Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Nur Fauzi

Prodi : Aqidah dan Filsafat Islam


Matkul : Pengantar Tasawuf
Dosen : Wahyu Hidayat, MA

1. # Menurut bahasa
Para ulama tasawuf berbeda pendapat tentang asal usul penggunaan kata tasawuf. Dari
berbagai sumber rujukan buku-buku tasawuf, paling tidak ada lima pendapat tentang asal
kata dari tasawuf.

- Pertama, kata tasawuf dinisbatkan kepada perkataan ahl-ashuffah, yaitu nama yang
diberikan kepada sebagian fakir miskin di kalangan orang Islam pada masa awal Islam.
Mereka adalah diantara orang-orang yang tidak punya rumah, maka menempati gubuk
yang telah dibangun Rasulullah di luar masjid di Madinah.
Ahl al-Shuffah adalah sebuah komunitas yang memiliki ciri yang menyibukkan diri
dengan kegiatan ibadah. Mereka meninggalkan kehidupan dunia dan memilih pola
hidup zuhud. Mereka tinggal di masjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan
memakai pelana (sofa), mereka miskin tetapi berhati mulia.

- Kedua, ada pendapat yang mengatakan tasawuf berasal dari kata shuf, yang berarti bulu
domba. Berasal dari kata shuf karena orang-orang ahli ibadah dan zahid pada masa
dahulu menggunakan pakaian sederhana terbuat dari bulu domba. Dalam sejarah
tasawuf banyak kita dapati cerita bahwa ketika seseorang ingin memasuki jalan
kedekatan pada Allah mereka meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan
diganti dengan kain wol kasar yang ditenun sederhana. Tradisi pakaian sederhana dan
compang camping ini dengan tujuan agar para ahli ibadah tidak timbul rasa riya’, ujub
atau sombong.

- Ketiga, tasawuf berasal dari kata shofi, yang berari orang suci atau orang-orang yang
mensucikan dirinya dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Mereka memiliki ciri-ciri
khusus dalam aktifitas dan ibadah mereka atas dasar kesucian hati dan untuk
pembersihan jiwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Mereka adalah orang
yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.

- Pendapat yang keempat mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shaf, yaitu
menggambarkan orang-orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah
kepada Allah dan dalam melaksanakan kebajikan.
- Sementara pendapat kelima mengatakan bahwa tasawuf bukan berasal dari bahasa
Arab melainkan bahasa Yunani, yaitu sophia, yang artinya hikmah atau filsafat.
Menisbatkan dengan kata sophia karena jalan yang ditempuh oleh para ahli ibadah
memiliki kesamaan dengan cara yang ditempuh oleh para filosof. Mereka sama-sama
mencari kebenaran yang berawal dari keraguan dan ketidakpuasan jiwa. Contoh ini
pernah dialami oleh Iman al Ghazali dalam mengarungi dunia tasawuf.

# Menurut Istilah
Sedangkan tasawuf dari aspek terminologis (istilah) juga didefinisikan secara beragam, dan
dari berbagai sudut pandang. Hal ini dikarenakan bebeda cara memandang aktifitas para
kaum sufi. Ma’ruf al Karkhi mendefinisikan tasawuf adalah “mengambil hakikat dan
meninggalkan yang ada di tangan mahkluk”. Abu Bakar Al Kattani mengatakan tasawuf
adalah” budi pekerti. Barangsiapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia
memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf”. Selanjutnya Muhammad Amin
Kurdi mendefinisikan tasawuf adalah “suatu yang dengannya diketahui hal ihwal kebaikan
dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari yang tercela dan mengisinya dengan sifat-
sifat terpuji, cara melaksanakan suluk dan perjalanan menuju keridhaan Allah dan
meninggalkan larangannya”.

2. # Persamaan
Pertama, bahwasanya ketiganya mengacu pada gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
dan perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga, merupakan potensi positif yang
dimiliki oleh setiap orang.

# Perbedaan
Sementara perbedaan diantara ketiga istilah tersebut ialah; akhlak tolok ukurnya adalah Al-
Qur’an dan As- Sunnah, etika tolak ukurnya adalah pikiran atau akal, sedangkan tasawuf
tolok ukurnya adalah norma yang hidup dalam diri manusia.

3. # Tujuan tasawuf tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia sebagaimana dijelaskan
dalam ajaran islam. Al-quran menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan suatu tujuan
tertentu seperti syahadah, ibadah, khalifah, dan hasanah. tujuan tasawuf adalah bermakrifat
kepada Allah.
Pendapat kaum sufi tentang makna ketauhidan sebagai tujuan utama dari mazhab tasawuf
dapat dilihat dari pendapat mereka tentang tingkatan tertinggi yang mungkin dicapai oleh
seorang sufi. mayoritas sufi dari kalangan Sunni menegaskan bahwa al-maqam tertinggi
yang dapat dicapai oleh seorang sufi hanyalah tingkatan rida.
Tujuan tasawuf mengajarkan kita tentang mendekatkan diri kepada Allah, dan memiliki
akhlak mulia.sehingga kita mampu bersosialisasi dilingkungan masyarakat dengan akhlak
yang baik dan terpuji.
# Ada empat macam tahapan yang harus dilalui oleh hamba yang menekuni ajaran
Tasawuf untuk mencapai suatu tujuan yang disebutnya sebagai “As-Sa’aadah” Keempat
tahapan itu terdiri dari Syari’at, Tarekat, Hakikat dan Marifat.
Dari tahapan-tahapan tersebut, dapat dikemukakan penjabarannya sebagai
berikut:

- Syariat
Istilah syari’at, dirumuskan definisinya oleh As-Sayyid Abu Bakar
Al-Ma’ruf dengan mengatakan: “Syari’at adalah suruhan yang telah diperintahkan
oleh Allah, dan larangan yang telah dilarang oleh-Nya”.

Kemudian Asy-Syekh Muhammad Amin AL-Kurdiy mengatakan: “Syari’at adalah


hukum-hukum yang telah diturunkan kepada Rasulullah SAW, yang
telah ditetapkan oleh Ulama melalui sumber nash Al-Qur’an dan Sunnah ataupun
dengan cara istirahat: yaitu hukum-hukum yang telah diterangkan dalam ilmu
Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawuf.”
Hukum-hukum yang dimaksud oleh Ulama Tauhid, meliputi keimanan kepada Allah,
malaikat-Nya, Kitab suci-Nya, Rasul-Nya, Hari
Akhirat, Qadha dan Qadar-Nya; dalam bentuk ketaqwaan dengan dinyatakan dalam
perbuatan Ma’ruf yang mengandung hukum wajib, sunat dan mubah, dan
meninggalkan mungkarat yang mengandung hukum haram dan makruh.

Dan hukum-hukum yang dimaksudkan oleh Fuqaha, meliputi seluruh perbuatan


manusia dalam hubungannya dengan Tuhan-nya; yang disebut “ibadah mahdhah” atau
taqarrub (ibadah murni atau ibadah khusus) serta hubungannya dengan sesama
manusia dan makhluk lainnya, yang disebut “ibadah ghairu mahdhah” atau “ammah”.

Kemudian hukum-hukum yang dimaksudkan oleh Ulama Tasawuf, yang meliputi


sikap dan perilaku manusia, yang berusaha membersihkan dirinya dari hadats dan
najis serta maksiat yang nyata dengan istilah “At-Takhali”. Lalu berusaha
melakukan kebaikan yang nyata untuk menanamkan pada dirinya kebiasaan-kebiasaan
terpuji, dengan istilah “At-Thalli”.

Bila syari’at diartikan secara sempit, sebagaimana dimaksudkan dalam


pembahasan ini, maka hanya meliputi perbuatan yang nyata, karena perbuatan yang
tidak nyata (perbuatan hati), menjadi lingkup pembahasan Tarekat. Oleh karena
itu, penulis hanya mengemukakan perbuatan-perbuatan lahir, misalnya perbuatan
manusia yang merupakan penomena keimanan, yang telah dibahas dalam Ilmu Tauhid.
Penomena keimanan itu, terwujud dalam bentuk perbuatan ma’ruf dan menjauhi yang
mungkar.
- Tarekat
Istilah Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan) menuju kepada Hakikat atau dengan
kata lain pengalaman Syari’at, yang disebut “Al-Jaraa” atau “Al-Amal”, sehingga Asy-
Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang
berturut-turut disebutkan:

1) Tarekat adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah dengan tekun dan
menjauhkan diri dari sikap mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak
boleh dipermudah.

2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai


dengan kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang
tidak (batin).

3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal


mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang
diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di
bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan
suatu tujuan.

- Hakikat
Istilah hakikat berasal dari kata Al-Haqq, yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan Ilmu
Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran. Kemudian
beberapa ahli merumuskan definisinya sebagai berikut:

- Ma’rifat
Istilah Ma’rifat berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang berarti mengetahui atau mengenal
sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma’rifat
di sini berarti mengenal Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.

Keempat tahapan yang harus dilalui oleh Shufi ketika menekuni ajaran
Tasawuf, harus dilaluinya secara berurutan, mulai dari Syariat, Tarekat,
Hakikat dan Ma’rifat. Tidak mungkin dapat ditempuh secara terbalik dan tidak
pula secara terputus-putus.

4. Para tokoh sufi dan juga termasuk dari kalangan cendikian muslim memberikan pendapat
bahwa sumber utama ajaran tasawaf adalah bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits. Al-
Qur'an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara tentang inti
ajaran tasawuf.

‫صلَّى‬
َ َ‫– قَدْ أ َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ َّكى َوذَك ََر اس َْم َربِّه ف‬
ُُ‫َط َمئِنُ ْالقُلُوب‬
ْ ‫َللا ت‬ َُ َ ‫َللاُۗ أ‬
ُِّ ‫ل ِب ِذ ْك ُِر‬ ْ ‫– الّذِينَُ آ َمنُوا َوت‬
ُِّ ‫َط َمئِنُ قُلُوبُ ُه ُْم ِب ِذ ْك ُِر‬
5. - Takhalli

Takhalli ialah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup
duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa nafsu.
Takhalli (membersihkan diri dari sifat tecela) oleh sufi dipandang penting karena semua
sifat – sifat tercela merupakan dinding-dinding tebal yang membatasi manusia dengan
Tuhannya. Oleh karena itu, untuk dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu
melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk dapat
memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

- Tahalli
Tahlli disini maksudnya adalah menghiasi atau mengisi diri dari sifat dan sikap serta
perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan kata lain, sesudah mangosongkan diri dari sifat
tercela (takhalli), maka usaha itu harus berlanjut terus ke tahap tahalli (pengisian jiwa yang
telah dikososongkan) tadi.

- Tajalli
Tajalli dapat dikatakan terungkapnya nur ghaib untuk hati. Rasulullah Saw. bersabda: “ada
saat-saat tiba karunia dari Tuhanmu, maka sikapkanlah dirimu untuk itu”. Oleh karena itu,
setiap calon sufi mengadakan lathan jiwa (riyadah), berusaha untuk membersihkan dirinya
ari sifat-sifat tercela, mengosongkan hati darisifat yang keji ataupun dari hal-hal duniawi,
lalu mengisinya dengan sifat-sifat terpuji seperti, beribadah, zikir, menghindarkan diri dari
hal-hal yang dapat mengurangi kesucian diri dan seluruh jiwa semata-mata hanya untuk
memperoleh tajalli yaitu menerima pancaran ilahi.

- Maqom
Maqom adalah upaya sadar untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui tahapan-
tahapan untuk mencapai makrifatullah, di mana upaya tersebut telah menjadi sifat yang
menetap pada diri seseorang.

- Al-ahwal
Ahwal yaitu keadaan jiwa dalam proses pendekatan diri kepada Allah Swt, di mana
keadaan tersebut masih temporer belum menetap dalam jiwa. Kondisi ini menuntut
tindakan untuk menyikapinya.

Anda mungkin juga menyukai