Anda di halaman 1dari 2

Memahami dan Mengamalkan Islam secara Kaffah

Miftah Saiful ‘Arifin

Syariat Islam (Arab: ‫ شريعة إسالمية‬Kata syara' secara etimologi berarti "jalan-jalan yang bisa di tempuh
air", maksudnya adalah jalan yang di lalui manusia untuk menuju allah. Syariat Islamiyyah adalah kunci
penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. >> Sumber Hukum Islam.
Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan dalam
Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah kepada kaum mu`minin seluruhnya. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirma
ِ ‫ش ْي َط‬
ٌ‫ان ِإ َّن ُه لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُمبِين‬ َّ ‫ت ال‬ ِّ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ادْ ُخلُوا فِي ال‬
ِ ‫س ْل ِم َكا َّف ًة َواَل َت َّتبِ ُعوا ُخ ُط َوا‬
Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus
dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di
zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua
masuk dalam perintah ini. Sementara pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan
tentang kebiasaan kaum Yahudi (Ahlul Kitab). Yaitu ketika Allah turunkan kepada mereka Kitab-Nya, Allah
mengutus kepada mereka Rasul-Nya, mereka tidak mau mengimani,menjalankan, dan mengamalkan syari’at
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan secara kaffah. Ini adalah akhlak Yahudi. Allah SWT menyatakan
tentang mereka:
ٍ ‫ب َو َت ْكفُرُونَ بِ َب ْع‬
]85/‫ض) [البقرة‬ ِ ‫َأ َف ُتْؤ ِم ُنونَ بِ َب ْع‬
ِ ‫ض ا ْل ِك َتا‬
Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam mendidik mereka di atas iman
yang kaffah, Islam yang kaffah, ibadah yang kaffah, baik zhahir maupun batin sampai akhirnya turunlah ayat:
]3/‫ا ْل َي ْو َم َأ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم َوَأ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم ن ِْع َمتِي َو َرضِ يتُ َل ُك ُم اِإْل ْساَل َم دِي ًنا [المائدة‬

Alasan rasional kenapa umat Islam harus selalu taat pada aturan/hukum Allah SWT: 1. Manusia lemah dan
terbatas; 2. Allah SWT Maha Mengetahui; 3. Perintah Allah SWT; 4. Hisab di hari kiamat.

Al ashlu fiil asyaai al ibaahah maa lam yard daliilut tahriim. Hukum asal benda (barang) adalah mubah
selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Hukum benda hanya mengenal halal dan haram saja, tidak
mengenal haram, makruh ataupun wajib.

Al ashlu fiil af’aal at taqoyudu bil ahkaamis syar’iyah. Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan
hukum syariat. Artinya, hukum asal semua perbuatan manusia adalah memiliki hukum Syariah yang wajib
dicari dari dalil dalil Syariah sebelum melakukan perbuatan. Sebab, tujuan melakukan perbuatan itu adalah
dalam rangka beribadah kepada Allah, sedangkan diterimanya ibadah itu harus memenuhi dua syarat: (1) ikhlas
karena Allah, dan (2) kesesuaiannya dengan hukum Syariah. Dalam hukum perbuatan ada yang wajib (fardhu),
sunah (mandub), boleh (jaiz), makruh, dan haram.

Jika syariat islam diterapkan secara total, maka pasti akan dicapai berbagai maslahat bagi manusia, di
antaranya:
(1) Mashlahah Dharuriyah: Kemaslahatan yang diperoleh manusia dalam bentuk terpeliharanya
kelangsungan hidupnya. Terpeliharanya aqidah, keimanan, keturunan, akal, negara, harta, kemuliaan, dan
nyawa.
(2) Mashlahah Hajiyyah: Kemaslahatan yang diperoleh manusia dalam kondisi yang sulit atau menghadapi
kesengsaraan. Kemaslahatan ini diperoleh seseorang berkaitan dengan keringanan (rukhsah) yang
diberikan oleh Allah kepada manusia.
(3) Mashlahah Tahsiniyah: Kemaslahatan yang diperoleh manusia ketika melaksanakan hukum hukum yang
berkaitan dengan sifat akhlak dan adab. Misalnya menjaga kebersihan badan dan pakaian, juga dengan
melaksanakan thaharah (bersuci) manusia akan terlindung dari berbagai penyakit fisik maupun penyakit
hati
(4) Mashlahah Takmiliyah: Kemaslahatan yang berkaitan dengan penyempurnaan maslahat yang diperoleh
manusia karena menyempurnakan tiga bentuk kemaslahatan yang lain, yaitu dengan diperintahkan dan
dilarangnya hal hal yang menjadi cabang kewajiban atau keharaman asal. Contoh, ketika hukum zina
diharamkan, maka apa saja yang mengantarkan seseorang untuk melakukan zina juga diharamkan.

Anda mungkin juga menyukai