Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROGRAM SATUAN DAN PENDIDIKAN NON FORMAL

HIKMAYANA.AW
Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Parepare
Jl. Jend Ahmad Yani No.Km. 6, Bukit Harapan, Kec. Soreang Kota Parepare, Sulawesi Selatan
91112

Telp.(0421)25524 Fax.(0421)22757 Email : umpar@umpar.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Parepare, 29 November 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A .PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

B .PEMBAHASAN

1.Defenisi

2.Jenis-jenis Satuan Pendidikan NonFormal

C .SIMPULAN
1. Latar Belakang

Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh
lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia untuk mencari
cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang dialaminya. Masih
banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf yang memungkinkan mereka
menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu mereka dalam
mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih terbatas,
sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan masyarakat dalam
membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar makin
tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus
berpartisipasi aktif di dalamnya.
Penerapan pendidikan nonformal dengan memberikan bekal keterampilan kepada
warga belajar untuk dapat bekerja, atau mengembangkan usaha mandiri sebagai
wirausahawan dalam berbagai jenis keterampilan.
Mereka yang putus sekolah dan tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena
berbagai kondisi, diberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan
nonformal, diantaranya program pendidikan kecakapan hidup (life skill) sehingga mereka
mampu meningkatkan taraf hidupnya.
Sejalan dengan berbagai kemajuan dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan
nonformal, terdapat masalah dan kendala yang perlu dicarikan alternatif solusinya. Salah satu
masalah yang cukup menonjol adalah masalah pemerataan pendidikan, dimana masyarakat
pedesaan, masyarakat terpencil dan terisolir masih belum terjangkau oleh pendidikan formal
dan dapat dijangkau dengan pendidikan nonformal. Kelompok masyarakat ini perlu mendapat
perhatian, sehingga kualitas dan taraf hidupnya dapat ditingkatkan, sehingga keberadaan
mereka perlu diketahui untuk dapat merancang program-program pendidikan nonformal yang
relevan dengan kebutuhan belajar mereka.
BAB I
Pendahuluan
Uraian Kegiatan Belajar ini berhubungan dengan satuan dan program pendidikan
nonformal. Materi ini berkaiatan dengan penjelasan, bahwa menurut Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, penyelenggaraan pendidikan dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal dan nonformal. Jalur pendidikan formal diselenggarakan di sekolah,
sedangkan jalur pendidikan nonformal diselenggarakan di lingkungan masyarakat, yang
terdiri atas berbagai satuan dan jenis program.

Materi ini sangat bermanfaat dipelajari untuk menambah wawasan dan menambah
keyakinan, bahwa penyelenggaraan pendidikan harus dilakukan secara serasi dan seimbang
antara pendidikan formal dan pendidikan nonformal dalam rangka pembentukan manusia
seutuhnya.
BAB II
Pembahasan

A.Defenisi
Pengertian Program Pendidikan adalah kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan pendidikan,sesuai dewngan strategi dan kebijakan pendidikan yang
telah diterapkan.
Pendidikan luar sekolah telah hadir di dunia ini sama tuanya dengan kehadiran manusia yang
berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini dimana situasi pendidikan ini muncul
dalam kehidupan kelompok dan masyarakat. Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan
masyarakat telah dilakukan oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan sekolah lahir di
dalam kehidupan masyarakat. Pada waktu permulaan kehadirannya, pendidikan luar sekolah
dipengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung dalam
keluarga dimana terjadi interaksi di dalamnya berupa transmisi pengetahuan, keterampilan,
sikap, nilai, dan kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar untuk tumbuhnya
perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini.
Dikalangan masyarakat, program-program pendidikan nonformal sering di koordinasikan dan
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Masyarakat. Tim pengerak Pembina kesatuan pada tingkat
kelurahan dibina oleh para lurah/kepala desa. Diluar itu, organisasi-ogranisasi wanita seperti Dharma
Wanita dalam program bakti sosial kepada masyarakat sering kali melaksanakan program-program
dalam bentuk paket program pendidikan nonformal. Pendidikan non formal  sifatnya lebih fleksibel
dalam arti luas waktu penyelenggaranya disesuaikan dengan kesempatan yang ada artinya dapat
beberapa bulan, tahun ataupun hari, sehingga dalam waktu yang cukup singkat dapat digunakan
untuk memperoleh kecakapan atau keterampilan yang dapat digunakan dalam menopang
kehidupannya.

Adapun Konsep Dasar Pendidikan Non Formal ada 3 jenis, yaitu :


a. Pendidikan Nonformal sebagai Suplemen adalah dimana pendidikan nonformal sebagai penambah
(suplemen). Dimana seseorang yang sudah menamatkan pendidikan formal ingin menambah
pengetahuan/keterampilan kecakapan hidupnya dia bisa mengikuti pendidikan tambahan berupa
pendidikan kursus dan kecakapan hidup.
b. Pendidikan Nonformal sebagai Kompelen (Pelengkap) dimana pendidikan Nonformal sebagai
pelengkap seseorang dalam memenuhi pendidikan Formalnya.
c. Pendidikan Nonformal sebagai Substituti (Pengganti) dimana seseorang yang sama sekali tidak
menikmati pendidikan Formal dia dapat mengikuti Pendididkan Nonformal sebagai Pengganti .
Contoh seseorang yang tidak pernah belajar di SD mereka dapat mengikuti Program Paket A
begitupun juga paket B dan C
   
B.  Jenis-Jenis dan Satuan Pendidikan Nonformal
Jenis pendidikan nonformal meliputi:
1.        Pendidikan Kecakapan Hidup (lifeskill)
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan, dan
keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan. Tujuan
pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan
mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan perkembangannya di masa
datang. Kecakapan hidup mencakup  kecakapan dasar dan kecakapan instrumental.
Kecakapan dasar meliputi :
(i) kecakapan belajar mandiri;
(ii) kecakapan membaca, menulis, dan menghitung;
(iii) kecakapan komunikasi;
(iv) kecakapan berpikir ilmiah, kritis, nalar, nasional, lateral, sistem kreatif eksploratif
reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah;
(vi) kecakapan mengelola raga;
(vii) kecakapan merumuskan kepentingan dan upaya-upaya untuk mencapainya;
(viii) kecakapan berkeluarga dan sosial.
Kecakapan instrumental meliputi :
(i) kecakapan memanfaatkan teknologi;
(ii) kecakapan mengelola sumber daya;
(iii) kecakapan bekerja sama dengan orang lain;
(iv) kecakapan memanfaatkan informasi;
(v) kecakapan menggunakan sistem;
(vi) kecakapan berwirausaha;
(vii) kecakapan kejuruan;
(viii) kecakapan memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir;
(ix) kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan;
(x) kecakapan menyatukan bangsa.

2.  Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal atau nonformal,
dan/atau informal.  Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:
a.  Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia 3 – 6
tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya,
sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
b.  Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan
anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama
orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam menagsuh anaknya
karena bekerja atau sebab lain.

3.  Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan  kepemudaan perlunya pendidikan kepemudaan merupakan usaha dari
pemerintahan untuk mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan unggul dalam banyak
hal. Pendidikan kepemudaan bias diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan organisasi kepemudaan sebagai lembaga kependidikan. Diantaranya melalui,
organisasi pemuda-pemudi di desa-desa, perkumpulan olahraga dan organisasi kesenian.
Organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang
tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan
untuk masyarakat terutama generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat
yang bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sebagai institusi sosial yang menjadi
sumber daya sosial paling potensial di masyarakatnya, organisasi kepemudaan diorientasikan
untuk menjadi organisasi pelayanan kemanusiaan penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial
yang memiliki pendekatan dan standar pada pendekatan pekerjaan sosial yang memadai,
karena organisasi kepemudaan adalah juga volunteer. Organisasi kepemudaan adalah
lembaga nonformal yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan remaja
mesjid, kelompok pemuda (karang taruna), dan sebagainya. Pendidikan kepemudaan
dipandang sangat perlu dikembangkan lagi karena pada hakikatnya dalam diri pemuda itu
terdapat berbagai potensi yang apabila tidak dikelola dengan baik maka kemampuan/bakat
tersebut akan sia-sia.

4.    Pendidikan Pemberdayaan Perempuan


Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah ketidakadilan gender yang
mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat. Perbedaan gender
seharusnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak menghadirkan ketidakadilan gender.
Namun perbedaan gender tersebut justru melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi laki-
laki maupun perempuan. Manifestasi ketidakadilan itu antara lain
(1) Marginalisasi karena diskriminasi terhadap pembagian pekerjaan menurut gender,
(2) Subordinasi pekerjaan
(3) Stereotiping terhadap pekerjaan perempuan,
(4) Kekerasan terhadap perempuan, dan
(5) Beban kerja yang berlebihan.
Oleh karena itu, ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam upaya
memberdayakan perempuan, yaitu
(1) Organisasi dan kepemimpinan yang kuat,
(2) Pengetahuan masalah hak asasi perempuan,
(3) Menentukan strategi,
(4) Kelompok peserta atau pendukung yang besar, dan
(5) Komunikasi dan pendidikan. Sementara itu, salah satu upaya dalam memberdayakan
sumber daya manusia, khususnya perempuan, adalah melalui penanaman dan penguatan jiwa
dan praktek kewirausahaan. Secara umum, ciri dan watak seorang wirausahawan adalah
(Kartini, 2001):
1. Memiliki kepercayaan diri dan optimis
2. Berorientasi pada kerja dan hasil
3. Berani mengambil resiko dengan perhitungan yang jelas
4. Memiliki jiwa dan sikap kepemimpinan
5. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
6. Berorientasi ke masa depan
Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya perempuan sebaiknya
diarahkan untuk membentuk manusia yang
(1) memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi,
(2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan,
(3) memiliki sikap mental yang konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada bidang
pekerjaan tertentu (profesional),
(4) memiliki semangat dan kemampuan bersaing (kompetitif), dan
(5) memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama dan humanisme.

5.    Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal untuk
membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan pembelajaran,
merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam menguasai dan
menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan menganalisis,
yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungan sekitar.
Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan prinsip ;
1) Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan berdasarkan
minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta potensi yang ada di
sekitar warga belajar.
2)  Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di
kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga belajar
3) Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .
4) Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajarannya warga belajar diharapkan dapat
memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
Strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan
Dalam rangka mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan
menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan menganalisis,
yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungan sekitar, maka strategi pembelajaran yang diterapkan adalah; membaca, menulis,
berhitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi). Kegiatan aksi dalam strategi pembelajaran
pendidikan keaksaraan adalah merupakan pemanfaatan hasil belajar warga belajar atau
fungsionalisasi hasil belajar.

Komponen penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan terdiri; atas komponen utama, komponen


pembelajaran dan komponen pendukung, yang masing terdiri atas -unsur – unsur sebagai berikut :
1. Komponen utama,
komponen utama penyelenggaraan pendidikan keaksaraan meliputi :
a. Warga belajar,
b. Tutor,
c. Penyelenggara,
d. Kelompok belajar,
e.Tenaga Suport Sistem,
f.  Dana

2. Komponen pembelajaran Komponen pembelajaran penyelenggaraan pendidikan keaksaraan


terdiri atas ;
a. Struktur/kurikulum program pembelajaran,
b. Program pembelajaran,
c. Proses pembelajaran,
d. Bahan dan media belaja,
e. Evaluasi belajar, f. Fungsionalisasi hasil belajar.

3. Komponen Pendukung Komponen pendukung pendidikan keaksaraan terdiri atas :


a. Pelatihan,
b. Pendampingan,
c. Bimbingan teknis,
d. Acuan – acauan,
e. Ragi belajar,
f. Birokrasi dan dukungan masyarakat.

6.    Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja


Pendidikan seperti ini biasanya dilaksanakan oleh suatu lembaga atau organisasi tertentu
yang ingin menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil . Saat ini kursus dan/atau
pelatihan yang paling banyak bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.

7.    Pendidikan Kesetaraan, Serta


Ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak
pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin
meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi, dan
kedudukan. Lulusan program pendidikan kesetaraan memiliki hak yang sama dengan
pendidikan formal yaitu mereka bias melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
Diluar hal itu pengelolaan pendidikan kesetaraan di Indonesia sekarang begitu
menjamur, minat masyarakat mengikuti program inipun semakin meningkat. Program Paket
B pun memberi sumbangsih terhadap program wajar diknas secara nasional mencapai sekitar
3% lulusan Paket A, B dan C terus meningkat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, karakteristik sasaran, maka pendidikan
kesetaraanpun mulai memberikan variasi layanan untuk memberikan layanan bagi
masyarakat yang memang membutuhkan layanan pendidikan nonformal. Kini pendidikan
kesetaraanpun memberikan alternatif layanan seperti Pembelajaran Langsung, Lumbung
Belajar, Layanan Jemput Bola, Home schooling, dan E-Learning.
Pembelajaraan langsung adalah tatap muka langsung antara tutor dan warga baik secara
perorangan maupun kelompok di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau lembaga
penyelenggaraan lainnya.
Lumbung Belajar adalah tempat disebut gudang ilmu, tempat yang dapat disinggahi
oleh warga belajar yang ingin mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Jenis lumbung
belajar juga di Nunukan, Entikong, dan Hongkong.
Layanan jemput bola adalah layanan pendidikan yang bersifat aktif, yang bergerak
mendatangi dan menjangkau peserta didik yang mengalami hambatan atau kesulitan untuk
datang ke tempat pembelajaran, biasanya juga tutor kunjungan. Tugas tutor disini sangat
berat, ia harus mendatangi warga yang ingin belajar yang lokasinya cukup jauh, bahkan tutor
menggunakan para layang untuk mencapai sasaran karena letak geografis yang bergunung
dan berlembahseperti di kawasan Indonesia Timur.
Home schooling adalah proses layanan pendidikan yang dilakukan secara teratur,
terarah, dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau di tempat-tempat
lain, dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar semua
potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
E-Learning merupakan situs percontoh penggunaan teknologi komunikasi untuk
alternatif sistem belajar.
Diverifikasi layanan ini dilakukan sebenarnya untuk memberikan layanan kepada
masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal keterbatasan dari sisi waktu, keterbatasan
ekonomi, dan keterbatasan sosial.
Tugas Tutor (tenaga pengajar) dan penyelenggaraan pendidikan nonformal sangat
berat, bila melihat karakteristik sasaran pendidikan nonformal yang beragam, apalagi
anggaran untuk pendidikan nonformal di Indonesia cenderung tidak sebanding dengan
anggaran untuk pendidikan formal. Padahal pendidikan nonformal sendiri memiliki andil
besar dalam membantu pembangunan pendidikan di Indonesia. Seperti dikatakan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nonformal sebagai penambah, pengganti dan pelengkap
pendidikan formal, tetapi pendidikan nonformal memberikan warna tersendiri bagi
lulusannya yaitu bagaimana memberdayakan diri, untuk menolong diri sendirinya. Meskipun
tantangannya kini semakin beragam dan begitu kompleks.

8.    Pendidikan Lain Yang Ditujukan Untuk Mengembangkan Kemampuan Peserta Didik.

Satuan Pendidikan Nonformal


1.        Lembaga Kursus dan Pelatihan
Lembaga Kursus dan pelatihan adalah satuan pendidikan nonformal yang berfungsi
menyelenggarakan kursus dan/atau pelatihan  bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi. Satuan Lembaga kursus dan pelatihan biasanya menyelenggarakan
program pendidikan kecapakapan hidup, program pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja, dan program pendidikan kepemudaan.
2.        Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah  medium bagi anggota  masyarakat yang tergabung dalam
program pendidikan nonformal untuk belajar dan saling membelajarkan sesuai dengan tujuan
dan target program. Beberapa program pendidikan nonformal yang mengelompokkan
sasaran/warga belajar dalam kelompok belajar antara lain pendidikan keaksaraan, pendidikan
kesetaraan, dan PAUD. Biasanya anggota kelompok belajar memiliki kesamaan tujuan dan
motivasi untuk belajar bersama, nilai dan norma yang diakui bersama sebagai pengikat dalam
kelompok.
3.        Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah yang menampung
berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk
menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya. Tujuan
PKBM adalah untuk memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak
mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan
untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Karena itu PKBM dapat
menyelenggarakan berbagai program pendidikan nonformal sesuai dengan kebutuhan dan
potensi masyarakat disekitarnya.
4.        Majelis Taklim
Majelis Taklim merupakan  satuan pendidikan nonformal yang memfokuskan pada
pendidikan Islam melalui ceramah umum atau pengajian Islam. Tempat kegiatan majelis
taklim dapat dilakukan di halaman masjid atau kantor-kantor atau di tempat lain yang
dikhususkan untuk itu. Prinsip kegiatan majelis taklim adalah kemandirian dan swadaya
masyarakat dari masing-masing anggotanya. Dengan kata lain, majelis taklim adalah lembaga
pengajian Islam yang memiliki ciri-ciri tersendiri dilihat dari sudut metode dan buku
pegangan yang digunakan jama’ah, pengajar (ustaz/ustadzah), materi yang diajarkan, sarana,
dan tujuan.
Peran strategis majelis taklim adalah mewujudkan learning society, yakni masyarakat
yang memiliki tradisi belajar tanpa dibatasi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
menjadi wahana relajar serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah
mengembangkan silaturahmi, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya, bagi semua lapisan
masyarakat.
BAB III
Simpulan
1. Menurut pengertian Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12 “Pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang”. Sehingga berdasarkan beberapa sumber, pendidikan nonformal adalah pendidikan
yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti
peraturan-peraturan yang tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah.

2. Asas-asas pendidikan nonformal mencakup asas kebutuhan, asas pendidikan sepanjang hayat, asas
relevansi dengan pembangunan masyarakat, dan asas wawasan ke masa depan.

3. Fungsi pendidikan nonformal adalah sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal, dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

4. Jenis pendidikan nonformal meliputi:


a.         Pendidikan kecakapan hidup
b.        Pendidikan anak usia dini
c.         Pendidikan kepemudaan
d.        Pendidikan pemberdayaan perempuan
e.         Pendidikan keaksaraan
f.         Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
g.        Pendidikan kesetaraan, serta
h.        Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

5.  Satuan Pendidikan Nonformal


a.         Lembaga Kursus
b.        Lembaga Pelatihan
c.         Kelompok Belajar
d.        Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
e.         Majelis Taklim

6.  Ketenagaan pada pendidikan nonformal terdiri dari pamong belajar dan pendidik PAUD
Nonformal

Anda mungkin juga menyukai