Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang Masalah


Tauhid secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya menjadikan sesuatu
satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta
menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang
Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
yaitu:

1. Apakah pengertian dari tauhid?


2. Berapa macamkah jenis tauhid?
3. Apakah aplikasi dari tauhid?

1. C. Tujuan
Adapun tujuan disusunya makalah ini yaitu:

1. Untuk melengkapi nilai dan tugas kelompok mata kuliah Studi Islam I
2. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang ilmu tauhid

1. A. Pengertian Tauhid
Tauhid, secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya menjadikan
sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta
menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang
Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.

A. Pembagian Tauhid

Tauhid dibagi menjadi tiga macam:

1. TAUHID AR-RUBUBIYYAH
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya
Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya:
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka
Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak
menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”.
Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan
terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan
mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha
Esa lagi Maha Perkasa”. (Ar-Ra’d : 16)
dan Dia adalah Pemberi Rezeki bagi seluruh binatang dan manusia, Firman-Nya yang artinya:

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya”. (Hud : 6)
Dia adalah Raja segala raja, Pengatur semesta alam, … Pemberi ketentuan takdir atas segala
sesuatu, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.

2. TAUHID AL-ULUHIYYAH
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan kepada
Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut
tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan.
3. TAUHID AL-ASMA’ WA SHIFAT
Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-Nya,
dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati
Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkan
makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-
nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang artinya:

“ Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui
ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam : 65).

1. B. Aplikasi Tauhid
Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai
konsekuensi yang harus di tunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah
dengan meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun besar. Di antara konsekuensi
pengucapan kalimat tauhid itu adalah mengetahui kandungan maknanya kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman “Maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah.” Kalimat Tauhid berarti Pengingkaran kepada
segala sesuatu yg disembah selain Allah SWT dan menetapkan bahwa yang berhak disembah
hanyalah Allah semata tidak kepada selain-Nya.

Aplikasi secara sederhana dari kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” adalah keyakinan yang
mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta dalam
penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yang sepadan
dengan-Nya kemudian menerima dengan Ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya baik berupa
perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan semua itu akan
mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid ) sebelum kita beribadah &
beramal karena suatu ibadah itu diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan
kesyirikan ( menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya ibadah & amalan kita harus
didasari terlebih dahulu dengan At Tauhid sebagaimana akan kita jelaskan dibawah ini :

” Ketahuilah ( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, &
mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. ( QS. Muhammad : 19 ).
Ketahuilah semoga Allah merohmatimu- sesungguhnya Allah menegaskan & mendahulukan
serta mengutamakan untuk mengetahui dan berilmu tentang At tauhid dari pada beribadah
yaitu beristifghfar, dikarenakan ” mengenal tauhid menunjukkan ilmu ‘usul ( dasar pokok &
pondasinya agama ), adapun beristighfar menunjukkan ilmu furu’ ( cabang dan aplikasi dari ilmu
usul tersebut ).

Dan tidak ada perselisihan sedikitpun dikalangan para ulama salaf dan khalaf serta umat islam
seluruhnya bahwasanya : paling afdal & utamanya para nabi & rasul adalah ke empat nabi
tersebut ( Muhammad, Musa, Isa, & Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan & memerintahkan
kepada empat rasul yang mulia ini untuk ma’rifah ( berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar
serta pondasi agama yaitu Tauhid sebelum ilmu furu’ ( sebagai aplikasi dari ilmu usul ).

Inti dari pembahasan diatas : jadi telah tetap (syabit) dan benar (haq) bahwasanya berilmu dan
mengetahui serta mengenal at tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum
mengenal yang lainya serta beramal ( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya
benar ).

BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Tauhid dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan sesuatu itu esa’. Dari segi
syari’ tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Was Sifat’.
Tauhid di bagi menjadi tiga yaitu: (1) Tauhid Ar-Rububiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam hal
perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta
seluruh makhluk-Nya, (2) Tauhid Al-Uluhiyyahdisebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya
yang disandarkan kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan
kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan,
(3) Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-
Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan
mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkan
makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif(mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-
nya)dan Tamtsil(menyerupakan dengan makhluk).
Aplikasi Tauhid bahwasanya berilmu dan mengetahui serta mengenal at tauhid itu adalah
kewajiban yang paling pokok & utama sebelum mengenal yang lainya serta beramal ( karena
suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar ).

1. B. Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca

 memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang tauhid


 Lebih mendekatkan diri kepada Allah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Imu Tauhid


Ditinjau dari sudut bahasa (etimologi) kata tauhid adalah merupakan bentuk kata mashdar
dari asal kata kerja lampau yaitu: wahhadayuwahhiduwahdah yang memiliki arti mengesakan
atau menunggalkan. Kemudian ditegaskan oleh ibnukhaldun dalam kitabnya Muqaddimah
bahwa kata tauhid mengandung makna ke eseaan tuhan. bahwa tauhid mengandung makna
meyakinkan (mengi’tikadkan ) bahwa allah adalah ‘’satu’’ tidak ada serikat bagi-Nya.[1]
Dari sudut istilah (terminologi) Telah dipahami bersama bahwa setiap cabang ilmu
pengetahuan itu telah mempunyai obyek dan tujuan tertentu. Karena itu setiap cabang ilmu
pengetahuan juga masing-masing mempunyai batasan-batasan tertentu pula. Demi batasan-
batasan tersebut pengaruhnya adalah sangat besar bagi para ilmuan dan cendekiawan dalam
membahas,mengkaji,dan menelaah obyek garapan dari satu cabang ilmu pengetahuan.
Demikian juga halnya pada kajian ilmu tauhid yang telah dita’rifkan oleh para ahli
sebagai berikut:
a. Syekh Muhammad Abdullah mengatakan bahwa:
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud allah dan sifat-sifat yang wajib ada pada-
Nya, dan sifat yang ada pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-Nya (Mustahil), ia juga
membahas tentang para rasul untuk menegas tugas risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada
padanya boleh ada padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (Mustahil) [2]
b. Syekhhusainaaffandial-Jirsal-Tharblusymeta’rifkan sebagai berikut:
Ilmu Tauhud ialah yang membahas atau membicarakan bagaimana aqidah (agama islam) dengan
menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan[3]
Dari kedua ta’rif ilmu tauhid tersebut itu dapatlah diambil suat pengertian bahwa pada
ta’rif pertama (Syekh Muhammad Abduh) lebih menitbaratkan pada obyek formal ilmu tauhid
yakni pembahasan tentang wujud allah dengan segala sifat dan perbuatan-Nya serta membahas
tentang rasul-Nya, sifa-sifat dengan segala perbutannya. Sedangkan para ta’rif kedua (Syekh
husainal-Jisr) menekankan pada metode pembahasannya yakni dengan menggunaan dalil-dalil
yang meyakinkan, dan yang dimaksud di sini adalah dalil naqli maupun dalil aqli. Dengan
demikian ilmu tauhid adalah suatu cabang ilmu studi keislaman yang lebih memfocuskan pada
pembahasan Wujud Allah dengan segala sifatnya tentang para rasul-Nya, sifat dan segala
perbuatannya dengan berbagai penekatan.
B. Penyebutan Nama-nama Ilmu Ketuhanan Dalam Islam
Ilmu Pengetahuan yang mempelajari dan memahami masalah Ketuhanan dalam islam
terdapat beberapa istilah nama ilmu yang di pergunakannya antara lain :
1. Ilmu Tauhid karena ilmu ketahuan dalam islam dengan tegas memerikan konsep tentang
meng-Esa-kan Tuhan baik Zat, Sifat-sifat, mau pun peruatan- Nya dengan adanya larangan
mempersutukannya dengan makhluk atau menggap adanya Tuhan yang lain.
2. Ilmu Ushuluddin ialah Ilmu Ketahuan dalam islam, dengan pertimangan bahwa
oyekpemahasannyamerupakan ushul dan pokok dari semua ilmu dan amalan di dalam agama
islam, baik di dalam bidang i’tiqad maupun dalam bidang hukum.
3. Ilmu Aqoid adalah karena obyek pemahasannya tentang penetapan aqidah keagamaan dengan
menggunakan atau memakai dalil-dalil yang meyakinkan baik berupa dalil naqli maupun aqli
dan perasaan.
4. Ilmu Kalam ialah sebagaimana dikatakan oleh .A. Hanafi MA dalam bukunya pengantar
Teologi Islam(Ilmu Kalam)menyeutkan, karena:
a. Persoalan yang terpenting di antara pembicaraan-pembicaraan kurun pertama Islam ialah
firman Tuhan (Kalam Allah) yaitu al-Qur’an, apakah azali atau non azali, karena itu keseluruhan
isi Ilmu Kalam dinamai dengan salah satu baginya yang terpenting.
b. Dasarnya ialah dalil-dalil akal yang pengaruhnya nampak jelas dalam pembicaraan-
pembicaraan para mutakalimin.mereka merujuk kepada nas (dalil naqli) sesudah ada konfirmasi
dari dalil-dalil aqli.
c. Pembuktian terhadap kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat.
5. Teologi islam ialah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia,
baik berdasarkan wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan akal murni.
Dengan memperhatikan terhadap pengertian nama-nama ilmu ke-Tuhanan tersebut di
atas menunjukkan bahwa nama-nama itu hanya terletak pada penekanan terhadap aspek-aspek
tertentu dari masing-masing obyek Ilmu Ketuhanan dalam Islam, sehingga dapat kita tarik
suatu kesimpulan sebagai berikut:
a. Dinamakan Ilmu Tauhid karena ilmu ini lebih menitik beratkan pada segi peribadatan dan
keimanan. Tujuannya yang pokok adalah meng-Esa-kan Tuhan, baik Zat, sifat-sifat maupun
perbuatan-Nya, tanpa ada sekutu bagi-Nya.
b. Dinamakan Ilmu Ushuluddin/ aqaid yaitu karena lebih menitik beratkan kepada arti dan
kedudukan sebagai ilmu dasar/pokok aqidah di dalam agama Islam, tujuannya adalah untuk
menetapkan konsep dasar-dasar atau pokok-pokok aqidahnya.
c. Dinamakan Ilmu Kalam/Teologi Islam karena menitikeratkan kepada sifat segi filsafat dan
dialektiknya dengan tujuan untuk mengangkat kepercayaan seseorang dari lembah taklid kepada
puncak keyakinan.
Maka untuk mendekatkan diri kepada makna dan tujuan serta ketepatan penggunaannya
dikalangan kaum muslimin atau khususnya di negara kita Indonesia tercinta adalah lebih suka
memilih nama ilmu Tauhid. Karena Ilmu Tauhid dipandang leih tepat digunakan untuk
menegaskan bahwa agama Islam adalah satu ketuhanan yang berdasarkan monotheisme murni
yang menimbulkan rasa keimanan dan taqwa kepada Allah swt. Menurut Imam Abu Hanifah
sebelum masa penanaman ilmu-ilmu tersebut diatas disebut al-Fiqhul Akbar, yang obyek
kajiannya adalah masalah dasar-dasar kepercayaan agama seperti sifat Tuhan, penciptaan dan
kerasulan. Sebagai imbangan ilmu tersebut adalah al-fiqhufil ‘ilmu yaitu ilmu tentang fiqh
Menurut syekh Muhammad Abduh Ilmu tauhid yang juga disebutilmu Kalam ,
memerikan ta’rif sebagai berikut;
Tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wuzudallahtentangsifat-sifatyang wajib bagi-
Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya.
C. Pengertian Kalam dan Masalahnya
Menurut Syekh Muhammad Abduh (1849-1905) Ilmu Tauhid yang juga disebut Ilmu
Kalam. Tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah.
Sedangkan menurut Sayyid Afandi Al-Jisr At Tarabulisie tauhid adalah pokok yang
paling utama dari semua ilmu agama, karena bertalian erat dengan dzat Allah Ta’ala serta Rasul-
rasul-Nya.
Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman, dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan
berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan Salaf dan
Ahli Sunnah.
Ilmu kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni pada masa
Khalifah Al-Ma’mun (813-833) dari Bani Abbasiyah.
D. Beberapa Nama Lainnya
Adapun ilmu ini dinamakan ilmu kalam, disebabkan :
1. Al-Qur’an itu qadim atau hadis.
2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran ini tampak jelas dalam
pembicaraan para mutakalimin.
Ilmu ini kadang-kadang juga disebut :
1. Ilmu Tauhid
Yang terpenting dalam pembahasan ilmu ini ialah mengenai keesaan Allah.
2. Ilmu Usuluddin
Sebab ilmu ini membahas tentang prinsip-prinsip agama islam.
3. Ilmu Aqidah atau Aqo’id
Sebab ilmu ini membicarakan tentang kepercayaan islam. Artinya menetapkan atas
kebenarannya.
E. Masalahnya
Ilmu tauhid adalah aqidah islam. Ia sesuai dengan dalil-dalil akal fikiran dan naqal,
menjelaskan tentang ajaran-ajaran yang dibawa oleh junjungan Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an sebgai kitab suci menggariskan ajaran-ajarannya diatas jalan yang terang,
yang belum pernah dilalui oleh kitab suci sebelumnya.
Al-Qur’an tidak meras cukup untuk membuktikan kenabian Muhammad SAW dengan
hanya memakai dalil yang telah dikemukakan oleh para nabi yang datang sebelumnya. Isinya
menyatakan tentang sifat-sifat Allah yang diwajibkan kepada kita untuk mengetahuinya.
Dituntutnya akal, dibangkitkannya fikiran, kemudian ditunjukannya undang-undang alam,
hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang sesuai dengan akal. Hingga dalam mengisahkan
kejadian-kejadian pada bangsa-bangsa yang telah silam, iapun menunjukkan bukti-bukti yang
nyata. Sehingga nyata pula satu kaidah bahwa segala makhluk itu adalah suatu lingkungan
hukum alam (sunnah) yang tidak berubah-ubah dan tidak bertukar-tukar.[4]
Sumber-sumber Ilmu Kalam
Sumber-sumber ilmu kalam adalah sebagai berikut :
1. Al-qur’an
2. Hadits[5]

[1] Ibnu khaldun,Muqaddimah terj. Ahmadiethoha (jakarta: pustaka firdaus, cetakan


pertama 1986 ) hal. 589.
[2] Syekh Muhammad Abdullah, risalah tauhid terj. KH. Firdaus( Jakarta: AN-PN Bulan
Bintang, Cetakan Pertama, 1963), hal. 33
[3]. HusainAffandial-jirs. Al-hushunulHanidiyah, terj Ahmad Nabhan (Surabaya:tp,1970)
hal 6
[4] Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, (Jakarta: CV Rajawali, 1991), h. 1-10.
[5] Abdul Rojak,Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, ( Jabar : CV Pustaka Setia, 2006), h. 15.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada – yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu
satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta
menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang
Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya
melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu
muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau metafisika.

B. Rumusan masalah
1) Apakah pengertian dari ilmu tauhid?
2) Apakah ruang lingkup dari ilmu tauhid?
3) Apakah pengertian marifatul mabda, marifatul wasithah, marifatul maad?

C. Tujuan penulisan
a) Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu tauhid yang
menerangkan pengertian dan ruang lingkup ilmu tauhid.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini antara lain:
1) Untuk dapat mengetahui pengertian dari ilmu tauhid
2) Untuk dapat mengetahui ruang lingkup ilmu tauhid
3) Untuk dapat mengetahui pengertian marifatul mabda, marifatul wasithah, marifatul maad ilmu
tauhid

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid Dan Ilmu Tauhid


Asal makna tauhid, ialah meyakinkan (mengi’tikadkan), bahwa Allah adalah “satu”, tidak
ada syarikat bagi-Nya[1]. Ilmu tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”,
sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang
sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya.
Ilmu tauhid juga sering disebut sebagai ilmu kalam karena dalam memberikan dalil
tentang pkok (usul) agama cenderung kepada logika (mantiq), seperti yang biasa dilakukan oleh
para pemikir dalam menjelaskan seluk beluk hujjah tenteng pendiriannya.
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena
tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan

Allah berfirman :
‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِم ْن َذ َك ٍر َأْو ُأْنَثى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنُه َحَياًة َطِّيَبًة َو َلَنْج ِز َيَّنُهْم َأْج َر ُهْم ِبَأْح َس ِن َم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An Nahl : 97)
Tauhid bukan hanya sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta ala mini adalah
Allah WST, bukan hanya sekedar mengetahu bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal asma’ wa
sifat-Nya[2].
Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu, menghambakan diri hanya kepada
Allah secara murni, mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya setulus hati
dengan rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
B. Ruang Lingkup Ilmu Tauhid
1. Ma’rifatul Mabda’
Ruang pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma’rifatul mabda’. Yaitu suatu ilmu
membahas tentang keberadaan dzat Allah dan hal-hal yang berhubungan dengan Allah serta
qadla’ dan qadar-Nya, yang terangkum dalam pembahasan rukun iman, yakni iman kepada Allah
dan iman kepada qadla’ dan qadar.
a. Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan kebenaran keberadaan Allah
SWT tanpa keraguan sedikitpun. Serta, mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya serta
menjauhi segala larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap
dan takut kepada-Nya. iman kepada Allah SWT meliputi tiga hal, yaitu:
1. Dzat Allah SWT
Allah adalah wajibul wujud dan tak ada batasan bagi kesempurnaan-Nya. tidak ada
manusia yang sanggup mengetahui dzat Alla SWT karena dzat Allah swt tidak lah tersusun dari
unsur, tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat Allah SWT, akal
manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang dzat-Nya
yang menyebabkan kamu binasa.” (H.R. Abu Nu’aim)
Allah berfirman:
‫﴾ ٱَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن ٱَهَّلل ِقَٰي ًۭم ا َو ُقُع وًۭد ا َو َع َلٰى ُج وِبِه ْم‬۱۹‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِتَٰل ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَهاِر َل َء اَٰي ٍۢت ُأِّل۟و ِلى ٱَأْلْلَٰب ِب ﴿ە‬
‫ُن‬
۱۹۱﴿ ‫﴾َو َيَتَفَّك ُروَن ِفى َخ ْلِق ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َٰب ِطاًۭل ُسْبَٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬
Artinya :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka “.(Q.S. Ali Imran :
190-191)
2. Sifat
Allah SWT memiliki sifat yang terdiri dari 3 kelompok sifat yaitu:
2.1. Sifat wajib
Sifat wajib Allah ada 20 yaitu:
1. Wujud,
2. Qidam,
3. Baqa’
4. Mukhalafatu lilhawadits,
5. Qiyamuhu binafsih
6. Wahdaniyyah
7. Qudrah
8. Iradah,
9. Ilmu,
10. Hayat
11. Sama’
12. Bashar
13. Kalam
14. Kaunuhu Qadiran
15. Kaunuhu Muridan
16. Kaunuhu Aliman
17. Kaunuhu Hayyan
18. Kaunuhu Sami’an
19. Kaunuhu Basiran
20. Kaunuhu Mutakalliman.
2.2. Sifat mustahil
Sifat mustahil adalah berkebalikan dengan sifat wajib yang juga terdiri dari 20 sifat
mustahil, yaitu:
1. Adam
2. Huduts
3. Fana’
4. Mumatsalah;
5. Al ihtiyaju bighairih;
6. Ta’addud;
7. Ajzu;
8. Karahah;
9. Jahlu;
10. Mautu;
11. Shammu;
12. A’ma;
13. Bukmu;
14. Kaunuhu Ajizan;
15. Kaunuhu Karihan;
16. Kaunuhu Jahilan;
17. Kaunuhu Mayyitan;
18. Kaunuhu Ashamm;
19. Kaunuhu A’ma;
20. Kaunuhu Abkam.
2.3. Sifat jaiz
Adapun sifat jaiz bagi Allah itu ada satu sifat, yaitu Allah bebas berbuat, artinya
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya untuk boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak.
Maksudnya, Allah tidak wajib membuatnya dan pula tidak mustahil kalau tidak membuatnya.
3. Af’al
Af’al adalah perbuatan Allah SWT. Segala yang ada di dunia ini adalah perbuatan Allah
SWT. Untuk mengetaui tentang af’al Allah adalah dengan melakukan Syuhud
(memandang/menyaksikan) dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan yang baik
maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.
b. Iman Kepada Qadla’ dan Qadar.
Qadar ialah masdar dari kata qadarat is-sya’u artinya kepastian sesuatu. Aqdarahu qadran
artinya, kepastian itu berhasil dengan pemastiannya[3].
Iman kepada qadla dan qadar berarti bahwa seseorang mempercayai dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah telah mentakdirkan segala makhluk baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk..
Allah SWT berfirman :
٣﴿ ‫﴾ َو اَّلِذ ي َقَّد َر َفَهَدى‬٢﴿ ‫﴾اَّلِذ ي َخ َلَق َفَس َّوى‬
Artinya :
“Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya){2} dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk,{3} (Q.S. Al –A’la : 2-3)
2. Ma’rifatul Wasithah
Ruang pembahasan ilmu yang selanjutnya adalah Ma’rifatul Wasithah. Yaitu membahas
tentang utusan Allah seperti Malaikat, Nabi/Rasul, dan Kitab Suci, yang terangkum dalam rukun
iman, yaitu iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada kitab-kitab Allah SWT,
dan iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا آِم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه َو اْلِكَتاِب اَّلِذ ي َنَّز َل َع َلٰى َر ُسوِلِه َو اْلِكَتاِب اَّلِذ ي َأْنَز َل ِم ْن َقْبُلۚ َو َم ْن َيْكُفْر ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه‬
‫َو ُرُس ِلِه َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفَقْد َض َّل َض اَل اًل َبِع يًدا‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”(Q.S. An-Nisa : 136)
1. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
Secara umum pengertian iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah percaya akan
adanya malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya.
Malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh atas tugas dan perintah Allah SWT yaitu untuk
mengurus alam semesta ini.
Allah SWT berfirman :
‫آَم َن الَّرُسوُل ِبَم ا ُأْنِز َل ِإَلْيِه ِم ْن َر ِّبِه َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ُك ٌّل آَم َن ِباِهَّلل َو َم الِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه ال ُنَفِّر ُق َبْيَن َأَحٍد ِم ْن ُرُس ِلِه َو َقاُلوا َسِم ْعَنا‬
‫َو َأَطْعَنا ُغ ْفَر اَنَك َر َّبَنا َو ِإَلْيَك اْلَم ِص يُر‬
Artinya :
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya (demikian
pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, mailakat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 285).
Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Iman itu percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya, serta
kepada hari akhir dan kepastian yang baik dan buruk daripada-Nya. (Bukhari Muslim).
Adapun 10 malaikat yang wajib diketahui adalah Jibril, Mikail, Izro’il, Munkar, Nakir,
Roqib, Atid, Isrofil, Ridwan, dan Malik
2. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah percaya bahwa Allah telah meurunkan kitab-
kitab Nya kepada para Nabi dan Rasul Nya yang berisi tentang wahyu Allah SWT unutk
disampaikan kepada seluruh umat manusia didunia sebagai pedoman hidup agar manusia tetap
pada jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT. Kitab-kitab Allah tersebut diantaranya
adalah : Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
3. Iman Kepada Rasul Allah SWT
Beriman kepada rasul-rasul Allah merupakan rukun iman keempat. Maksudnya ialah
mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk membawa syiar agama
dan membimbing umat pada jalan lurus dan diridhoi Allah. Rasul-rasul ini mempunyai sifat
diantaranya adalah sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh menyampaikan, fathonah
(cerdas).
3. Ma’rifatul Ma’ad
Ma’rifatul Ma’admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid yang membahas
tentang hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah beriman kepada hari kiamat. Yang
dimaksud hari kiamat adalah hancurnya seluruh dunia beserta alam semesta ini dan seluruh
makhluk hidup yang ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti kepada alam yang baru
yaitu akhirat.
Beriman kepada hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa alam dan segala
isinya akan dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua makhluk yang ada didunia akan mati,
kemudian dibangkitkan dari alam kuburnya untuk diperhitungkan segala amal kebaikan dan
kejahatannya dan hidup kekal di alam akhirat.
Allah SWT berfirman :

‫ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو اَّلِذ يَن َهاُدوا َو الَّنَص اَر ى َو الَّصاِبِئيَن َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو َع ِمَل َص اِلًحا َفَلُهْم َأْج ُر ُهْم ِع ْنَد َر ِّبِه ْم َو اَل َخ ْو ٌف‬
‫َع َلْيِهْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنوَن‬
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-
orang Shabiin, siapa sja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir dan
beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S. Al Baqarah : 62)

C. Aspek-Aspek Ketauhidan
Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah pernyataan
bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta
aturannya dan pemberi rezekinya[4].
Allah SWT berfirman :
‫ُقْل َم ْن َيْر ُزُقُك ْم ِم َن الَّس َم اِء َو اَأْلْر ِض َأَّم ْن َيْمِلُك الَّس ْمَع َو اَأْلْبَص اَر َو َم ْن ُيْخ ِر ُج اْلَحَّي ِم َن اْلَم ِّيِت َو ُيْخ ِر ُج اْلَم ِّيَت ِم َن اْلَحِّي َو َم ْن ُيَدِّبُر‬
‫اَأْلْمَر ۚ َفَسَيُقوُلوَن ُهَّللاۚ َفُقْل َأَفاَل َتَّتُقوَن‬
Artinya :
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya)?"( Q.S. Yunus : 31)
Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan. Ketauhidan dibina atas
dasar ikhlas karena Allah SWT semata, yang mempunyai kebulatan cinta,takut, mengharap,
tawakal gemar, hormat, dan doa hanya karena Allah SWT sendiriNya[5].
Allah SWT berfirman :
١٢٩﴿ ‫﴾َفِإن َتَو َّلْو ْا َفُقْل َح ْس ِبَي ُهّللا ال ِإَلَه ِإَّال ُهَو َع َلْيِه َتَو َّك ْلُت َو ُهَو َر ُّب اْلَع ْر ِش اْلَعِظ يِم‬
Artinya :
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
'Arsy yang agung". (Q.S. At Taubah : 129)
Tauhid Asma dan Sifat
Tauhid asma dan sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Tahu kepada segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia Maha
Hidup dan Maha Tegak, tiada alpa dan tiada tertidur lena, bagiNya segala kehendak terlaksana,
hikmah yang tandas dan tuntas[6]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid yaitu sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana beriman kepada sang pencipta dengan baik dan benar
tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi
syari tauhid ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.

[1] ‘Abduh, Syeh Muhammad.1979. Risalah Tauhid. Cetakan Ketujuh.Jakarta: Bulan Bintang.
hlm.36.
[2]Wahab, Muhammad Bin Abdul. 2007. Kitab Tauhid. Islamhouse. hlm. 3.
[3]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
hlm.910.
[4]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
hlm.45.
[5]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
hlm.50.
[6]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
hlm.48.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu Tauhid sangatlah penting untuk di ketahui oleh
seorang muslim yang mana pembahasan dalam Ilmu Tauhid ini adalah pembahasan tentang
aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan Aqidah Islam ini
memiliki konsekuensi yang berpengaruh pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana
seseorang harus menginterpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari jurang
kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
Lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya
itu di awali dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan
berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
Dalam pembahasan Ilmu Tauhid, kita dihadapkan pada berbagai macam gerakan
pemikiran-pemikiran besar. Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran
yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat
dijadikan alasan bahwa Islam sebagaimana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang
dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat
berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
membahas konsep tauhid dalam Islam, faktor penyebab munculnya pemikiran-pemikiran(aliran)
dalam ilmu tauhid seperti syi’ah, khawarij dan murji’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Tauhid sebagai konsep dalam Islam ?
2. Apa sajakah aliran dalam teologi Islam ?
3. Apakah faktor yang menyebabkan munculnya aliran Teologi Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tauhid dalam Islam

1. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang “wujud Allah’, tentang sifat-sifat yang
wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan sifat-sifat yang sama
sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Tauhid juga membahas tentang para Rasul Allah,
meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada
diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.[1]
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas ajaran dasar dari suatu agama[2]. Konsep tauhid
mulai berkembang pada era ‘kemunduran’ Islam yang diarahkan untuk meneguhkan kembali
ajaran-ajaran keIslaman ditengah realitas kemerosotan sosial, politik, dan kajian-kajian
keagamaan. Spirit inilah yang kemudian dijadikan sebagai latar belakang pentingnya kembali ke
ajaran Islam yang paling tepat sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.[3]
Berikut adalah dalil naqli tentang Tauhid dalam Islam :
a. Firman Allah Q.S. Az-Zariyat ayat: 56
‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل ْنَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬
Artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku. (QS Az Zariyat 51:56)
b. Firman Allah Q.S. An-Nahl ayat: 36
‫َو َلَقْد َبَع ْثَنا ِفي ُك ِّل ُأَّمٍة َر ُس واًل َأِن اْع ُبُدوا َهَّللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ وَت‬
Artinya :
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut … (QS An Nahl 16:36)
c. Firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat: 21
‫َيا َأُّيَها الَّناُس اْع ُبُدوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
Artinya:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah 2:21)[4]

d. Firman Allah Q.S. At-Taubah ayat: 31


‫َو َم ا ُأِم ُروا ِإاَّل ِلَيْعُبُدوا ِإَٰل ًها َو اِح ًدا ۖ اَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ۚ ُسْبَح اَنُه َع َّم ا ُيْش ِرُك وَن‬
Artinya:
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QSAt-
Taubah: 31)
e. Firman Allah Q.S Al- Bayyinah ayat: 5
‫َو َم ا ُأِم ُروا ِإال ِلَيْعُبُدوا َهَّللا ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِّد يَن ُحَنَفاَء َو ُيِقيُم وا الَّصالَة َو ُيْؤ ُتوا الَّز َكاَة َو َذ ِلَك ِد يُن اْلَقِّيَم ِة‬
Artinya :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)
f. Sabda Nabi Muhammad S.A.W
“Tidak seorangpun bersaksi bahawa tidak ada ilah yang haq selain Allah dan Muhammad
adalah hamba dan Rasul Nya benar-benar dari hatinya kecuali Allah akan mengharamkan
atasnya neraka”. (Hadis Riwayat Bukhari).
Apabila tauhid ada dalam diri seseorang (walaupun seberat biji sawipun), ia akan mencegah dari
kekal di neraka selamanya.[5]

2. Kedudukan Tauhid
Semua agama pada prinsipnya adalah memiliki konsep dasar dalam sistem ajaran
(doktrinnya) sebagaimana dalam agama Islam. Tauhid merupakan konsep dasar ajarannya yang
mengandung dua pokok bidang permasalahan yaitu :
1. Bidang kepercayaan (Aqidah)
2. Bidang perundang-undangan (syari’ah)
Aqidah diartikan kepercayaan Islam dan syari’ah adalah hukum perundang-undangan
Islam. Aqidah meliputi semua persoalan keimanan, yakni hal-hal yang harus dipercayai dan
diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Rukun iman yang keenam juga termasuk dalam bidang
Aqidah. Adapun syari’ah meliputi semua peraturan Tuhan yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia baik muslim maupun non muslim dan hubungan
manusia dengan alam.
Aqidah dan syari’ah masing-masing menempati kedudukan yang tak sama di dalam
Islam, yaitu Aqidah menempati posisi dasar dan syari’ah menempati posisi cabang. Sebab
keimanan sebagai pondasi orang beragama harus dibangun lebih dahulu sebelum seseorang
melakukan syari’ah.[6]
Karena itu dalam sistem ajaran Islam, tauhid diperkenalkan lebih dahulu seperti dalam
Al-Qur’an surat Muhammad: 19

‫َفاْعَلْم َأَّنُه اَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَّللا َو اْسَتْغ ِفْر ِلَذْنِبَك َو ِلْلُم ْؤ ِمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت ۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم ُم َتَقَّلَبُك ْم َو َم ْثَو اُك ْم‬
Artinya :
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allahdan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmmin, laki-laki maupun
perempuan dan Allah mengetahui tempat kmau berusaha dan tempat kamu tinnggal. (QS.
Muhammad:19)
Dari ayat tesebut dapat diketahui bahwa Allah swt mendahulukan perintah-Nya untuk
berma’rifatut tauhid daripada perintah memohon ampun kepada-Nya.[7]

3. Pembagian tauhid
Dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan sesuatu itu Esa’. Dari segi
syar’i tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Was Sifat’.[8]
a. Tauhid Rububiyyah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’.
Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara), al-
Nashir (penolong), al-Malik (pemilik),al-Mushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan) dan al-
Wali (wali). Dan dalam terminologi syariat Islam, istilah Tauhid Rububiyah berarti: “Percaya
bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, pengendali alam raya yang dengan
takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-
Nya.”
b. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyah merupakan salah satu cabang Tauhid dari tiga macam Tauhid yang ada,
yaitu mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah, memohon
pertolongan, tunduk, patuh, dan merendah serta tidak kepada yang lain. Makna Uluhiyah adalah
mengakui bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya.
c. Asma’ was sifat
Pengertian dari Tauhid Asma’ dan Sifat adalah mempercayai bahwa hanya Allah yang
memiliki segala sifat kesempurnaan (asma’ul husna) dan terlepas dari sifat tercela atau dari
segala kekurangan. Atau menetapkan asma’ dan sifat Allah berdasarkan apa yang ditetapkan
oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya.[9]

4. Pengaruh Tauhid
Pengaruh Aqidah tauhid pada jiwa manusia menurut Prof. TM. Sabih Ash. Shiddieqy
dinyatakan :
a. Manusia yang benar-benar mengikuti ke-Esaan Tuhan, mempunyai kepercayaan bahwa Tuhan
sendirilah yang memiliki alam ini yang memberi rizki, yang memberi hidup dan mematikan.
b. Manusia yang mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal mempunyai jiwa besar,
kemuliaan diri dan meyakini bahwa Allah Tuhan yang dapat memberi madharat dan manfaat.
c. Disamping itu manusia juga berjiwa tawadhu’, merendah diri dan tidak pantas bersifat
sombong, takabur dan pongah,karena dia menginsyafi bahwasannya Allah yang telah
memberikan kepadanya apa yang ia kehendaki.
d. Manusia beriman meyakini bahwa Allah Maha Esa, tentulah meyakini bahwa jalan memperoleh
kemenangan adalah bersaleh jiwa dan mengerjakan amal saleh.
e. Manusia beriman bahwasannya Allah Maha Esa, mempunyai keimanan yang teguh mempunyai
keberanian, kesabaran, ketetapan hati, serta senantiasa menyerahkan diri kepada Allah.
f. Orang beriman tidak dengki, tidak berperangai rendah ia selalu bersifat ramah, dan tidak
berputus asa.

B. Aliran teologi Islam


1. Syi’ah
Syi’ah adalah kelompok yang loyal kepada Ali dan merupakan pendukung dan pengikut setia
Ali. Makna syi’ah ditinjau dari sudut lughowi berarti pengikut dan pendukung, yang dinisbahkan
kepada para pengikut dan pendukung Ali bin Abi Thalib.[10]

2. Khawarij
Golongan yang merupakan pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dari induk pasukannya
lantaran tidak setuju dengan politik Ali yang bersedia mau menerima aebitrase dan timbul
setelah perang shiffin antara Ali dan Muawiyah, dengan mengatakan Ali tidak konsekuen dalam
membela kebenaran..
3. Murji’ah
Kaum Murji’ah pada mulanya merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam
pertentangan-pertentangan yang terjadi ketika itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan
hukum kafir atau tidaknya orang-orang yang bertentangan itu kepada Tuhan.[11]
4. Qadariyyah
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak (qudrah) dan
memilih atau berkehendak (iradah).
5. Jabbariyyah
Aliran ini merupakan arbitrasi dari pendapat Qadariyah mengenai perbuatan manusia.
6. Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih
mendalam dan bersifat filosofis dari persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan
Mur’jiah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama Kaum
Rasionalis Islam.
7. Maturidliyah
Al-Maturidiyah juga dinisbatkan kepada Abu Mansur bin Mahmud al-Maturidi yang lahir di
Samarkhand. Sama halnya dengan paham al-Asy’ari teologi al-Maturidi merupakan reaksi
terhadap paham Mu’tazilah. Pemikiran teologi al-Maturidi lebih rasional dibandingkan al-
Asy’ari. Al- Maturidi dan Al-Asy’ariyah keduanya disebut aliran ahlussunnah wal jama’ah.[12]
C. Faktor penyebab munculnya Aliran Teologi Islam
Pada dasarnya tujuan para mutakallimin atau teologi Islam adalah sama yaitu keinginan
untuk mempertahankan Aqidah Islamiyah yang berdasarkan pada ketauhidan murni. Namun,
sejarah telah mencatat bahwa perselisihan perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan kaum
muslimin tersebut tak dapat dipungkiri berpangkal pada dua pokok persoalan utama, yaitu :
bidang politik dan bidang kepercayaan/Aqidah Islam.[13]
Persoalan yang pertama kali timbul dalam Islam adalah persoalan dalam bidang politik
bukan dalam bidang teologi. Tetapi persoalan politik ini segera meningkat menjadi persoalan
teologi sehingga muncul berbagai aliran-aliran teologi.[14]
1. Bidang politik
Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah ke empat melalui pemilihan yang
penyelenggaraannya jauh dari sempurna. Setelah para pemberontak membunuh Utsman bin
Affan, mereka mendesak Ali bin Abi Thalib agar bersedia di angkat menjadi khalifah pada
waktu itu. Madinah dapat di katakan kosong. Banyak sahabat senior yang sedang berkunjung ke
wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan, dan hanya sedikit yang masih tinggal di Madinah,
diantaranya Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. Tidak semua yang masih ada itu
sepenuhnya mendukung Ali, seperti Sa’ad bin abi Waqqash dan Abdullah bin Umar.
Ali menolak desakan para pemberontak, dan menanyakan dimana peserta pertempuran
Badar seperti Thalhah, Zubair dan sa’ad, karena merekalah yang berhak menentukan tentang
siapa yang harus menjadi khalifah. Maka muncullah ketiga senior itu dan berbaiat kepada Ali
yang segera diikuti oleh orang banyak, baik dari kelompok Muhajirin maupun kelompok Anshar.
Orang yang pertama yang berbaiat kepada Ali adalah thalhah bin ubaidillah.
Pada dasarnya langkah yang diambil Ali adalah meluruskan kebijakan polotik Utsman
terutama pada masa enam tahun terakhir dari masa pemerinyahannya yang menjurus pada
polotik nepotisme. Kebiijakan politik Ali antara lain :
a. Memecat kepala daerah yang diangkat oleh Utsman dan sekaligus mengirim penggantinya.
b. Menarik kembali tanah yang dibagikan Utsman kepada famili-famili dan kerabat-kerabatnya.
c. Ali bin Abi Thalib tidak segera menangani pengusutan kaum pemberontak dan pembunuh
Utsman serta menghukum mereka dengan alasan memastikan pembunuhan dalam situasi
revolusioner.
Akibat kebijakan-kebijakan Ali tersebut, tidak lama kemudian Ali bin Abi Thalib
menghadapi pemberontakan Thalhah dan Zubair yang kemudian bergabung dengan Aisyah.
Alasan mereka Ali bin Abi Thalib tidak mau menghukum para pembunuh Utsman dan mereka
menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim.
Aisyah, Thalhah dan Zubair tiba di Bashrah. Banyak orang yang bergabung dengan
mereka, diantaranya Marwan bin Hakam dari Bani Umayyah. Tetapi dilihat secara umum,
penduduk Bashrah terbagi menjadi dua, ada yang mendukung dan ada yang menentang. Diantara
kedua golongan ini terjadi perkelahian yang banyak memakan korban. Ratusan orang terbunuh
terutama dari golongan yang menentang Aisyah. Ali bin Abi Thalib datang dengan bala
tentaranya yang banyak jumlahnya.pertama-tama yang diusahakannya adalah supaya Aisyah dan
para pengikutnya mengurungkan niat mereka.dan kepada beberapa orang diantara mereka, Ali
bin Abi Thalib memperingatkan akan baiat dan sumpah mereka. Namun ajakan Ali bin Abi
Thalib tersebut ditolak. Akhirnya pertempuran yang dahsyat pun berkobar pada tahun 656 M.
Perang ini dikenal dengan nama “Perang Jamal” karena Aisyah pada perang itu menunggang
unta. Ali bin Abi Thalib nerhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika
hendakmelarikan diri. Sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Mekkah..
Setelah berhasil merampas pemberontakan Thalhah, Zubair , dan Aisyah dalam perang
jamal, Ali bin Abi Thalib bergerak dari Kufah ke Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Sebelum perang ini pecah, Ali bbin Abi Thalib berkali-kali mengirim surat dan mengutus
delegasi kepada Muawiyah, meminta supaya Muawiyah membaiatnya dan bersatu dengan dia.
Tetapi Muawiyah menoolak dan tidak mau melepaskan kekuasaan yan ada ditangannya.
Akhirnya pasukan bertempur dengan pasukan Muawiyah di Shiffin. Pertempuran itu berlangsung
beberapa hari lamanya.[15]
Ali dengan keberaniannya dapat membangkitkan semangat dan kekuatan laskarnya,
sehingga kemenangan sudah terbayang baginya. Muawiyah yang hampir kalah merasa cemas ,
memanggil Amr bin ‘Ash untuk menggunakan siasat perang.
Akhirnya kedua golongan yang bertempur itu sepakat berunding dan masing-masing
memilih seorang juru damai (hakam). Kedua hakam itu berkumpul dan berunding membahas
sebab terjadinya perselisihan, sehingga didapati satu jalan untuk menyelesaikannya. Dari pihak
Ali bin Abi Thalib terpilih dengan suara terbanyak adalah Abu Musa al-asy;ari dan dari
kelompok Muawiyah dengan suara bulat memilih Amr bin ‘Ash.
Hasil perundingan itu adalah pemberhentian jabatan masing-masing pihak, baik Muawiyah
maupun Ali bin Abi Thalib, kemudian diserahkan pada kaum muslimin untuk mencari
penggantinya.
Untuk melaksanakan keputusan tersebut. Abu Musa tampil terlebih dahulu mengumumkan
ide itu dan menyatakan bahwa ia telah menurunkan Ali bin Abi Thalib dari jabatannya.
Kemudian Amr bin ‘Ash mengumumkan bahwa ia setuju menurunkan jabatan Ali bin Abi
Thalib. Kemudian diumumkannya pula bahwa ia menetapkan Muawiyah sebagai khalifah.
Dalam sejarah peristiwa ini disebut Tahkim (arbitrase).
Dengan adanya arbitrase ini kedudukan Muawiyah telah naik menjadi khalifah yang tidak
resmi. Tidak mengherankan kalau keputusan ini ditolak Ali bin abi Thalib dan tak mau
meletakkan jabatannya sampai ia mati terbunuh pada tahun 661 M.
Orang-orang yang turut membai’at khalifah keempat (Ali bin Abi Thalib), menghianati
janji-janji mereka, karena itulah timbul huru-hara perang saudara di kalangan kaum muslimin.
Sampai pemerintahan di pegang oleh Bani Umayyah, tetapi pembinaan masyarakat umat Islam
telah hancur berantakan dan tali kesatuan yang mengikat mereka telah putus, perselisihan paham
memperebutkan kursi khalifah selalu ada.
Khawarij memandang bahwa Ali bin Abi Thalib, Muawiyyah, Amr bin Ash, Abu Musa
Al-Asy’ari dan lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir, sebagaimana dalam Al-Qur’an
surat Al-Ma’idah :44

‫َو َم ْن َلْم َيْح ُك ْم ِبَم ا َأْنَز َل ُهَّللا َفُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلَك اِفُروَن‬
Artinya :
Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir (QS. Al-Ma’idah:44).[16]

Dari ayat inilah kaum khawarij mengambil semboyan “La hukma illa lillah” (tidak
ada putusan hukum (yang sah untuk diikuti) kecuali hukum Allah).

2. Bidang kepercayaan/Aqidah Islam


Pada prinsipnya golongan atau aliran-aliran yang timbul dalam bidang ini motif utamanya
berdiri adalah soal-soal kepercayaan/Aqidah Islamiyah semata-mata. Bukan karena soal-soal
politik yang berpengaruh dengan perbuatan lahir, akan tetapi politik Islam juga bertalian erat
dengan agama bahkan agama menjadi porosnya.
Demikian pula halnya teologi Islam juga mengenal soal-soal politik, diantaranya
membicarakan syarat-syarat pengangkatan imamah dan pencopotannya, seperti pada peristiwa
Utsman ra dan Ali ra.
Meskipun antara golongan/aliran-aliran dalam ilmu kalam/teologi Islam dengan
golongan politik saling berpautan, tetapi pada dasarnya dapat dipisah-pisahkan yaitu dengan
mengingat motif berdirinya semula walaupun dalam pearkembangan selanjutnya itu erat
pertaliannya dengan lapangan yang lain.
Sebagaimana diketahui bahwa pemikiran yang berkembang dalam ilmu
kalam/teologi Islam motif berdirinya adalah persoalan kepercayaan/Aqidah Islam semata, yang
ditumbuhkan juga oleh tiga permaslahan utama yaitu :
 Tentang pelaku dosa besar
 Perbuatan manusia (af’alul-ibad)
Yang dimaksud dengan faktor teologis adalah penafsiran seseorang atau golongan dalam
rangka memahami atau mengemukakan alasan-alasan kebenaran ajaran-ajaran agama yang ada
dalam Al-Qur’an dan hadits. Pemahaman masing-masing orang akan berbeda sesuai dengan
tingkat pemikiran. Menurut Ibnu Khaldun, yang dikutip oleh Munawir Syadzali, tingkat
kemampuan berpikir dan kecerdasan manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor geografis, iklim
klimat, atau cuaca di bagian bumi tempat mereka tinggal. Diantara alian-aliran teologi Islam
yang timbul karena perbedaan penafsiran atas dasar ajaran Islam adalah : Qadariyah, Jabbariyah,
Mu’tazilah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas ditarik kesimpulan bahwa konsep Tauhid dalam Islam ialah ilmu
yang membahas ajaran dasar agama islam, mengenai bidang Aqidah dan syari’ah. Adapun faktor
yang melatarbelakangi munculnya aliran-aliran teologi Islam ada 2 yaitu faktor politik dan faktor
teologi/aqidah Islam.
Sehingga, bermunculan aliran-aliran yang secara alamiah merupakan suatu dampak yang
wajar, bahkan menurut sunnatullah merupakan keharusan seperti dalam firman-Nya yang artinya
:
Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah Dia menjadikan manusia menjadi umat yang satu.
Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhannya. Dan untuk itu, Allah menciptakan mereka. (Qs. Hud [11]: 118-119).
Maka timbullah beberapa aliran diantaranya : aliran khawarij, syi’ah, mu’tazilah,
qadariyah, jabbariyah, maturidliyah, ahlussunnah wal jama’ah.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Syekh Muhammad. Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang.


Mulyono & Bashori. Studi Ilmu Tauhid/kalam. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Nasution, Harun. (1987). Muhammad Abduh dan Teologi rasional Mu’tazilah. Jakarta: UI-
PRESS.
Zuhri. Pengantar studi tauhid. Yogyakarta : SUKA-PRESS.
Zuhri, Amat. Warna-warni Teologi Islam(ilmu kalam). Pekalongan: STAIN PEKALONGAN
PRESS
Amri. Studi Teologi Islam. (http://makalahkuliahjurusanpai.blogspot.com/2011/04/studi-teologi-
islam.html. diakses 24 September 2013. Pukul: 20.17)
Choeriah, Anisa. Makalah Agama Tauhid.
(http://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-tauhid.html, diakses 21
Oktober 2013. Pukul: 20.00).
Makalah Cyber. Makalah agama Islam tentang tauhid.
(http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/makalah-agama-islam-tentang-tauhid.html. diakses
24 September 2013. Pukul: 23.24)
Masruroh, Thoifah. Pengertian Tauhid.
(http://thoifahmanshuroh.wordpress.com/2007/11/05/pengertian-tauhid/. diakses 24 September
2013. Pukul: 23.22)

[1] Syekh Muhammad Abduh, Risalah tauhid (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 3.
[2] Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid/kalam (Malang : UIN-MALIKI PRESS,
2010), hlm. 48-53.
[3] H. Zuhri, Pengantar Studi Tauhid, Cet. 1 (Yogyakarta: SUKA_PRESS, 2013), hlm.
20.
[4] Thoifah Masruroh, Pengertian Tauhid,
(http://thoifahmanshuroh.wordpress.com/2007/11/05/pengertian-tauhid/. diakses 24 September
2013. Pukul: 23.22)

[5] Anisa choeriah, Makalah Agama Tauhid,


(http://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-tauhid.html, diakses 21
Oktober 2013. Pukul: 20.00)

[6] Mulyono & Bashori, Op. Cit, hlm. 49.


[7] Ibid , hlm. 48-53.
[8] Thoifah Masruroh, Pengertian Tauhid,
(http://thoifahmanshuroh.wordpress.com/2007/11/05/pengertian-tauhid/. diakses 24 September
2013. Pukul: 23.22)
[9]Makalah Cyber, Makalah agama Islam tentang tauhid,
(http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/makalah-agama-islam-tentang-tauhid.html. diakses
24 September 2013. pukul: 23.24)

[10]Ibid, hlm. 62.


[11] Ibid, hlm. 66.
[12]Amri, Studi Teologi Islam,
(http://makalahkuliahjurusanpai.blogspot.com/2011/04/studi-teologi-islam.html. diakses 24
September 2013. Pukul: 20.17)
[13]Mulyono & Bashori, Op. Cit, hlm. 62.
[14]Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia,
1978), hlm.1.
[15]Amat Zuhri, Warna-warni teologi Islam(ilmu kalam), Cet. 5 (Pekalongan : STAIN
Pekalongan press,2011), hlm. 8-9.
[16] Ibid, hlm. 16.

Anda mungkin juga menyukai