Anda di halaman 1dari 7

HIDAYAH

N
POIN MATERI PENJABARAN
O
1 Definisi hidayah  Hidâyah berasal dari kata hadâ–yahdî–hud[an] wa hady[an] wa
secara bahasa hidy[an] wa hidâyat[an]
 Hudâ dan hidâyah secara bahasa artinya ar-rasyâd
(bimbingan/tuntunan) wa ad-dalâlah (petunjuk)
 Juga dikatakan, hadaytuhu ath-tharîqa wa al-bayta hidâyat[an],
artinya ‘arraftuhu (aku memberitahunya)
 Menurut al-Azhari di dalam Tahdzîb al-Lughah menukil Abu
al-‘Abbas dari Ibn al-A’rabi dan menurut Ahmad bin Muhammad al-
Fayumi di dalam Mishbâh Al-Munîr, hidâyah juga berarti al-
bayân (penjelasan)
 Dengan demikian, hidâyah secara bahasa artinya bimbingan,
penerangan, petunjuk dan penjelasan
 Al-Hudâ atau al-hidâyah juga adalah lawan dari adh-
dhalâl (kesesatan)
 Secara ‘urf, adh-dhalâl adalah penyimpangan dari jalan yang bisa
mengantarkan pada tujuan yang diinginkan, atau penyimpangan dari
jalan yang seharusnya
 Karena itu, al-hudâ atau al-hidâyah secara ‘urf bisa diartikan sebagai
jalan yang bisa mengantarkan pada tujuan yang diinginkan, atau jalan
yang seharusnya
2 Definisi hidayah  Secara syar’i jalan yang dimaksud adalah jalan yang benar (tharîq al-
secara syar’i haqq) dan jalan yang lurus (tharîq al-mustaqim), yaitu Islam dan
keimanan terhadapnya
 Dengan demikian, secara syar’i, al-huda atau al-hidâyah adalah
mendapat petunjuk atau terbimbing pada Islam dan beriman
terhadapnya
2 Macam-macam  Di dalam al-Quran, kata hadâ dan turunannya dinyatakan sebanyak
hidayah 316 kali di 96 surat. Dari semua ayat itu bisa disarikan, hidayah yang
diberikan oleh Allah kepada manusia di dunia ada tiga macam:
1. Hidâyah al-Khalq (hidayah penciptaan). Intinya, Allah telah
menciptakan dalam diri manusia secara built in adanya fitrah
berupa gharîzah at-tadayyun (naluri beragama), kebutuhan
dan pengakuan kepada al-Khâliq; dan qâbiliyah (kesediaan)
1
untuk cenderung pada kebaikan maupun keburukan.
‫َوهَد َۡينَ ٰـهُ ٱلنَّ ۡجد َۡي ِن‬
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”(QS al-
Balad [90]: 10)
ٍ ۬ ‫ َون َۡف‬. ‫فََأ ۡلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوت َۡق َو ٰٮهَا‬
‫س َو َما َسو َّٰٮهَا‬
“Dan jiwa serta penyempurnaannya [ciptaannya], maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu [jalan] kefasikan dan
ketakwaannya.” (QS asy-Syams [91]: 7-8)
Allah juga menciptakan akal atau kemampuan berpikir untuk
memahami dan membedakan yang baik dari yang
buruk. Orang yang tidak memperoleh hidayah jenis ini, yaitu
orang yang tidak sempurna atau tidak waras akalnya, tidak akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah
2. Hidâyah al-Irsyâd wa al-Bayân (hidayah petunjuk/bimbingan
dan penjelasan), yaitu berupa penjelasan, petunjuk dan
bimbingan yang diberikan Allah dengan risalah yang dibawa oleh
Rasul. Didalamnya terdapat penjelasan tentang keimanan dan
kekufuran, kebaikan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan,
petunjuk akan jalan hidup yang diridhai Allah dan yang tidak,
serta akibat dari masing-masingnya baik di dunia maupun
diakhirat. Di sinilah al-Quran disebut petunjuk dan Rasul
adalah orang yang memberi petunjuk yaitu yang
menyampaikan risalah, menjelaskannya dan menuntun serta
membimbing ke jalan Allah.
ُ‫ك رُو ۬ ًحا ِّم ۡن َأمۡ ِرنَ ۚا‌ َما ُكنتَ ت َۡد ِرى َما ۡٱل ِكتَ ٰـبُ َواَل ٱِإۡل ي َم ٰـنُ َولَ ٰـ ِكن َج َع ۡلنَ ٰـه‬ َ ‫َو َك َذٲلِكَ َأ ۡو َح ۡينَٓا ِإلَ ۡي‬
‫ص َرٲ ٍ۬ط ُّم ۡستَقِ ۬ ٍيم‬
ِ ‫ى ِإلَ ٰى‬ َ َّ‫نُو ۬ ًرا نَّہۡ ِدى بِ ِهۦ َمن نَّ َشٓا ُء ِم ۡن ِعبَا ِدنَ ۚا‌ َوِإن‬
ٓ ‫ك لَتَہۡ ِد‬
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu [Al Qur’an]
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah Al Kitab [Al Qur’an] dan tidak pula mengetahui apakah
iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS asy-Syura
[42]: 52)
ۖ
‫نز َل َعلَ ۡي ِه َءايَ ۬ةٌ ِّمن َّربِّ ۤۗ ِ‌ۦه ِإنَّ َمٓا َأنتَ ُمن ِذ ۬ ٌ‌ر َولِ ُك ِّل قَ ۡو ٍم هَا ٍد‬‫ُأ‬ ْ ‫َويَقُو ُل ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
ِ ‫ُوا لَ ۡوٓاَل‬
“Orang-orang yang kafir berkata: ‘Mengapa tidak diturunkan

2
kepadanya [Muhammad] suatu tanda [kebesaran] dari
Tuhannya?’. Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi
peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi
petunjuk.”(QS ar-Ra’d [13]: 7)
3. Hidâyah at-Tawfîq (Hidayah Taufik). Tawfîq (taufik) kepada
hidayah hanya berasal dari Allah.
‫نت َعلَ ٰى بَيِّنَ ۬ ٍة ِّمن َّربِّى َو َر َزقَنِى ِم ۡنهُ ِر ۡزقًا َح َس ۬نً ۚا‌ َو َمٓا ُأ ِري ُد َأ ۡن‬ ُ ‫ال يَ ٰـقَ ۡو ِم َأ َر َء ۡيتُمۡ ِإن ُك‬
َ َ‫ق‬
‫ت َو َما ت َۡوفِيقِ ٓى ِإاَّل بِٱهَّلل ۚ‌ِ َعلَ ۡي ِه‬‌ُۚ ‫ٱستَطَ ۡع‬
ۡ ‫صلَ ٰـ َح َما‬ ۡ ‫ُأخَالِفَ ُكمۡ ِإلَ ٰى َمٓا َأ ۡنهَ ٰٮڪُمۡ ع َۡن ۚ‌هُ ِإ ۡن ُأ ِري ُد ِإاَّل ٱِإۡل‬
ُ ‫ت ََو َّك ۡل‬
ُ‫ت َوِإلَ ۡي ِه ُأنِيب‬
“Syu’aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya
aku daripada-Nya rezki yang baik [patutkah aku menyalahi
perintah-Nya]? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu
[dengan mengerjakan] apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud
kecuali [mendatangkan] perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan
[pertolongan] Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan
hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS Hud [11]: 88)
Hidayah taufik inilah yang dinafikan dari Rasul saw.
َ‫ك اَل تَہۡ ِدى َم ۡن َأ ۡحبَ ۡبتَ َولَ ٰـ ِك َّن ٱهَّلل َ يَہۡ ِدى َمن يَ َشٓا ُۚ‌ء َوهُ َو َأ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدين‬
َ َّ‫ِإن‬
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS al-
Qashash: 56)
 Taufik itu bukanlah penciptaan hidayah dari tidak ada menjadi ada
dalam diri manusia. Taufik kepada hidayah itu adalah penyiapan
sebab-sebab hidayah untuk manusia
 Taufik berkaitan dengan sebab-sebab hidayah, atau sifat-sifat
hidayah, yang jika seseorang menyifati diri dengannya maka ia akan
mendapat petunjuk (hidayah)
 Allah tidak memberikan taufiknya secara paksa kepada manusia;
melainkan ketika manusia sudah menerima hidâyah al-khalq,
menggunakan gharîzah tadayun-nya dan menggunakan akalnya; lalu
sampai padanya hidâyah al-irsyâd wa al-bayân melalui Rasul,
pewaris Rasul, kaum Muslim atau sarana lainnya; kemudian ia
3
memahaminya dan menerima hujah risalah itu, maka Allah akan
memberinya taufik dan memudahkannya memahami hidayah dan
mengambilnya dan hidup dengannya
 Allah SWT berfirman:
‫َوالَّ ِذينَ ا ْهتَدَوْ ا زَ ا َدهُ ْم هُدًى َوآتَاهُ ْم تَ ْق َواهُ ْم‬
“Orang-orang yang mencari petunjuk, Allah menambah mereka
petunjuk dan memberi mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS
Muhammad [47]: 17)
‫َوالَّ ِذينَ َجاهَدُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا‬
“Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami.” (QS al-‘Ankabut [29]: 69)
 Ketika seseorang berusaha mencari dan menjemput hidayah,
Allah memberinya taufik sehingga ia mendapat hidayah
3 Penisbatan hidayah  Allah SWT tidak memaksa seseorang untuk mendapat hidayah. Allah
dan kesesatan juga tidak memaksa seseorang untuk sesat. Tidak ada orang yang
dari sana-nya ditakdirkan mendapat hidayah atau sebaliknya
(tersesat)
 Memang ada sejumlah ayat yang menisbatkan hidayah dan kesesatan
kepada Allah semata, misalnya:
ِ ‫ُضلِ ۡلهُ َو َمن يَ َش ۡأ يَ ۡج َع ۡلهُ َعلَ ٰى‬
‫ص َرٲ ٍ۬ط ُّم ۡستَقِ ۬ ٍيم‬ ۡ ‫َمن يَ َشِإ ٱهَّلل ُ ي‬
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah [kesesatannya], niscaya
disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah [untuk
diberi-Nya petunjuk], niscaya Dia menjadikannya berada di atas
jalan yang lurus.” (QS al-An’am [6]: 39)
‫وا ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ ٱلَّ ِذى هَ َد ٰٮنَا لِهَ ٰـ َذا‬ ْ ُ‫ُور ِهم ِّم ۡن ِغ ۬ ٍّل ت َۡج ِرى ِمن ت َۡحتِ ِہ ُم ٱَأۡل ۡنہَ ٰـ ُۖ‌ر َوقَال‬ ِ ‫صد‬ ُ ‫نَ َز ۡعنَا َما فِى‬
ُ‫ق َونُود ُٓو ْا َأن تِ ۡل ُك ُم ۡٱل َجنَّة‬ ‌ِّۖ ‫ى لَ ۡوٓاَل َأ ۡن هَ َد ٰٮنَا ٱهَّلل ۖ‌ُ لَقَ ۡد َجٓا َء ۡت رُ ُس ُل َربِّنَا بِ ۡٱل َح‬
َ ‫َو َما ُكنَّا لِنَہۡ تَ ِد‬
َ‫ور ۡثتُ ُموهَا بِ َما ُكنتُمۡ ت َۡع َملُون‬ِ
‫ُأ‬

“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada
mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka
berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada
[surga] ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk
kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah
datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran’. Dan
diserukan kepada mereka: ‘Itulah surga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan’.” (QS al-A’raf [7]: 43)
4
Juga QS al-An’am [6]: 125, Yunus [10]: 35; ar-Ra’d [13]: 27; an-
Nahl [16]: 93; al-Kahfi [18]: 17; al-Qashash [28]: 56 dan Fathir [35]:
8
 Redaksi ayat-ayat ini maknanya jelas bahwa yang melakukan
hidayah dan penyesatan adalah Allah, bukan hamba. Ini artinya
bahwa seorang hamba tidaklah mendapat petunjuk karena dirinya
sendiri melainkan jika Allah menunjukinya, dan sebaliknya jika
Allah menyesatkannya, ia tersesat
 Namun, dengan menghimpun ayat-ayat tentang hidayah dan
kesesatan, dan memahaminya secara tasyrî’i, akan tampak jelas
bahwa makna ayat-ayat itu bukanlah penisbatan hidayah dan
kesesatan dari sisi melangsungkan hidayah dan kesesatan, tetapi
maksudnya adalah penisbatan dalam hal penciptaan. Artinya,
Allah sajalah yang menciptakan hidayah dan kesesatan itu. Namun,
penciptaan itu bukan berarti paksaaan dari Allah kepada hamba
untuk mendapat petunjuk atau tersesat
 Pengalihan makna penisbatan ini karena adanya indikasi-indikasi:
1. Pertama, ada sejumlah ayat yang menisbatkan hidayah,
kesesatan dan penyesatan kepada hamba, misalnya
۬
َ‫ضلُّونَ ِإٓاَّل َأنفُ َسهُمۡ َو َما يَ ۡش ُعرُون‬
ِ ُ‫ضلُّونَ ُكمۡ َو َما ي‬ ِ ‫َو َّدت طَّ ِٕٓاٮفَةٌ ِّم ۡن َأ ۡه ِل ۡٱل ِكتَ ٰـ‬
ِ ُ‫ب لَ ۡو ي‬
“Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal
mereka [sebenarnya] tidak menyesatkan melainkan dirinya
sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.” (QS Ali Imran [3]: 69)
Lihat juga QS al-Maidah [5]: 105; al-An’am [6]: 144; al-A’raf
[7]: 38; Yunus [10]: 88, 108; Thaha [20]: 85; asy-Syu’ara’ [26]:
99; Saba’ [34]: 50; a-Zumar [39]: 41; Fushshilat [41]: 29 dan Nuh
[71]:27) dan setan
‫ضلَ ٰـ ۢالَ بَ ِعي ۬ ًدا‬ ِ ُ‫َوي ُِري ُد ٱل َّش ۡيطَ ٰـنُ َأن ي‬
َ ۡ‫ضلَّهُم‬
“Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka [dengan]
penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS an-Nisa’ [4]: 60)
Redaksi ayat-ayat ini jelas menunjukkan bahwa manusialah yang
melangsungkan hidayah dan kesesatan sehingga dia menyesatkan
dirinya dan orang lain, dan setan juga menyesatkan manusia.
Ayat-ayat ini mengalihkan makna penisbatan hidayah dan
kesesatan kepada Allah dari penisbatan pelangsungan hidayah dan
kesesatan kepada makna penisbatan penciptaan
5
2. Kedua: banyak ayat menyatakan bahwa Allah memberikan pahala
kepada orang yang mendapat petunjuk dan menjatuhkan siksa
kepada orang yang tersesat serta menghisab perbuatan manusia.
Apabila pelangsungan hidayah dan kesesatan dinisbatkan kepada
Allah, artinya Allah yang memaksa manusia untuk mendapat
hidayah atau tersesat, lalu Allah menimpakan siksa kepada orang
yang tersesat dan menyiksa orang kafir, fasik, munafik dan pelaku
maksiyat. Ini jelas merupakan kezaliman. Mahasuci Allah dari
yang demikian, sekali-kali Dia tidaklah menzalimi hamba-Nya
(QS 41: 17)
 Dengan menghimpun semua ayat tersebut jelaslah bahwa Allah
sematalah yang menciptakan hidayah dan kesesatan. Sebaliknya,
hambalah yang menempuh ihtidâ’ (mencari petunjuk) sehingga
ia mendapat hidayah, dan hambalah yang
menempuh idhlâl (menempuh kesesatan dan penyesatan)
sehingga ia tersesat dan bisa menyesatkan diri dan orang lain
 Seperti itulah kehendak dan keinginan (masyî‘ah wa irâdah) Allah
SWT dalam hal ini. Allah SWT berfirman:
‫ضلُّ َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء‬
ِ ُ‫ي‬
“Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS an-Nahl [16]: 93)
 Maksud ayat ini bukanlah bahwa seseorang mendapat petunjuk
karena paksaan dari Allah dan seseorang tersesat karena paksaan dari
Allah. Maksudnya bukanlah bahwa Allah memaksa seseorang untuk
sesat dan memaksa seseorang untuk mendapat petunjuk. Akan tetapi,
maknanya adalah bahwa menurut kehendak dan keinginan (masyî‘ah
wa irâdah) Allah, seseorang yang mencari petunjuk akan
mendapat petunjuk dan siapa yang menempuh kesesatan akan
tersesat. Jadi orang mendapat petunjuk maupun tersesat, semua itu
sesuai dengan masyî‘ah wa irâdah Allah itu
4 Kesimpulan  Allah telah menciptakan dalam diri manusia qâbiliyah (kesediaan
atau kapasitas) untuk kebaikan maupun keburukan
 Allah juga telah menjelaskan jalan kebaikan atau jalan hidayah
maupun jalan keburukan atau jalan kesesatan (QS al-Balad [90]: 10;
asy-Syams [91]: 7-8)
 Lalu Allah membebaskan manusia untuk memilih jalan hidayah atau
6
jalan kesesatan itu
ۡ‫ق ِمن َّربِّ ُك ۖمۡ‌ فَ َمن َشٓا َء فَ ۡلي ُۡؤ ِمن َو َمن َشٓا َء فَ ۡليَ ۡكفُ ۡۚ‌ر ِإنَّٓا َأ ۡعت َۡدنَا لِلظَّ ٰـلِ ِمينَ نَارًا َأ َحاطَ بِ ِہم‬
ُّ ‫َوقُ ِل ۡٱل َح‬
‫س ٱل َّش َرابُ َو َسٓا َء ۡت ُم ۡرتَفَقًا‬ َ ‫وا بِ َمٓا ۬ ٍء َك ۡٱل ُم ۡه ِل يَ ۡش ِوى ۡٱل ُوجُو ۚ‌هَ بِ ۡئ‬ ْ ُ‫ُس َرا ِدقُهَ ۚا‌ وَِإن يَ ۡستَ ِغيث‬
ْ ُ‫وا يُغَاث‬
“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin [beriman] hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin [kafir] biarlah ia kafir’. Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS al-Kahfi [18]: 29)
 Jika orang mencari dan menjemput hidayah, yaitu mengupayakan
sifat-sifat hidayah ada dalam dirinya atau memilih jalan hidayah,
maka Allah memberinya taufik sehingga ia mendapat hidayah dan
Allah menambah hidayah kepadanya
 Sebaliknya, jika orang mencari dan menjemput kesesatan atau
memilih jalan kesesatan maka ia akan tersesat, Allah tidak
memberinya taufik, bahkan Allah akan menambah kesesatannya
 Selama sifat-sifat yang bertentangan dengan hidayah masih bercokol
maka Allah tidak akan memberikan hidayah taufik
 Di sinilah Allah menyatakan tidak akan memberi hidayah kepada
orang kafir (QS 2: 264), orang fasik (QS 61: 5), orang zalim (QS 2:
258), orang yang sesat (QS 16: 37) dan orang yang melampaui
batas lagi berdusta (QS 40: 28)

Anda mungkin juga menyukai