Anda di halaman 1dari 14

MENGENAL ALLAH DENGAN SIFAT 20 - NYA

Mata Kuliah : Teologi Islam


Dosen : Moh Noor Hidayat, S.Th.I.,

Disusun Oleh:
Nurhasanah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
1442 H/2020 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan
makalah ini selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa
pertolongan-Nya kami selaku penyusun tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga tercurahkan selalu
shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni baginda Nabi
Muhammad SAW. yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan
dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku
umatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi
Muhammad SAW. Penulisan makalah ini dapat terselenggara berkat
sumber-sumber referensi yang sangat membantu mengenai
“Mengenal Allah Dengan Sifat 20 - Nya
” dan untuk itu kami mengucapkan terimakasih atas bantuan materi-
materinya yang sangat bermanfaat. Kami menyadari, bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya, kami sangat
mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, 25 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

ii
HALAMAN DEPAN ...................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................2
C. Tujuan Pembahasan............................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat 20..............................................................3
B. Macam Macam Sifat 20 Allah............................................4
C. Hikmah Memahami Sifat 20.............................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat dua puluh merupakan sistem pengenalan terhadap Allah s.w.t
yang sangat mudah sekali, karena menghafalnya lebih mudah dari
mengahafal al-Qur`an. Para sahabat Rasul telah mengafal al-Qur`an,
jadi di dalam al-Qur`an sendiri telah disebut sifat-sifat Allah, dengan
makna lain mereka telah menghafal sifat-sifat Allah melalui al-
Qur`an. Jadi jika umat islam disuruh untuk mengahafal sifat 20
dengan dalil Naql ( al-Qur`an dan Hadis ) dan akal itu lebih mudah
dari pada menghafal seluruh al-Qur`an.
Sifat-sifat Allah terlalu banyak sekali, baik disebutkan didalam al-
Qur`an maupun didalam hadis Rasul. Jadi jika umat islam disuruh
untuk menghafal seluruh sifat -sifat yang ada, ini merupakan sesuatu
yang memberatkan bagi umat islam. Sedangkan pengajian sifat dua
puluh memudahkan umat islam dengan menyebutkan sifat-sifat yang
paling berpengaruh dari seluruh sifat-sifat yang lainnya.
Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui dan mengimani semua
sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah. Sifat wajib bagi Allah ada
dua puluh sifat. Kedua puluh sifat tersebut, yaitu wujūd (ada), qidam
(tidak berawal), baqā’ (tidak berakhir), mukhālafatuhu li al-hawādiśi
(tidak sama dengan alam), qiyāmuhu bi nafsihi (berdiri sendiri),
wahdāniyyah (Esa), qudrat (berkuasa), irādat (berkehendak), samā‘
(mendengar), basar (melihat), kalām (berkata-kata), ‘ilmu
(mengetahhui), hayāt (hidup), qādirun (keadaan kuasa), mūridun
(keadaan Maha Berkehendak), ‘alīmun (keadaan Mahatahu), samī‘un
(keadaan Maha Mendengar), basīrun (keadaan Maha Melihat),
mutakallimun (keadaan Maha Berbicara), dan hayyun (keadaan
Mahahidup). Sifat mustahil adalah lawan dari sifat wajib tersebut.
Jadi, jumlahnya pun dua puluh.
Jika sifat 20 ini tidak ada, maka sifat-sifat yang lain pun tidak akan
ada pula, sebab itulah sifat-sifat Allah yang lain itu tergantng kepada

1
sifat 20, dengan makna jika sifat wujud Allah tidak ada maka sifat
pengampun, pemurah, penyayang dan lain-lainnya juga tidak ada. Jika
sifat qidam Allah tidak ada maka sifat menciptakan, memberi, kuat
dan lain-lainnya juga tidak akan ada.
Hal ini merupakan fitnah yang besar. Kegoncangan dan kelamahan
aqidah generasi zaman sekarang karena mereka tidak belajar aqidah
yang sebenarnya termasuk di dalamnya sifat 20. Kalau kita lihat realiti
yang ada bahkan ilmu sifat 20 inilah yang telah menyelamatkan umat
islam di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, negeri Fatani
( Selatan Thailand ) dari usaha pemurtadan penjajah-penjajah
asing.Negara-negara ini telah dijajah oleh penjajah-penjajah kafir
yang ingin meluaskan kekuasaan dan agama mereka, tetapi umat islam
di Nusantara tetap berpegang dengan aqidah mereka. Sebab itulah
sifat dua puluh ini sangat perlu sekali di pelajari, karena terdiri dari
inti sari aqidah yang terdapat di al-Qur`an dan al-Hadis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud sifat 20?
2. Apa saja sifat 20?
3. Apa hikmah mengenal Allah dengan sifat 20?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu sifat 20
2. Mengenal macam - macam sifat 20
3. Mengetahui apa saja hikmah mempelajari sifat 20

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat 20
Sebelum sifat dua puluh diperjelaskan, suka diingatkan disini bahawa,
Allah sebenarnya tidak bersifat dan Allah sebenarnya tidak boleh
disifatkan. Seandainya Allah bersifat, bermakna Allah itu berbilang-
bilang. Seandainya Allah bersifat berarti Allah itu boleh dikualiti dan
boleh dikuantitikan. Sedangkan Allah tidak berbilang-bilang, tidak
berkualiti dan tidak dikuantitikan. Maha Suci Allah dari sifat
berbilang-bilang yang meyerupa sifat makhlukNya. Allah tidak boleh
dipersifatkan. Allah itu sangat tinggi, sangat jauh, lebih tinggi dan
lebih jauh dari kedudukkanNya, hingga tidak sampai akal untuk
memikir dan tidak sampai akal untuk mengkajinya. Allah tidak terhad
dan Allah tidak terbatas, sedangkan akal kita amat terhad dan amat
terbatas. Allah tidak ada awal dan tidak ada akhirnya. Tidak mungkin
tercapai oleh akal untuk menjangkaunya. Mana mungkin Allah
bersifat, Allah adalah satu zat yang buakan ‘Ain (bukan benda), Allah
bukan barang. Allah bukan benda (‘Ain) dan Allah bukan sesuatu,
Allah adalah perkara yang tidak boleh disifatkan. Sifat yang disifatkan
dan sifat yang dinyatakan itu adalah semata-mata thamsil, semata-
mata misalan, semata-mata usal, semata-mata perumpamaan dan
semata-mata sekadar contoh bagi mempermudakan faham.
Sifat dua puluh itu, adalah satu konsep ilmu yang ciptaannya sangat
ajaib, didalam mentafsir kaedah mengenal Allah melalui ilmu
makrifat.
Sifat dua puluh dicipta oleh ilham para saufi dan para aulia’ terdahulu,
bagi tujuan mengajar kita menuju jalan mengenal Allah. Barang siapa
mempelajari sifat dua puluh dengan bersungguh-sungguh, berserta
faham akan maksud dan makna yang tersirat, insyaAllah ia akan dapat
mengenal Allah swt. dengan nyata lagi terang. Banyak cabang ilmu
dan banyak kaedah pembelajaran yang telah didedehkan melalui kitab,
melalui pondok, melalui sekolah dan tidak kurang pula melalui guru-
guru agama, semua itu bertujuan bagi mencari jalan, mencari cara dan

3
mencari kaedah untuk mengenal Allah. Diantara banyak-banyak cara
dan diantara banyak-banyak kaedah, cara dan kaedah terbaik bagi
mengenal Allah swt. adalah dengan mempelajari sifat dua puluh.

B. Macam – Macam Sifat 20 Allah


Diantara dua puluh sifat Allah, adalah seperti berikut:
1. Sifat Pertama, Wujūd
“Wujūd ada artinya tiada boleh tiada. Pada akal dan pada syar’i
didapati ada-Nya, yakni didapati dengan dalil akli dan dalil syar’i.”.
Maksud dari teks tersebut adalah wujud Allah Taala itu benar adanya.
Adanya Allah sesuai dengan dalil akli dan syar’i, sedangkan
ketiadaan-Nya tidak dapat diterima oleh kedua dalil itu. Keadaan alam
yang selalu berubah-ubah menandakan adanya wujūd Allah Taala.
Makhluk yang dulu ada dan sudah digantikan oleh yang baru pasti ada
yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk yang ada menciptakan
dirinya sendiri karena tidak ada sesuatu yang bisa mencipta dirinya
sendiri. Makhluk yang memang diciptakan tidak akan pernah menjadi
Pencipta. Mengenai keberadaan Pencipta (Allah) ini difirmankan-Nya
dalam Surah at-Tur: 35 yang berbunyi:

“Apakah mereka dicipta tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang


mencipta diri mereka sendiri?” (QS at-Tur: 35).
Maksud ayat di atas adalah makhluk-makhluk tidak mungkin
menciptakan dirinya sendiri. Keberadaan mereka di dunia ini sudah
pasti ada yang menciptakan. Jadi, secara akal, adanya Allah Taala
sudah terbukti dengan jelas.
2. Sifat Kedua, Qidam
“Qidam artinya sedia Zat Allah Taala. Maka artinya sedia/ itu tiada
didahului oleh ‘adam, yakni tiada bepermulaan.” Maksudnya adalah
Allah itu tidak berpermulaan (lebih dahulu dari yang paling dahulu).
Tidak ada yang mendahuluiNya. Manusia sebagai makhluk ciptaannya

4
tidak akan dapat mencari waktu atau awal adanya Allah karena
memang ada-Nya tidak berawal tidak berakhir. Hal ini sesuai dengan
dalil syar’i, yaitu firman Allah dalam AlAlquran yang berbunyi,
“Huwa alawwalu wa al-ākhiru.” Artinya, “Allah Taala jua yang
terdahuluan dan Allah Ta’ala jua yang terkemudian”, yakni yang
terdahulu tiada ada bepermulaan dan terkemudian tiada
berkesudahan.”
3. Sifat Ketiga, Baqā’
“Baqā’artinya kekal. Maka arti kekal itu tiada dihubungi oleh ‘adam,
yakni ada-Nya tiada berkesudahan. Selama-lamanya tiada dihubungi
oleh ‘adam dan mustahil didatangi oleh tiada.”. Maksud kekal di sini
adalah wujud Allah Taala tidak akan pernah berubah walaupun alam
ciptaan-Nya terus berubah. Sifat baqā’ Allah Taala sifatnya abadi. Ia
tidak akan pernah lenyap dan kita tidak akan pernah menemukan
ketiadaan-Nya. Dalil baqā’ bagi Allah pada akal menyatakan bahwa
jika Allah tidak kekal, maka keberadaan wujud-Nya tidak lagi bersifat
wajib (Wājib al-Wujūd ).
Dalil baqā’ pada syar’i berbunyi “firman Allah Taala dalam Alquran,
“Wa yabqā wajhu rabbika żu al-jalāli wa al-ikrām”. Artinya “Dan
kekal zat Tuhanmu, ya, Muhammad yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.” Dengan sifat baqā’-Nya, maka wujud Allah Taala tidak
akan pernah binasa. Bagaimanapun juga yang binasa itu adalah
makhluk-Nya. Jika Dia sama dengan makhluk-Nya, tidak mungkin
ada wujud Sang Pencipta yang Mahakekal. Hal ini mustahil bagi
Allah swt.
4. Sifat Keempat, Mukhālafatuhu Ta‘āla li al-Hawādiśi
Penjelasan mengenai sifat Allah yang keempat ini di dalam teks
disebutkan bahwa ”Mukhālafatuhu Ta‘ala li al-hawādiśi artinya
bersalah-salahan Allah Taala bagi segala yang baharu. Maka arti
bersalah-salahan itu, yakni di dalam yang kadim itu menyalahi baharu
dan yang baharu itu menyalahi akan yang kadim.” Yang dimaksud
dengan Yang Kadim itu ialah Allah dan yang baharu ialah makhluk-
Nya. Allah Taala berbeda dengan makhluk-Nya. Di tidak akan pernah
sama dengan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, Dia tidak bisa

5
dibandingkan dengan sesuatu kerena sesuatu itu merupakan ciptaan-
Nya. Di sebagai Pencipta pasti berbeda dengan apa yang dicipta-Nya.
Sang Pencipta pasti memiliki kelebihan dari yang dicipta.
5. Sifat Kelima, Qiyāmuhu Ta‘āla bi nafsihi
“Qiyāmuhu Ta‘āla bi nafsihi artinya berdiri Allah Taala dengan
sendirinya. Arti berdiri Allah Taala dengan sendirinya itu, yakni tiada
berkehendak ia kepada yang lain dan tiada berkehendak kepada yang
menjadikan.” Allah Taala tidak bergantung pada sesuatu. Wujud-Nya
tidak memerlukan wujud lain untuk membantu keberadaan-Nya.
Wujud-Nya sudah ada sebelum apa pun diciptakan. Dia tidak
bergantung pada apa pun. Segala ciptaan-Nyalah yang begantung
pada-Nya.
6. Sifat Keenam, Wahdāniyyah
“Wahdāniyyah artinya Esa. Yakni tiada dua pada Zat-Nya dan pada
SifatNya dan pada afal-Nya. Maka artinya/ tiada dua itu tiada ada zat
yang lain menyamai bagi Zat Allah Taala itu.” Sifat wahdāniyyah
Allah Taala berkaitan dengan namaNya, yaitu al-Wāhid. Al-
Wāhid berarti Allah Yang Maha Esa. Firman Allah dalam Alquran
surah al-Ikhlās: di atas, dengan jelas menyebutkan “Dialah Allah
Yang Maha Esa”. Selain Surah al-Ikhlās,firman Allah dalam
Surah al-Baqarah: 163. Juga menegaskan keesaan Wujud Allah
Taala.

“Dan Tuhan-mu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tiada Tuhan


melainkan Dia Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.”

7. Sifat Ketujuh, Qudrat


“Qudrat artinya kuasa. Yakni mudah mengadakan mumkin dan
meniadakan dia daripada tiada kepada ada dan daripada ada kepada

6
tiada atas terhenti pada iradatnya.” Dengan sifat-Nya ini, Allah
memiliki kekuasaan atas segala sesuatu. Dia berkuasa untuk
menciptakan ataupun tidak menciptakan segala sesuatu.

8. Sifat Kedelapan, Irādat


“Irādat artinya berkehendak. Yakni menentukan mumkin dengan
setengah barang yang harus atas mumkin, seperti besyar kecilnya dan
panjang pendeknya dan tebal atau tipisnya dan barang sebagainya
terhenti atas alam.” Dengan sifat-Nya ini, apa yang dikehendaki Allah
Taala pasti akan terjadi dan apa yang tidak dikehendaki tidak akan
terjadi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa, apa yang ada di alam
ini merupakan kehendak-Nya.
9. Sifat Kesembilan, ‘Ilmu
Maksud dari sifat‘ilmu ialah Allah Mahatahu. Dia tahu semua
pengetahuan. Semua yang ada di langit dan di bumi tak luput dari
‘ilmu-Nya. Dia mengetahui segala rahasia yang tersembunyi dalam
hati makhluk-Nya. Tidak ada sesuatu yang luput dari pengetahuan-
Nya.
10. Sifat Kesepuluh, Hayāt
“Hayāt artinya hidup dengan hidupnya tiada dengan ruh. Hidupnya
yang Mahasuci tiada seupama dengan sesuatu.” Maksud kutipan
tersebut adalah Allah Taala Maha hidup, tetapi Dia tidak hidup
dengan ruh seperti manusia. Jika ia hidup dengan ruh, maka Dia sama
dengan makhluk-Nya.
11. Sifat Kesebelas, Samā‘
“Samā‘ artinya mendengar Zat Allah Taala. Yakni mendengar dengan
pendengarannya yang Mahasuci. Tiada seupama dengan sesuatu
artinya tiada ia mendengar dengan telinga.” Maksudnya ialah Allah
Taala mendengar segala sesuatu, baik yang terdengar ataupun tidak
terdengar oleh makhluk-Nya. Akan tetapi, pengdengaran-Nya tidak
sama seperti pendengaran manusia. Manusia membutuhkan telinga

7
untuk membantunya mendengar, sedangkan Allah tidak membutuhkan
sesuatu pun untuk mendengar.

12. Sifat Kedua Belas, Basar


“Basar artinya melihat Zat Allah Taala. Yakni melihat dengan
penglihatannya yang nyata yang tiada seupama dengan sesuatu. Dan
tiada melihat dengan biji mata.” Tidak samar bagi penglihatan Allah
segala sesuatu yang berada di permukaan bumi maupun di dalamnya.
Di atas langit maupun di bawahnya, akan tetapi, penglihatan-Nya
berbeda dengan penglihatan kita karena kita melihat dengan mata,
sedangkan Dia melihat tanpa bantuan mata atau apa pun juga.
13. Sifat Ketiga Belas, Kalām
“Kalām artinya berkata-kata zat Allah Taala. Yakni berkata-kata yang
tiada huruf dan tiada suara. Berkata-kata dengan katanya yang tiada
seupama dengan sesuatu.” Allah bersifat kalām berarti Dia Maha
Berkata-kata (Berbicara). KalāmNya tidak berasal dari suara apa pun.
Tidak pula berasal dari rangakaian huruf yang diucapkan oleh dua
bibir. Sifat kalām-Nya berbeda dengan makhluk-Nya.
14. Sifat keempat belas, Qādirun
” Qādirun artinya Yang Kuasa. Zat yang kuasa Zat Allah Taala syar’i
yang mudah mengadakan dan mudah meniadakan. Lawannya yang
lemah, yakni boleh mengadakan atau meniadakan, yakni mustahil.”
15. Sifat Kelima Belas, Murīdun
“Murīdun artinya Yang Berkehendak. Yakni yang mudah menentukan
mumkin dengan setengah barang yang harus atasnya. Lawannya yang
lalai atau yang digagahi, yakni lemah daripada menentukan mumkin,
yaitu mustahil.”
16. Sifat Keenam Belas, ‘Alīmun’

8
‘‘Alīmun artinya Yang Tahu. Yakni yang nyata mengetahuinya akan
segala pengetahuan. Sama ada maujud atau ma‘dum dan sama ada
maujud atau kadim atau baharu. Lawannya yang bodoh. Artinya yang
tiada tahu atau tahu dengan berlajar.” Sifat ini memastikan Allah
Taala bersifat ‘ilmu.

17. Sifat Ketujuh Belas, Hayyun


“Hayyun artinya Yang Hidup. Yakni yang hidup dengan hidupnya
nyata. (dengan) Maka Mahasuci hidup-Nya yang tiada seupama
dengan sesuatu. Lawannya yang mati, yaitu mustahil hidup dengan
ruh. Maka tiap-tiap yang hidup dengan ruh itu mati jua. Adapun
hayyun itu sifat ma’nawīyah namanya.”
18. Sifat Kedelapan Belas, Samī‘un
“Samī‘un artinya Yang Mendengar zat Allah Taala. Yakni yang nyata
pendengarannya akan sekalian yang maujud. Sama ada maujud yang
kadim atau baharu dan sama bersuara atau tiada. Lawannya/ yang tuli
mustahil.”
19. Sifat Kesembilan Belas, Basīrun
“Basīrun artinya Yang Melihat. Yakni nyata penglihatannya akan
yang maujud. Sama ada maujud itu kadim itu baharu. Lawannya yang
buta, mustahil. Pada makna buta, yaitu melihat dengan biji mata.
Bahwasannya Allah Taala yang melihat dengan penglihatan-Nya yang
Mahasuci yang tiada atau seupama dengan sesuatu.”
20. Sifat Kedua Puluh, Mutakallimun
“Mutakallimun artinya Yang Berkata-kata Zat Allah Taala. Yakni
berkatakata dengan perkataannya yang Mahasuci. Tiada dengan huruf
dan tiada suara dan tiada seupama dengan sesuatu. Lawannya yang
kelu, berhuruf, dan suara. Maka, yaitu mustahil.”
C. Hikmah memahami sifat 20

9
Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan
banyak hikmah di antaranya:
• Meyakini kebesaran Allah SWT
• Meningkatkan rasa syukur
• Selalu menjalankan perintah-Nya.
• Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
• Tidak takut menghadapi kematian
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Allah tidak akan dapat dikenal melalui mata zahir, ia hanya
dapat dikenal melalui mata hati dengan mempelajari sifat sifatNya.
Tidak ada jalan, tidak ada cara dan tidak ada kaedah lain untuk
mengenal Allah, melainkan melalui ilmu mengenal sifat-sifatNya.
Hanya melalui sifat-sifatNya sahaja, yang membolehkan kita
mengenal Allah Ta’ala. Andai kata adanya jalan lain, selain dari
kaedah itu, ternyata ianya adalah dusta yang teramat besar. Setiap
muslim seharusnya mengenal tuhannya dengan baik, yaitu: Allah ;
satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah dan ditaati.
B. Kritik atau Saran
Diharapkan kepada pembaca dapat memahami apa isi dan maksud
dari makalah yang saya buat ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Zaid Husein Alhamid, 40 Prinsip DasarAgama terj. dr. Imam al-


Gazali (Jakarta: Pustaka Amani), 2000
Dewan Redaksi Ensiklipedi Islam, Ensiklopedi Islam 4 (Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve, 1994)
Muhammad Shalih Al-‘Utsimin, Intisari Akidah Islam (Solo: CV
Pustaka Mantik, 1997)
As-Sanusi, Ad-Dasuki, ‘Ala Ummil Barohin, (Jakarta: Dar Al-kutub
Al-Islamiyah 2012)
Muhammad Al-Fudholi, Terjemah Kifayatul Awam, (Surabaya:
Mutiara Ilmu 2012)
Mumammad An-Nawawi, Terjemah Tijan Ad-Darori,
(Surabaya:Mutiara Ilmu, 2010)
Mumammad An-Nawawi, Terjemah Fathul Majid, (Surabaya: Mutira
Ilmu 2014)
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyyah, (Jakarta: Robbani Press 2006)
Syeik Ibrahim Al-Laqqoni, Terjemah Jauhararut Tauhid, (Surabaya:
Mutiara Ilmu, 2010)

11

Anda mungkin juga menyukai