Anda di halaman 1dari 79

KERANGKA

KITAB NIZHAM AL-ISLAM

Bunda Nurul Husna, 2022


Karakter Kitab 000

 Meletakkan Paradigma Baru


 Izaalatu Asy-syubhah
 Hadam wa Al-Bina’
 Kitab Nizham Al-Islam  kitab yang menggambarkan
sistem kehidupan Islam (nizham al-islam) secara
komprehensif dalam peradaban Islam di bawah
naungan sistem Khilafah.
 Dan sebagaimana Rasulullah SAW dahulu menegakkan
pemerintahan Islam berdasarkan Aqidah Islam, 000
pun meneladani Rasulullah SAW dengan menjadikan
Aqidah Islam sebagai pondasi bagi sistem kehidupan
Islam itu  Yaitu Aqidah Rasional yang memancarkan
berbagai aturan (sistem) kehidupan.
 Artinya, kitab Nizham Al-Islam membahas Islam
Sebagai Ideologi
Overview Kitab Nizhom Al-Islam
Memahami kesalahan dan kelemahan Memahami kesalahan & kerusakan
ikatan qaumiyah, wathaniyah, dan maslahat Kapitalisme dan Sosialisme
Memahami & meyakini kebenaran serta Memahami kebaikan dan kemaslahatan
Kekuatan ikatan aqidah Islam Ideologi islam

• Beramal dengan serius


untuk meraih kebaikan
• Optimis
Mukmin Pejuang
• Sabar dalam proses
• Sempurna dlm ikhtiar
• Sabar & husnuzhon bila
diuji.
Memahami sebab2 kemunduran umat.
Memahami konsep perubahan dengan dakwah.
• Iman yang kuat dan kokoh Yang dibutuhkan dalam dakwah
• Terikat pada hukum syara’ (sungguh2, berani, terus terang,
percaya diri, tidak kompromi)
dimanapun & kapanpun
Teladan dakwah Rasul
Overview Kitab Nizhom Al-Islam
Memahami Islam dengan
Meneladani
memahami Hukum Syara’ Memahami As-Sunnah sebagai
perbuatan
Yaitu: Wajib, Sunnah, wahyu, berupa ucapan, perbuatan
Rasulullah SAW
Makruh, Haram, dan diamnya Rasulullah SAW
yang menjelaskan
dan Mubah;
Al-Qur’an
Memahami ttg mujtahid,
Memahami bagaimana
Muqallid, dan istidhlal,
bersikap thdp jibiliyah
Rasulullah SAW
Memahami
karakter Islam yang Mukmin Pejuang
sempurna, lengkap,
solutif dan praktis
Memahami Islam sebagai
Mu’aalajah musykilah Memahami bahwa:
Penerapan syariat perlu negara
Memahami hakikat akhlaq sbg bagian hukum syara, Perlu tabanni hukum oleh
Memahami bahwa untuk merubah masyarakat tidak Negara; berupa dustur
dengan dakwah berfokus pada akhlak dan qonun
Tidak boleh melalaikan akhlak krn bagian dari ajaran Islam
THARIQ AL IMAN
Materi pada Bab Thariq al Iman  bukanlah semata-mata materi
mengenai Aqidah Islam an sich.
Lebih dari itu, materi Thariq al Iman ingin meletakkan Aqidah Islam
sebagai landasan bagi ideologi dan peradaban Islam. (Hal ini
dikarenakan Islam telah kehilangan sifatnya sebagai idelogi dan
peradaban, setelah Khilafah Islam di Turki tahun 1924 dihancurkan
oleh Mustafa Kamal Ataturk)
Aqidah Islam adalah asas bagi Ideologi yang menjadi jalan bagi
kebangkitan
Aqidah Islam adalah asas bagi berdirinya Hadhoroh Islam.

Aqidah Islam adalah asas bagi lahirnya peraturan2 (sistem


kehidupan)
Aqidah Islam adalah asas bagi tegaknya Negara Islam (Khilafah)
Pada titik inilah kita dapat memahami mengapa banyak
para aktivis Hizbut Tahrir yang kemudian men-syarah
lebih jauh materi Thariqul Iman menjadi banyak kitab
yang membicarakan kebangkitan. Diantaranya:

kitab Thariqul Iman karya Samih Athif az-Zain (1983),


kitab an-Nahdhah karya Ustadz Hafizh Shalih (1988),
kitab Usus an-Nahdhah ar-Rasyidah karya Ahmad al-
Qashash (1995).
INTI THARIQ AL IMAN
1. Menjelaskan bagaimana pengaruh Aqidah Islam terhadap
kebangkitan umat Islam
Manusia bangkit karena pemikirannya.
Karena pemikiran yang dapat membentuk pemahaman
(mafahim)  mafahim adalah makna pemikiran (ma’ani al
afkar), bukan makna kata (ma’ani alfadz). (baca kitab
Syakhshiyyah 1 hal 11, buku Syarah Nizham Fi Al Islam hal 2-3)
Manusia bertingkah laku pasti sesuai dengan
pemahamannya tentang kehidupan (mafahim ‘anil hayah).
Maka untuk merubah tingkah laku manusia dari rendah
menjadi luhur  bangkit  harus merubah mafahim ‘anil
hayah
 Untuk mewujudkan mafahim ‘anil hayah pada seseorang 
berikan fikrah kulliyah (pemikiraan menyeluruh) tentang apa2
yang ada di balik alam semesta, manusia, dan kehidupan 
fikrah kulliyah tersebut merupakan qaidah fikriyah (kaidah
berpikir) yang melahirkan semua pemikiran cabang  sekaligus
menjadi pemecah al Uqdatul Kubro (yaitu mampu menjawab 3
pertanyaan mendasar).

 Pemecah al Uqdatul Kubro tersebut harus shahih, yaitu sesuai


dengan fitrah manusia dan memuaskan akal, sehingga
menentramkan jiwa  butuh pemecah al Uqdatul Kubro yang
dilandasi oleh pemikiran cemerlang (fikrul mustanir).(baca buku
Syarah Nizham Fi Al Islam, hal 9-10)

 Fikrah Kulliyah yang mustanir itu adalah Aqidah Islam


2. Menjelaskan bagaimana metode Al Qur’an dalam
membangun keimanan yang kuat dan kokoh
Metode Al Qur’an tersebut adalah Thariqah at Tafkir
(metode berpikir), yaitu Thariqah ‘Aqliyah (metode
rasional).
Thariqah ‘Aqliyah (metode rasional) ini bisa digunakan
dalam masalah keimanan, yaitu:

untuk menjangkau fakta yang bisa diindera


(idrak waaqi’ mahsus)

untuk memahami yang tak terindera


(fahm ghair mahsus)
Thariqah ‘Aqliyah, bisa digunakan manusia
dalam konteks IDRAK maupun FAHM
Quwwatu al- Idrak Quwwatu al-Fahm
(daya nalar) (daya paham)
• Untuk mengimani Zat & Sifat Allah
• Untuk mengimani eksistensi Allah
• Untuk mengimani adanya
SWT (bukan zatnya Allah)
Malaikat2
• Untuk mengimani Al Qur’an sebagai
• Untuk mengimani Kitab2 & Suhuuf
kalamullah
• Untuk mengimani Nabi & Rasul
• Untuk mengimani Muhammad SAW
sebelum Nabi Muhammad SAW
sebagai Nabi & Rasulullah
• Untuk mengimani hari kiamat dan
• Untuk mengimani Al Qadha’ & Al
hal2 ghaib lainnya
Qadar (dlm konteks perbuatan
• Akal memahaminya (al fahm) dari
manusia & khashiyat asyya’ yang
penjelasaan Nash Al Qur’an &
digunakan manusia, baik perbuatan
Hadits Mutawatir secara qath’i
yang dipilih/mukhayyar atau
• Semua fakta yg hendak diimani
perbuatan yang dipaksa/mujbar)
tidak dapat diindra & tidak dapat
• Semua fakta yg hendak diimani
dijangkau akal
dapat diindra & dijangkau akal
• semuanya pakai Dalil Naqli
• semuanya pakai Dalil ‘Aqli
3. Menjelaskan bahwa AQIDAH ISLAM sebagai pemikiran
cemerlang (fikrul mustanir), adalah:
Asas bagi mabda’ Islam sebagai jalan menuju
kebangkitan (Nahdhoh)
Asas bagi tegaknya hadharah/ peradaban Islam
Asas bagi lahirnya sistem hidup & dasar negara Islam

4. Gambaran Iman yang kuat & kokoh  Aqidah Islam


yang berpengaruh (beratsar) & produktif (muntij) 
Mewujudkan kebangkitan (Nahdhoh)
Iman pada Allah dan RasulNya mengharuskan dirinya
mengimani seluruh syariat Islam secara kaffah  Iman
Islam sebagai sistem hidup  Iman Islam sebagai Mabda’
AL QADHA & AL QADAR
INTI AL QADHA’ & AL QADAR
1. Menjelaskan bahwa istilah Al Qadha & Al Qadar
adalah istilah khas yang digunakan oleh
mutakallimin, dengan konotasi (makna) yang berbeda
dengan masing2 kata Al Qadha’ dan Al Qadar dalam
Al Qur’an maupun Sunnah. (Baca Syakhshiyyah 1
tentang Al Qadha’, Al Qadar serta Al Qadha’ & Al
Qadar, juga syarah Nizham fi Al Islam tulisan KH,
Hafidz Abdurrahman, Hal. 26-35)
2. Mengenal madzhab mutakallimin dan pandangan
masing-masing dalam masalah Al Qadha’ & Al Qadar
(Baca syarah Nizham fi Al Islam tulisan KH. Hafidz
Abdurrahman, Hal. 67-76)
3. Menjelaskan letak kesalahan metode mutakallimin dalam
masalah Al Qadha’ & Al Qadar.
Secara fundamental, Syaikhuna meletakkan paradigma shahih
dalam pembahasan Al Qadha` wa Al Qadar
Yaitu, membahas perbuatan manusia secara relevan dengan
pahala dan dosa, (cat: karena memang hal inilah yang menjadi
poin awal pembahasan QQ oleh Mu’tazilah, lalu direspon oleh
Jabariyah, dan direspon oleh Ahlu Sunnah)
bukan membahas perbuatan manusia dari segi-segi lain yang
tidak relevan dengan pahala dan dosa, yaitu: (1) bukan dari segi
penciptaan perbuatan (khalq al-‘af’al) apakah manusia yang
menciptakan perbuatan ataukah Allah, (2) bukan ttg iradah Allah
yang perbuatan hamba harus berdasarkan iradah Allah, (3) bukan
ttg Ilmu Allah yang memang mencakup segala sesuatu, (4) dan
bukan ttg tertulisnya perbuatan manusia dalam Lauhul Mahfuzh.
Kitab ini mendudukkan fakta bahwa
ada dua jenis perbuatan manusia, yaitu:
(baca buku syarah Nizham fi Al Islam Hal 76-84)

Pertama, adakalanya manusia itu musayyar, misalnya


manusia tidak bisa terbang dengan tubuhnya sendiri, seseorang
yang mengalami suatu kecelakaan di luar kuasanya, seseorang
tidak bisa memilih mau dilahirkan dari rahim ibu yang mana,
tidak bisa memilih sendiri warna kulitnya, dsb.
Segala perbuatan atau fakta di saat manusia berstatus
musayyar inilah yang disebut Qadha`.
Yang menetapkan Qadha` adalah Allah.

Manusia tidak akan dihisab tentang Qadha` dari Allah


itu. Tidak ada perhitungan dosa dan pahala di sini.
Kedua, adakalanya manusia mukhayyar, misalnya ia makan nasi,
minum khamr, mencari nafkah dengan jalan mencuri dll, sesuai kehendak
dan pilihannya sendiri.
Di sinilah manusia dikatakan telah memanfaatkan Qadar.

QADAR adalah khasiyat/ karakter khusus yang melekat pada segala


sesuatu, yaitu pada benda atau pada manusia (berupa gharizah/ naluri dan
hajat al udhawiyah/ kebutuhan jasmani) Contoh: khasiyat menghasilkan kalori
pada nasi, khasiyat membakar pada api, khasiyat terbakar pada kayu,
khasiyat memotong pada pisau, atau adanya hasrat ingin memiliki harta
(hubbut tamalluk) pada naluri manusia dll.
Yang menetapkan Qadar adalah Allah semata, namun manusia tetap
akan dihisab tentang pemanfaatan Qadar dari Allah itu. Tetap ada
perhitungan dosa dan pahala di sini
Pada arena mukhayyar ini, manusia berjalan dan beramal memanfaatkan
qadar berdasarkan pilihannya, sesuai dengan aturan yang dipilihnya, baik
aturan syariat Allah atau selain syariat Allah.
Jadi, fakta perbuatan manusia itu ada dua, adakalanya
manusia dipaksa untuk berbuat (musayyar) atau
manusia diberi hak pilih (mukhayyar).

Musayyar QADHA’
(tidak dihisab)

Mukhayyar Dihisab
KESIMPULAN
Qadha’ adalah perbuatan hamba yang ada pada arena
musayyar.
Qadar adalah khasiyat yang Allah lekatkan pada benda dan
manusia (berupa gharizah & hajat al udhawiyah).
Makna iman pada Qadha’ & Qadar adalah meyakini bahwa
semua perbuatan manusia yang terjadi di arena musayyar
sungguh tidak bisa dielakkan, dan semua khasiyat segala sesuatu
adalah dari Allah, bukan dari diri manusia dan tidak ada campur
tangan manusia.
Sedangkan perbuatan manusia di arena mukhayyar adalah
pembahasan di luar qadha’  perbuatan yang terjadi pada
manusia dan yang menimpa manusia yang dilakukan
berdasarkan pilihannya, sesuai dengan aturan pilihannya (pakai
syariat Allah atau tidak).
4. Menjelaskan gambaran yang jelas tentang pengaruh
keimanan yang benar terhadap Al Qadha’ & Al Qadar  selalu
muraqabah, khauf, wara’, optimis, serius dalam ikhtiar, sabar,
qanaah, dan tawakal
Gambaran mukmin yang benar imannya pada AL QADHA & AL QADAR, yaitu:
Semangat beramal shalih sesuai hukum syara’.
Optimis menjemput janji Allah SWT, tidak mudah futur, tidak putus asa
Serius dan tekun ikhtiar di arena mukhayyar  pantang menyerah, kreatif
hadirkan uslub
Sabar, ikhlas, husnuzhon, no minder dan qanaah di arena musayyar.
Tidak pernah khawatir terhadap masalah rezeki
Sanggup menghadapi tantangan hidup dan perjuangan Islam seberat
apapun  tidak takut hadapi resiko dakwah
Sanggup memberikan yang terbaik dalam menaklukan dunia dan demi
kemenangan Islam
AL QIYADAH AL FIKRIYAH FI AL ISLAM
Materi ini pada dasarnya membicarakan dua
hal, yaitu:
Pertama, melakukan studi komparatif pada
tataran normatif (konseptual) antara
ideologi Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam.
Kedua, melakukan studi historis-empiris
untuk menjelaskan penerapan ideologi Islam
sepanjang sejarah umat Islam.
Inti Al Qiyadah Al Fikriyah Fi Al Islam
 Fakta kehidupan manusia, interaksinya, serta ikatan-
ikatan antara manusia.
 Ikatan yang shahih adalah ikatan ideologis
 Standar keshahihan ideologi tergantung keshahihan
aqidahnya (yaitu sesuai fitrah dan memuaskan akal)
 Mengenal 3 ideologi di dunia saat ini, serta komparasi di
berbagai aspeknya.
 Bukti historis tegaknya peradabaan Islam dengan asas
ideologi Islam.
 Rekonstruksi sejarah dan posisinya dalam pandangan
Islam
Keunggulan Ideologi Islam sungguh tampak
jelas dalam komparasi ketiga ideologi pada
berbagai aspeknya, yaitu
1.Keshahihan aqidahnya.
2.Lahirnya peraturan hidup dari aqidah aqliyah
3.Standar perbuatan manusia.
4.Pandangan terhadap individu dan masyarakat.
5.Pandangan terhadap penerapan aturan
6.Kesesuaian dengan akal dan fitrah manusia
Perbedaan Antar Mabda
SOSIALISME KAPITALISME ISLAM
• Akidah • Materialisme: segala • Sekulerisme: • Akidah Islam: Allah
sesuatu berasal dari pemisahan agama sebagai pencipta,
materi, tidak ada tuhan dari kehidupan pengatur, dan tempat
kembali

• Lahirnya • peraturan diambil dari • perarturan diambil • aturan hidup berasal


evolusi materi dari realita dari wahyu Allah yang
peraturan
kehidupan dibawa oleh utusan Allah

• Tolok ukur • tolok ukurnya dialektika • tolok ukurnya • tolok ukurnya hukum
materialisme adalah manfaat syara
• Pandangan • masyarakat adalah • masyarakat terdiri • masyarakat adalah
kumpulan individu yang dari individu saja sekumpulan individu
terhadap
terdiri dari tanah, alam, yang berinteraksi terus
masyarakat manusia dan alat menerus (memiliki
produksi perasaan, pemikiran, &
peraturan yg sama)

• Penerapan • penerapan peraturan • Negara adalah • peraturan diterapkan


oleh Negara saja, pengontrol oleh individu dan Negara
peraturan
dengan militer dan kebebasan (Khalifah & Qadhi’)
undang-undang
Sementara studi historis-empiris dalam bab ini, untuk
menjawab satu pertanyaan kritis,"Kalau ideologi Islam
itu satu-satunya yang benar, apakah ia pernah
diterapkan dalam kenyataan?"

Maka, bab ini membentangkan penerapan Islam


sebagai ideologi dan prestasi-prestasi keberhasilannya
dalam rentang sejarahnya yang panjang, sejak tahun
622 ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah hingga
tahun 1918 ketika Daulah Islam yang terakhir jatuh di
tangan penjajah.
 Yang menerapkan sistem (peraturan) Islam secara praktis
adalah NEGARA
 Ada dua institusi negara yang menerapkan sistem Islam, yaitu:
Al Qadhi’ (Hakim peradilan), dan Al Haakim (penguasa yang
memimpin rakyat)
 Penerapan sistem Islam oleh Al Haakim, dimanifestasikan
dalam 5 bidang: Sosial, Ekonomi, Pendidikan, Politik Luar
Negeri, dan Pemerintahan.
 Terkait sistem pemerintahan, kitab ini juga menjelaskan
tentang Struktur Pemerintahan Islam ada 13: Khalifah,
Mu’awin Tafwidl, Mu’awin Tanfizh, Amirul Jihad, Dept.
Industri, Dept. Keamanan DN, Dept. LN, Wali, Al Qadha’
(peradilan), Majelis Umat, Struktur Administrasi, Baitul Maal,
dan Dept. Penerangan
Keberhasilan Qiyadah Fikriyah Islam secara nyata  adalah
bentuk keberhasilan yang tiada bandingnya, terutama dalam 2
hal:
1.Qiyadah Fikriyah Islam berhasil mengubah bangsa Arab secara
keseluruhan,  dari taraf pemikiran yang rendah, fanatisme
kesukuan, dan kejahiliyaan menjadi era kebangkitan berpikir yang
cemerlang, gemerlap oleh cahaya Islam tidak hanya bagi bangsa
Arab bahkan bagi seluruh dunia. Islam mampu menyatukan
bangsa2 dan suku2 yang beragam yang telah difutuhat, dan
meriayah serta melindunginya hingga benar2 merasakan
rahmatan lil ‘alaminnya Islam.
2.Umat Islam telah menjadi umat yang terkemuka di dunia
dalam
hadharah (peradaban) dan juga madaniyah (kemajuan sains &
teknologi), tsaqafah & ilmu pengetahuan.
 Dalam kedudukannyaa sebagai peraturan, Islam
kadang2 diterapkan sempurna, namun kadang2
terjadi juga isaatuth tathbiq (buruknya penerapan)
 karena
1. Lemahnya kondisi negara,
2. Kedangkalan pemahaman tentang Islam,
3. Lamban/ kurang gesit dalam mengembangkan
Qiyadah Fikriyah Islam
 Buruknya penerapan Islam ini menyebabkan
masyarakat Islam mengalami kemunduran demi
kemunduran  meski negara masih tetap
menerapkan sistem Islam, dan tidak pernah
menerapkan ideologi , peraturan atau UU selain Islam
Jika hendak memproyeksikan penerapan Islam dalam sejarah
 harus memeperhatikan hal berikut:
1.Tidak mengambil sejarah dari musuh2 Islam terutama mereka
yang membenci Islam  jadi harus mengaambilnya dari kalangan
kaum muslimin, setelah diteliti secara detil dan cermat
2.Tidak boleh mengeneralisir masyarakat dari sejarah
perorangan, atau menitikberatkan sejarah hanya pada satu sisi
sejarah (misal: Bani Umayyah tidak hanya masalah Yazid, Bani
Abbasiyah tidak hanya masalah tasawuf, uzlah, zuhud, atau
tingkah laku maksiyat sebagian orangnya, dll)
3.Sejarah bukan rujukan peraturan dan bukan sumber fiqih.
Sejarah hanya dapat dijadikan referensi untuk mengetahui
bagaimana gaambaran peraturan diterapkan, itupun setelah
ditelaah dan diteliti secara detil.
Sumber SEJARAH ada 3:
1.Catatan sejarah  tidak bisa dijadikan sumber secara
mutlak, karena dipengaruhi oleh situasi politik di setiap
zaman dan tercampur dengan kepalsuan dari para
pendukung maupun penentang orang2 tertentu yang
ditulisnya
2.Peninggalan sejarah  selama dipelajari secara
obyektif, dapat membantu menunjukkan fakta sejarah,
yaitu untuk memastikan sebagian peristiwa sejarah.
3.Riwayat  sumber yang bisa dipercaya selama
riwayatnya terbukti benar, yaitu setelah diteliti persis
seperti periwayatan hadits
 Sejarah telah menunjukkan  bahwa hanya sistem Islam
satu2nya yang diterapkan atas seluruh umat Islam di sepanjang
masa tegaknya peradaban Islam, bukan sistem yang lain
 Namun sejak berakhirnya PD1 dan setelah runtuhnya
kekhilafahan Turki Utsmani, penjajah mulai mengganti
peraturan sistem Islam, dan memaksakan penerapan sistem
Kapitalisme atas dunia Islam dan kaum muslimin  hingga
seluruh negeri kaum muslimin pun terus terjajah di semua
aspek kehidupan
 Butuh upaya serius untuk mewujudkan KEBANGKITAN ISLAM
kembali  dan jalan kebangkitan satu2nya adalah dengan
MELANJUTKAN KEMBALI KEHIDUPAN ISLAM DENGAN
TEGAKNYA DAULAH KHILAFAH ISLAMIYAH  dengan
MENGEMBAN DAKWAH ISLAM SEBAGAI QIYADAH FIKRIYAH/
MABDA hingga tegaknya Khilafah Islamiyah.
Syabah diharapkan:
Memiliki pemahaman utuh tentang Mabda’ Islam
sebagai satu2nya mabda’ shahih, kemampuan dan
keistimewaannya dalam mu’alajah musykilah, serta
ketangguhannya dalam melindungi serta meriayah
dunia.
Memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk
mengemban mabda’ Islam, mengemban dakwah Islam
demi terwujudnya kembali kehidupan Islam dalam
bingkai Khilafah, yang akan menerapkan Islam Kaffah
serta menyebarkan Islam ke seluruh dunia dengan
dakwah dan jihad.
KAIFIYAH HAMLUD DAKWAH
(TATA CARA PENGEMBANAN DAKWAH)
Materi ini adalah uraian lebih jauh tentang hal-
hal yang terkait dengan materi al-Qiyadah al-
Fikriyah, yaitu tentang:
Bagaimana metode mewujudkan kembali
Islam sebagai sebuah kepemimpinan ideologi
(al-Qiyadah al-Fikriyah) dalam Khilafah?
Bagaimana metode mengemban dakwah
Islam yang shahih?
Bagaimana teladan Rasulullah SAW dalam
mengemban dakwah Islam?
Penting Untuk Dipahami:
Umat Islam adalah Khairu Ummah  Pemimpin Dunia

Kaum muslimin tidak pernah mundur dari posisinya sebagai


pemimpin dunia, selama mereka tetap berpegang teguh pada
agamanya.
Kemunduran kaum muslimin terjadi ketika mereka:

1. Meninggalkan & meremehkan ajaran2 Islam,


2. Membiarkan peradaban asing bercokol di benak umat
3. Mengabaikan Islam sebagai Qiyadah Fikriyah,
4. Surut dalam mengemban dakwah Islam
Maka, untuk mengembalikan keagungan Islam dan
kemuliaan kaum muslimin sebagai khairu ummah
WAJIB ada aktifitas dakwah Islam isti’naaf al
hayaat al Islamiyyah  dalam sistem KHILAFAH.
Setelah itu, negara Khilafah akan mengemban
dakwah Islam tersebut kepada seluruh umat dan
bangsa lain  melalui politik luar negeri Khilafah 
hingga Islam benar2 menjadi rahmatan lil aalamiin.
Dakwah Islam li isti’naaf al hayaat al Islamiyyah
tersebut  WAJIB sesuai dengan thariqah dakwah
Rasulullah saw.
Sikap Yang Diperlukan Dalam Dakwah
 Terus terang (sharaahah)
 Keberanian (jur’ah)
 Menantang (tahaddiyan)
 Agresif (saafiran)
 Berpikir sebelum aksi (al fikr qabla al ‘amal)
 Menjadikan kedaulatan di tangan mabda’ Islam
 Tidak basa-basi atau mencari muka masyarakat
 Tidak bermuka dua atau toleran pada penguasa
Sikap Yang Diperlukan Dalam Dakwah
 Serius dalam pelaksanaan hukum syariat,
tidak meremehkan, tidak lalai dan tidak
menunda2.
 Tidak menerima tawar menawar dalam
kebenaran.
 Menjaga kemurnian fikrah & thariqah.
 Melangkah dengan tujuan jelas dan jiddiyah
meraih tujuan tsb.
TAMBAHAN: Dalam hal Thariqah Dakwah  WAJIB ITTIBA’ pada
Rasulullah SAW, yang akan terwujud dengan sempurna jika memenuhi 3
aspek:
1.Mumatsalah (semisal, bentuknya sama), misalnya: dakwah Rasulullah
SAW dilakukan dengan sharaahah (terang2an), jur’ah (berani), tahaddiyah
(menantang), saafiran (menantang), al fikr qabla al ‘amal (berpikir sebelum
beramal),
2.‘Ala Wajhihi (hukumnya sama ), yaitu mengambil hukum syara’ sesuai
dengan arah dan ketetapan Rasulullah SAW,  menjadikan kedaulatan
hanya pada mabda’ Islam tanpa mempertimbangkan sesuai atau tidak
dengan keinginan atau pendapat masyarakat, sesuai atau tidaak dengan
adat tradisi masyarakat.
3.Min Ajlihi (demi mengikuti Rasulullah SAW, dilakukan karena itulah yang
dikerjakan Rasul), yaitu menjalankan dakwah sesuai dengan tahapan dan
langkah2 yang telah Rasulullah SAW lakukan, mulai dari tatsqiif
murakkazah (untuk merekrut kader & membentuk kutlah), tatsqiif jama’iy
(untuk membangun dan menyebarkan opini Islam), tafaa’ul ma’al ummah
(agar umat bersedia menerima, meyakini dan mengadopsi mabda’ Islam
sebagai mabda’nya), dan melakukan aktifitas peleburan umat (al amaliyah
ash shaahriyyah) dengan tatsqiif, kasyful khuththoh, shira’ al fikri, kifah
siyasi.
PENTING DIPERHATIKAN:
Dakwah Islam harus menyajikan Islam sebagai
mu’aalajah musykilah  itulah dakwah yang dinamis
 itu pula rahasia keberhasilan dakwah
Dakwah Islam menuntut pengembannya untuk selalu
memurnikan fikrah dan thariqahnya  itu juga jaminan
keberhasilan dakwah
Pengemban dakwah harus menunaikan kewajibannya
karena Allah, dan melaksanakannya dengan gembira
serta mengharap ridho Allah.
HADHARAH DAN MADANIYYAH
HADHARAH
 Definisi: sekumpulan mafaahim
(cara pandang) tentang hidup
 Bersifat khas peradaban tertentu,
dan haram mengambil hadharah
dari peradaban selain Islam
MADANIYAH
 Definisi: bentuk2 fisik dari benda-benda
yang terindera yang digunakan dalam
kehidupan
 Jika bersifat khas peradaban tertentu,
haram diambil
 Jika tidak khas peradaban tertentu,
mubah diambil (seperti produk sains dan
teknologi atau industri)
Perbedaan Hadharah Islam
Dengan Hadharah Barat
Unsur Pembeda Hadharah Islam Hadharah Barat
• Landasan • Aqidah dan syariat Islam • Pemisahan agama dari kehidupan
(Sekulerisme)
• Tolok ukur • Kesesuaian dengan HS, perintah • Asas Manfaat
dan larangan Allah, serta kesadaran
akan hubungan dengan-Nya (RUH)

• Kesesuaian • Sesuai, karena memahami bahwa • Tidak sesuai, karena standarnya


dengan manusia memiliki thaqatul adalah manfaat. Sedangkan masing-
fithrah hayawiyah, tetapi di sisi lain sangat masing manusia berbeda sudut
lemah, tergantung dan terbatas pandang tentang manfaat, shg
muncullah pertentangan

• Efek • Ketenteraman, karena sesuai dengan • Kehancuran, karena tidak sesuai


penerapan fithrah, tidak saling kontradiktif, dengan fithrah manusia, saling
dan berasal dari Sang Pencipta kontradiktif, dan berasal dari
manusia kejeniusan manusia yang tidak
mengetahui hakikat manusia
NIZHAM AL ISLAM
DEFINISI ISLAM:
Agama (Dien) yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW untuk
mengatur hubungan manusia
dengan penciptanya, dirinya
sendiri dan sesama manusia
ISLAM
AQIDAH SYARIAH

Iman kpd Allah, Hubungan Hubungan Hubungan


Malaikat, Kitab, Manusia dengan Manusia dengan Manusia dengan
Rasul, Hari Kiamat, Al-Khaliq Dirinya Manusia
Qadla Qodar
Ibadah Hukum ttg
[Sholat, Shaum, Makanan,
Zakat, Haji, dll] Minuman,
Pakaian, Akhlaq

Pemerintahan Sosial/ Pidana Pendidikan Ekonomi


Budaya
Islam adalah mabda’,
komprehensif, tidak ada
dikotomi ahli agama dan ahli
politik, atau dikotomi antara
rohaniawan dan teknokrat,
yang ada adalah MUSLIM
PERLUNYA ATURAN
Manusia
Memiliki:
Hajat al
Udhowiyah Jika dibiarkan
Naluri tanpa aturan,
• Manusia Akal akan terjadi
• Alam
kekacauan.
semesta
Bersifat: Karena itu
• Kehidupan
Lemah perlu aturan
Tergantung
Terbatas
MATERI DAN RUH
 Amal perbuatan manusia bersifat MATERI
 Kesadaran manusia tentang hubungannya dengan
Allah, adalah RUH.
 MENGGABUNGKAN MATERI DENGAN RUH adalah
melakukan amal perbuatan sesuai dengan perintah
dan larangan Allah yang didasari oleh kesadaran
hubungannya dengan Allah  yaitu didasari oleh
IMAN
 Maka mukmin hendaknya beramal diiringi dengan
RUH, yaitu adanya kesadaran hubungannya dengan
Allah  maka seluruh amalnya selalu sesuai Nizham
Islam dalam Al Qur’an & Sunnah.
ASUMSI KELIRU
TENTANG RUH DAN JASMANI

Bahwa alam terdiri dari jasmani dah rohani, maka:


 Jika ruh mendominasi, akan berperilaku
malaikat
 Jika jasmani mendominasi, akan berperilaku iblis
 Konsekuensi : ada pemisahan agama dari
kehidupan (terutama pada agama kristen)
ISLAM ADALAH MABDA’
(AQIDAH DAN NIZHAM /SYARIAH)

 Aqidah (sudah dibahas di thariqul iman)


 Nizham Islam (Syariah) hukum2 syariat yang terpancar dari
aqidah Islam, yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
 Nizham Islam tercakup lengkap dalam Asl Quran dan Sunnah
 hanya saja ditunjukkan dalam bentuk umum (khuthuth
arridhoh) dan dengan makna yang umum juga  butuh
diketahui rinciannya dengan istimbath (penggalian) hukum
syara’.
 Istimbath hukum tersebut dilakukan oleh MUJTAHID dari
dalil2 syara’ yang bersifat umum tsb, untuk dapat menemukan
hukum syara’ tentang suatu persoalan tertentu pada umat.
AL HUKMU ASY SYAR’IY
DEFINISI HUKUM SYARA’
Hukum Syara’ adalah khitob (seruan) dari
Asy-Syaari’ (Sang pembuat Hukum, yaitu
Allah) yang berkaitan dengan perbuatan
hamba (manusia), baik berupa ketetapan
yang sumbernya PASTI (Qath’i Tsubut);
seperti Al Quran dan Hadits Mutawatir,
maupun ketetapan yang sumbernya
ZHAN/DUGAAN KUAT (Zhanni Tsubut);
seperti hadits Ahad.
TENTANG KETETAPAN HUKUM SYARA’

# Qath’i Tsubut (sumbernya tegas)


 Al-Quran dan Hadits Mutawatir
# Zhanni Tsubut (sumbernya dugaan kuat)
 Hadits Ahad
# Qath’i Dilalah (maknanya tegas)
ayat-ayat Muhkamat
# Zhanni Dilalah (maknanya dugaan)

 ayat-ayat Mutasyabihat
TSUBUT

QATH’I ZHANNI
QATH’I Qath’i Zhanni
DILALAH

• (ex: jumlah rakat • (puasa enam hari


shalat fardhu) syawwal)

ZHANNI Zhanni Zhanni


• (ex: ayat tentang • (ex: larangan
jizyah) menyewakan
lahan pertanian)
Untuk memahami seruan syara’ tersebut  butuh
IJTIHAD  dilakukan oleh MUJTAHID

Seorang mujtahid tidak boleh taqlid kepada mujtahid


lain yang pendapatnya berlawanan dengannya, kecuali
karena empat hal:
 jika jelas bahwa sandaran dalilnya lemah, dan dalil
mujtahid lain lebih kuat
 jika jelas bahwa mujtahid lain lebih dalam
menguasai fakta dan menggali hukum, atau lebih
banyak paham dalil
 untuk menyatukan ummat Islam
 jika khalifah telah mengadopsi pendapat lain
Jika mukmin tidak memilki qualifikasi sebagai mujtahid, berarti ia
adalah seorang muqallid, baik Muqallid Aam atau Muqallid
Muttabi’
Muqallid Aam adalah orang yang tidak memiliki sebagian ilmu
yang diperlukan dalam ijtihad, sehingga ia bertaqlid pada
mujtahid lain tanpa mengetahui dalilnya.
Muqallid Muttabi’ adalah orang yang memiliki sebagian ilmu
yang diperlukan dalam ijtihad, dan ia bertaklid pada seorang
mujtahid setelah ia mengetahui dalilnya
Muqallid yang bertaqlid pada sebagian mujtahid dalam perkara
tertentu, ia tidak boleh meninggalkan mujtahid itu dalam hukum
tsb, tapi ia boleh bertaqlid pada mujtahid lain dalam perkara 2
lainnya.
ANWAA’U
AL AHKAM ASY SYAR’IYYAH
MACAM – MACAM
HUKUM SYARIAT ISLAM
HUKUM MENGERJAKAN MENINGGALKAN

FARDHU dituntut dilarang

SUNNAH dituntut tidak dilarang

MUBAH tidak dituntut tidak dilarang

MAKRUH tidak dilarang dituntut

HARAM dilarang dituntut


FARDHU / WAJIB
Harus dilakukan, pujian bagi pelakunya, celaan bagi yang meninggalkannya

Orang yang meninggalkannya dapat sanksi/siksaan

HARAM
Harus ditinggalkan, celaan bagi pelakunya, pujian bagi yang meninggalkannya

Orang yang melakukannya dapat sanksi/siksaan

SUNNAH / MANDUB
Pujian bagi pelakunya, tidak ada celaan bagi yang meninggalkannya

MAKRUH
Pujian bagi yang meninggalkannya, tidak ada celaan bagi yang melakukannya

Lebih utama untuk ditinggalkan

MUBAH / BOLEH
 Pilihan antara melakukan atau meninggalkannya
AS SUNNAH
AS-SUNNAH
Makna Lughawi  jalan yang ditempuh
Makna Syar’i
 Amalan nafilah (bukan fardhu) yang kita terima dari
Nabi saw melalui riwayat
 Apa saja yang berasal dari Nabi saw, berupa dalil selain
al-Quran
Keliru jika memahami bahwa Sunnah berasal dari Nabi
saw, sedang fardhu dari Allah  yang benar adalah
sunnah dan fardhu berasal dari Allah, Nabi saw hanya
penyampai
AT TAASSIY BI AF’AL AR RASUUL
(MENELADANI PERBUATAN RASULULLAH SAW)
PERBUATAN RASULULLAH SAW
NON JIBILIYYAH
JENIS JIBILIYYAH
SUNNAH KHUSUSIYAH
• Keterangan • Terkait sifat • Terkait • Terkait perbuatan
Rasulullah perbuatan Rasulullah
sebagai Rasulullah menyangkut
seorang sebagai kekhasannya
manusia penyampai sebagai seorang
biasa risalah untuk Rasulullah
umat manusia

• Hukum SUNNAH / HARAM


mengikuti-
MUBAH
nya FARDHU
TABANNIY AL AHKAM ASY SYAR’IYYAH
(MELEGALISASI HUKUM SYARIAT)
MELEGALISASIKAN HUKUM SYARIAT
 Khalifah berhak berijtihad, kemudian
melegalisasikannya untuk diterapkannya atas
seluruh rakyatnya
 Jika tidak berijtihad, maka khalifah berhak
mengambil salah satu hukum syara’ hasil ijtihad
seorang mujtahid, kemudian melegalisasikannya
untuk diterapkan atas seluruh rakyatnya
 Rakyat berkewajiban mentaati ijtihad yang diadopsi
oleh khalifah, meski berbeda pendapat dengannya,
atau berbeda dengan ijtihadnya masing2.
AD DUSTUR WA AL QANUN
 Pada dasarnya, istilah Dustur (UUD) dan Qanun (UU)
asalnya bukan dari lafadz Arab, tapi lalu diarabkan.
 Qanun (dalam istilah non arab)  adalah perintah
yang dikeluarkan oleh penguasa agar manusia berjalan
mengikutinya.
 Qanun (UU) artinya  Seperangkat aturan yang
ditetapkan pemerintah/ penguasa dan memiliki
kekuatan yang mengikat rakyat untuk mengikutinya
dalam hubungan antar mereka.
 Dustur (UUD) artinya  UU yang mengatur ttg
kekuasaan negara atau badan2 pemerintah,
menentukan hubungan hak & kewajiban pemerintah
thdp rakyatnya serta hak & kewajiban rakyat terhadap
pemerintah.
Bolehkah kaum muslimin mengambil dan menggunakan
istilah asing (seperti qanun dan dustur)?
BOLEH, jika maknanya tidak bertentangan dengan
makna dalam Islam.
Terkait dustur dan qanun, maknanya tidak
bertentangan dengan makna yang ada dalam Islam 
maka BOLEH kaum muslimin mengambilnya.
Tentu yang dimaksudkan disini adalah UU dan UUD
yang dilegalisasikan oleh Khalifah, yang ditabanni
berdasarkan hukum syariat Islam

Sumber utama Dustur dan Qanun dalam Khilafah adalah


Al Qur’an dan As Sunnah.
Tempat lahirnya  Ijtihadnya para Mujtahid
Meski Khalifah berhak menetapkan UU dan UUD, namun sebaiknya
UU dan UUD tersebut tidak terlalu rinci dan menyeluruh mencakup
semua hal:
Yang maslahat adalah hanya mencakup hukum2 tertentu sja
yang dianggap sebagai keharusan bagi negara demi kesatuan
kekuasaan negara, hukum dan administrasi.
Hal ini untuk membantu menumbuhkan kreatifitas dalam ijtihad.

Namun dalam kondisi umat mayoritasnya muqallid dan sangat


sedikit mujtahidnya, adalah KEHARUSAN MUTLAK bagi negara
untuk menetapkan UU dan UUD bagi umat
 Tetap dalam bentuk penetapan hukum2 global tapi mencakup
seluruh bidang hukum (meliputi muamalah, uqubat, bukan aqidah
dan ibadah), demi terkendalinya urusan negara dan urusan kaum
muslimin sesuai syariat Allah.
Ketika negara melegalisasi UU dan UUD
wajib berdasarkan pertimbangan dalil2 syara’
wajib memiliki MUQADDIMAH (sebagai
argumentasi syar’iy) yang menjelaskan dalil2
landasan hukum syariat dalam penetapan UU dan
UUD tersebut
Wajib juga menjelaskan dalil2 dan ijtihad yang
dijadikan pijakan dalam tabanni UU dan UUD
tersebut
Sehingga rakyat paham landasan hukum syara’
dari tiap pasal yang ditabanni dalam UU dan UUD.
AL AKHLAQ FII AL ISLAM
 Akhlak adalah bagian dari syariat islam  bagian
dari rincian hukum2, bahkan porsiya paling sedikit
dibandingkan rincian hukum lainnya.
 Akhlak adalah bagian hukum syara’, bagian dari
perintah dan larangan Allah.
 Para fuqaha dan mujtahidin tidak menitikberatkan
pada pembahasan dan istimbath hukum dalam
perkara akhlak  umumnya tidak ada bab khusus
akhlak dalam kitab2 fiqih
 Meski demikian, akhlak harus ada dan tampak dalam
diri mukmin sehingga akan menyempurnakan
pelaksanaan hukum Islam lainnya
Akhlak tidak mempengaruhi secara langsung
tegaknya suatu masyarakat, kebangkitan dan
keruntuhannya.

Masyarakat tegak dengan peraturan hidup


(nizham), pemikiran2 (afkar) dan perasaan2
(syu’ur)
Pemikiran, perasaan dan peraturan inilah
yang menggerakkan masyarakat, bukan
akhlak.
Akhlak adalah produk dari berbagai
pemikiran, perasaan dan peraturan.
Maka, tidak boleh dakwah hanya diarahkan pada
pembentukan akhlak dalam masyarakat
karena akan memutarbalikkan persepsi Islam sebagai
mabda’,
menjauhkan umat dari mafhum yang benar tentang hakikat
masyarakat,
membius umat dengan hanya mengerjakan keutamaan
amal individual saja,
melalaikan umat dari langkah yang benar menuju kemajuan
hidup hakiki serta thariqah yang benar menuju kebangkitan
umat.

Dakwah harus diarahkan pada akidah Islam dan seruan untuk


melaksanakan Islam secara sempurna, dalam sistem Khilafah
Selesai
AlhamduliLlaahi Rabbil
‘Aalamiin
JazaakunnaLlaahu Khairan Katsiiraa
Wa Ahsanal Jazaa’

Anda mungkin juga menyukai