Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAUHID

TAUHID DZAT DAN SIFAT

Dosen Pengampu

Abdul Hopid, M.Ag

DISUSUN OLEH :

1. RISALDO ( 19107010039 )

2. IZZAH ISTIQOMAH ( 19107010040 )

3. ALVINA MILLENIA IFADA ( 191070100)

Tahun Akademik 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayahnya yang berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih kepada teman teman yang berkonstribusi pada
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
baik dan rapi.
Kami berharap semoga apa yang telah kita buat ini dapat
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Akan tetapi
kami juga memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membagun agar dilain waktu kami dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 01 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I ........................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG ......................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 4
TUJUAN PEMBAHASAN ................................................................................. 5
BAB II ...................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6
A. Pengertian Tauhid ...................................................................................... 6
B. Makna Dzat dan Sifat Allah...................................................................... 6
C. Pengertian Tauhid Dzat dan Sifat ........................................................... 10
BAB III................................................................................................................... 12
PENUTUP.............................................................................................................. 12
KESIMPULAN ................................................................................................. 12
SARAN ............................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang hanya padaNya-lah
kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunan. Tiada Tuhan selain
Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan-
Nya. Semoga kita semua mendapatkan rahmat serta hidayah-Nya.

Kesaksian kita dalam kalimat syahadat tentunya merupakan hal yang


harus kita pertahankan sebagai umat dari Rasulullah SAW. Dimana substansi
dari kalimat tersebut tidak lain merupakan keyakinan bahwa tiada Tuhan
selain Allah, Allah itu satu dan tidak ada dzat lain yang menyamainya (Esa).
Oleh karena itu penting bagi kita untuk terus Meng-Esa-kan Allah ( Tauhid).

Tauhid adalah persoalan pokok dan dasar yang diserukan oleh semua
rasul, setelah itu baru turun hokum-hukum, syariat, dan penjelasan mengenai
halal dan haram. Karena itulah penting bagi kita untuk sekali lagi atau
mungkin harus selamanya mengkaji dan mengamalkan ajaran tauhid yang
dibawa oleh Rasulullah.

Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta


percaya bahwa allah itu satu, tidak ada yang lain. Ada beberapa jenis dari
tauhid itu sendiri beberapa diantaranya adalah tauhid dzat dan sifat. Sebagai
seorang muslim tentunya kita harus mengetahui tentang hal tersebut. Karena
hal itu akan membawa kita untuk senantiasa beriman kepada allah dan akan
menjauhkan kita dari perilaku Syirik.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Tauhid?
2. Apa pengertian Tauhid Zat dan Sifat?
3. Bagaimana pendapat ulama tentang Tauhid Zat dan Sifat?
TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian tauhid
2. Mengetahui dan memahami pengertian tauhid zat dan sifat
3. Memperoleh pemahaman dari pendapat ulama tentang tauhid zat
dan sifat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid

Secara etimologis, “tauhid” berasal dari kata “Wahada –


Yuwahhidu – Tauhidan” yang berarti “mengesakan Allah”. Men-
tauhid-kan Allah berarti mengakui, meyakini, dan menjadikan
Allah itu Esa. Sedangkan Ilmu Tauhid berarti ilmu yang
membahas mengenai bagaimana cara mengetahui, menjadikan
mengakui, dan meyakini bahwa Allah itu Esa.
Secara terminologis, tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-
Nya sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya, dan tentang sifat-sifat
yang tidak boleh ada pada-Nya, hal itu diutarakan oleh Syeikh
Muhammad Abduh. Lebih lanjut tauhid juga membahas tentang
rasul-rasul Allah, meyakini kerasulan mereka, apa yang tidak dan
boleh dihubungkan kepada mereka.
Dari beberapa paparan di atas maka ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib ada pada-Nya dan
segala yang berhubungan dengan-Nya, juga membahas tentang
rasul-rasul Allah berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan supaya
manusia dapat men-tauhid-kan Allah merupakan pengertian Ilmu
Tauhid.

B. Makna Dzat dan Sifat Allah

Dzat adalah sesuatu itu sendiri, dan inti dari sesuatu itu.
Dzat (al-dzat) lebih umum jika dibandingkan dengan pribadi (al-
syakhshu), karena dzat dikaitkan dengan badan (al-jism) dan yang
lainnya, sedangkan pribadi hanya dihubungkan dengan badan.
Dzat adalah sesuatu yang berdiri sendiri, sedangkan lawannya
adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri (‘aradl), dan dzat adalah
esensi, yakni hakikat sesuatu.
Sedangkan dzat Allah, menurut Ibnu Sina, adalah wujud
Allah itu sendri, dan bersifat mutlak. Dzat Allah, lanjut Ibnu Sina,
tidak tersusun dari pada dzat yang lain yang datang dari luar,
karena dzat Tuhan berlainan dengan semua dzat yang ada. Dzat
Tuhan tidak ada batasnya, tidak ada jenisnya, dan tidak dapat
dibagi-bagi.
Sifat Allah adalah sifat yang dapat diterapkan pada Allah
cukup dengan memahami Dzat-Nya saja secara mandiri tanpa
dihubungkan dengan makhluk-Nya. Sifat-sifat Allah dibagi
menjadi tiga yaitu, sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz.

1. Sifat wajib, sifat yang harus ada pada Allah. Sifat wajib
Allah ada 20 yaitu:
 Wujud ( ada )
 Qidam ( terdahulu/awal )
 Baqa ( kekal )
 Mukholafatul Lilhawaditsi ( berbeda dengan makhluk
ciptaan-Nya )
 Qiyamuhu Binafsihi (berdiri sendiri)
 Wahdaniyah ( tuggal/esa )
 Qudrat ( berkuasa )
 Iradat ( berkehendak )
 ‘Ilmu ( mengetahui )
 Hayat ( hidup )
 Sama’ ( mendengar )
 Bashar ( melihat )
 Qalam ( berfirman )
 Qadiran ( berkuasa )
 Muridan ( berkehendak )
 ‘Aliman ( mengetahui )
 Hayyan ( hidup )
 Sami’an ( mendengar )
 Bashiran ( melihat )
 Mutakalliman ( berfirman )

Dua puluh sifat wajib Allah tersebut dibagi kedalam 4


golongan :
1) Nafsiyah adalah sifat yang tidak dapat
dipisahkan dengan dzatnya yang berhubungan
erat. Sifat untuk menandakan adanya Allah.
Wujud adalah yang termasuk sifat nafsiyah.
2) Salbiyah adalah sifat yang menolak sesuatu
yang tidak layak bagi Allah atau sifat yang
digunakan untuk meniadakan yang tidak layak
bagi Allah. Sifat-sifat yang termasuk adalah
qidam, baqa, mukholafatul lilhawadisi,
qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah.
3) Ma’ani adalah sifat yang diwajibkan bagi dzat
Allah atau sifat yang pasti ada pada dzat Allah.
Sifat-sifatnya yaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat,
sama’, bashar, dan qalam.
4) Ma’nawiyah adalah sifat yang menjadi akibat
dari sifat ma’ani. Sifat-sifatnya yaitu qadiran,
muridan, aliman, hayyan, sami’an, bashiran,
dan mutakalliman.
2. Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak
mungkin ada pada Allah. Sifat mustahil Allah ada 20,
yaitu :

 Adam ( tiada )
 Huduts ( baru )
 Fana ( binasa/tidak kekal )
 Mumatsalatu lilhawadisti ( menyerupai makhluknya )
 Qiyamuhu bighairihi ( berdiri dengan yang lain )
 Ta’addud ( berbilang/lebih dari satu )
 Ajzun ( lemah )
 Karahah ( terpaksa )
 Jahlun ( bodoh )
 Mautun ( mati )
 Shamamun ( tuli )
 ‘Umyun ( buta )
 Bukmun ( bisu )
 ‘Ajizan ( zat yang lemah )
 Karihan ( zat yang terpaksa )
 Jahilan ( zat yang bodoh )
 Mayyitan ( zat yang mati )
 Asshama ( zat yang tuli )
 ‘Ama ( zat yang buta )
 Abkama ( zat yang bisu )

3. Sifat Jaiz bagi Allah adalah Allah bebas berkehendak


akan sesuatu tidak ada seorangpun yang dapat
memaksa atau menghalangi-Nya.
Sifat-sifat ini dapat kita terapkan langsung kepada Allah tanpa perlu
dikaitkan dengan makhluk, sehingga dapat dikatakan bahwa Tuhan Ada,
Tuhan Yang Azali, Tuhan Yang Abadi, Tuhan Yang Kuasa, Tuhan Yang
Hidup, Tuhan Yang Mengetahui, Tuhan Yang Berkehendak.

C. Pengertian Tauhid Dzat dan Sifat

Terkait dengan tauhid zat dan sifat, terdapat beberapa pendapat


menjelaskan, yaitu :

1. Pendapat Golongan Asy’ariyah


Menurut golongan Asy’ariyah, Allah mempunyai sifat di
dalam dzat-Nya. Mustahil bahwa Tuhan mengetahui dengan dzat-
Nya, karena dengan demikian dzat-Nya adalah pengetahuan,
berarti pula Tuhan adalah pengetahuan.
Sifat-sifat ada, hidup, tunggal dan lainya tetap merupakan
sifat Tuhan dan tidak bisa dipisahkan dari dzat-Nya, tetapi
Asy’ariyah juga menyangkal bahwa sifat adalah dzat. Artinya,
sifat bukanlah dzat dan bukan pula selain dzat.
Asy’ariyah menghadapi dua kesulitan yaitu, di satu pihak
mereka tidak bisa menyangkal bahwa sifat-sifat Allah itu adalah
lain dari Dia, akan tetapi di lain pihak juga tidak dapat
menyatakan bahwa sifat-sifat itu tidak terpisah dari Dia. Oleh
karena itu mereka mengambil jalan tengah dalam menyelesaikan
dua kesulitan ini.
Jalan yang ditempuh Asy’ariyah adalah mereka
membedakan antara ‘makna’ dan ‘realitas’. Sejauh menyangkut
maknanya atau konotasinya sifat-sifat Allah itu berbeda dengan
Allah; akan tetapi sejauh menyangkut realitasnya sifat-sifat itu
tidak terpisah dengan esensi Allah dan demikian tidak berbeda
denganNya. Oleh karena itu sifat-sifat Tuhan tidak selain zatNya,
maka sifat-sifat itu tidak akan membawa kepada faham adanya
banyak qadim.

2. Pendapat Golongan Mu’tazilah


Golongan mu’tazilah berpendapat bahwa Allah hanya
memiliki dzat saja. Menurutnya, Allah tidak mempunyai sifat-
sifat yang mempunyai wujud di luar dzatnya. Allah tidak
mungkin diberikan sifat-sifat yang mempunyai wujud tersendiri
dan kemudian melekat pada dzat Allah. Karena dzat Allah
bersifat qadim. Kalau dikatakan Tuhan mempunyai sifat-sifat
yang qadim, maka akan menunjukkan bahwa Allah itu berbilang-
bilang atau Tuhan lebih dari satu. Padahal Allah itu maha Esa,
tidak ada yang menyekutuinya, tidak ada yang menyerupai-Nya
dan dzat Allah hanyalah satu (Esa) tidak terbilang. Allah tidak,
bersifat, berunsur serta berjauhar (atom). Dengan demikian
apabila ada pandangan bahwa Allah bersifat maka orang itu dapat
disebut sebagai syirik.
Kalaupun dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Allah
mengetahui, berkehendak, berkuasa dan sebagainya, itu tidak lain
tak terlepas dari dzatnya. Abu Huzail memberikan pendapatnya
bahwa yang dimaksud Allah mengetahui adalah mengetahui
dengan pengetahuan, dan pengetahuannya adalah dzat-Nya,
Tuhan berkuasa dengan kekuasaan dan kekuasaan-Nya adalah
dzatnya, Tuhan itu hidup dengan kehidupan dan kehidupan-Nya
adalah dzatnya, dan begitu seterusnya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Tauhid dzat dan sifat Allah

SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran atas
makalah dan kesimpulan yang telah dibuat, agar nantinya dapat menjadi
bahah evaluasi penulis dalam membuat makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai