Anda di halaman 1dari 6

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur'an dan hadis bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang gerak manusia. Al-
Qur'an dan hadis adalah panduan hidup yang menggiring manusia menuju ketentraman, kedamaian
dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna adalah kebahagiaan yang meliputi dua dimensi, yaitu
dimensi dunia dan dimensi akhirat. Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram.
Kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi dengan Allah. Tasawuf dalam
dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan.

Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk
mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat
di dalam kehidupan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri sedekat
mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan Allah melalui jalan dan cara, yaitu
maqamat dan ahwal. Untuk lebih jelasnya. dalam makalah ini saya akan mencoba memaparkan
beberapa persoalan yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu pengertian tasawuf, sejarah
perkembangan tasawuf, dalil Al-Quran dan Hadits tentang perlunya tasawuf, manfaat tasawuf, serta
istilah-istilah dalam tasawuf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian tasawuf ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf itu?

3. Apa saja dalil Al-Quran dan hadits yang berkenaan tentang perlunya tasawuf?

4. Apa manfaat dari tasawuf itu?

5. Jelaskan istilah-istilah dalam tasawuf: fana, baqa, ittihad dan hulul!

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Terdapat beragam pendapat mengenai akar kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa kata
tasawuf berasal dari kata shufah (kain dari bulu), karena kepasrahan seorang sufi kepada Allah ibarat
kain wol yang dibentangkan. Ada yang berpendapat shifah (sifat) sebab, seorang sufi adalah orang
yang menghiasi diri dengan segala sifat terpuji dan meninggalkan setiap sifat tercela. Pendapat lain
mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuffah (sufah) sebab, seorang sufi mengikuti ahli
sufah dalam sifat yang telah ditetapkan Allah bagi mereka. Al-Qusyari berpendapat bahwa tasawuf
berasal dari shafwah (orang pilihan atau suci), shaf (saf), seolah para sufi berada di saf pertama
dalam menghadapkan diri kepada Allah dan berlomba-lomba untuk melakukan ketaatan.

Sebagian kalangan mengatakan, kata tasawuf dinisbatkan pada kain wol yang kasar (shuf khasyin).
Sebab, para sufi gemar memakainya sebagai simbol zuhud dan kehidupan yang keras. Jadi Tasawuf
adalah usaha untuk membersihkan jiwa, memperbaiki akhlak dan mencapai maqam ihsan. Dengan
kata lain yaitu usaha menaklukan dimensi jasmani manusia agar tunduk dimensi rohani. Tasawuf
oleh kaum orientalis disebut dengan sufisme. Sufisme dipakai untuk mistisisme Islam dan tidak
dipakai untuk mistisisme agama-agama lain. Orang yang pertama kali memakai kata sufi adalah Abu
Hasyim al- kufi di Irak (150 H).

B. Sejarah Perkembangan Tasawuf

Fase-fase dalam perkembangan tasawuf:

1. Pada masa awal era Islam dakwah kepada tasawuf itu belum diperlukan, karena pada era itu,
semua orang adalah ahli takwa, waraa dan ahli ibadah. Mereka semua berlomba mengikuti dan
meneladani Rasulullah dalam setiap aspek. Oleh karena itu, mereka belum membutuhkan tasawuf
karena segala sesuatunya didasarkan pada perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah.

2. Pada masa sahabat dan tabi'in sudah menggunakan tasawuf, tetapi belum mengggunakan istilah
tasawuf, karena para sahabat dan tabiin merupakan sufi yang sesungguhnya. Tasawuf merupakan
sifat-sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh sahabat Nabi tanpa terkecuali dan adanya
perasaan takut dan cintanya mereka kepada Allah dan Rasulullah melebihi dirinya sendiri.
3. Setelah masa Sahabat dan Tabiin beragam bangsa mulai memeluk Islam. Bidang ilmu
pengetahuan semakin meluas dan terspesialisasi, muncullah ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu hadits, ilmu
ushul fiqih, ilmu faraid dan ilmu-ilmu lainnya

4. Setelah fase tersebut pengaruh spiritual Islam sedikit demi sedikit melemah. Manusia mulai lupa
akan kewajibannya kepada Allah, sehingga ahli uhud terdorong untuk mengkodifikasikan ilmu
tasawuf serta menerangkan kemuliaan dan keutamaannya diantara ilmu-ilmu lainnya. Mulai dari
fase inilah ilmu tasawuf berkembang.

C. Dalil-Dalil Al-Quran dan Hadits

Berkenaan tentang Perlunya Tasawuf Al-Quran Ayat-ayat Al-Quran yang menjadi sumber ajaran
tasawuf dan sebagai pendorong untuk mengikatkan dan mendekatkan diri kepada Allah, di
antaranya adalah sebagai berikut:

‫أجيث دعوة الداع إذا دهان وإذا سألك عبادي عني فإني قريب‬

Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. (Al-Baqarah: 186).

‫وهللا المشرق و المغرب فأينما تولوا فثم وجه هللا إن هللا واسع عليم‬

Artinya: Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap, di-sanapun
ada wajah Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 115).

‫يا أيها الذين آمنوا من يريد منكم عن دينه فسوف يأتي هللا بقوم يحبهم ويحبونه‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya. (QS: Al-Maidah Ayat: 54)

Hadits 1. "Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekatinya schasta, jika
dia mendekat sehasta, maka Aku mendekat sedepa, jika dia datang kepada- Ku dengan berjalan
maka Aku datang kepadanya berlari (H.R.Bukhari)".
2. "Senantiasa hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan amal nawafil sehingga Aku mencintainya,
apabila Aku mencintainya jadilah Aku pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, matanya
yang dipergunakan untuk melihat, lidahnya yang digunakan untuk berbicara, tangannya yang
digunakan untuk menggenggam, kakinya yang digunakan untuk berjalan, dengan Aku dia
mendengar, berpikir, menggengam, dan berjalan (HR. Bukhari)". Hadits juga menggambarkan Tuhan
itu dekat. Nabi itu sudah dekat dengan Tuhan, dan praktek Sufi juga tergambar dalam sunah nabi.
Jadi terlepas dari kemungkinan adanya atau tidak adanya pengaruh dari luar, ayat-ayat serta hadits-
hadits di

atas dapat membawa kepada timbulnya aliran sufisme atau tasawuf dalam Islam, yaitu ajaran-ajaran
tentang berada sedekat mungkin pada Tuhan.

D. Manfaat Tasawuf

Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, di bawah ini adalah beberapa manfaat tasawuf
yaitu: 1.Dalam bidang kecerdasan emosional Apabila dapat mengamalkan tasawuf dengan baik maka
dapat mengendalikan emosionalnya dengan baik pula 2.Dalam bidang kecerdasan spiritual Tasawuf
mengingatkan manusia tentang kemaitian, agar umat manusia selalu beribadah, beramal shaleh,
serta menjauhi perbuatan maksiat dan kejahatan. 3.Dalam bidang Agama Tasawuf diperlukan untuk
mengamalkan Islam secara kaffah serta untuk mengembangkan kerukunan hidup beragama dan
integrasi sosial 4.Dalam bidang etos kerja Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam
ajaran Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga dan umat. 5.Dalam
bidang Pendidikan Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diajarkan di Madrasah
dan mata kuliah di Perguruan Islam untuk mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif
dan utuh serta untuk mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih, sehat dan maju.
6.Dalam bidang Ilmu Pengetahuan Tasawuf mendidik anggota masyarakat untuk mengambil
keputusan yang bijaksana dan rasional serta mendidik untuk memiliki tanggung jawab sosial.

E. Istilah-istilah dalam Tasawuf

1. Fana: hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat batin). Bahwa fana itu

ialah lenyapnya segala-galanya.

2. Itihad: satu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan
Tuhan. Yaitu pertukaran peranan antara yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu atau
tegasnya antara sufi dengan Tuhan.

3. Baqa: kekal, tetap, terus hidup.


4. Hulul: Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya,
setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu dilenyapkan.

5. Maqamat: Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah magamat, sebagaimana juga ahwal, yang
dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam memahami magamat yang
berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja
keras dalam beribadah kepadaNya, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta
latihan-latihan keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat-syarat
dalam melakukan usaha-usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik dan mendekati
sempurna.

6. Ahwal: hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti kalbu,
yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati setiap hambanNya, tidak ada sufi yang
mampu merubah keadaan tersebut apabila datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip ajaran Tasawuf telah ada dalam
Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul, bahkan kehidupan rohani Rasul dan para
sahabat menjadi salah satu panutan di dalam melakukan amalan-malannya. Ini merupakan
sangkalan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tasawuf merupakan produk asing yang
dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf jalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui
tahapan-tahapan (ajaran)Nya yaitu maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari
al-Qur'an, Hadits dan perbuatan-perbuatan sahabat. Banyak kita temui ayat-ayat al-Qur'an yang
berhubungan dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf, maupun tingkatan
tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kita kenal dengan nama maqamat dan ahwal.
Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah atau kalau bisa
menunggal dengan Allah

B. Saran

Agar kita dapat mengetahui dan mengenal Allah lebih dekat lagi, maka sangat diperlukan ilmu yang
mempelajari hal tersebut yang dikenal dengan Tasawuf. Dosen: semoga makalah ini dapat
memenuhi tugas yang telah diberikan kepada saya. Mahasiswa: Semoga makalah ini dapat
membantu dalam memahami permasalah tentang Tasawuf Masyarakat semoga dapat menambah
dan mempertajam pengertian dan pembahasan Tasawuf di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Isa, Syaikh Abdul Qadir. (2011). Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi Press, cetakan ke-13. Nasution,
Harun. (1973). Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Rahiem, Husni. (1986).
Orientasi Pengembangan Ilmu Agama Islam. Proyek Pembinaan

Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama IAIN. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI

Tebba, Sudirman (2008), Tasawuf Positif: Manfaat Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari. Tangerang:
Pustaka Irvan.

Zahri, Mustafa. (1976). Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai