ZULKARNAIN BANDJAR
HAKIKI
by Zulkarnain Bandjar
ILMU HAKEKAT
Himbauan :
Jangan-lah gampang mengatakan sesat, niscaya kata sesat itu akan balik pada diri sendiri yang
mengatakan !
Dalam pengajian Ilmu Hakekat berulang kali saya katakan agar TIDAK mendatangi
atau
menyampaikan pengetahuan ini kepada Ulama Syareat dan di anjurkan hanya bertanya, berguru
kepada ahli Hakekat lagi Makrifat lagi Mursyid saja.
Selain dari cara syareat dan cara tarekat, terdapat satu lagi cara untuk merapatkan hubungan dengan
tuhan yaitu dengan cara hakekat.
Cara hakekat merupakan cara yang ketiga yaitu satu cara mendalami ilmu dengan menyelami dan
mengenali diri sendiri, yang merupakan satusatu-nya jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah,
ariffinbillah dan para aulia.
Mereka yang menjalani pengajian ilmu hakiki ini akan ber-iktiar dengan tekun dan tabah untuk
merapatkan hubungan dirinya dengan Allah s.w.t, dengan cara membongkar, menyelidiki dan
menyaksikan diri sendiri yaitu diri rahasia yang di tanggung oleh dirinya dan berusaha untuk
membentuk dirinya menjadi KAMIL-MULKAMIL.
Bagi mereka yang ingin melalui cara hakiki ini di sarankan terlebih dahulu melalui cara Tarekat,
hingga dia berhasil membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik saghir, syirik khafi dan syirik
jalli.
Mereka hendaklah menjalani perguruan dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta muryid yang
mempunyai pengetahuan yang luas serta mencapai pula ke tahap martabatnya.
Untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya dengan guru-guru makrifat lagi mursyid.
Orang-orang hakiki yang sampai pada martabatnya bukan saja mulia di sisi Allah tetapi mendapat
kemulian juga di tengah masyarakat. Adalah perlu ditegaskan di sini bahwa matlumat akhir pengajian
HAKEKAT adalah untuk megembalikan diri Asal Mu ke semula yaitu Allah pada Zahir dan Batin.
Tiada sesuatu apapun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.
Untuk itu pengajian hakekat ini harus ada kesinambungan dengan pengajian Makrifat. Sesungguhnya
kata hakekat dan makrifat dua perkataan yang tidak bisa di pisahkan.
1.MARTABAT TUJUH
Ketika kita berbicara tentang Alam Tujuh atau Martabat Tujuh, maka hal ini tidak lepas dari membicara-kan Asal Mu Mula Balik Semula Pada Tuhan
Firman Allah s.w.t.
Asal kejadian manusia yang dinyatakan melalui penjelasan pada Martabat Tujuh Atau Martabat
Alam Insan.
Balik Mu semula Allah yaitu persiapan untuk menyerahkan atau mengembalikan Diri rahasia
yang di kandung oleh jasad sebagaimana asalnya suci dan bersih.
Diri Empunya Diri, mentajallikan dirinya dari satu martabat ke satu martabat atau dari satu alam ke
satu satu alam.
Dalam hal kita membicarakan alam atau Martabat Tujuh atau Martabat Alam Insan, maka hal ini
terkandung di dalam Surah Al-Ikhlas yaitu dalam hal menyatakan tentang kewujudan Allah yang
menjadi diri rahasia kepada manusia itu sendiri dan membicarakan tentang proses peng-wujud-an
Allah untuk diterima oleh manusia sebagai diri rahasianya.
Proses pemindahan atau Tajalli Zat Allah s.w.t. bermula dari Alam Gaibul Gaib, terbentuk diri zahir
dan diri batin manusia ketika mulai bernafas di dalam kandungan ibu, kemudiannya zahir ke dunia
yaitu karena pada martabat Gaibul-Gaib adalah merupakan martabat manusia yang paling tinggi, suci
dan inilah martabat yang benar-benar di redhoi oleh Allah s.w.t.
Diri manusia pada martabat Insannul-Kamil adalah sebatang diri yang suci mutlak pada zahir dan
batin, tiada cacat celanya dengan Allah s,w.t. yaitu Tuan Empunya Rahasia. Oleh karena itu Rasulullah
Muhammad s.a.w. pernah menegaskan dalam sabdanya :
bahwa kelahiran seseorang bayi itu dalam keadaan yang suci, tetapi yang men-corak-kannya
menjadi kotor adalah ibu-bapaknya
Jadi ibu-bapak-lah yang mencorakkan sehingga menjadi kotor termasuk masyarakatnya, bangsanya
dan juga negaranya.
Oleh karna itu adalah menjadi tanggung-jawab seorang manusia yang ingin kembali menuju jalan
kesucian dan makrifat kepada Tuhannya, selayaknyalah dia mengembalikan dirinya kesuatu tahap
yang dikenali Kamilul-Kamil atau di namakan tahap Martabat Alam Insan.
Dalam membicarakan tingkatan atau martabat pentajallian Allah Tuan Yang Empunya Diri yang
menjadi rahasia manusia adalah melalui tujuh tingkatan.
MARTABAT TUJUH
Pada Alam Gaibul-Gaib yaitu pada martabat Ahdah di mana belum ada sifat, belum ada ada
asma,belum ada afaal dan belum ada apa-apa lagi yaitu pada Martabat LA TAKYIN, Zatul Haq telah
menegaskan untuk memperkenalkan DiriNya dan untuk diberi tanggungjawab ini kepada manusia dan
di tajallikanNya DiriNya dari satu peringkat ke peringkat sampai zahirnya manusia berbadan rohani
dan jasmani.
Adapun Martabat Ahdah ini terkandung ia di dalam Al-Ikhlas pada ayat pertama yaitu
QulhuwallahuAhad, yaitu Sa pada Zat semata-mata dan inilah dinamakan Martabat Zat. Pada
martabat ini diri Empunya Diri (Zat Ulhaki)Tuhan Rabbul Jalal adalah dengan dia semata-mata yaitu
di namakan juga Diri Sendiri. Tidak ada permulaan dan tiada akhirnya yaitu Wujud Hakiki lagi
Khodim
Pada kondisi ini tiada sifat,tiada Asma dan tiada Afaal dan tiada apa-apa pun kecuali Zat Mutlak
semata-mata maka berdirilah Zat itu dengan Dia semata-mata dai dalam keadaan ini dinamakan
AINUL KAFFUR dan diri zat dinamakan Ahdah jua atau di namakan KUNNAH ZAT.
Alam Wahdah merupakan peringkat kedua dalam proses pen- tajallian-nya, Diri Empunya Diri telah
mentajallikan diri ke suatu martabat sifat yaitu La Tak Yan Sani sabit nyata yang pertama atau
disebut juga martabat noktah mutlak yaitu ada permulaannya.
Martabat ini di namakan martabat Noktah Mutlak atau dipanggil juga Sifat Muhammadiah. Martabat
ini dinamakan martabat Wahdah yang terkandung pada ayat Allahus Shomad yaitu tempatnya Zat
Allah tiada terlindung sedikit pun meliputi 7 lapis langit dan 7 lapis bumi.
Pada peringkat ini Zat Allah Taala mulai bersifat. SifatNya itu adalah sifat batin jauh dari Nyata dan
bisa di umpamakan sebuah pohon besar yang subur yang masih di dalam biji, tetapi ia telah wujud,
tidak nyata, tetapi nyata sebab itulah ia di namakan Sabit Nyata Pertama martabat La Takyin
Awwal
yaitu
keadaan
nyata
tetapi
tidak
nyata
(wujud
pada
Allah)
Maka pada peringkat ini tuan Empunya Diri tidak lagi Berasma dan di peringkat ini terkumpul Zat
Mutlak dan Sifat Batin. Maka di saat ini tidaklah berbau, belum ada rasa, belum nyata di dalam nyata
yaitu di dalam keadaan apa yang di sebut ROH-IDDHAFI.
Pada peringkat ni sebenarnya pada Hakiki Sifat. (Kesempurnaan Sifat) Zat Al Haq yang di tajallikannya itu telah sempurna cukup lengkap segala-gala. Ia terhimpunan dan tersembunyi di samping telah
zahir pada hakikinya.
Pada peringkat ke empat di dalam Empunya Diri, Dia menyatakan, mengolahkan diriNya untuk
membentuk satu batang tubuh halus yang dinamaka ROH. Jadi pada peringkat ini dinamakan
Martabat Roh pada Alam Roh.Tubuh ini merupakan tubuh batin hakiki manusia dimana batin ini
sudah nyata Zatnya, Sifatnya dan Afaalnya.
Pada saat ini menjadi sempurna, cukup lengkap seluruh anggota-anggota batinnya, tida cacat, tiada
cela dan keadaan ini dinamakan (Alam Khorijah) yaitu Nyata lagi zahir pada hakiki daripada Ilmu
Allah. Tubuh ini dinamakan Jisim Latiff yaitu satu batang tubuh yang liut lagi halus. yang tidak akan
mengalami cacat cela dan tidak mengalami suka, duka, sakit, menangis, gembira dan hancur binasa,
dan inilah yang dinamakan KholidTullah.
Pada martabat ini terkandung di dalam Walam Yuladd. Dan berdirilah ia dengan diri tajalli Allah
dan hiduplah ia buat selama-lamanya. Inilah yang dinamakan keadaan Tubuh Hakekat Insan yang
mempunyai awal tiada kesudahannya, dialah yang sebenarnyanya dinamakan Diri Nyata Hakiki
Rahasia Allah dalam Diri Manusia.
Alam Misal adalah peringkat ke lima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan
rahasia diriNya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah S.W.T., terus
menyatakan diriNya melalui diri rahasiaNya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahasiaNya
untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan Alam Misal.
Untuk menjelaskan lagi Alam Misal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum
bercamtum dengan badan kebendaan. Alam misal jenis ini berada di Alam Malakut. Ia merupakan
peralihan daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Misal
di mana proses peryataan ini ,pengujudan Allah pada martabat ini belum zahir, tetapi Nyata dalam
tidak Nyata.
Diri rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun-ubun bapak, yaitu
permidahan dari alam roh ke alam Bapak (misal).
Alam Misal ini terkandung di dalam Walam yakullahu dalam surah Al-Ikhlas yaitu dalam keadaan
tidak bisa dibayangkan. Dan seterusnya menjadi DI, Wadi, Mani yang kemudiannya di salurkan
ke satu tempat yang bergabung di antara diri rahasia batin (roh) dengan diri kasar Hakiki di dalam
tempat yang dinamakan rahim ibu.Maka terbentuklah apa yang di katakan Manikam ketika
berlangsung persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapak)
Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan
rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi zahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal akan arti
mati.
Pada peringkat ke enam, setelah rahasia diri Allah pada Alam Misal yang di kandung oleh bapak, maka
berpindah pula diri rahasia ini melalui Mani Bapak ke dalam Rahim Ibu dan inilah dinamakan Alam
Ijsan.
Pada martabat ini dinamakan martabat Inssanul Kamil yaitu batang diri rahsia Allah telah diKamilkan dengan kata diri manusia, dan akhirnya ia menjadi KamilulKamil. yaitu menjadi satu
pada zahirnya kedua-dua badan rohani dan jasmani. dan kemudian lahirlah seoarang insan melalui
faraj ibu dan sesungguhnya martabat bayi yang baru dilahirkan itu adalah yang paling suci yang
dinamakan InnsanulKamil. Pada martabat ini terkandung di dalamKuffuan yaitu terkumpul
dalam keadaan KamilulKamil dan nyawa pun di masukkan dalam tubuh manusia.
Setelah cukup waktunya maka diri rahasia Allah yang menjadi KamilulKamil itu di lahirkan dari
perut ibunya, maka di saat ini sampailah ia ke Martabat Alam Insan.
Wasalam,