Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IMAN KEPADA ALLAH

Tugas ini di tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqida Akhalk pada program
studi Pendidikan Agama Islam oleh:

Haikal Fais
2022010101285
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan

nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Iman Kepada

ALLAH SWT. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Diharapkan makalah ini

dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan . Sehingga kami

dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik ke depannya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dan

membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini selalu bermanfaat.

Kendari, 31 Maret 2024

Haikal Faiz
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI …............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 TujuanPenulisn.................................................................................. 1

1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Arti Iman Kepada ALLAH SWT..................................................... 2

2.2 Sifat-Sifat ALLAH SWT Dalam Asma’ul Husna............................ 4

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala kelebihan dan

kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa Dia? Sudah tentu “Sang Pencipta” Dialah

Allah SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan dalam hati,

mengakui dan membenarkan tentang adanya Allah SWT.

Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala isinya,

Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat Allah SWT hanya satu, tidak dua, tidak tiga,

dan tidak pula lebih. Zat Allah SWT tidak sama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT

Esa dalam sifat-Nya, maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki

oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi

sifat-sifat Allah SWT. Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan-

perbuatan Allah tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri.

Tidak ada zat selain Allah SWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1) Apakah arti Iman Kepada Allah SWT.?

2) Sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna?

1.3 TUJUAN

1) Menambah pengetahuan tentang Iman kepada Allah SWT.

2) Memberikan contoh perilaku yang mencerminkan akan sifat-sifat Allah SWT.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti Iman Kepada Allah SWT

Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau membenarkan.

Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati,

diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan. Berdasarkan pengertian itu, dapat

ditarik kesimpulan bahwa Iman Kepada Allah SWT adalah mempercayai atau meyakini

dalam hati sanubari, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan amal saleh.

Dalam firman Allah-Nya, Allah SWT yang berarti :

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan.

Sesungguhnya kebajikan itu adalah iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,

kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan (sebagian) harta yang dicintainya kepada

kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan),

dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan

salat, menunaikan zakat, dan orang-ornag yang menepati janjinyaapabila ia berjanjidan

orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka

itulahorang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

(Q.S. Al-Baqarah, 2: 177)

Rasa percaya akan adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah SWT, dapat

ditumbuhkan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan menggunakan akal pikiaran yang

sehat untuk memperhatikan segala apa yang telah diciptakan Allah SWT, seperti alam

semesta dan segala isinya.


Imam Safi’i yang hidup antara tahun 150 H-204 H (767 M-820 M), membuktikan

kebenaran Ada dan Kuasanya Allah dengan memperhatikan tumbuhan murbei. Hasil amatan

Imam Safi’i menyimpulkan bahwa tumbuhan murbei mempunyai bermacam macam

kegunaan. Apabila daun tersebut dimakan oleh ulat sutera yang makan daun murbei akan

menjadi bahan kain sutera yang berkualitas dan indah dipakai.

Berdasarkan ayat- ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi yang diperkuat oleh akal sehat,

maka hukum beriman kepada Allah SWt itu adalah Fardu ain. Jika ada orang yang mengaku

Islam tetapi tidak percaya kepada Allah SWT maka orang tersebut dianggap telah murtad

atau keluar dari Islam.

2.2 Sifat-Sifat Allah dalam Asmaul Husna

Allah SWT adalah Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam semesta dan segala isinya,

Yang Maha Esa dalam Dzat-Nya, maksudnya Dzat Allah SWT hanya satu. Dzat Allah

SWTtidak sama atau tidak serupa dengan dzat lainnya. Allah SWT Esa dalam sifat-Nya,

maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri.

Tidak ada ada dzat selain Allah SWT yang memiliki atau menandingi sifat-sifat Allah SWT.

Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan-perbuetan Allah tidak terhingga

banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh Allah SWT sendiri. Tidak ada dzat selain Allah SWT

yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.

Allah SWT dengan segala Mahasempurnanya memiliki tiga sifat pokok yaitu: sifat

wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.

Sifat-Sifat Wajib Sifat Muhal Sifat Jaiz

Wujud : ada Adam : tidak ada Allah SWT


Qidam : dahulu Hudus : baru serba

Mukhalafatu : berbeda dengan Fana : rusak mungkin

lilhawadisi makhluk-Nya melakukan

Mumassalatu : sama dengan sesuatu atau


QiyamuhuBinafsihi :berdiri sendiri
lilhawadisi mahkluk meninggalkan

Wahdaniyyah : esa Ihtiyaj lighoirihi : butuh yang lain sesuatu

Qudrah : kuasa Ta’adud : terbilang

Iradah : berkehendak Ajzun : lemah

Ilmun : mengetahui Karahah : terpaksa

Hayyah : hidup Jahlun : bodoh

Sama : mendengar Mautun : mati

Basar : melihat Summun : tuli

Kalam : berfirman Umyun : buta

Qadiran : Mahakuasa Bukmun : bisu

Muridan : MahaBerkehendak Ajizun : Maha lemah

Aliman : Maha Mengetahui Mukrahun : Maha terpaksa

Hayyan : Maha hidup Jahillun : Maha

Samian : Maha Mendengar Adam : tidak ada

Basiran : Maha Melihat Hudus : baru

Mutakaliman : Maha berfirman Fana : rusak

Muridan : MahaBerkehendak Mumassalatu : sama dengan

lilhawadisi mahkluk

Dengan memahami sifat-sifat Allah sebagaimana rincian diatas kita dapat memahami

betapa agung dan mulianya Allah. Untuk lebih jelasnya kita simak uraian berikut!
Wujud berarti ada. Sifat mustahilnya Adam berarti tidak ada.

Tidak mudah untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, kecuali bagi orang yang benar-

benar beriman. Memang kiata tidak dapat melihat Allah, tetapi dapat menyaksikan

ciptaan_Nya yang berupa alam semesta. Dengan perantara akal sehat, kita akan

membenarkan bahwa lam semesta dengan segala isinya pasti ada yang membuat, Dialah

Allah SWT. Dialah yang mengadakan segala sesuatunya dan Dia pulalah yang menciptakan

alam semesta ini.

Qidam artinya dahulu. Sifat mustahilnya hudus berarti baru

Maksudnya, adanya Allah adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini.

Adanya alam berbeda dengan adanya alam semesta besertalainnya. Perbedaan tersebut

terdapat pada kejadian dan prosesnya. Adanya Allah tidak didahului oleh sebab-sebab

tertentu, karena Allah Dzat yang paling awal. Allah adalah pencipta alam semesta, tidak

mungkin ciptaan lebih dulu dari Sang Pencipta-Nya.

Baqa artinya kekal. Sifat mustahilnya fana artinya rusak

Semua makhluk seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dengan segala isinya, pada

saatnya akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia ynag sewaktu hidupnya gagah

perkasa, berharta, dan berkuasa akhirnya juga akan mati. Apapun wujudnya, seluruh ciptaan

Allah didunia ini akan mengalami kerusakan, kecuali Allah, karena Allah SWT bersifat

baqa’.

Mukhalafatuhu Lilhawadisi artinya berbeda dengan makhluk. Sifat mustahilnya

mumasalatuhu lilhawadisi artinya serupa dengan makhluk-Nya

Sifat ini menjelaskan bahwa Sang Pencipta berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Perbedaan

tersebut meliputi wujud, sifat, dan keberadaan-Nya. Allah sebagai pencipta berbeda dengan

ciptaan-Nya.
Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri. Sifat mustahilnya Qiyamuhu bighairihi.

Sifat ini menunjukkanbahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Keberadaan

makhluk Allah karena bantuan yang lain. Alam bukan adakarena sendirinya. Manusia ada

karena diadakan oleh Allah melalui perantara kedua orang tua. Bahkan manusia itu tidak

dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain.

Wahdaniyyah artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya ta’addud, artinya berbilang

atau lebih dari satu

Keesaan Allah itu mutlak. Artinya bahwa Allah itu benar-benar esa, baik dalam dzat

maupun perbuatan-Nya. Pemahaman terhadap keesaan Allah yang semacam ini tentu mudah

dipahami. Meyakini keesaan Allah dalam ajaran Islam adalah hal prinsip, sehingga seseorang

dianggap Muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan Allah. Mustahil

Allah lebih dari satu. Apabila ini terjadi sudah pasti tidak akan terwujud alam semesta yang

teratur ini. Keteraturan alam semesta ini justu menunjukkan keesaan Allah SWT.

Qudrah artinya berkuasa. Sifat mustahilnya ‘ajzun berarti lemah

Kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang sempurna. Ini karena kekuasaan Allah adalah

kekuasaan yang tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang mempunyai

kelemahan dan keterbatasan. Penghayatan terhadap sifat ini akan memunculkan kesadaran

bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Karena lemah maka sewajarnya kita memohon

bantuan, baik dengan sesama kita maupun kepada Allah. Akhirnya kita akan menjadi

manusia yang rendah hati, tidak arogan maupun takabur.

Iradah artinya berkehendak. Sifat mustahilnya karahah artinya terpaksa

Allah mempunyai sifat berkehendak. Kehendak Allah sesuai dengan kemauan Allah

sendiri tanpa ada rasa terpaksa atau dipaksa pihak lain. Kehendak Allah tidak dipengaruhi

oleh pihak lain. Manusia juga mempunyai kehendak terhadap sesuatu, namun kehendak
tersebut sangat terbatas. Yang membatasi kehendak manusia adalah kemampuan yang

dimiliki oleh manusia itu sendiri.

Ilmun artinya mengetahui. Sifat mustahilnya jahlun artinya bodoh

Dengan menghayati sifat ilmun kita akan berusaha meniru, yakni menjadi orang yang

berilmu. Dengan ilmu itu kita akan banyak mengetahui kekuasaan Allah dan akan menjadi

orang yang akan banyak bersyukur. Akhirnya, kitapun mengakui bahwa diri kita tidak ada

apa-apanya dibanding dengan kekuasaan-Nya.

Hayyah artinya hidup. Sifat mustahilnya mautun artinya mati

Allah Mahahidup, tidak tidur, mengantukpun tidak, apalagi mati. Selama itu pula Allah

selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia tanpa

kecuali. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dalam segala tindakan, karena segala

gerak-gerik kita diawasi dan dicatat oleh Allah. Kelak di akhirat segala perbuatan kita akan

pertanggungjawabkan.

Sama artinya Allah mendengar. Sifat mustahilnya samamun artinya tuli

Allah Maha mendengar. Pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak,

ruang dan waktu. Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran makhluk-Nya. Selirih

apapun suara, Allah mendengarnya. Pendengaran manusia, juga makhluk lain mengalami

perubahan. Umur semakin tua biasanya pendengaran makin berkurang. Begitulah

keterbatasan manusia, ini tentu jauh beda dengan pendengaran Allah yang Mahasempurna.

Basar artinya melihat. Sifat mustahilnya ‘ama artinya buta

Mustahil Allah itu buta karena Allah Maha Sempurna, termasuk sempurna penglihatan-

Nya. Penglihatan Allah bersifat mutlak. Artinya penglihatan Allah tidak terbatas pada tempat

maupun waktu. Allah melihat segala sesuatu; yang besar, yang kecil, yang nyata maupun

yang tersembunyi. Kekuasaan Allah untuk melihat, tidak terhalang oleh apapun.
Kalam artinya berkata. Sifat mustahilnya bukmun artinya bisu

Ada beberapa kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi, salah satu dari kitab

tersebut adalah Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan cara

itulah sebagian cara Allah berbicara dengan umat manusia, yaitu dengan menurunkan wahyu

kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Jadi mustahil jika Allah bersifat bukmun.

Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna antara lain sepuluh sifat berikut ini:

 Ar- Rahman

Allah SWT bersifat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), karena Dia melimpahkan

rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa pandang bulu. Seluruh umat manusia yang

hidup di alam dunia ini, baik yang taat kepada Allah SWT dan berakhlak baik, maupun yang

durhaka kepada-Nya dan berperilaku jahat, tetap memperoleh rahmat Allah SWT, antara lain

udara untuk bernafas, air untuk diminum, dan berbagai jenis makanan serta kebutuhan-

kebutuhan lainnya.

 Ar-Rahim

Sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah SWT terdapat dalam nama-Nya Ar-

Rahim. Sifat Ar-Rahim Allah selalu dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman

secara tetap atau bersifat kekal, bukan saja dalam hidup didunia tetapi juga dalam hidup

dialam kubur dan di alam akhirat.

Di dunia, Allah SWT menetapkan hukuman bagi mereka yang bermaksiat, misalnya

hukuman rajam bagi pezina, potong tangan bagi pencuri, dan sebagainya. Di alam akhirat

kelak, keadilan Allah SWT akan benar-benar ditegakkan. Jika seluruh anggota masyarakat

telah beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah SWT akan menurunkan rahmat-Nya

berupa kehidupan yang aman, tentram, adil, dan makmur, berbahagia duniawi maupun

ukhrawi.
 Al-Quddus

Allah SWT bernama Al-Quddus (Mahasuci). Hal ini disebabkan, antara lain karena

Dzat Allah SWT itu Mahatunggal, suci atau bersih dari sekutu, tidak beranak dan tidak

diperanakkan dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Selain itu sifat-sifat Allah SWT pun

Mahasuci, bersih dari segala kekurangan, kehendak, kekuasaan, pendengaran, penglihatan,

ilmu, dan sifat-sifat Allah SWT lainnya Mahasempurna, tidak ada cacat celanya dan kekal.

Demikian juga segala perbuatan Allah SWT Mahasuci, bersih dari segala maksud

buruk dan tujuan berbuat aniaya kepada seluruh hamba-Nya. Seluruh perbuatan Allah SWT

merupakan rahmat bagi seluruh alam. Maha suci Allah SWT dari melakukan suatu perbuatan

yang sia-sia tanpa mengandung hikmah.

 Al-Mu’min

Pada hakikatnya kehidupan yang aman atau sentosa yang dialami umat manusia, baik

secara individu dan keluarga maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

adalah merupakan pemberian Allah SWT. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Terpercaya

dan Dipercaya. Ayat-ayat Al-Qur’an mencantumkan tentang wa’dun, yaitu janji-janji baik

dari Allah SWT bahwa Dia akan memasukkan manusia yang ketika didunia senantiasa

mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya ke dalam surga.

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an tentang wa’id yaitu ancaman-Nya, bahwa Dia akan

mencampakkan ke dalam neraka, manusia yang ketika didunia durhaka kepada Allah SWT

dan Rasul-Nya. Wa’dun dan Wa’id Allah SWT tersebut pasti akan ditepati-Nya, karena ia

adalah Tuhan Yang Maha Terpercaya.

 Al-Adlu

Salah satu nama Allah yang termasuk Asmaul Husna ialah Al-Adlu yeng berarti Maha

adil dan sangat sempurna keadilannya. Tidak ada dzat selain Allah SWT yang memiliki
keadilan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya. Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempat

yang semestinya. Allah SWT Mahaadil, karena Dia selalu menempatkan sesuatu pada tempat

yang semestinya, sesuai dengan keadilan-Nya yang Mahasempurna. Tidak ada manusia yang

Mahaadil, karena keadilan manusia itu terbatas dan tidak sempurna. Manusia yang berada

dalam keadaan lupa dan salah, sudah tentu tidak dapat berlaku adil.

 Al-Gaffar

Menurut pengertian bahasa, Al-Gaffar berarti Yang Maha Pengampun. Allah SWT

bernama Al-Gaffar sebab Allah SWT Yang Maha Pengampun, yang memiliki kebebasan

penuh untuk memberikan ampunan dosa kepada hamba yang dikehendaki-Nya.

Manusia dalam hidupnya didunia ini tidak luput dari dosa. Baik dosa yang ditimbulkan

karena tidak melaksanakan perintah Allah SWT yang wajib, maupun dosa yang disebabkan

karena melanggar larangan-Nya yang haram. Allah SWT tentu akan mengampuni dosa

hamba-Nya, apabila hamba-Nya itu mohon ampun kepada-Nya dan betul-betul bertobat.

 Al-Hakim

Menurut pengertian bahasa, Al-Hakim berarti yang Mahabijaksana. Allah SWT

bernama Al-Hakim sebab Allah SWT itu Mahabijaksana, tidak ada dzat selain Allah SWT

yang memiliki kebijaksanaan sama dengan-Nya, apalagi melebihi-Nya.

Bukti-bukti lain bahwa Allah SWT itu Mahabijaksana sangat banyak, baik yang

terdapat dalam diri manusia maupun yang terdapat diluar diri manusia. Apa saja yang

diciptakan Allah SWT yang terdapat dalam diri manusia dan yang terdapat di luar diri

manusia seperti pada hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam lainnya, tidak diciptakan dengan

sia-sia, tetapi mengandung hikmah dan manfaat yang besar, khususnya bagi kesejahteraan

hidup manusia.

 Al-Malik
Allah SWT bernama Al-Malik yang artinya Maha Merajai. Tidak ada raja yang

memiliki kedudukan dan kekuasaan yang sama dengan Allah SWT, apalagi melebihi. Allah

SWT adalah Tuhan Yang Mahatinggi dan Raja yang sebenarnya, yang mengatur dan

mengendalikan kerajaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya sendiri. Allah SWT Maha Merajai

seluruh alam, baik alam syahadah (nyata) maupun alam ghaib (abstrak).

Segala apa yang ada di alam, mau tidak mau harus tunduk kepada kehendak dan

kekuasaan Allah SWT. Bumi, matahari, bulan, dan planet-planet lainnya beredar pada garis

edar masing-masing. Semua itu sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT.

Manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang dahulunya tidak ada, kemudian ada, dan

akhirnya binasa juga sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah SWT.

 Al-Hasib

Allah SWT bernama Al-Hasib artinya Maha Menjamin, yakni memberikan jaminan

kecukupan kepada seluruh hamba-Nya. Manusia dalam hidupnya didunia ini mempunyai

banyak kebutuhan, seperti kebutuhan akan makanan , minuman, pakaian, dan kebutuhan yang

lainnya. Allah SWT telah menyediakan semua kebutuhan tersebut, asal manusia mau

berusaha untuk memperolehnya.

Al-Hasib juga bisa berarti Maha Memperhitungkan. Segala amal manusia ketika

didunia, akan dihisab atau diperhitungkan di alam akhirat oleh Allah SWT dengan seteliti-

telitinya dan seadil-adilnya. Manusia yang ketika hidupnya di dunia beramal kebaikan, sudah

tentu di alam akhirat kelak akan memperoleh pahala kebaikan yang berlipat ganda dari Allah

SWT. Sebaliknya, manusia yang ketika didunia melakukan keburukan atau berbuat dosa

sudah tentu akan mendapat siksaan sesuai dengan dosanya.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Menurut pengertian secara bahasa, kata iman adalah percaya atau membenarkan.

Menurut ilmu tauhid, iman berarti kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati,

diikrarkan secara lisan, dan direalisasikan dalam perbuatan.

Menunjukan Tanda-Tanda adanya Allah SWT

1. Meyakinkan hati bahwa Allah itu ada

2. Mengamati dan Memikirkan Ciptaan Allah

3. Menunjukan adanya Allah melalui Dalil Naqli

Beriman kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara meyakini dalam hati,

diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan nyata. Untuk

mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengenali dan memahami sifat-sifat

Allah SWT serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata, antara lain:

1. Melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Apalah artinya

meyakini adanya Allah SWT tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-

Nya. Hal yang terpenting dari iman adalah mewujudkan dalam bentuk tindakan nyata.

2. Meneladani sifat-sifat Allah serta menampilkannya dalam perilaku sehari-hari dalam

bentuk ucapan, sikap, maupun tindakan.

Setiap orang beriman yang menghayati sifat-sifat Allah SWT, tentu dalam kehidupan

sehari-hari ia akan senantiasa berusaha agar mampu membiasakan diri dengan sikap dan

berperilaku terpuji yang diridhoi Allah SWT dan menjauhkan diri dari sikap perilaku tercela

yang dimurkai-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

M. Nasikin, dkk. 2006. Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP kelas VII. Penerbit Erlangga:

Jakarta.

Syamsuri. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Penerbit Erlangga: Jakarta

kumparan.com/berita-update/arti-iman-kepada-allah-dan-contohnya-yang-wajib-diketahui-

umat-muslim-21hdzG9p7fZ

Anda mungkin juga menyukai