Bulan Ramadhan saat ini sungguh sangat istimewa, Karena bulan yang penuh berkah,
rahmat dan ampunan ini bersamaan dengan wabah Pandemi Covid 19 yang telah
merenggut banyak korban jiwa, serta mampu merubah suasana yang tidak seperti
biasanya atau kondisi extra ordinary. Walaupun demikian kondisi pandemi ini tidak
akan mengurangi kemuliaan bulan Ramadhan sebagai bulan perjuangan untuk
meraih kemenangan. Sehingga dalam kondisi seperti saat inipun kualitas Ibadah kita
harus tetap meningkat karena pandemi ini telah memberikan pelajaran yang sangat
berharga, betapa lemahnya kita sebagai manusia berhadapan dengan makhluk Allah
Swt yang sangat kecil dan tidak kasat mata ini, dan membuktikan bahwa Allah yang
Maha besar dan Maha kuasa atas segala sesuatu. Hal ini seharusnya semakin
membuat optimisme kita sebagai pengemban dakwah tetaplah tinggi tanpa ada kata
kendor. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dengan Ramadhan di tengah wabah
pandemi ini sehingga kita semakin optimis dalam memperjuangkan tegaknya kalimat
Allah di muka bumi.
adidaya itu pada hakekatnya rapuh. Otoritas publik dan system kesehatan yang
dibanggakan negara adidaya itu telah melemah dan sama sekali tidak siap
mengahadapi krisis kesehatan publik sampai hari ini, meskipun sudah berpengalaman
dalam menghadapi wabah SARS dan Ebola. Anggaran sebesar 1,7 Trilyun USD telah
dihabiskan untuk memperbarui senjata nuklirnya sehingga dana di bidang kesehatan
sangat minim, sehingga tidak cukup memiliki tempat tidur, masker, ventilator dan
sarana kesehatan lainnya.
Prof Daniel M. Rosyid menyampaikan bukti kegagalan kepemimpinan global di bawah
kendali AS dan PBB tampak dalam mengatasi Pandemi Covid 19. Pandemi Covid 19
adalah sebuah kondisi Global yang berjalan di luar skenario AS dan yang lainnya,
sehingga kegagalan pengelolaannya akan menjadi bom waktu bagi AS dan sekutunya
yang akan menghancurkannya. Dan tidak lama lagi kita akan menyaksikan dunia baru
yang itu bisa lebih buruk dari kondisi hari ini atau bahkan lebih baik.
Menurut analisis Stephen M. Walt dari Foreign Policy, bahwa pandemi Covid 19 akan
mempercepat pergeseran kekuasaan dan pengaruh dari Barat ke Timur.
Ditambahkan oleh John Allen bahwa krisis Kesehatan ini akan mengubah struktur
kekuatan internasional dengan cara yang tidak pernah terbayangkan. Karena
pandemi ini akan terus menekan aktifitas ekonomi dan meningkatkan ketegangan
antar negara. Kapitalisme akan mengalami guncangan ekonomi dan akan
bermunculan negara negara gagal dan AS tidak dipandang lagi sebagai pemimpin
internasional.
Namun keyakinan dan kerinduan untuk meraih kemuliaan dalam Islam, membutuhkan
amal yang sungguh-sungguh dengan mengikuti sunnatullah dan kaidah kausalitas
(sebab akibat). Tidak cukup yakin, tidak cukup berdoa, namun ada ikhtiar nyata. Inilah
yang dilakukan oleh Muhammad al Fatih dan kaum Muslimin sebelumnya.
Muhammad al Fatih juga menyadari, untuk meraih kemenangan Allah dibutuhkan
ketaatan dan kedekatan dengan Allah SWT. Inilah jalan turunnya kemenangan dari
Allah SWT. Dan dimulai dari dirinya sendiri, sang Panglima yang tidak pernah berhenti
berdoa agar dirinya, pasukannya, dan umat Islam, diberikan kemenangan. Shalat
tahajud menghiasi malam-malamnya. Pasukannya pun dipastikan olehnya sendiri,
agar tidak berbuat maksiat, yang bisa menghalangi datangnya pertolongan Allah
SWT. Akhirnya Muhammad Al Fatih-lah yang berhasil mewujudukan bisyaroh
Rasulullah Saw yang pernah beliau sampaikan kepada para sahabatnya ra:
Kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya
adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan. Abdullah bin Amr bin Al Ash bertanya: kota manakah
yang dibuka lebih dulu ? Konstantionel atau Roma ? Rasulullah Saw menjawab: kota
Heraklius dibuka lebih dulu, yaitu Konstantinopel (HR Ahmad, Ad Darimi dan Al
Hakim).
Sejarah telah mencatat bagaimana pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin
telah berupaya serius dan selalu optimis bahwa konstantinopel akan mampu mereka
taklukkan sejak masa khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan (668 M). Namun Bisyaroh
ini baru bisa terwujud pada tahun 1453 M di masa kepemimpinan Muhammad Al Fatih.
Optimisme di dalam perjuangan dakwah untuk mewujudkan janji Allah dan Bisyaroh
Rasulullah Saw harus tetap ada dan terus terjaga sampai Allah memberikan
pertolonganNya sebagaimana kaum muslimin dari generasi ke generasi telah
membuktikannya selama kurun waktu hampir 800 tahun bekerja keras tanpa kenal
lelah sehingga mampu mewujudkan Bisyaroh menaklukkan Konstantinopel.
Perjuangan terus dilakukan dalam berbagai pasang surut kondisi kekhilafahan
(khalifah meninggal, bencana alam, dll), mereka tidak melihat itu sebagai hambatan
apalagi sebagai alasan untuk tidak melanjutkan perjuangan. Mereka tetap fokus pada
tujuan.
Inilah jalan optimisme, bukan sekedar mengakhiri wabah pandemi tapi juga
menyiapkan peradaban baru yang akan menggantikan peradaban yang sudah
terbukti gagal dalam segala hal. Kembali kepada Islam, yakin akan janji kemenangan
dari Allah SWT, berusaha dengan sungguh-sungguh, dan senantiasa membangun
keterikatan dengan syariah Islam. Masih ada kabar gembira Rasulullah Saw yang
tersisa untuk kita, yaitu penaklukan Roma, kembalinya khilafah, dan peperangan
melawan Yahudi. Inilah kesempatan emas generasi kita, kesempatan untuk meraih
janji kemuliaan dari Allah Swt, kesempatan menoreh sejarah dengan tinta emas.
Semoga kita diberikan kesempatan untuk mewujudkannya dan tercatat sebagai
hamba-hamba Allah yang telah meperjuangkan terwujudnya Janji Allah Swt dan
Bisyaroh Rasulullah Saw yang akan menjadi hujjah di hadapan Allah pada yaumil
hisab nanti. Wallohu a’lam.