Anda di halaman 1dari 13

Syari’at, Tarekat, Hakikat dan Ma’rifat

PETA KONSEP

Wilayah Eksoteris Wilayah Esoteris

Syari’at Tarekat Hakikat dan


Ma’rifat
A. Dimensi Ajaran Islam

Ajaran Nabi Muhammad Saw. memiliki tiga dimensi yaitu iman, islam, dan ihsan.
Tasawuf merupakan implementasi dari dimensi ihsān tersebut. Istilah tasawuf pada masa
Nabi Muhammad Saw. belum dipergunakan, tetapi secara substansial telahdilaksanakan.
Pada perkembangan selanjutnya, dimensi Islam yang mengandung unsur syahadat,
salat, zakat, puasa, dan haji melahirkan ilmu syari’at atau fikih, dari dimensi iman yang
mengandung unsur iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasulNya, hari kiamat, dan iman kepada takdir-Nya melahirkan ilmu kalam (teologi Islam),
dan dimensi ihsān pada gilirannya melahirkan ilmu tasawuf.
Syari’at, tarekat , hakikat dan ma’rifat merupakan istilah yang digunakan dalam dunia
tasawuf untuk menunjukkan stage (tingkatan) yang harus dilalui oleh seorang murid/salik
dalam perjalanan spriritualnya. Setiap tingkat dibangun berdasarkan tingkat sebelumnya.
B. Kedudukan Dan Fungsi Syari’at
Syari’at berasal dari akar kata syara’a yang berarti jalan. Ia adalah jalan yang benar, sebagai
rute perjalanan yang baik, dan dapat ditempuh oleh siapa saja.

َ‫ك َعلَ ٰى َش ِري َع ٍة ِمنَ اَأْل ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا َواَل تَتَّبِ ْع َأ ْه َوا َء ال َّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمون‬
َ ‫ثُ َّم َج َع ْلنَا‬
Artinya: kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah [45]: 18)
Syaikh Ahmad Sirhindi mengemukakan: “di dalam syari’at terkandung tiga hal yaitu
pengetahuan (ilmu), praktik (amal), dan ikhlas. Artinya meyakini kebenaran syari’at dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan tulus dan akhlak demi mendapatkan keridaan
Ilahi”.
Al-Qusyairi, dalam al-Risālah al-Qusyairiyyah menjelaskan: “Syari’at berkaitan dengan
Konsistensi seorang hamba, sementara hakikat adalah penyaksian Tuhan. Setiap syari’at
yang tidak ditopang hakikat tidak diterima, sebaliknya setiap hakikat yang tidak dikekang
syari’at tidak tercapai. Syari’at datang menetapkan beban kewajiban terhadap para makhluk,
sementara hakikat adalah kabar tentang gerak-gerik Yang Maha Benar (Allah), syari’at
adalah hendaklah engkau menyembah-Nya, sementara hakikat adalah hendaklah engkau
menyaksikan-Nya. Syari’at adalah pelaksanaan terhadap apa yang diperintahkan, sementara
hakikat adalah penyaksian terhadap apa yang ditetapkan dan ditentukan ataupun yang
disembunyikan dan ditampakkan.”
C. Kedudukan Dan Fungsi Ṭarekat

Kata ṭarekat berasal dari bahasa Arab ṭārīqah, (jamak: ṭurūq atau ṭarāiq), yang berarti: jalan atau
metode atau aliran (madzhab). Tarekat adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah
dengan tujuan untuk sampai (wusul) kepada-Nya.
Tarekat merupakan metode yang harus ditempuh seorang sufi dengan aturan-aturan tertentu
sesuai dengan petunjuk guru atau mursyid tarekat masing masing, agar berada sedekat
mungkin dengan Allah Swt. Memasuki tahapan ini, seorang murid mencapai kekuatan untuk
memulai tasawuf; mengubah pemahaman ibadah eksoterik (lahiriah) menjadi ibadah esoteric
(batiniah). Tanpa ada kepatuhan yang tinggi, kebajikan, ketabahan, dan kesabaran, seorang
Murid tidak akan mampu memasuki tahap ini.
Metode Mendekatkan diri kepada Allah diantaranya : terdapat tujuh metode yaitu:
memperingati diri (musyāratah), mengawasi diri (murāqabah), introspeksi diri (muhāsabah),
menghukum diri (mu’āqabah), kesungguhan lahir batin (mujāhadah), menyesali diri
(mu’ātabah), dan pembukaan hijab (mukāsyafah). Bersamaan dengan itu mereka akan
melintasi tingkatan-tingkatan (maqāmat) antara lain taubat, sabar, ridha, zuhud, mahabbah,
dan ma’rifat.
Tujuan ṭarekat adalah untuk memperkuat keyakinan terhadap syari’at, meyakini
kebenarannya, mematuhi ajaran-ajarannya dengan senang dan spontan, mengikis
kemalasan dan meniadakan penentangan atas keinginan diri (nafsu).
J. Spencer Trimingham menyimpulkan perkembangan tarekat sebagai berikut:
1. Tahap khanqah terjadi sekitar abad ke-10 M. Pada tahap ini tarekat berarti jalan atau metode yang ditempuh
seorang sufi untuk sampai kepada Allah secara individual (farḍiyah). Pada masa ini para sufí melaksanakan
kontemplasi dan latihan-latihan spiritual secara individual.
2. Tahap ṭarekat terjadi sekitar abd ke-12 M. Pada masa ini sudah terbentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metode
tasawuf, muncul pula pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing-masing. Pada tahap ini
tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.
3. Tahap ṭā’ifah terjadi pada abad ke-15 M. Pada masa ini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan-peraturan
dari guru tarekat yang disebut syaikh kepada para pengikut atau murid-muridnya. Pada masa ini muncul
organisasi-organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di tempat lain, misalnya Tarekat Qadariyah, tarekat
Naqsyabandiyah, dan Tarekat Sadziliyah.
D. Kedudukan Dan Fungsi Hakikat
Hakikat berarti kebenaran atau kenyataan yang sebenarnya, seakar dengan kata alHaqq, "reality",
absolut adalah kebenaran esoteris yang merupakan batas-batas dari transendensi dan teologis.
Dalam kepustakaan sufi, hakikat berarti persepsi atas realitas menurut pengetahuan mistik. Hakikat juga
dapat diartikan sebagai kebenaran yaitu makna terdalam dari praktik dan petunjuk yang ada pada
syari’at dan tarekat . Syari’at ibarat ilmu tentang obat. Tarekat adalah pengobatan, dan hakikat adalah
kesehatan.
Dalam pengertian seperti ini, hakikat merupakan tahap ketiga dalam ilmu tasawuf, yakni: syari'at
(hukum yang mengatur), tarekat (suatu jalan atau cara); sebagai suatu tahapan dalam perjalanan spiritual
menuju allah al-haqq, hakikat (kebenaran yang essensial), dan ma'rifat (mengenal Allah dengan sebenar-
benarnya, baik asma, sifat, maupun af'al-Nya).
Allah SWT berfirman :

‫ك ْال َع ِظ ِيم‬
َ ِّ‫ِإ َّن هَ َذا لَه َُو َح ُّق ْاليَقِي ِن () فَ َسبِّحْ بِاس ِْم َرب‬
Artinya: Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah
dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar. (QS. AlWaqiah [56]: 95-96)
Syaikh Athaillah As-Sakandary menyampaikan bahwa amal perbuatan terdiri atas tiga bagian, yaitu:
Amal syari’at; amal tarekat, dan amal hakikat. Syari’at untuk memperbaiki zawahir atau zawarih
(anggota badan), tarekat untuk memperbaiki dhamir (hati); dan hakikat untuk memperbaiki sarair
(ruh). Memperbaiki zahir (anggota badan) dengan tiga perkara pula yaitu: ikhlas , sidiq (jujur), dan
tuma’ninah (ketenangan). Memperbaiki ruh juga dengan tiga cara, yaitu: Murāqabah
(waspada/merasa, diawasi/seolah-olah melihat Allah Swt.), musyāhadah (menyaksikan asma, sifat,
dan af’al-Nya), dan, ma’rifat (mengenal Allah Swt.)
E. Kedudukan Dan Fungsi Ma’rifat

Dari segi bahasa, ma’rifat berarti pengetahuan atau pengalaman, sedangkan dalam istilah sufi,
ma’rifat diartikan sebagai kearifan yang dalam akan kebenaran spiritual.
Beberapa sufi mendefinisikannya sebagai perkembangan pengetahuan tentang Allah dalam
kesadaran seseorang, yang berarti naiknya diri seseorang ke titik yang merealisasikan
kemanusiaannya dengan semua dimensi dan nilai intrinsiknya.
Dzū al-Nūn al-Misrī menyebutkan ada tiga tingkatan Ma’rifat.
Pertama, ma’rifat kalangan awam (orang banyak pada umumnya), mereka mengetahui tidak ada
Tuhan selain Allah melalui pembenaran berita tentang Tuhan dalam pengajaran syahadat.
Kedua, ma’rifat kalangan ulama dan para filsuf yang memikirkan dan merenungkan fenomena alam
ini, mereka mengetahui adanya Allah melalui tanda-tanda atau dalil-dalil pemikiran.
Ketiga, ma’rifat kalangan para wali dan orang-orang suci, mereka mengenal Allah berdasarkan
pengalaman kesufian mereka, yakni mengenal Tuhan dengan Tuhan. Ma’rifat tingkat ketiga inilah
yang kemudian dipandang dalam lingkungan tasawuf sebagai ma’rifat hakiki dan tertinggi.
Alat yang digunakan untuk ma’rifat adalah qalb (hati), proses sampainya qalb pada cahaya Tuhan
ini erat kaitannya dengan konsep takhalli, tahalli, dan tajalli. Takhalli yaitu mengosongkan diri
dari akhlak tercela dan perbuatan maksiat melalui taubat. Hal ini dilanjutkan dengan tahalli yaitu
menghiasi diri dengan akhlak mulia dan amal ibadah. Sedangkan tajalli adalah terbukanya hijab,
sehingga tampak jelas cahaya Tuhan.
Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt. Berikut :

َ ‫ۚ فَلَ َّما تَ َجلَّ ٰى َربُّهۥُ لِ ْل َجبَ ِل َج َعلَهۥُ َد ًّكا َو َخ َّر ُمو َس ٰى‬
‫ص ِعقًا‬
Artinya: tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. (QS.Al-A’raf [7]: 143).
Kemungkinan manusia mencapai tajalli atau mendapatkan limpahan cahaya Tuhan dapat pula
dilihat dari isyarat ayat berikut ini

ِ ُ‫ور ۗ يَ ْه ِدي هَّللا ُ لِن‬


‫ور ِه َم ْن يَ َشا ُء‬ ٍ ُ‫ۚ نُو ٌر َعلَ ٰى ن‬
Artinya: cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang Dia kehendaki (QS. An-Nur [24]: 35)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai