ataupun kematian yang terpahami oleh sebagian besar umat manusia saat ini.

Kehidupan dan kematian dalam ayat tersebut meliputi segala bentuk dimensi kehendak Allah
yang mengalir di dalam diri dan di luar diri, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
Termasuk di antaranya gerak peristiwa dalam hati, pikir maupun tubuh manusia baik yang nyata
maupun yang tersembunyi dengan atas kehendakNya.
Dialah Allah yang mencurahkan gerak kehidupan dan penghidupan dalam tubuh kita melalui
segenap perangkat biologis sebagaimana yang kita ketahui saat ini. Dan Dia pulalah yang
mematikan segenap gerak penghidupan dalam diri ketika ruh atau nyawa kita dipanggil kembali
kepada Allah dengan atas kehendakNya. Ruh tersebut merupakan bagian dari dimensi cahaya
Allah yang tercurahkan kepada diri tiap manusia sebagai bukti nyata atas ke-MahaBercahaya-an
Allah yang tak terhinggakan.
Allah pulalah yang mencurahkan ego serta hasrat diri pada tiap manusia sebagai suatu bentuk
ujian yang Dia terapkan kepada siapapun yang dikehendakiNya. Ego dan hasrat diri merupakan
cerminan cahaya gelap yang senantiasa menjerumuskan manusia pada jurang kenistaan dan
kehinaan dunia maupun akhirat. Meski demikian, sesungguhnya ego dan hasrat diri sengaja
Allah ciptakan sebagai suatu bentuk ujian bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini
dengan atas kehendakNya. Ruh sebagai cerminan cahaya suci Allah dan ego hasrat diri sebagai
cerminan cahaya gelap Allah merupakan dua dimensi kehendak Allah yang sengaja Dia tetapkan
bagi segenap manusia di bumiNya.
Tertundukkannya ego dan hasrat diri kepada cahaya suci Allah itulah yang sesungguhnya akan
membuat jiwa kita senantiasa hidup dalam kebahagiaan sejati, baik ketika di dunia bahkan kelak
di akhirat dengan atas kehendak Allah. Jiwa yang terbelenggu oleh ego dan hasrat diri (dalam arti
yang seluas-luasnya) adalah jiwa yang tercerabut dari akar kehidupan azali yang termurnikan.
Jiwa itulah yang pasti akan mendapat kesengsaraan dunia maupun akhirat dengan atas
kehendakNya.
Dialah Allah yang menjadikan segala sesuatu di bumi maupun di langit sebagai tanda-tanda
kebesaranNya yang tak terhinggakan, karena hanya Dialah Rabb Yang Maha Bercahaya lagi
Maha Tak Terhinggakan.

Anda mungkin juga menyukai