Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU TAUHID

DOSEN PEMBIMBING

Henrizal Hadi Lc., M.Si

DISUSUN OLEH

Dwiky Meiretno (11820112876)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

HUKUM KELUARGA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul `Ilmu Tauhid`

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.

Pekanbaru, 19 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………….…………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………..…………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………..………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………..……………………………….…..1
1.3 Tujuan Penulisan…..………………………..…………………………...…….……1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid dan Ilmu Tauhid …………….………………………………….3


2.1.2 …………………………………...………………… 3
2.1.3 Upaya Mengatas Permasalahan Penduduk Indonesia ………………………....8
2.2 Pengertian Masyarakat…………….……………………………......……...………8
2.3 Pengertian Kebudayaan…………….……………………………......……...……..9
2.4 Hubungan Manusia, masyarakat dan kebudayaan………………………………..12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………….………………………


13
3.2 Saran…………………………………………………….
……………………...13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada – yuwahhidu yang artinya menjadikan
sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan
mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan
kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat
Al-Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya
melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu
muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau metafisika.

B. Rumusan masalah
1) Apakah pengertian dari ilmu tauhid?
2) Apakah ruang lingkup dari ilmu tauhid?
3) Apakah pengertian marifatul mabda, marifatul wasithah, marifatul maad?

C. Tujuan penulisan
a) Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu tauhid yang
menerangkan pengertian dan ruang lingkup ilmu tauhid.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini antara lain:
1) Untuk dapat mengetahui pengertian dari ilmu tauhid
2) Untuk dapat mengetahui ruang lingkup ilmu tauhid
3) Untuk dapat mengetahui pengertian marifatul mabda, marifatul wasithah, marifatul
maad ilmu tauhid

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid Dan Ilmu Tauhid


Asal makna tauhid, ialah meyakinkan (mengi’tikadkan), bahwa Allah adalah “satu”,
tidak ada syarikat bagi-Nya[1]. Ilmu tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang “Wujud
Allah”, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya
dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya.
Ilmu tauhid juga sering disebut sebagai ilmu kalam karena dalam memberikan dalil
tentang pkok (usul) agama cenderung kepada logika (mantiq), seperti yang biasa dilakukan
oleh para pemikir dalam menjelaskan seluk beluk hujjah tenteng pendiriannya.
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia,
karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan

Allah berfirman :
‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِم ْن َذ َك ٍر َأْو ُأْنَثى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنُه َحَياًة َطِّيَبًة َو َلَنْج ِز َيَّنُهْم َأْج َر ُهْم ِبَأْح َس ِن َم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An Nahl : 97)
Tauhid bukan hanya sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta ala mini adalah
Allah WST, bukan hanya sekedar mengetahu bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal asma’
wa sifat-Nya[2].
Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu, menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni, mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya
setulus hati dengan rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.

B. Ruang Lingkup Ilmu Tauhid

2
1. Ma’rifatul Mabda’

Ruang pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma’rifatul mabda’. Yaitu suatu
ilmu membahas tentang keberadaan dzat Allah dan hal-hal yang berhubungan dengan Allah
serta qadla’ dan qadar-Nya, yang terangkum dalam pembahasan rukun iman, yakni iman
kepada Allah dan iman kepada qadla’ dan qadar.
a) Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan kebenaran keberadaan
Allah SWT tanpa keraguan sedikitpun. Serta, mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya
serta menjauhi segala larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap dan takut kepada-Nya. iman kepada Allah SWT meliputi tiga hal, yaitu:
1. Dzat Allah SWT
Allah adalah wajibul wujud dan tak ada batasan bagi kesempurnaan-Nya. tidak ada
manusia yang sanggup mengetahui dzat Alla SWT karena dzat Allah swt tidak lah tersusun
dari unsur, tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat Allah SWT,
akal manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang dzat-
Nya yang menyebabkan kamu binasa.” (H.R. Abu Nu’aim)
Allah berfirman:
‫﴾ ٱَّل ِذ يَن َي ْذ ُك ُروَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًۭم ا َو ُقُع وًۭد ا‬۱۹‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَه اِر َل َء اَٰي ٍۢت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ِب ﴿ە‬
۱۹۱﴿‫﴾َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َٰب ِط اًۭل ُسْبَٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬
Artinya :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
“.(Q.S. Ali Imran : 190-191)

2. Sifat

Allah SWT memiliki sifat yang terdiri dari 3 kelompok sifat yaitu:
3
2.1. Sifat wajib

Sifat wajib Allah ada 20 yaitu:


1. Wujud,

2. Qidam,

3. Baqa’

4. Mukhalafatu lilhawadits,

5. Qiyamuhu binafsih

6. Wahdaniyyah

7. Qudrah

8. Iradah,

9. Ilmu,

10. Hayat

11. Sama’

12. Bashar

13. Kalam

14. Kaunuhu Qadiran

15. Kaunuhu Muridan

16. Kaunuhu Aliman

17. Kaunuhu Hayyan

18. Kaunuhu Sami’an

19. Kaunuhu Basiran

20. Kaunuhu Mutakalliman.

4
2.2. Sifat mustahil

1. Adam

2. Huduts

3. Fana’

4. Mumatsalah;

5. Al ihtiyaju bighairih;

6. Ta’addud;

7. Ajzu;

8. Karahah;

9. Jahlu;

10. Mautu;

11. Shammu;

12. A’ma;

13. Bukmu;

14. Kaunuhu Ajizan;

15. Kaunuhu Karihan;

16. Kaunuhu Jahilan;

17. Kaunuhu Mayyitan;

18. Kaunuhu Ashamm;

19. Kaunuhu A’ma;

20. Kaunuhu Abkam.

5
2.3. Sifat jaiz

Adapun sifat jaiz bagi Allah itu ada satu sifat, yaitu Allah bebas berbuat, artinya
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya untuk boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak.
Maksudnya, Allah tidak wajib membuatnya dan pula tidak mustahil kalau tidak membuatnya.
3. Af’al

Af’al adalah perbuatan Allah SWT. Segala yang ada di dunia ini adalah perbuatan
Allah SWT. Untuk mengetaui tentang af’al Allah adalah dengan melakukan Syuhud
(memandang/menyaksikan) dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan yang
baik maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.
b. Iman Kepada Qadla’ dan Qadar.

Qadar ialah masdar dari kata qadarat is-sya’u artinya kepastian sesuatu. Aqdarahu
qadran artinya, kepastian itu berhasil dengan pemastiannya[3].
Iman kepada qadla dan qadar berarti bahwa seseorang mempercayai dengan sepenuh
hati bahwa Allah SWT telah telah mentakdirkan segala makhluk baik takdir yang baik
maupun takdir yang buruk..
Allah SWT berfirman :
٣﴿ ‫﴾ َو اَّلِذ ي َقَّد َر َفَهَدى‬٢﴿ ‫﴾اَّلِذ ي َخ َلَق َفَسَّو ى‬
Artinya :
“Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya){2} dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk,{3} (Q.S. Al –A’la : 2-3)

2. Ma’rifatul Wasithah

Ruang pembahasan ilmu yang selanjutnya adalah Ma’rifatul Wasithah. Yaitu


membahas tentang utusan Allah seperti Malaikat, Nabi/Rasul, dan Kitab Suci, yang
terangkum dalam rukun iman, yaitu iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada
kitab-kitab Allah SWT, dan iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا آِم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه َو اْلِكَتاِب اَّلِذ ي َنَّز َل َع َلٰى َر ُسوِلِه َو اْلِكَتاِب اَّلِذ ي َأْن َز َل ِم ْن َقْب ُلۚ َو َم ْن َيْكُف ْر‬
‫ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفَقْد َض َّل َض اَل اًل َبِع يًدا‬
6
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”(Q.S. An-Nisa : 136)
1. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT

Secara umum pengertian iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah percaya
akan adanya malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari
cahaya. Malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh atas tugas dan perintah Allah SWT
yaitu untuk mengurus alam semesta ini.
Allah SWT berfirman :
‫آَم َن الَّرُسوُل ِبَم ا ُأْنِزَل ِإَلْيِه ِم ْن َر ِّبِه َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ُك ٌّل آَم َن ِباِهَّلل َو َم الِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه ال ُنَفِّر ُق َبْيَن َأَحٍد ِم ْن ُرُس ِلِه‬
‫َو َقاُلوا َسِم ْعَنا َو َأَطْعَنا ُغ ْفَر اَنَك َر َّبَنا َو ِإَلْيَك اْلَم ِص يُر‬
Artinya :
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya (demikian
pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, mailakat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 285).
Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Iman itu percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya,
serta kepada hari akhir dan kepastian yang baik dan buruk daripada-Nya. (Bukhari Muslim).
Adapun 10 malaikat yang wajib diketahui adalah Jibril, Mikail, Izro’il, Munkar,
Nakir, Roqib, Atid, Isrofil, Ridwan, dan Malik
2. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah percaya bahwa Allah telah meurunkan
kitab-kitab Nya kepada para Nabi dan Rasul Nya yang berisi tentang wahyu Allah SWT
unutk disampaikan kepada seluruh umat manusia didunia sebagai pedoman hidup agar
manusia tetap pada jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT. Kitab-kitab Allah tersebut
diantaranya adalah : Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
3. Iman Kepada Rasul Allah SWT

7
Beriman kepada rasul-rasul Allah merupakan rukun iman keempat. Maksudnya ialah
mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk membawa syiar
agama dan membimbing umat pada jalan lurus dan diridhoi Allah. Rasul-rasul ini
mempunyai sifat diantaranya adalah sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh
menyampaikan, fathonah (cerdas).

3. Ma’rifatul Ma’ad

Ma’rifatul Ma’admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid yang membahas
tentang hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah beriman kepada hari kiamat. Yang
dimaksud hari kiamat adalah hancurnya seluruh dunia beserta alam semesta ini dan seluruh
makhluk hidup yang ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti kepada alam yang baru
yaitu akhirat.
Beriman kepada hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa alam dan
segala isinya akan dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua makhluk yang ada didunia akan
mati, kemudian dibangkitkan dari alam kuburnya untuk diperhitungkan segala amal kebaikan
dan kejahatannya dan hidup kekal di alam akhirat.
Allah SWT berfirman :

‫ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو اَّلِذ يَن َهاُدوا َو الَّنَص اَر ى َو الَّصاِبِئيَن َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو َع ِمَل َص اِلًحا َفَلُهْم َأْج ُر ُهْم ِع ْن َد‬
‫َر ِّبِهْم َو اَل َخ ْو ٌف َع َلْيِهْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنوَن‬
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-
orang Shabiin, siapa sja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir
dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S. Al Baqarah : 62)

C. Aspek-Aspek Ketauhidan
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah
pernyataan bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya,
Dia pencipta aturannya dan pemberi rezekinya.

8
Allah SWT berfirman :
‫ِر ُج اْلَم ِّيَت‬ ‫ُقْل َم ْن َيْر ُزُقُك ْم ِم َن الَّس َم اِء َو اَأْلْر ِض َأَّم ْن َيْمِل ُك الَّس ْمَع َو اَأْلْبَص اَر َو َم ْن ُيْخ ِر ُج اْلَحَّي ِم َن اْلَم ِّيِت َو ُيْخ‬
‫َأَفاَل َتَّتُقوَن‬ ‫ِم َن اْلَحِّي َو َم ْن ُيَدِّبُر اَأْلْمَر ۚ َفَسَيُقوُلوَن ُهَّللاۚ َفُقْل‬
Artinya :
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"( Q.S. Yunus : 31)
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan. Ketauhidan dibina
atas dasar ikhlas karena Allah SWT semata, yang mempunyai kebulatan cinta,takut,
mengharap, tawakal gemar, hormat, dan doa hanya karena Allah SWT sendiriNya.
Allah SWT berfirman :
١٢٩﴿ ‫﴾َفِإن َتَو َّلْو ْا َفُقْل َح ْس ِبَي ُهّللا ال ِإَلَه ِإَّال ُهَو َع َلْيِه َتَو َّك ْلُت َو ُهَو َر ُّب اْلَع ْر ِش اْلَعِظ يِم‬
Artinya :
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
'Arsy yang agung". (Q.S. At Taubah : 129)
Tauhid Asma dan Sifat
Tauhid asma dan sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Tahu kepada segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia
Maha Hidup dan Maha Tegak, tiada alpa dan tiada tertidur lena, bagiNya segala kehendak
terlaksana, hikmah yang tandas dan tuntas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid yaitu sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana beriman kepada sang pencipta dengan baik dan benar
tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi
syari tauhid ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.

C. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis masih memiliki banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini baik dari isi maupun sistematika penulisan. Tidak ada gading
yang tak retak, saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan penulis
dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih baik lagi untuk kedepannya.

10
DAFTAR KEPUSTAKAAN

[1] ‘Abduh, Syeh Muhammad.1979. Risalah Tauhid. Cetakan Ketujuh.Jakarta: Bulan


Bintang. hlm.36.
[2]Wahab, Muhammad Bin Abdul. 2007. Kitab Tauhid. Islamhouse. hlm. 3.
[3]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-
Ikhlas. hlm.910.
[4]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-
Ikhlas. hlm.45.
[5]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-
Ikhlas. hlm.50.
[6]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-
Ikhlas. hlm.48.

Anda mungkin juga menyukai