Anda di halaman 1dari 7

Nama : Amalia Rosyida

Kelas : XI Model 1

No : 04

Mapel : Akidah Akhlak (Bab 3-Syari’at, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat)

Peta Konsep
Bab 3
Syari’at, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat

TAHAPAN
TASAWUF ISLAM

SYARI'AT TAREKAT HAKIKAT MA'RIFAT

Penjelasan:
Syari’at, tarekat, hakikat, dan ma’rifat merupakan istilah yang digunakan dalam dunia
tasawuf untuk menunjukkan stage (tingkatan) yang harus dilalui oleh seorang murid dalam
tingkatan spiritualnya. Setiap tingkat dibangun berdasarkan tingkat sebelumnya. Syarat
pertama adalah mengambil dan mengikuti syari’at, yaitu ketentuan hukum yang dibuat oleh
Allah untuk kehidupan manusia. Ketentuan yang dibuat oleh Allah tersebut harus
dilaksanakan dengan sepenuh hati, inilah yang dinamakan tarekat, dan seterusnya akan
dicapailah tingkatan hakikat, dan bermuara pada tahap ma’rifat.

1. Syari’at
a. Pengertian Syari’at
Secara bahasa, syari’at berasal dari kata syara’ yang artinya jalan. Yaitu jalan
yang benar, rute perjalanan yang baik, dan dapat ditempuh oleh siapa saja.
Sedangkan secara istilah, syari’at hukum-hukum dan tata aturan Allah yang
ditetapkan bagi hamba-Nya untuk diikuti.
b. Pendapat Ulama
1) Syaikh Ahmad Sirhindi
Beliau mengemukakan “Di dalam syari’at terkandung tiga hal yaitu
pengetahuan (ilmu), praktik (amal), dan ikhlas.” Artinya meyakini kebenaran
syari’at dan melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan tulus dan akhlak
demi mendapatkan keridhaan Illahi.
2) Al-Qusyairi
Beliau menjelaskan, Syari’at berkaitan dengan konsistensi seorang
hamba, sementara hakikat adalah penyaksian Tuhan. Setiap syari’at yang tidak
ditopang hakikat tidak diterima, sebaliknya setiap hakikat yang tidak dikekang
syari’at tidak tercapai.
c. Dasar
Allah berfirmah dalam QS. Al-Jatsiyah (45): 18.

Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan)
dari urusan (agama itu), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Al-Jatsiyah [45]: 18)
d. Kedudukan Syari’at
Dalam dunia tasawuf, syari’at dijadikan sebagai dasar/ pondasi bagi tahap
selanjutnya (tarekat, hakikat, ma’rifat) sehingga kedudukannya sangat penting.
Syari’at bukan hanya sekedar kumpulan kode atau peraturan yang mengatur
tindak lahiri tetapi juga menjelaskan tentang keimanan, tauhid, cinta (mahabah),
syukur, sabar, ibadah, zikir, jihad, takwa, dan ihsan, serta menujukkan bagaimana
mewujudkan realitas tersebut.

e. Tujuan Syari’at
Tujuan syariat Islam adalah menyelamatkan manusia, baik sebagai individu,
kelompok manusia, serta bangsa-negara agar selamat dari kesesatan dan kerugian.
Selain itu, syari’at bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia baik sebagai
makhluk individu maupun makhluk sosial. Tujuan syari’at secara umum:
1)  Untuk pemeliharaan agama, seperti larangan bagi seorang Muslim
untuk pindah agama.
2) Pemeliharaan jiwa, seperti  larangan untuk membunuh jiwa tanpa
alasan yang dibenarkan syari’at.
3) Pemeliharaan akal, seperti larangan untuk meminum khamr.
4) Pemeliharaan keturunan, seperti larangan berzina.
5) Pemeliharaan harta, seperti larangan mencuri.
f. Fungsi Syari’at
Fungsi syariat dalam lingkup hukum Islam adalah sebagai jalan atau jembatan
bagi umat manusia dalam berpijak dan berpedoman. Syari’at berfungsi untuk
menciptakan kemaslahatan umat sehingga tercipta rasa keadilan yang merata dan
umat manusia dapat merasakan hidup yang damai. Selain itu, syari’at juga
menjadi media dalam menjalankan kehidupan di dunia agar sampai pada tujuan
akhir dengan selamat.
g. Manfaat Syari’at
Manfaat syari’at itu universal, tidak hanya untuk kehidupan dunia tetapi
syari’at Islam mengarahkan manusia untuk bersikap lebih baik agar bahagia dalam
hidup di akhirat. Di sini syari’at Islam menjadi jalan yang harus ditempuh.
Syari’at Islam dengan sendirinya akan menjadi elemen dasar yang mengubah
prilaku masyarakat dan menjadi petunjuk bagi mereka menuju jalan yang
tersistem untuk kehidupan dunia. Secara umum, manfaat dari penerapan syari’at
antara lain:
1) Melaksanakan syari’at Islam akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
2) Sarana berkomunikasi dengan Allah.
3) Menghindarkan dari kesia-siaan.
4) Sebagai sarana dakwah.
5) Menegakkan keadilan.
2. Tarekat
a. Pengertian
Kata tarekat berasal dari kata tariqah yang berarti jalan atau metode atau aliran
(madzhab). Tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
tujuan untuk sampai kepada-Nya.
b. Pendapat Ulama
1) Syaikh Amin Al-Kurdiy
Beliau mendefinisikan tarekat sebagai pengamalan syariat,
melaksanakan ibadah dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap
mempermudah ibadah yang memang sebenarnya tidak boleh dipermudah.
2) Al-Jurjani
Beliau menjelaskan bahwa tarekat adalah sebuah metode khusus yang
dipakai sufi menuju Allah melalui tahapan-tahapan (maqamat).
c. Dasar
Allah berfirman dalam QS. Al-Jin [72]: 16.

‫َّواَ ْن لَّ ِو ا ْستَقَا ُموْ ا َعلَى الطَّ ِر ْيقَ ِة اَل َ ْسقَي ْٰنهُ ْم َّم ۤا ًء َغ َدقً ۙا‬
Artinya: “Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu
(agama islam), benar-benar Kami akan minum kepada mereka air yang segar
(rezeki yang banyak).” (QS. Al-Jin [72]: 16)
d. Kedudukan Tarekat
Tarekat sebagai metode untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
yang berbeda-beda seperti senantiasa berdzikir (mulazamah al-zikr), melatih diri
(riyadah), mengawasi diri (muraqabah), dan intropeksi diri (muhasabah).
e. Tujuan Tarekat
Tujuan tarekat yaitu untuk memperkuat keyakinan terhadap syari’at, meyakini
kebenarannya, mematuhi ajaran-ajarannya dengan senang dan spontan, mengikis
kemalasan dan meniadakan penentangan atas keinginan diri (nafsu).
f. Fungsi Tarekat
1) Membersihkan jiwa
2) Membawa seseorang lebih bertaqwa
3) Menjauhkan diri dari perbuatan riya’
4) Menjaga hawa nafsu
5) Mendekatkan diri kepada Allah SWT
g. Manfaat Tarekat
Manfaat Tarekat bagi diri sendiri yaitu dapat membersihkan jiwa, menjaga hawa
nafsu, menjauhkan diri dari perbuatan tercela, serta dapat mendekatkan diri
kepada Allah. Sedangkan manfaat Tarekat bagi kehidupan yaitu sebagai
pemenuhan jalan spiritual sebagai konsekuensi penderitaan psikis masyarakat
yang tertekan, baik karena beban kerja yang berat, krisis ekonomi atau masalah
mental. Sekaian itu, Tarekat dapat Menentramkan hati, hal ini dapat terjadi dengan
mengikuti tarekat yang medianya mayoritas didominasi oleh dzikir, dan Allah
menjanjikan dalam Al-Quran bahwa dzikir dapat menentramkan hati. 

3. Hakikat
a. Pengertian Hakikat
Hakikat berarti kebenaran atau kenyataan sebenarnya, seakar dengan kata al-
haqq. Hakikat juga dapat diartikan sebagai kebenaran yaitu makna terdalam dari
praktik dan petunjuk yang ada pada syariat dan tarekat.
b. Pendapat Ulama
1) Syaikh Abu Bakar al-Ma’ruf
Hakikat adalah (suasana kejiwaan) seorang sufi ketika ia mencapai
suatu tujuan, sehingga ia dapat menyaksikan tanda-tanda ketuhanan dengan
mata hatinya.
2) Imam Al-Qusyairy
Hakikat adalah menyaksikan sesuatu yang telah ditentukan,
ditakdirkan, diembunyikan, dan yang telah dinyatakan oleh Allah kepada
hamba-Nya.
c. Dasar
Allah berfirman dalam QS. Al-Waqiah [56]: 95-96.

‫ق ْاليَقِي ِن () فَ َسبِّحْ بِاس ِْم َربِّكَ ْال َع ِظ ِيم‬


ُّ ‫ِإ َّن هَ َذا لَه َُو َح‬

Artinya: “Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.” (QS.
Al-Waqiah [56]: 95-96)
d. Kedudukan Hakikat
Hakikat merupakan aspek yang paling penting dalam setiap amal, inti, dan
rahasia dari syariat yang merupakan tujuan perjalanan salik dimana kemampuan
seseorang dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah dalam syariat itu.
e. Tujuan Hakikat
Tujuan hakikat adalah untuk mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya.
f. Fungsi Hakikat
Fungsi hakikat adalah untuk memperbaiki sarair (ruh) dengan cara
menghinakannya dan menundukkannya sehingga menjadi terdidik, beradab,
tawaduk, dan berbudi.
g. Manfaat Hakikat
Manfaat hakikat bagi kehidupan manusia adalah dapat menyaksikan
kebenaran atau kenyataan, sesuatu yang telah ditentukan, ditakdirkan,
disembunyikan, dan yang telah dinyatakan oleh Allah kepada hamba-Nya.

4. Ma’rifat
a. Pengertian Ma’rifat
Secara bahasa, ma’rifat berarti pengetahuan dan pengalaman. Beberapa sufi
mendefinisikan sebagai perkembangan pengetahuan tentang Allah dalam
kesadaran seseorang, yang berarti naiknya diri seseorang ke titik yang
merealisasikan kemanusiaannya dengan semua dimensi dan nilai intrisiknya.
b. Pendapat Ulama
Menurut Al-Husayn bin Mansur al-Hallaj (w. 921 M) ma’rifat adalah apabila
seorang hamba mencapai tahapan ma’rifat, Allah SWT menjadikan pikiran-
pikirannya yang menyimpang sebagai sarana ilham, dan Dia menjaga batinnya
agar tidak muncul pikiran-pikiran selain-Nya. Adapun tanda seorang arif yaitu
bahwa dia kosong dari dunia maupun akhirat.
c. Dasar
Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut: 9.

َ‫َوالَّ ِذ ْينَ َجاهَ ُدوْ ا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَن َۗا َواِ َّن هّٰللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami
akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-ankabut: 69)
d. Kedudukan Ma’rifat
Ma’rifat sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin,
sehingga dapat melihat dengan mata hati. Dengan kata lain ma'rifat merupakan
maqomat tertinggi dimana puncak seorang hamba bersatu dengan sang Khaliq.
e. Tujuan Ma’rifat
Tujuan yang ingin dicapai dalam ma’rifat adalah untuk mengetahui rahasia-
rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan. Dan agar bisa mendekatkan diri sedekat
mungkin dengan Allah SWT.
f. Fungsi Ma’rifat
Fungsi Ma’rifat adalah untuk mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, baik
secara asma, sifat, maupun af’alnya.
g. Manfaat Ma’rifat
Dikatakan, kelebihan orang yang memiliki sifat makrifat adalah dibukanya
seluruh kekuatan batinnya untuk melihat alam, ruh para malaikat, ruh para nabi
dan sesuatu yang indah yang tidak ada di dunia. Menurut salah satu ulama, batin
manusia makrifat dapat melihat alamul malakut.

5. Kesimpulan
Antara syari’at, tarekat, hakikat, dan ma’rifat adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Jika dianalogikan, syari’at itu diibaratkan seperti
perahu, tarekat adalah nahkodanya, hakikat adalah adalah pulau yang hendak dituju
dari perjalanan itu, sementara ma’rifat tujuan akhir, yaitu bertemu dengan sang
pemilik pulau.

Anda mungkin juga menyukai