Anda di halaman 1dari 10

Aliran

Maturidiyah dan
Ahlussunah wal
jama'ah
Kelompok 5

01 02
Farda Lu’luah Flora Kamila A.

1202050042 1202050049

03 04
Henna Rahayu P. Lala Salis

1202050057 1202050066
Pengertian Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang
bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan dari
nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Aliran
Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu
Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan
argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran Maturidiyah
digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang
bercorak rasional. Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah,
berpegang pada keputusan akal pikiran dalam hal-hal yang tidak
bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu bertentangan
dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’.
Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai
penafsiran al-Quran yaitu kewajiban melakukan penalaran akal
disertai bantuan ayat-ayat dalam penafsiran al-Quran.
Pengertian Ahlussunah wal jama'ah
Secara harfiyah, ahlu sunnah wal jama’ah adalah
penganut tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dan kesepakatan para ulama. Paham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
merupakan faham yang dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia.
Watak moderasi (washatiyah) yang dimiliki oleh faham ini baik dalam
sistem keyakinan (aqidah), syari’ah maupun praktik akhlak/tasawuf
sesuai dengan corak kebudayaan masyarakat Indonesia. Dinamika
perkembangan Aswaja, awalnya dinilai akomodatif terhadap tradisi
lama (local tradition), kemudian berkembang mengikuti trend puritanis
sehingga corak Islam terlihat semakin murni. Pemurnian ajaran
ASWAJA dari anasir lokal dan tradisi lama melahirkan gerakan
modernis tetap bersandar pada kaidah berfikir atau istimbat al hukmi
yang berlaku dalam madzhab ini. Perubahan sosial akibat
pembangunan dan perjumpaan dengan berbagai pemikiran global,
Aswaja menghadapi tantangan internal maupun eksternal.
Latar Belakang Aliran Maturidiyah

Ketidakpuasan terhadap konsep teologi Mu‟tazilah yang terlalu berlebihan dalam


memberikan otoritas pada akal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa judul tulisannya
01 yang secara eksplisit menggambarkan penolakannya terhadap Mu‟tazilah, seperti
Kitab Radd Awa‟il al-Adillah li al-Ka‟bi, Kitab Radd Tahdhib al-Jadal li al-Ka‟bidan Kitab
Bayan Wahm al-Mu‟tazilah(Al-Syahrastani,t.th.,: 76-77).Dan pada saat yang sama al-
Maturidi juga tidak puas atas konsep teologi ulama salaf yang mengabaikan
penggunaan akal.

Kekhawatiran atas meluasnya ajaran Syi‟ah terutama aliran Qaramithah yang dengan keras
menentang ulama-ulama salaf. Khusus di wilayah Asia Tengah aliran ini banyak dipengaruhi
oleh paham Mazdakism, sebuah aliran komunis yang dicetuskan oleh Mazdak bin Bambadh
seorang reformis militant pada abad ke-5 M pada masa kekuasaan Sasania (lihat Nicholson
dalam Hansting (ed.), t.th.p. 508-509). AJaran aliran ini terkait dengan Manichaeism sebuah
02 ajaran yang merupakan percampuran antara ajaran Kristen dengan Zoroaster dan ajaran-
ajaran Budha (Baven dalam Hansting (ed.), t.th.,: 394-402). Kitab al-Radd „ala Qaramitahyang
ditulis oleh al-Maturidi merupakan suatuindikasi akan kekhawatirannya atas pengaruh ajaran
ini pada masyarakat.
Latar Ahlussunah wal jama'ah
Sebagai suatu doktrin, ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah sudah ada jauh sebelum tumbuh sebagai
“aliran” dan “gerakan”, bahkan teminologi atau istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah itu sudah dipakai sejak
zaman Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya; hanya saja belum dipakai sebagai “nama aliran” atau
01 gerakan kelompok tertentu. Hal yang memicu lahirnya Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai aliran dan
gerakan tertentu dari komunitas Islam adalah sebagai reaksi dan koreksi terhadap aliran dan gerakan
lain di kalangan umat Islam yang mengancam kemapanan doktrin Ahlussunnah Wal Jama’ah, terutama
menguatnya pengaruh aliran dan gerakan Mu’tazilah pada zaman Abbasiyah, khususnya pada zaman
Al-Ma’mun (198-218 H/ 813-833 M), Al-Mu’tasim (218-228 H/833-842 M) dan Al-Watsiq (228-233
H/842-847 M) yang menjadikan Mu’tazilah sebagai madzab resmi negara yang dilindungi oleh
pemerintah.

Dan dari kajian khazanah keilmuan dan data-data kesejarahan Ahlussunnah Wal
Jama’ah selama ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk mempelajari
ahlussyunnah Wal Jama’ah secara utuh, perlu beberapa macam pendekatan,
02 setidak tidaknya adalah pendekatan doktrinal (mengkaji dari sisi ajaran yang di
pandang baku), historis (aspek kesejarahan yang mempengaruhi perkembangan
Ahlussunnah Wal Jamaah selama ini), dan kultural (pengaruh budaya dan tradisi
yang mendukung maupun menentang Ahlussunnah Wal Jama’ah) itu sendiri.
Tokoh-tokoh Maturidiyah dan
Ahlussunah wal jama'ah

Maturidiyah Ahlussunah wal jama’ah

➢ Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad ➢ Abu Mansur Al-Maturidi (Maturidi,


Ibn Muhammad Al-Maturidi. samarkand wafat 268 H)
➢ Abu al-yusr Muhammad Al-bazdawi.
➢ Al-Bayadi
Pokok-Pokok Maturidiyah dan
Ahlussunah wal jama'ah

Maturidiyah Ahlussunah wal jama’ah


➢ Kewajiban mengetahui Tuhan, akal
➢ Mengenal sifat ALLAH SWT.
semata-mata sanggup mengetahui
➢ Dalam masalah amaliyah badaniyah
Tuhan, namun ia tidak sanggup dengan
terwujudkan dengan mengikuti madzhab
sendirinya hukum-
empat, yakni Madzhab al-Hanafi, Madzhab al-
hukum Taklifi (perintah-perintah Allah)
Maliki, Madzhab al-Syafi`i, dan Madzhab al-
➢ Kebaikan dan keburukan dapat
Hanbali.
diketahui dengan akal.
➢ Apa yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadis
➢ Hikmah dan tujuan perbuatan Tuhan.
sahih adalah sesuai dan tidak bertentangan
dengan Akal.
➢ Mempercayai dengan yakin apa yang berasal
dari Nabi melalui hadis hadisnya baik yang
mutawatir maupun yang Ahad.baik dalam
mas'alah akidah maupun syari'ah.
Golongan-golongan Maturidiyah dan
Ahlussunah wal jama'ah

Ahlussunah wal jama'ah


Maturidiyah

1. Golongan Samarkand 1. Maliki


2. Golongan Bukhara 2. Hanbali
3. Hanafi
4. Syafi’I
Doktrin-doktrin Maturidiyah dan
Ahlussunah wal jama'ah

Maturidiyah Ahlussunah wal jama'ah

1. Akal dan Wahyu. 1. Tuhan dan Sifat-


2. Perbuatan Manusia. sifatnya.
3. Kekuasaan dan 2. Kebebasan dalam
Kehendak Mutlak berkehendak.
Tuhan. 3. Akal dan wahyu
4. Sifat Tuhan 4. Qodimnya Al-Qur’an
5. Melihat Tuhan 5. Melihat Allah
6. Kalam Tuha 6. Keadilan
7. Perbuatan Tuhan 7. Kedudukan orang
8. Pengutusan Rosul berdosa besar adalah
9. Pelaku Dosa Besar mu’min yang fasiq.
10. Iman

Anda mungkin juga menyukai