Anda di halaman 1dari 13

Senin,27 Februari 2023 “Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam) benar-benar

 Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah bahwa hidayah terbagi memberi petunjuk (penjelasan dan bimbingan) kepada jalan yang lurus” (QS asy-
menjadi dua yaitu : hidayah penjelasan dan hidayah taufik, ilham dan Syuuraa: 52).
penerimaan. (Modul hal.40) 3. Hidayah taufik, ilham (dalam hati manusia untuk mengikuti jalan yang benar)
dan kelapangan dada untuk menerima kebenaran serta memilihnya.
Makna, hakikat dan macam-macam hidayah
Inilah hidayah (sempurna) yang mesti menjadikan orang yang meraihnya akan
Makna hidayah secara bahasa berarti ar-rasyaad (bimbingan) dan ad-
mengikuti petunjuk Allah Ta’ala. Inilah yang disebutkan dalam firman-Nya:
dalaalah (dalil/petunjuk)[5].
ٍ ‫ُضلُّ َم ْن يَشَا ُء َويَ ْه ِدي َم ْن يَشَا ُ@ء فَال ت َْذهَبْ نَ ْفسُكَ َعلَ ْي ِه ْم َح َس َرا‬
{‫ت‬ ِ ‫}فإن هللا ي‬
Adapun makna hidayah secara syar’i, maka Imam Ibnul Qayyim membagi hidayah
“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi
yang dinisbatkan kepada Allah Ta’ala menjadi empat macam:
hidayah (taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir: 8).
1. Hidayah yang bersifat umum dan diberikan-Nya kepada semua makhluk,
Dan firman-Nya:
sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya:
{‫َي ٍء خَ ْلقَهُ ثُ َّم هَدَى‬
{ َ‫ص ِرين‬ ِ ‫ُضلُّ َو َما لَهُ ْم ِم ْن نَا‬ ِ ‫}ِإ ْن تَحْ ِرصْ َعلَى هُدَاهُ ْم فَِإ َّن هَّللا َ ال يَ ْه ِدي َم ْن ي‬
ْ ‫}قَال َ َربُّنَا الَّ ِذي َأ ْعطَى ُك َّل ش‬
“Jika engkau (wahai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam) sangat mengharapkan
“Musa berkata: “Rabb kami (Allah Ta’ala) ialah (Rabb) yang telah memberikan
agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi
kepada setiap makhluk bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS
petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya dan mereka tidak mempunyai
Thaahaa: 50).
penolong” (QS an-Nahl: 37).
Inilah hidayah (petunjuk) yang Allah Ta’ala berikan kepada semua makhluk dalam hal
Juga firman-Nya:
yang berhubungan dengan kelangsungan dan kemaslahatan hidup mereka dalam
{ َ‫ك ال تَ ْه ِدي َم ْن َأحْ بَبْتَ َولَ ِك َّن هَّللا َ يَ ْه ِدي َم ْن يَشَا ُء َوه َُو َأ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬ َ َّ‫}ِإن‬
urusan-urusan dunia, seperti melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menjauhi hal-
“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam) tidak dapat
hal yang membinasakan untuk kelangsungan hidup di dunia.
memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberikan
2. Hidayah (yang berupa) penjelasan dan keterangan tentang jalan yang baik dan
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dia yang lebih mengetahui
jalan yang buruk, serta jalan keselamatan dan jalan kebinasaan.
tentang orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS al-Qashash: 56).
Hidayah ini tidak berarti melahirkan petunjuk Allah yang sempurna, karena ini hanya
Maka dalam ayat ini Allah menafikan hidayah ini (taufik) dari
merupakan sebab atau syarat, tapi tidak mesti melahirkan (hidayah Allah Ta’ala yang
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan menetapkan bagi beliau Shallallahu’alaihi
sempurna). Inilah makna firman Allah:
Wasallam hidayah dakwah (bimbingan/ajakan kepada kebaikan) dan penjelasan
{‫}وَأ َّما ثَ ُمو ُد فَهَ َد ْينَاهُ ْم فَا ْستَ َحبُّوا ْال َع َمى َعلَى ْالهُدَى‬
َ
dalam firman-Nya:
“Adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih
menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk” (QS Fushshilat: 17).
{‫اط ُم ْستَقِ ٍيم‬ ٍ ‫ص َر‬ ِ ‫}وِإنَّكَ لَتَ ْه ِدي ِإلَى‬ َ
“Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam) benar-benar
Artinya: Kami jelaskan dan tunjukkan kepada mereka (jalan kebenaran) tapi mereka
memberi petunjuk (penjelasan dan bimbingan) kepada jalan yang lurus” (QS asy-
tidak mau mengikuti petunjuk.
Syuuraa: 52).
Hidayah inilah yang mampu dilakukan oleh manusia, yaitu dengan berdakwah dan
4. Puncak hidayah ini, yaitu hidayah kepada Surga dan Neraka ketika penghuninya
menyeru manusia ke jalan Allah, serta menjelaskan kepada mereka jalan yang benar
digiring kepadanya.
dan memperingatkan jalan yang salah, akan tetapi hidayah yang sempurna (yaitu
Allah Ta’ala berfirman tentang ucapan penghuni Surga:
taufik) hanya ada di tangan Allah Ta’ala, meskipun tentu saja hidayah ini merupakan
{‫ق‬ ِّ ‫ت ُر ُس ُل َربِّنَا ِب ْال َح‬ @ْ ‫ي لَوْ ال َأ ْن هَدَانَا هَّللا ُ لَقَ ْد َجا َء‬
َ ‫}وقَالُوا ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي هَدَانَا لِهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد‬
َ
sebab besar untuk membuka hati manusia agar mau mengikuti petunjuk
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami
Allah Ta’ala dengan taufik-Nya.
tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan
Allah Ta’ala berfirman tentang Rasul-Nya:
kami” (QS al-A’raaf: 43).
{‫اط ُم ْستَقِ ٍيم‬
ٍ ‫ص َر‬ َ َّ‫} َوِإن‬
ِ ‫ك لَتَ ْه ِدي ِإلَى‬
Adapun tentang penghuni Neraka, Allah Ta’ala berfirman:
{‫ص َرا ِط ْال َج ِح ِيم‬ ِ ‫ ِم ْن دُو ِن هللاِ فَا ْهدُوهُ ْم ِإلَى‬ . َ‫اجهُ ْم َو َما كَانُوا يَ ْعبُ ُدون‬ َ ‫}احْ ُشرُوا الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا َوَأ ْز َو‬
“Kumpulkanlah orang-orang yang zhalim beserta teman-teman yang bersama ‫اب احلَ َسنَ ِة احلَ َسنَةُ َب ْع َد َها‬
ُ ‫َث َو‬
mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah, lalu tunjukkanlah kepada “Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”
mereka jalan ke Neraka” (QS ash-Shaaffaat: 22-23)”[6]. Begitu juga dalam ayat disebutkan,
Dari sisi lain, Imam Ibnu Rajab al-Hambali membagi hidayah menjadi dua: ِ َّ ُ ‫وي ِز‬
َ ‫يد اللَّهُ الذ‬
‫ين ْاهتَ َد ْوا ُه ًدى‬ ََ
1. Hidayah yang bersifat mujmal (garis besar/global), yaitu hidayah kepada
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat
agama Islam dan iman, yang ini dianugerahkan-Nya kepada setiap muslim.
petunjuk.” (QS. Maryam: 76)
2. Hidayah yang bersifat rinci dan detail, yaitu hidayah untuk mengetahui
Juga pada firman Allah,
perincian cabang-cabang imam dan islam, serta pertolongan-Nya untuk ِ َّ
‫اه ْم َت ْق َو ُاه ْم‬
ُ َ‫ين ْاهتَ َد ْوا َز َاد ُه ْم ُه ًدى َوآَت‬
َ ‫َوالذ‬
mengamalkan semua itu. Hidayah ini sangat dibutuhkan oleh setiap mukmin di siang
dan malam”[7]. “Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada
Itulah pembahasan tentang makna hidayah dan hakikatnya. Semoga pembahasan mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)
makna hidayah dan hakikatnya ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu
https://muslim.or.id/19131-makna-dan-hakikat-hidayah-allah.html saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga.
Sampai-sampai Ibnu Rajab simpulkan, menuntut ilmu adalah jalan paling ringkas

Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah bahwa untuk menuju surga. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298)
Sumber https://rumaysho.com/12363-menuntut-ilmu-jalan-paling-cepat-menuju-surga.html
mendapatkan hidayah seseorang harus berikhtiar mencarinya dan salah
satu jalan untuk menggapai hidayah Allah adalah dengan menuntut ilmu.  Santri mendengarkan 2 kisah singkat terkait hidayah ( kisah abu tholib dan
Menuntut Ilmu, Jalan Paling Cepat Menuju Surga kisah ushoimir) kemudian santri mengambil ibroh
Kalau kita ingin masuk surga dengan cara paling cepat, cobalah menuntut ilmu Kisah Al-Ushairim Meraih Surga Tanpa Beribadah Sekalipun
agama. Namanya Amru bin Tsabit bin Waqasy, tapi lebih dikenal khalayak sebagai Al-
  Ushairim. Mujahid dari Suku `Aus, dari Bani Asyhal yang dulunya belum menerima
Kembali pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Islam ketika keluarga besar sukunya, seperti Sa`ad bin Muadz dan yang lainnya masuk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Islam.
‫س فِ ِيه ِعْل ًما َس َّه َل اللَّهُ لَهُ بِِه طَ ِري ًقا ِإىَل اجْلَن َِّة‬ ِ
ُ ‫ك طَري ًقا َيْلتَم‬
ِ َ َ‫َو َم ْن َسل‬ Suatu hari, saat kaum muslimin bersiap untuk berangkat ke perang Uhud, datang Al-
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan Ushairim menemui Rasulullah dan menanyakan keluarga besar sukunya, termasuk
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699) Sa`ad bin Mu`adz yang tidak tampak di kampung sukunya.                                 
Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna "Mereka menuju Uhud". Jawab Rasulullah saat itu.
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali: Mendengar semua keluarga besarnya pergi berjihad, Al-Ushairim yang sebelumnya
Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk sudah sering mendapatkan tausiyah dari keluarga besar sukunya terkait ketamaan
surga. jihad dijalan Allah, semakin mantab hatinya untuk menyusul seluarga besar sukunya
Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah berangkat ke Uuhud menjmeput syahid. Karenanya, saat itu Al-Ushairim menyatakan
yang mengantarkan seseorang pada surga. keislamannya dan bersyahadat langsung dihadapan Rasulullah.
Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan Setelah selesai bersyahadat, Al-Ushairim langsung meminta restu Rasulullah untuk
ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga. ikut keluarga besar sukunya dan juga umat Islam lainnya berjihad di medan perang
Sebagaimana kata sebagian ulama kala suatu ilmu diamalkan, Uhud, saat itu juga dan Rasulullah merestuinya. 
‫َم ْن َع ِم َل مِب َا َعلِ َم َْأو َرثَهُ اهللُ ِعْل َم َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬ Mendapat restu, Al-Ushairim langsung melengkapi diri dengan semua perlengkapan
“Siapa yang mengamalkan suatu ilmu yang telah ia ilmui, maka Allah akan perang dan langsung menunggangi kudanya untuk bergabung dengan pasukan yang
mewarisinya ilmu yang tidak ia ketahui.” berangkat ke perang Uhud. 
Sebagaimana kata ulama lainnya,
Kegaduhan terjadi dalam pasukan, ketika para sahabat yang satu suku dengan Al- sang kakek meninggal hingga Nabi berusia 40-an tahun. Kedekatan yang luar biasa
Ushairim mengenalinya. Mereka mempertanyakan alasan Al-Ushairim berada dalam dengan sang paman terjalin sedari kanak-kanak hingga masa kenabian.
pasukan yang menuju ke Uhud, bahkan beberapa diantara sahabat ada yang Saat Nabi Muhammad menerima wahyu dan mendakwahkannya. Cinta Abu Thalib
menyuruhnya kembali, karena semua sahabat memang tidak ada yang tahu kepada anak saudaranya itu tak berubah. Walaupun ajaran yang dibawa sang
Kkeislaman Al-Ushairim, kecuali Rasulullah sendiri. keponakan bertentangan dengan keyakinannya. “Langkahi dulu mayatku, kalau
"Untuk apa kau ikut berperang wahai Al-Ushairim?" Tanya beberapa sahabat. berani mengganggu keponakanku”, kira-kira seperti itulah bentuk perlindungannya.
"Aku sudah beriman kepada Allah SWT dan Rasull-Nya. Aku ingin berjihad di jalan Ia bagaikan sosok seorang ayah yang melindungi. Tidak heran, Nabi Muhammad
Allah. Aku ingin menjemput syahid yang tak lama lagi!" Jawab Al-Ushairim tegas, sangat menginginkan hidayah untuknya.
sambil tetap menarik kekang tali kudanya kuat-kuat. Saat Abu Thalib menderita sakit yang mengantarkannya pada kematian, Rasulullah
Akhirnya, dalam pertempuran perang Uhud yang dahsyat, Al-Ushairim yang shallallahu ‘alaihi wa sallam terus berjuang agar sang paman mendapatkan
bertempur gagah berani tanpa rasa takut sedikitpun punya andil besar kebahagiaan setelah kematian. Dengan cara menawarkannnya Islam. Namun, sampai
menjaga marwah pasukan muslimin, meskipun sejarah mencatat dalam perang ini akhir hayat, sang paman tak juga mau bersyahadat. Ia wafat memegang ajaran nenek
pasukan muslim hampir saja membungkam kecongkakan kaum Quraisy dibawah moyang. Kehilangan sosok paman seperti Abu Thalib adalah duka dan kesedihan.
komando Abu Sufyan. Tapi, lebih sedih lagi, dia yang senantiasa melindungi, wafat dalam kekufuran.
Al-Ushairim akhirnya benar-benar memjemput kesyahidan di medan perang Uhud Kasih Sayang Nabi
bersama-sama dengan sekitar 70 sahabat lain, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib, Terhadap orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kekerabatan saja, Nabi memiliki
paman Rasulullah yang kesemuanya dikuburkan di lokasi perang di kaki Gunung rasa kasih dan belas kasihan. Padahal mereka menolak dakwah Islam. Mereka
Uhud. senantiasa merenyakiti Nabi secara fisik dan psikis. Seorang saja yang menerima
Para sahabat akhirnya melaporkan gugurnya Al-Ushairim kepada Rasulullah dan dakwahnya, bagi beliau lebih berharga dari dunia dan seisinya.
beliau berkata “Innahu min ahlil jannah, Amila qolilan wa ujiro " yang artinya Ia ‫ ٍل َأتَى َقوْ مًا‬.‫ ِل رَ ُج‬.َ‫ َك َمث‬،ِ‫هللا بِه‬ ُ ‫ ُل مَا بَ َعثَنِي‬.َ‫ «ِإنَّمَا َمثَلِي وَ َمث‬:‫ال‬.‫ ق‬،‫لم‬.‫لى هللا عليه وس‬.‫النبي ص‬ ِّ ‫ عن‬،‫عن أبي موسى‬
termasuk dari penghuni surga, amalnya sedikit tapi mendapat ganjaran (yang besar).  ،‫ ْدلَ ُجوا‬.‫ َف‬،ِ‫ ٌة مِنْ َقوْ مِ ه‬.‫ ُه طَاِئ َف‬.َ‫ َف طَاع‬،َ‫ اء‬.َ‫ َفالنَّج‬،]2[ ُ‫ وَ ِإنِّي نَا النَّذِيرُ العُرْ يَان‬،َّ‫ ِإنِّي رَ َأيْتُ الجَ يْشَ ِب َع ْينَي‬،‫ يَا َقوْ ِم‬:‫َفقَا َل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
Bahkan Abu Hurairah suatu ketika juga mempertegas ucapan Rasulullah terkait kisah ‫ ُل‬.َ‫ َذلِكَ َمث‬.‫ َف‬،‫ َفصَ بَّحَ ُه ُم الجَ يْشُ َفَأ ْهلَ َك ُه ْم وَ اجْ تَاحَ ُه ْم‬،‫ َفَأصْ ب َُحوا َم َكانَ ُه ْم‬،‫ وَ َك َّذبَتْ طَاِئ َف ٌة ِم ْن ُه ْم‬،‫َفا ْنطَلَقُوا عَ لَى َم َهل ِِه ْم َفنَجَ وْ ا‬
Al-Ushairim yang atas iji Allah SWT berhasil meraih surga, meskipun belum pernah ِّ‫ وَ َمثَ ُل مَنْ عَ صَ انِي وَ َك َّذبَ ِبمَا ِجْئ تُ ِب ِه مِنَ الحَ ق‬،ِ‫»مَنْ َأطَاعَ نِي َفاتَّبَعَ مَا ِجْئ تُ ِبه‬
sekalipun melakukan ritual ibadah yang disyariatkan dalam Islam seperti yang Dari Abu musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaanku dan
diajarkan oleh Rasulullah. perumpamaan apa-apa yang Allah utus aku dengannya seperti seorang yang
https://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/608118328ede48270e39a8d2/kisah- mendatangi suatu kaum, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku melihat
ushairim-yang-tidak-pernah-shalat-tapi-masuk-surga
pasukan musuh dengan mata kepalaku dan sesungguhnya aku pengancam yang
nyata, maka marilah menuju kepada keselamatan. Sebagian dari kaum itu
Wafatnya Abu Thalib Kesedihan Mendalam Bagi Rasulullah mentaatinya, lalu mereka masuk pergi bersamanya, maka selamatlah mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling ridha terhadap Sebagian dari mereka mendustakan. Pagi-pagi mereka diserang oleh pasukan musuh
takdir Allah. Beliau adalah teladan, bagaimana selayaknya seseorang bersikap dalam lalu mereka dihancurkan dan diluluhlantakan. Demikianlah perumpamaan orang-
menghadapi ujian hidup. Tapi, beliau juga memiliki sisi manusia umumnya. orang yang taat kepadaku dan mengikuti apa yang aku bawa dan perumpamaan
Merasakan apa yang dirasakan manusia biasa. Beliau merasakan lapar, sakit, perih orang-orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa.”
karena luka, dan bersedih. (HR. Muslim, Kitab al-Fadhail, 2283).
Di antara peristiwa yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat Demikian perhatian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang yang
bersedih adalah wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Terlebih sang paman wafat mendustakan dan menentangnya. Tentu dengan orang yang sangat dekat, lebih-lebih
dalam keadaan masih memegang agama jahiliyah. Abu Thalib adalah kerabat dan sayang dan perhatian lagi. Apalagi orang terdekat itu begitu berjasa dalam hidupnya.
orang terdekatnya. Abu Thaliblah yang mengasuh Nabi sejak berusia 8 tahun. Saat Orang dekat itu memiliki hubungan darah. Bukan lagi seperti seorang keponakan
dengan paman. Tapi, lebih mirip antara seorang anak dengan ayah. Abu Thalib-lah
yang menanggung hidup Nabi setelah kakeknya, Abdul Muthalib, wafat. Mulai dari ‫هللا يَ ْهدِي مَنْ يَشَا ُء‬ َ َّ‫ِإنَّكَ اَل تَ ْهدِي مَنْ َأحْ بَ ْبتَ وَ لَكِن‬
usia 8 tahun hingga lebih dari 40 tahun. ‘Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau
Wafatnya Sang Paman cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki.’ (QS. Al-
Sayangnya, dengan kedekatan yang sekian lama terbangun, kalimat-kalimat tulus Qashash: 56). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Quran, Suratu al-
Rasulullah tak mampu menjangkau dalamnya lubuk hati Abu Thalib. Ia tetap ragu dan Qashash, 4494 dalam Fath al-Bari).
menolak. Demikianlah hidayah. Walaupun seseorang akrab dengan seruan penuh Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
hikmah. Bahkan seruan itu disampaikan berulang-ulang. Dan datang dari lisan yang pada pamannya:
tak pernah berdusta. Jika Allah Ta’ala tak berkehendak, tak ada seorang pun yang ‫ َأشْ َه ُد لَكَ ِب َها يَوْ َم ا ْل ِقيَا َم ِة‬،ُ‫ اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللا‬: ْ‫ُقل‬
mampu memberi petunjuk. Abu Thalib lebih memilih ajakan taklid yang diserukan “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, nanti akan kupersaksikan untukmu di hari kiamat.”
setan. Sehingga menyumbat pandangannya dari kebenaran hakiki. Abu Thalib menjawab,
Kemudian kematian pun datang. Rasulullah bersegera menuju rumah sang paman َ‫ َأل ْقرَ رْ تُ ِب َها عَ ْينَك‬.‫ ِإنَّمَا حَ َملَ ُه عَ لَى َذلِكَ ا ْلجَ زَ ُع‬: َ‫ يَقُولُون‬. ٌ‫لَوْ اَل َأنْ تُ َعيِّرَ نِي ُقرَ يْش‬
tercinta. Ia bawa serta semua harapan. Agar sang paman menerima dakwahnya di “Kalau tidak khawatir dicela oleh orang-orang Quraisy. Mereka akan berkata, ‘Abu
akhir usianya. Sehingga ia pun selamat dari neraka. Thalib mengucapkan itu karena ia panik (menjelang wafat)’. Akan kuucapkan kalimat
Namun, Rasulullah shallallahu bukanlah satu-satunya orang yang hadir. Setan Mekah, itu sehingga membuatmu senang.”
Abu Jahal pun turut mendengar berita sekaratnya Abu Thalib. Bertemulah tokoh Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,
kebenaran dengan gembong kesesatan dalam satu pertemuan. ‫هللا يَ ْهدِي مَنْ يَشَا ُء‬ َ َّ‫ِإنَّكَ اَل تَ ْهدِي مَنْ َأحْ بَ ْبتَ وَ لَكِن‬
Dari Said bin al-Musayyib dari ayahnya, ia berkata, “Menjelang wafatnya Abu Thalib, ‘Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemuinya. Saat itu beliau melihat cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki.’ (QS. Al-
telah hadir Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Beliau Qashash: 56). (Riwayat Muslim dalam Kitab al-Iman, Bab Awwalul Iman Qawlu: laa
bersabda, ilaaha illalllaah, 25).
ِ ‫ َك ِل َم ًة ُأحَ ا ُّج لَكَ ِب َها عِ ْن َد‬،ُ‫ اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللا‬:‫ ُق ْل‬،‫َأيْ عَ ِّم‬
‫هللا‬ Kesedihan Yang Mendalam
‘Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallaah. Dengan kalimat ini, akan aku bela Menurut penulis -Allah yang lebih tahu hakikatnya- peristiwa ini adalah peristiwa
engkau nanti di sisi Allah.’ paling menyedihkan yang dialami Rasulullah dalam hidupnya. Memang benar,
Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah menanggapi, Rasulullah banyak mengalami musibah kehilangan orang-orang yang beliau cintai.
‫َأتَرْ َغبُ عَ نْ ِملَّ ِة عَ ْب ِد ا ْل ُمط َّ ِلبِ؟‬ Beliau menyaksikan dua orang istrinya wafat sebelum dirinya, Khadijah dan Zainab
‘Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?’ bin Khuzaimah radhiallahu ‘anhuma. Satu per satu anak-anak beliau wafat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menawarkan kepada pamannya. Namun mendahului dirinya, kecuali Fatimah. Beliau juga kehilangan sahabat-sahabat dekat
kedua orang itu juga terus menimpalinya. Akhirnya Abu Thalib mengatakan kepada semisal Hamzah bin Abdul Muthalib, Abu Salamah bin Abdul Asad, Utsman bin
mereka, ‘Di atas agamanya Abdul Muthalib’. Ia enggan mengucapkan laa ilaha Mazh’un, Saad bin Mu’adz, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dll. Radhiallahu
illallaah. ‘anhum. Tapi, musibah kematian Abu Thalib berbeda. Kematian Abu Thalib ini lebih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, terasa berat. Mengapa? Karena sang paman yang sangat beliau cintai wafat dalam
َ‫وَ اللَّ ِه َألسْ تَغْ فِرَ نَّ لَكَ مَا لَ ْم ُأ ْن َه عَ ْنك‬ kekufuran. Sedangkan keluarga dan sahabat-sahabatnya tadi wafat dalam keimanan.
‘Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.’ Beliau -dengan izin Allah- tetap akan berjumpa dengan mereka di telaganya dan di
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, surga kelak. Adapun Abu Thalib, perpisahan dengannya adalah perpisahan untuk
ِ ‫ستَ ْغ ِف ُروا ِل ْلم‬
َ‫ُشْركِين‬ ْ َ‫ي وَ الَّذِينَ آ َمنُوا َأنْ ي‬
ِّ ‫مَا َكانَ لِلن َِّب‬ selama-lamanya.
‘Tidak patutu bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan Peristiwa wafatnya Abu Thalib ini memberikan pesan yang dalam pada kita bahwa
ampunan kepada orang-orang musyrik.’ (QS. At-Taubah: 113). segala perkara itu di tangan Allah. Dia mengetahui yang tidak kita ketahui. Dia
Allah mengisahkan ayat ini tentang Abu Thalib. Dan untuk Rasulullah shallallahu mengetahui mata-mata yang khianat dan apa yang tersembunyi di sanubari. Dia
‘alaihi wa sallam, allah Ta’ala berfirman, tahu, mana orang yang layak mendapat hidayah.
Seseorang itu tak hanya dipandang zahirnya, tapi batinnya jauh lebih penting. Dari MENGIMANI SHIRATH, JEMBATAN DI ATAS NERAKA
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Oleh
‫شارَ ِبَأصَ ِاب ِع ِه ِإلَى صَ د ِْر ِه‬ َ ‫ وَ َأ‬.»‫وب ُك ْم‬ ‫َأ‬
ِ ُ‫ وَ لَكِنْ يَ ْنظ ُ ُر ِإلَى ُقل‬،‫ وَ اَل ِإلَى صُوَ ِر ُك ْم‬،‫هللا اَل يَ ْنظُرُ ِإلَى جْ سَا ِد ُك ْم‬
َ َّ‫ِإن‬ Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik kalian, tidak juga pada tampilan PENGERTIAN SHIRATH.
kalian. Akan tetapi ia melihat kepada hati kalian.” Nabi menunjukkan tangannya ke Shirâth secara etimologi bermakna jalan lurus yang terang[1] . Adapun menurut
dada. istilah, yaitu jembatan terbentang di atas neraka Jahannam yang akan dilewati oleh
Orang-orang kafir Quraisy tidak menaruh iba untuk menghormati wafatnya pembesar manusia ketika menuju Surga[2].
bani Hasyim ini. Bahkan mereka bergembira dan menampakkan suka cita. Mereka DALIL-DALIL TENTANG KEBERADAAN SHIRAT
berkumpul mengunakan kesempatan untuk semakin menyakiti Nabi shallallahu Landasan keyakinan tentang adanya shirâth pada hari Kiamat berdasarkan kepada
‘alaihi wa sallam. Dalam benak mereka, sekarang Muhammad tanpa perlindungan. ijma’ para ulama Ahlus Sunnah yang bersumberkan kepada dalil-dalil yang akurat dari
Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan, al-Qur`ân dan Sunnah. Berikut ini kita sebutkan beberapa dalil yang menerangkan
‫ب‬ ٍ ‫ي َأبُو طَا ِل‬
َ ‫مَا زَ الَتْ ُقرَ يْشٌ َكاعَّ ًة حَ تَّى تُوُ ِّف‬ tentang adanya shirâth.
“Orang-orang Quraisy senantiasa takut dan lemah hingga wafatnya Abu Thalib.” (HR. Di antara ulama berhujjah dengan firman Allâh Azza wa Jalla berikut :
Hakim dalam Mustadrak 4243). ِ ‫ار ُدهَا َكانَ َعلَى َربِّكَ َح ْت ًما َم ْق‬
‫ضيًّا‬ ِ ‫َوِإ ْن ِم ْن ُك ْم ِإاَّل َو‬
Mereka berusaha menumpuk-numpuk derita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu
Wafatnya Abu Thalib adalah ujian berat yang dihadapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan [Maryam/19:71]
wa sallam di tahun ke-10 kenabian beliau. Di tahun ini, Nabi mengalami banyak Diriwayatkan dari kalangan para Sahabat, di antaranya ; Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu
musibah berat. Di awal tahun, orang-orang Quraisy memboikot bani Hasyim. anhu, Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu dan Ka’ab bin Ahbâr bahwa yang dimaksud
Pemboikotan dimulai dari tahun ke-7 kenabian hingga ke-10. Hingga bani Hasyim dengan mendatangi neraka dalam ayat tersebut adalah melewati shirâth[3]
tidak memiliki sesuatu untuk dimakan. Baru saja bebas dari pemboikotan, paman Sementara itu, banyak sekali riwayat dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
beliau wafat. Yang berat adalah, sang paman wafat dalam kekufuran. Tiga hari tentang ini, di antaranya:
kemudian, istri beliau, Khadijah, wafat. Ujian terus berdatangan. Beliau semakin Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:
ditekan. Dan berturut-turut ujian lainnya. Termasuk ditolak berdakwah di Thaif. ُ‫@اطيفُ َوكَاَل لِيب‬ ِ @َ‫ض @ةٌ َم ِزلَّةٌ َعلَ ْي@ ِه خَ ط‬ َ ‫ال َم ْد َح‬ َ َ‫ُول هَّللا ِ َو َما ْال َج ْس ُر ق‬
َ ‫ْر فَيُجْ َع ُل بَ ْينَ ظَ ْه َريْ َجهَنَّ َم قُ ْلنَا يَا َرس‬
ِ ‫ثُ َّم يُْؤ تَى بِ ْال َجس‬
Karena itu, wajar tahun ini disebut tahun kesedihan. ُ‫َو َح َس َكةٌ ُمفَ ْلطَ َحةٌ لَهَا َشوْ َكةٌ ُعقَ ْيفَا ُء تَ ُكونُ بِنَجْ ٍد يُقَا ُل لَهَا ال َّس ْع َدان‬
https://kisahmuslim.com/5876-wafatnya-abu-thalib-kesedihan-mendalam-bagi- Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas permukaan neraka
rasulullah.html Jahannam. Kami (para Sahabat) bertanya: “Wahai Rasûlullâh, bagaimana (bentuk)
jembatan itu?”. Jawab beliau, “Licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-
Senin,06 Maret 2023 besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di
 Santri di bentuk menjadi 2 kelompok. Kemudian tiap kelompok di tunjuk Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dân … [Muttafaqun ‘alaih]
satu orang untuk menjadi pemimpinnya. Tugas pemimpin memberikan
BENTUK DAN KONDISI SHIRATH.
petunjuk dan arahan kepada santri yang mendapatkan tugas mengambil Dalam hadits yang sudah disebutkan di atas terdapat beberapa ciri atau sifat dan
benda. Santri yang mendapatkan tugas mengambil benda, berjalan bentuk shirâth, yaitu: “Licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait
mengamil benda dengan mata tertutup. dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd,
 Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah bahwa jalan (thoriq) layak dikenal dengan pohon Sa’dân …”.
disebut Shirot apabila memenuhi 5 syarat menurut perkataan Ibnu Qoyyim. Dan disebutkan lagi dalam hadits bahwa shirâth tersebut memiliki kait-kait  besar,
yang mengait siapa yang melewatinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut
(Modul hal.41)
ini:
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فََأ ُكونُ َأ َّو َل َم ْن يُ ِج@ ي ُز َو ُد َع@@ا ُء الرُّ ُس@ ِل يَوْ َمِئ ٍذ اللَّهُ َّم َس@لِّ ْم َس@لِّ ْم‬ َ ِ ‫َويُضْ َربُ ِج ْس ُر َجهَنَّ َم قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ Kesulitan untuk melihat shirâth karena kehalusannya, atau terluka karena
‫َان َغ ْي َر َأنَّهَا‬
ِ ‫د‬ ْ
‫ع‬ َّ
‫س‬ ‫ال‬ ‫ك‬ِ ْ‫و‬ َ
‫ش‬ ‫ل‬ ُ ْ
‫ث‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ه‬َّ ‫ن‬ َ ‫ف‬ ‫ال‬
ِ َ ‫َ َ َ َ ِ َ ِإ‬ َ ‫ق‬ ‫هَّللا‬ ‫ُول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫وا‬ُ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫ن‬
ِ ‫َا‬
‫د‬ ‫ع‬ْ َّ
‫س‬ ‫ال‬ َ ْ‫َان َأ َما َرَأ ْي ْ و‬
‫ك‬ ‫ش‬َ ‫م‬ ُ ‫ت‬ ِ ْ‫َوبِ ِه كَاَل لِيبُ ِم ْث ُل َشو‬
ِ ‫ك ال َّس ْعد‬ ketajamannya, semua itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang
‫اس بِ ْع َمالِ ِه ْم رواه البخاري‬ ‫َأ‬ َّ
َ ‫ُ فَتَخطفُ الن‬ َ ْ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬ َ
‫اَل يَ ْعلَ ُم قَ ْد َر ِعظ ِمهَا ِإ‬ melewatinya.
Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. BAGAIMANA KEADAAN MANUSIA KETIKA MELEWATI SHIRATH?
Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh, selamatkanlah, selamatkanlah”. Pada shirâth Setelah kita melihat sikilas tentang sifat-sifat shirâth yang tedapat dalam hadits-
itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dân. Pernahkah kalian hadits shahih. Berikutnya kita lihat pula bagaimana keadaan manusia ketika melewati
melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasûlullâh. Maka ia seperti shiraath tersebut.
duri pohon Sa’dân, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allâh. Maka ia
mencangkok manusia sesuai dengan amalan mereka. [HR. al-Bukhâri] 1. Riwayat Pertama:
Di samping itu, para Ulama menyebutkan pula bahwa shirâth tersebut lebih halus
daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, ‫@ان َجنَبَت َْي‬ ِ @‫َّح ُم فَتَقُو َم‬ ِ ‫ (( َوتُرْ َس ُل اَأْل َمانَةُ َوال@ر‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ال َرسُوْ ل هللا‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي ه َُري َْرةَ َر‬
‫ َألَ ْم تَ@@رَوْ ا ِإلَى‬:‫@ال‬ ‫ُأ‬
licin dan mengelincirkan. Hal ini berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang َ @َ‫ق ؟ ق‬ ِ ْ‫ت بِ@َأبِي َأ ْنتَ َو ِّمي َأيُّ َش@ ْي ٍء َك َم@@رِّ ْالبَ@@ر‬ ُ ‫ قُ ْل‬: ‫@ال‬ َ @َ‫ ق‬،))‫ق‬ ِ ْ‫اط يَ ِمينًا َو ِش َمااًل فَيَ ُمرُّ َأ َّولُ ُك ْم ك َْالبَر‬
ِ ‫الصِّ َر‬
disandarkan langsung kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun kepada para َ ُ ُ ْ ‫َأ‬ َّ ُ
َ ‫ِّيح ث َّم َك َمرِّ الطي ِْر َو َش ِّد الر‬ ُ َ َ ِ ْ‫ْالبَر‬
‫@ال تَجْ@ ِري بِ ِه ْم ع َم@@الهُ ْم َونَبِيُّك ْم ق@@اِئ ٌم‬ ِ @‫ِّج‬ ِ ‫ق َك ْيفَ يَ ُمرُّ َويَرْ ِج ُع فِي طرْ ف ِة َع ْي ٍن ؟ ث َّم َك َمرِّ الر‬
Sahabat tetapi dihukumi marfû’. Sebab, para Sahabat tidak mungkin mengatakannya ‫@ال َوفِي‬ َ @َ‫الس@ ْي َر ِإاَّل زَحْ فًا ق‬ ْ ‫َأ‬
َّ ‫اط يَقُو ُل َربِّ َسلِّ ْم َسلِّ ْم َحتَّى تَ ْع ِجزَ ْع َما ُل ال ِعبَا ِد َحتَّى يَ ِجي َء ال َّر ُج@ ُل فَاَل يَ ْس@ت َِطي ُع‬ ِ ‫َعلَى الصِّ َر‬
dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara yang ghaib, melainkan hal ‫ار‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ٌ‫ُوس‬ ‫د‬ ْ
‫ك‬ ‫م‬ ‫و‬
َ َ ٍ ‫َاج‬ ‫ن‬ ٌ‫ُوش‬ ‫د‬‫خ‬ْ ‫م‬ َ ‫ف‬ ‫ه‬‫ب‬ ‫ت‬ ْ ‫ر‬ ‫م‬‫ُأ‬ ‫ن‬
َ ِِ َ ِ َ ِ ِ َ ُ َ َُ ْ ‫م‬ ‫ذ‬ ْ
‫خ‬ ‫َأ‬‫ب‬ ٌ ‫ة‬‫ور‬ ‫م‬‫ْأ‬‫م‬ ٌ ‫ة‬ َ ‫ق‬َّ ‫ل‬ ‫ع‬‫م‬ ُ‫يب‬ِ ‫ل‬ ‫َاَل‬
‫ك‬ ‫اط‬
ِ َ ‫ر‬ ‫ص‬
ِّ ‫ال‬ ‫َي‬
ْ َ‫ت‬ َ ‫ف‬‫ا‬‫ح‬ .
ِ
tersebut telah mereka dengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Sa’id Radhiyallahu anhu berkata: “Sampai kepadaku kabar bahwa shirâth itu Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang”[4]. sallam telah bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan)
Setelah kita amati dalil-dalil tersebut di atas dapat kita ikhtisarkan di sini sifat dan keduanya berdiri di samping kiri-kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat
bentuk shirâth tersebut sebagaimana berikut: seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau.
Shirâth tersebut amat licin, sehingga sangat mengkhawatirkan siapa saja yang lewat Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
dimana ia mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh. “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata?
Shirâth tersebut menggelincirkan. Para Ulama telah menerangkan maksud dari Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti
‘menggelincirkan’ yaitu ia bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat orang kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi
yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh. kalian waktu itu berdiri di atas shirâth sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah!
Shirâth tersebut memiliki besi pengait yang besar, penuh dengan duri, ujungnya selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang
bengkok. Ini menunjukkan siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan
cengkeramannya. (lagi): “Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang bergatungan untuk
Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak, dan tersambar oleh pengait besi atau menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset
tidak, semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing orang. namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. [HR. Muslim]
Shirâth tersebut terbentang membujur di atas neraka Jahannam. Barang siapa
terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi pengait, maka ia akan terjatuh 2. Riwayat Kedua:
ke dalam neraka Jahannam.
Shirâth tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya. ِ @َ‫@اج َم ْخ@ دُوشٌ َو َم ْك@ دُوسٌ فِي ن‬
‫@ار‬ ٍ @َ‫@اج ُم َس@لَّ ٌم َون‬ ِ ‫اوي ِد ْال َخي ِْل َوالرِّ َك@@ا‬
ٍ @َ‫ب فَن‬ ِ ‫يح َو َكَأ َج‬ ِ ْ‫ف َوك َْالبَر‬
ِ ِّ‫ق َو َكالر‬ ِ ْ‫ْال ُمْؤ ِمنُ َعلَ ْيهَا كَالطَّر‬
Shirâth tersebut juga tajam yang dapat membelah telapak kaki orang yang ‫آخ ُرهُ ْم يُ ْس َحبُ َسحْ بًا‬ َّ
‫ر‬ ‫م‬‫ي‬ ‫ى‬َّ
ِ َُ َ َ َ َ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫م‬َّ ‫ن‬ ‫ه‬‫ج‬  
melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus, namun tidak bisa putus, maka akan
menjadi tajam. Orang Mukmin (berada) di atasnya (shirâth), ada yang secepat kedipan mata, ada
Sekalipun shirâth tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat melewatinya. yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat
Karena Allâh Azza wa Jalla Maha Kuasa untuk menjadikan manusia mampu berjalan kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah
di atas apapun.
tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling bergelantungan hampir-hampir jatuh ke dalam neraka dan ada pula yang
terakhir merangkak secara pelan-pelan. [Muttafaqun ‘alaih] dilemparkan ke dalamnya.

3. Riwayat Ketiga: Baca Juga  Aqidah Adzab Kubur Mutawatir


5. Besi-besi pengait baik yang bergantungan dengan shirâth maupun yang berasal
‫ق بِ َع َملِ ِه َو ِم ْنهُ ْم يُُخَ رْ َد ُل ثُ َّم يَ ْنجُو‬
ُ َ‫فَ ِم ْنهُ ْم َم ْن يُوْ ب‬ dari dalam neraka akan menyambar sesuai dengan keimanan dan ibadah masing-
masing manusia.
Di antara mereka ada yang binasa disebabkan amalannya, dan di antara mereka ada
yang tergelincir namun kemudian ia selamat [Muttafaqun ‘alaih] 6. Yang pertama sekali melewati shirâth adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan umatnya.
4. Riwayat Keempat:
7. Setiap rasul menyasikkan umatnya ketika melewati shirâth dan mendoakan umat
‫@وى الرُّ ُس@ ِل‬ ُ ‫الص@ َرأطُ بَ ْينَ ظَ ْه@ َري َجهَنَّ َم فَ@َأ ُكونُ أنَا َوُأ َّمتِ ْي َأو ََّل َم ْن يُ ِج@ ي ُز َوالَ يَ َـت َكلََّ ُم يَوْ َمِئ ٍذ ِإالَّ الر‬
َ @‫ُس@ ُل َو َد ْع‬ ِّ ُ‫َويُضْ َرب‬ mereka masing-masing agar selamat dari api neraka.
َ
‫ى يُنجَّى‬ ْ ْ ُ‫ن‬ ‫ُؤ‬ ْ ْ َ ِّ ِّ َّ
َّ ‫يَوْ َمِئ ٍذ اللهُ َّم َسل ْم َسل ْم ف ِمنهُ ْم ال ُم ِم بَقِ َي بِ َع َملِ ِه َو ِمنهُ ْم ال ُم َجازَى َحت‬
8. Ketika melewati shirat setiap mukmin agar diberi cahaya sesuai dengan amalnya
Dan dibentangkanlah shirâth di atas permukaan neraka Jahannam. Maka aku dan masing-masing. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu dalam
umatku menjadi orang yang pertama kali melewatinya. Dan tiada yang berbicara menafsirkan firman Allâh Azza wa Jalla :
pada saat itu kecuali para rasul. Dan doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh,
selamatkanlah, selamatkanlah……di antara mereka ada yang tertinggal dengan sebab 9.  ‫ت يَ ْس َعى نُو ُرهُ ْم بَ ْينَ َأ ْي ِدي ِه ْم َوبَِأ ْي َمانِ ِه ْم‬
ِ ‫يَوْ َم ت ََرى ْال ُمْؤ ِمنِينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
amalannya dan di antara mereka ada yang dibalasi sampai ia selamat. [HR. Muslim]
Pada hari itu, engkau melihat orang-orang mukmin cahaya mereka menerangi di
Melalui riwayat-riwayat yang kita sebutkan di atas dapat kita simpulkan di sini hadapan dan  disebelah kanan mereka [al-Hadîd/57:12]
bagaimana kondisi manusia saat melintasi shirâth :
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Mereka melewati shirâth sesuai dengan
1. Ketika manusia melewati shirâth, amanah dan ar-rahm (hubungan silaturrahim) tingkat amalan mereka. Di antara mereka ada cahayanya sepert gunung, ada
menyaksikan mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya menunaikan amanah dan cahayanya yang seperti pohon, ada cahayanya setinggi orang berdiri, yang paling
menjalin hubungan silaturrahim. Barangsiapa melalaikan keduanya, maka ia akan sedikit cahayanya sebatas menerangi ampu kakinya, sesekali nyala sesekali
merasa gemetar ketika disaksikan oleh amanah dan ar-rahm saat melewati shirâth. padam”[5].
PELAJARAN DAN HIKMAH DIBALIK KEIMANAN KEPADA KEIMANAN
2. Kecepatan manusia saat melewati shirâth yang begitu halus dan tajam tersebut Qurthubi rahimahullaht berkata, “Coba renungkan sekarang tentang apa yang akan
sesuai dengan tingkat kecepatan mereka dalam menyambut dan melaksanakan engkau alami, berupa ketakutan yang ada pada hatimu ketika engkau menyaksikan
perintah-perintah Allâh Azza wa Jalla di dunia ini. shirâth dan kehalusannya (bentuknya). Engkau memandang dengan matamu
kedalaman neraka Jahanam yang terletak di bawahnya. Engkau juga mendengar
3. Di antara manusia ada yang melewati shirâth secepat kedipan mata, ada yang gemuruh dan gejolaknya. Engkau harus melewati shirâth itu sekalipun keadaanmu
secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat burung terbang, dan ada pula lemah, hatimu gundah, kakimu bisa tergelincir, punggungmu merasa berat karena
yang secepat kuda yang berlari kencang. memikul dosa, hal itu tidak mampu engkau lakukan seandainya engkau berjalan di
atas hamparan bumi, apa lagi untuk di atas shirâth yang begitu halus.
4. Di antara manusia ada yang melewatinya dengan merangkak secara pelan-pelan, Bagaimana seandainya engkau meletakkan salah satu kakimu di atasnya, lalu engkau
ada yang berjalan dengan menggeser pantatnya sedikit demi sedikit, ada pula yang merasakan ketajamannya! Sehingga mengharuskan mengangkat tumitmu yang lain!
Engkau menyaksikan makhluk-makhluk di hadapanmu tergelincir kemudian
berjatuhan! Mereka lalu ditarik oleh para malaikat penjaga neraka dengan besi mengharap wajah-Nya. Mereka senantiasa meminta jalan yang lurus, jalan hidayah
pengait. Engkau melihat bagaimana mereka dalam keadaan terbalik ke dalam neraka yang harus dijaga dan disyukuri agar tidak hilang.
dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas. Wahai betapa mengerikannya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan: “Do’a yang paling besar
pemandangan tersebut. Pendakian yang begitu sulit, tempat lewat yang begitu manfaatnya tidak lain adalah do’a meminta petunjuk jalan yang lurus, yaitu dalam
sempit”[7] surat Al-Fatihah. Oleh karena itu, setiap muslim akan mengulang-ulang do’a ini dalam
Imam al-Qurthubi rahimahullah menambahkan, “Bayangkanlah wahai saudaraku!. shalatnya minimal dalam sehari semalam sebanyak tujuh belas kali. Orang yang
Seandainya dirimu berada di atas shiraath, dan engkau melihat di bawahmu neraka mendapat jalan yang lurus pasti akan dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan
Jahanam yang hitam-kelam, panas dan menyala-nyala, engkau saat itu sesekali meninggalkan kemaksiatan, sehingga dia tidak akan ditimpa keburukan baik di dunia
berjalan dan sesekali merangkak”[8]. atau di akhirat” (Majmu’ Al Fatawa, 14/320).
Dari pembahasan shirâth di atas terbukti kebenaran aqidah Ahlus Sunnah dalam Dari Nawas bin Sam’an Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu
pembahasan masalah iman: ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Allah azza wa jalla membuat permisalan sebuah
jalan yang lurus, di samping kiri kanannya ada dua pagar dan pada kedua dinding
Bahwa amal sholeh merupakan bagian dari iman, karena jelas sekali disebutkan pagar tersebut terdapat banyak pintu yang terbuka, namun pada pintu-pintu itu
dalam hadits-hadits shirâth tersebut bahwa kecepatan manusia melewatinya sesuai terdapat tirai penutup yang terjulur. Di pintu masuk jalan yang lurus tersebut ada
dengan kadar keimanan mereka masing-masing. Ini sekaligus membantah paham penyeru yang mengatakan, “Wahai manusia! Masuklah kalian semua ke jalan itu dan
Murji`ah yang mengeluarkan amal sholeh sebagai bagian dari iman. janganlah kalian menyimpang”. Ada juga penyeru lain di atas jalan tersebut. Jika ada
Bahwa iman bertambah dan berkurang. Ketika seorang Mukmin berbeda-beda orang yang hendak membuka tirai penutup (salah satu pintu pada dinding tembok)
tingkat kekuatan iman mereka, maka berbeda-beda pula tingkat kecepatan mereka tersebut, sang penyeru itu akan mengatakan “celaka kamu! Jangan kamu
ketika melewati shirâth. membukanya kamu pasti akan masuk ke pintu itu”. Jalan itu adalah Islam kedua
Dalam pembahasan shirâth ini terdapat pula pelajaran bagi kita agar kita berlomba- pagar itu adalah batasan-batasan (aturan-aturan) Allah, pintu-pintu yang terbuka itu
lomba dalam melakukan kebaikan, sehingga termasuk orang yang paling cepat ketika adalah hal-hal yang diharamkan oleh Alah azza wa jalla, penyeru yang ada di pintu
melewati shirâth di akhirat kelak. Semoga bermanfaat. masuk jalan itu adalah Kitab Allah ‘azza wa jalla, sementara penyeru yang berada di
Wallâhu a’lam bish shawâb atas jalan itu adalah peringatan Allah ‘azza wa jalla yang berada di hati setiap kaum
https://almanhaj.or.id/10712-mengimani-shirath-jembatan-di-atas-neraka-2.html muslim” (HR. Ahmad, 4/182-183. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Zhilalul Jannah
 Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah tujuan dari kita meminta fi Takhrij As Sunnah libni Abi Ashim, no.9)
jalan yang lurus. Alangkah indah dan sarat makna apa yang diungkapkan Ibnu Qayyim rahimahullah:
Meniti Jalan Lurus “Mengenai shirath al mustaqim. Suatu jalan itu tidak bisa disebut
Setiap mukmin yang bertakwa tentu berharap mampu meniti jalan yang lurus. sebagai shirath (jalan) hingga memenuhi lima kriteria: [1] Lurus [2] Menyampaikan
Sebagaimana jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada tujuan [3] Jalan tersebut jelas menyampaikan tujuan dan maksud [4] Jalan
diteladankan pada salafus shalih. Allah ta’ala berfirman: tersebut longgar sehingga cukup untuk semua orang yang mau melewatinya [5] Jalan
‫ق بِ ُك ْم ع َْن َسبِ ْيلِ ِه‬ ِ ‫َوَأ َّن هَ َذا‬
َ ‫ص َرا ِطى ُم ْستَقِ ْي ًما فَا تَبِعُوْ هُ َوالَ تَتَّبِعُوْ ا ال ُسب َُل فَتَفَ َّر‬ tersebut adalah jalan satu-satunya yang akan mengantarkan kepada tujuannya.
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Tidaklah diragukan bahwa shirath al-mustaqim itu memenuhi lima kriteria tersebut.
Dia! Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari Jalan tersebut disebut mustaqim karena jalan tersebut dekat mengantarkan kepada
jalan-Nya” (QS. Al-An’am: 153). tempat tujuan. Karena garis lurus adalah garis yang paling dekat menghubungkan
Meniti jalan yang lurus merupakan anugerah dari Allah ta’ala. Sebuah nikmat dua buah titik. Semakin bengkok suatu jalan semakin panjang dan jauh jalan
terbesar ketika kita dimudahkan-Nya berjalan di atasnya. Dengan mengetahui tersebut. Jalan tersebut disebut mustaqim menunjukkan bahwa jalan tersebut
kebenaran Islam, teguh menjalankannya dan senantiasa menjadikan Al-Qur’an dan mengantarkan pada maksud. Jalan tersebut Allah ‘azza wa jalla pasang untuk semua
As-Sunnah sebagai petunjuk hidup Insya Allah kaum muslimin tidak akan dimurkai- orang yang mau menitinya, menunjukkan bahwa jalan tersebut adalah jalan yang
Nya. Kaum mukminin yang berilmu dan beramal shalih semata-mata ikhlas longgar dan lurus”. (Madarijus Salikin, juz 1 hal. 18, terbitan Darul Hadits Kairo, 1416
H).
Wallahu a’lam. mereka dari rumah ke kuttab dengan 2 jalan (jalan yang berkelok-kelok dan
https://muslimah.or.id/12592-meniti-jalan-lurus.html jalan yang langsung menuju kuttab.
 Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah bahwa jalan yang lurus
 Santri mendengarkan tafsir dari surat al Isra’ ayat 19 bahwa anjuran untuk
adalah ketika seorang hamba melakukan perintah di setiap waktu berupa
mengikuti petunjuk ke jalan yang lurus yaitu al quran dan
ilmu dan amal, tidak melakukan yang dilarang. (Modul hal.41)
mentadabburinya.
ِ ‫الصالِح‬ ِ َّ ِ‫ِإ َّن َه َذا الْ ُقرآ َن ي ْه ِدي لِلَّتِي ِهي َأقْوم ويب ِّشر الْمْؤ ِمن‬ jalan yang lurus
‫َأج ًرا‬ َّ ‫ات‬
ْ ‫َأن ل َُه ْم‬ َ َّ ‫ين َي ْع َملُو َن‬
َ ‫ين الذ‬
َ ُ ُ َُ َ ُ َ َ َ ْ Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu,
‫َكبِ ًيرا‬ yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju keridaan-Mu.Yaitu jalan orang-orang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, berupa keimanan, hidayah, dan rida-Mu.
mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” Mereka itu, seperti dijelaskan dalam Surah an-Nisa [4]: 69, adalah: 1) para nabi yang
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H telah dipilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun
Surat al Isra’ ayat 9-10 manusia menuju kebenaran Ilahi; 2) shiddiqin, yaitu orang-orang yang selalu benar
9-10. Allah mengabarkan tentang kemuliaan dan keagungan al-Quran, bahwasanya ia dan jujur, tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang
“memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus,” lebih adil dan mulia dalam bertentangan dengan kebenaran; 3) syuhada, yaitu mereka yang bersaksi atas
kebenaran dan kebajikan, melalui ucapan dan tindakan mereka, walau harus
aspek akidah, amal perbuatan, maupun akhlak. Barangsiapa yang meraih petunjuk
mengorbankan nyawa sekalipun, atau mereka yang disaksikan kebenaran dan
dengan seruan ajaran al-Quran, maka dialah manusia yang paling sempurna, paling
kebajikannya oleh Allah, para malaikat, dan lingkungan mereka; dan 4) salihin, yaitu
lurus dan paling sarat dengan petunjuk dalam segala urusannya “dan memberi kabar
orang-orang saleh yang tangguh dalam kebajikan dan selalu berusaha
gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shalih,” yang mewujudkannya. 
berbentuk kewajiban-kewajiban maupun perbuatan-perbuatan yang bersifat sunnah Jalan yang kami mohon itu bukan jalan mereka yang dimurkai, yang mengetahui
“bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Allah telah menyediakannya bagi kebenaran tetapi tidak mengikuti dan mengamalkannya, bahkan menentangnya,
mereka di tempat kemuliaanNya (surga), yang tidak ada yang mengetahui seperti sebagian kelompok Yahudi dan yang mengikuti jalan mereka, dan bukan pula
karakteristiknya kecuali Allah. “Dan bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada jalan mereka yang sesat dari jalan kebenaran dan kebaikan, seperti sebagian
kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.” Al-Quran kelompok Nasrani dan yang sejalan dengan mereka, sebab mereka enggan beriman
mengandung kabar gembira dan ancaman, serta cara-cara perolehan kabar gembira dan mengikuti petunjuk-Mu
itu, yaitu (dengan cara) beriman dan beramal shalih, dan sebab-sebab yang Ihdi: pimpinlah, tunjukilah, berilah hidayah. Arti "hidayah" ialah menunjukkan suatu
memastikan (datangnya) ancaman yaitu (dengan melakukan) perkara yang jalan atau cara menyampaikan orang kepada orang yang ditujunya, dengan baik.
berlawanan dengannya. https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:3MtbkD66zCoJ:https://
https://tafsirweb.com/4613-surat-al-isra-ayat-9.html kemenag.go.id/read/al-fatihah-6-tunjukilah-jalan-yang-lurus-
q9wb6&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
Selasa,07 Maret 2023
Jalan yang lurus adalah jalan yang membawa kita kepada tujuan yang kita inginkan,
 Santri bersama Ustadz/ah bersama-sama bermain game sederhana.
sedangkan jalan sesat adalah jalan buntu atau jalan yang membawa kita kepada
Ustadz/ah membuat 2 kelompok. Santri berjalan diatas garis yang telah di bencana atau malapetaka. Barang siapa yang telah terlanjur ke jalan sesat maka ia
tentukan. Santri mengambil benda kemudian diletakkan ditempat yang harus kembali lagi ke jalan yang benar supaya tidak terjerumus ke dalam
telah ditentukan oleh Ustadz/ah. Atau santri menggambar peta perjalanan kesengsaraan. Dalam surat Ali imron ayat 51 dijelaskan bahwa jalan yang lurus
adalah menyembah Allah, ini barati menyembah selain Allah adalah jalan yang sesat.
Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhamu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang
lurus, inilah jalan yang lurus. Dalam surat yang sama, ayat 101 ditegaskan lagi bahwa, Beberapa orang menghadapi masalah dalam hidupnya dengan cara yang tidak
Dan barang siapa yang berpegang teguh dengan (agama) Allah maka sesungguhnya dibenarkan agama. Dengan bergantung sepenuhnya kepada makhluk atau pun
dia telah telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus, Jadi barang siapa berpegang teguh benda. Yang mana seharusnya seorang muslim mengetahui bahwa hanya Allah lah
pada wahyu Allah (alquran) dan bimbingan Rasullullah, in syaa allah ia akan selamat tempat bersandar dan meminta. Seseorang sudah membuktikan aqidah tauhidnya
dan tidak akan tersesat. Akan tetapi orang-orang yang memilih jalan lain maka tidak jika ia menggantungkan seluruh permasalahan hidupnya pada Allah.
akan ada petunjuk dan penolong baginya. Ketika menemui masalah dalam hidup, bukan berarti sama sekali tidak boleh
https://iainlangsa.ac.id/detailpost/jalan-lurus-vs-jalan-sesat--dr-h-zulkarnaini- meminta tolong dan bantuan kepada manusia. Hanya saja semaksimal mungkin
ma#:~:text=Jalan%20lurus%20adalah%20jalan%20yang,tidak%20terjerumus%20ke hendaknya seseorang mengurangi ketergantungannya kepada orang lain. Karena
%20dalam%20kesengsaraan. manusia sejatinya tidak memiliki apa-apa, Allah lah yang berkuasa atas segala
 Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah bahwa seorang hamba sesuatu.
)15( ‫ْح ِمي ُد‬ ِ ِ
sangat memerlukan Allah di setiap waktu dan keadaannya, agar diteguhkan َ ‫َّاس َأْنتُ ُم الْ ُف َق َراءُ ِإلَى اللَّه َواللَّهُ ُه َو الْغَن ُّي ال‬
ُ ‫يَا َُّأي َها الن‬
di atas petunjuk. (Modul hal.41) “Wahai manusia! Kalianlah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang
Sepenuhnya Menjadikan Allah Tempat Bergantung Mahakaya lagi Maha Terpuji.”(QS. Fathir:15)
Dalam islam, manusia diperintahkan untuk taat kepada perintah dan larangan Rabb- Dengan hati yang bergantung pada Dzat yang Maha Kaya, seorang hamba juga
nya. Baik itu dalam keadaan dilihat oleh orang lain maupun dalam keadaan sendiri. hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah. Memohon agar diringankan bebannya,
Taat disini seluruhnya merupakan konsekuensi keyakinan seseorang tentang aqidah dan dikabulkan keinginannya. Karena doa adalah senjatanya orang-orang beriman.
islam yang harus dilakukan. Ia mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Tentu dibarengi dengan usaha yang dilakukannya dalam mengatasi masalah, dan
bagaimana pun keadaannya. bukan sepenuhnya menyandarkan penyelesaian kepada orang lain.
Boleh jadi seseorang menampilkan hal-hal yang baik saja dari dirinya, akan tetapi Di dalam hadits, Rasulullah berpesan agar yang kita dahulukan dalam mengharap
menyembunyikan keburukan atau ketergantungan negatif akan sesuatu dari orang pertolongan adalah dengan meminta kepada Allah.
lain. Yang mana hal itu bisa menggambarkan jati diri sesungguhnya dari orang “jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu memohon
tersebut. Keadaan dirinya yang menunjukkan apakah ia sepenuhnya taat pada Allah pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Ahmad)
di setiap waktu dan tempat, atau tidak. Banyak hal yang bisa seseorang lakukan, akan tetapi hasil yang akan didapatkannya
Islam menuntut seseorang menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah yang semua diserahkan kepada Allah. Yang utama adalah ia bersandar pada-Nya ketika
Maha Kuasa. Ajaran-ajaran di dalam agama islam mengharuskannya bersandar hanya masalah datang, bukan kepada makhluk lainnya. Dan jangan sampai seseorang
kepada Sang Pemilik Kekuasaaan. Dan diataranya adalah menyerahkan segala merasa bisa melakukan banyak hal tanpa bantuan Allah. Manusia tetap butuh kepada
sesuatu kepada-Nya melalui amalan dan kegiatan yang Allah ridhoi. Permasalahan bantuan-Nya sekalipun ia ahli dalam bidang tertentu.
‫اسَتغْنَى اللَّهُ َواللَّهُ غَنِ ٌّي‬ ِ َ‫ت تَْأتِي ِهم رسلُ ُهم بِالْبِّين‬
ْ ‫ات َف َقالُوا َأبَ َش ٌر َي ْه ُدو َننَا فَ َك َف ُروا َوَت َولَّ ْوا َو‬ َ ِ‫ذَل‬
ْ َ‫ك بَِأنَّهُ َكان‬
hidup apapun, dan beban yang ada di dalamnya semua ia hadapi dengan
mendekatkan diri nya kepada Allah. Bukan bergantung kepada manusia ataupun َ ْ ُُ ْ
benda. Karena segalanya tidak akan bisa bermanfaat apa-apa tanpa campur tangan )6( ‫َح ِمي ٌد‬
kuasa-Nya. “lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah
َّ ُ‫) اللَّه‬1( ‫َأح ٌد‬
)2( ‫الص َم ُد‬ َ ُ‫قُ ْل ُه َو اللَّه‬ Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(QS. At Taghabun:6)
“Katakanlah (Muhammad) ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta Adapun dalam kasus menjadikan benda sebagai jalan keluar permasalahan hidup,
segala sesuatu’.”(QS. Al Ikhlash:1-2) alasan orang-orang melakukannya adalah untuk melepaskan beban yang
Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat kedua surah Al Ikhlas seperti yang diriwayatkan dalam dihadapinya. Walaupun yang terlihat biasanya orang itu sangat bahagia, akan tetapi
Tafsir Ibnu Katsir, bahwasanya Allah-lah tempat bergantung semua makhluk dalam sebenarnya ia menyimpan kesedihan dan penderitaan. Maka untuk meredakannya ia
segala keperluan dan masalah mereka. menggantungkannya kepada benda terlarang tersebut.
Padahal dalam islam, Allah mengajarkan banyak hal yang bisa dilakukan oleh
seseorang untuk menghadapi kepahitan hidup. Yang belum adalah kesungguhannya
untuk benar-benar berlepas dari segala makhluk dan benda apapun untuk dijadikan Dalam hadits An-Nawwas di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan
tumpuan. Dan kembali kepada Allah seutuhnya dengan memaknai ayat-ayat-Nya, permisalan yang indah tentang jalan yang lurus tersebut, bahwa ia adalah ajaran
bahwasanya Allah-lah tempat kembalinya segala sesuatu. Islam. Al-Hafizh Ibnu Rajab Rahimahullah menjelaskan bahwa Rasulullah memisalkan
Islam dengan jalan yang lurus, jalan yang mudah, lapang yang akan mengantar
 Santri mentadabburi doa memohon dikuatkan iman dan dikekalkan seseorang kepada tujuannya. Dan dengan itu semua, jalan tersebut merupakan jalan
hidayah. Surat Ali Imron ayat 8. yang lurus tak bercabang sama sekali yang menunjukkan dekat dan mudahnya jalan

َ ْ‫ب لَنَا ِم ْن لَ ُدن‬


itu.[3] Di sisi kanan dan kirinya terdapat dinding yang membatasi jalan, sebagai
‫َّاب‬
ُ ‫ت ال َْوه‬ َ َّ‫ك َر ْح َمةً ِإن‬
َ ْ‫ك َأن‬ ْ ‫وبنَا َب ْع َد ِإ ْذ َه َد ْيَتنَا َو َه‬
َ ُ‫غ ُقل‬
ْ ‫َر َّبنَا اَل تُ ِز‬ gambaran bahwa hukum-hukum Allah dalam syariat islam bertujuan untuk
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada membatasi seseorang agar tetap berada di atas jalan yang lurus. Tidak seenaknya
kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan dalam berkata dan berbuat, karena semuanya memiliki batasan yang dapat ditolerir.
karuniakanian Kepaaa Kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Di sepanjang dinding tersebut terdapat pintu-pintu terbuka yang banyak. Pintu-pintu
Engkaulah Maha Pemberi (karunia) tersebut hanya memiliki tirai saja sebagai penutupnya yang menunjukkan mudahnya
seseorang untuk masuk ke dalamnya. Namun ketahuilah bahwa apa yang ada di balik
Rabu,08 Maret 2023 tirai itu adalah larangan-larangan Allah. Hal ini menunjukkan pintu-pintu keburukan
 Santri mendengarkan penjelasan dari Ustadz/ah penggambaran itu banyak, di kanan dan kiri seseorang sepanjang perjalanan hidupnya. Tetapi
perumpamaan Nabi tentang jalan yang lurus. seluruh pintu itu kembali kepada dua pintu keburukan, yaitu syahwat dan syubhat.
Siapa yang memasuki pintu-pintu tersebut, maka ia akan terjerumus ke dalam
‫ص َراطًا‬ِ ‫ضرب اهلل مثَاًل‬
َ ُ َ َ َ :‫ال‬ َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ِ ‫ َعن رس‬،‫ي‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ ْ ِّ ‫صا ِر‬ َ ْ‫اس بْ ِن َس ْم َعا َن اَأْلن‬ ِ ‫َّو‬
َّ ‫َع ْن الن‬ keharaman. Dan sungguh memasukinya tidak membutuhkan usaha yang besar,
ِ َ‫ َو َعلَى ب‬،ٌ‫ور ُم ْر َخاة‬ ِ ‫اَأْلب َو‬ ِ ِ ‫اط سور‬ ِ ِّ ‫مست ِقيما و َعلَى ج ْنبتي‬
‫اب‬ ٌ ُ‫اب ُست‬ ْ ‫ َو َعلَى‬،ٌ‫َّحة‬ ٌ ‫ في ِه َما َْأب َو‬،‫ان‬
َ ‫اب ُم َفت‬ َ ُ ‫الص َر‬ ْ ََ َ َ ً َْ ُ
apabila seseorang masuk ke salah satu pintu itu, maka ia telah melenceng dari jalan
yang lurus.
‫اع يَ ْدعُو ِم ْن َف ْو ِق‬ ٍ ‫ َو َد‬،‫ َواَل َتَت َع َّر ُجوا‬،‫ط َج ِم ًيعا‬ َ ‫الص َرا‬
ِّ ‫ ا ْد ُخلُوا‬،‫َّاس‬ُ ‫ َُّأي َها الن‬:‫ول‬ ُ ‫اع َي ُق‬ٍ ‫اط َد‬ ِ ‫الصر‬
َ ِّ ِ ‫ َه َذا سبِيل‬:‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم ق‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َخطًّا‬ ِ ُ ‫ط لَنَا رس‬ ٍ ‫اهلل ب ِن مسع‬ ِ ِ
،‫اهلل‬ ُ َ َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َّ ‫ َخ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ود‬ ُ ْ َ ْ ‫َع ْن َع ْبد‬
،ُ‫ك ِإ ْن َت ْفتَ ْحهُ تَلِ ْجه‬ َ َّ‫ فَِإ ن‬،ُ‫ك اَل َت ْفتَ ْحه‬ َ ‫ َويْ َح‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اب‬ ِ ‫اَأْلب َو‬
ْ ‫ْك‬ َ ‫اد َي ْفتَ ُح َشيًْئا ِم ْن تِل‬
َ ‫ فَِإ َذا ََأر‬،‫اط‬ِ ‫الصر‬
َ ِّ ‫ ثُ َّم‬،‫يل ِم ْن َها َش ْيطَا ٌن يَ ْدعُو ِإل َْي ِه‬
ٍ ِ‫ َعلَى ُك ِّل َسب‬،‫ َه ِذ ِه ُسبُ ٌل‬:‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم ق‬،‫ط ُخطُوطًا َع ْن يَ ِمينِ ِه َو َع ْن ِش َمالِ ِه‬ َّ ‫ثُ َّم َخ‬
ِ ‫ك الد‬ َ ِ‫ َوذَل‬،‫اهلل‬ ِ ‫ محا ِرم‬:ُ‫اَأْلبواب الْم َفتَّحة‬ ِ ُ ‫ ح ُد‬:‫ان‬ ِ ‫الس‬
‫س‬ِ ‫َّاعي َعلَى َرْأ‬ ُ َ َ َ ُ ُ َ ْ ‫ َو‬،‫ود اهلل‬ ُ ‫ور‬ َ ُّ ‫ َو‬،‫ط اِإْل ْساَل ُم‬ ُ ‫الص َرا‬
ِّ ‫َو‬ ‫صا ُك ْم بِ ِه‬َّ ‫السبُ َل َفَت َف َّر َق بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه ذَلِ ُك ْم َو‬
ُّ ‫يما فَاتَّبِعُوهُ َواَل َتتَّبِعُوا‬ ِ ِ ِ
ً ‫َأن َه َذا ص َراطي ُم ْستَق‬ َّ ‫ َو‬:‫َق َرَأ‬
‫ْب ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬ ِ ‫اهلل فِي َقل‬ ِ ‫ظ‬ ُ ‫اع‬ ِ ‫ و‬:‫اط‬ِ ِّ ‫َّاعي ِم ِن َفو َق‬ ِ ‫ والد‬،‫اهلل‬ ِ ‫ كِتَاب‬:‫اط‬ ِ ‫الصر‬.
َ ‫الص َر‬ ْ َ ُ َ ِّ ‫ل ََعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن‬.
Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Anshary Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata:
‘alaihi wasallam bersabda:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan pada kami gambar yang
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat perumpamaan jalan yang lurus,
lurus dan berkata: “Ini adalah jalan Allah”, di samping kanan kirinya terdapat jalan-
di kedua sisinya ada dinding yang padanya terdapat pintu-pintu yang terbuka. Di
jalan, beliau mengatakan: “Sedangkan cabang-cabang ini terdapat syaithan yang
setiap pintu ada tirai dan di ujung jalan terdapat penyeru yang mengajak, “Wahai
menyeru kepadanya,” lalu beliau membaca firman Allah:
sekalian manusia, titilah jalan lurus ini dan jangan kalian menyimpang darinya”, serta
 “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia
terdapat penyeru lainnya di atas jalan tersebut. Maka apabila seseorang hendak
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai
memasuki pintu-pintu itu, penyeru akan berkata, “Celakalah kamu, jangan engkau
beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
buka, karena jika dibuka engkau pasti akan masuk ke dalamnya”. Itulah
bertakwa.”[4]
perumpamaan Islam, ibarat jalan yang lurus, dua dinding ibarat hukum-hukum Allah,
Olehnya, seorang yang meniti jalan yang lurus hendaknya senantiasa berpegang
pintu-pintu yang terbuka adalah larangan-larangan-Nya. Adapun penyeru yang
teguh kepada dua penyeru yang Rasulullah sebutkan di dalam hadits diatas. Yaitu Al-
berada di ujung jalan itu adalah Al-Qur’an, sedangkan penyeru lainnya yang berada di
Qur’an sebagai sumber hidayah dan penyeru berupa iman, ilmu, petunjuk dan ilham
atas jalan adalah peringatan Allah di dalam setiap hati seorang muslim.”[1]
yang Allah simpan di dalam hati setiap muslim.
https://markazsunnah.com/permisalan-tentang-jalan-yang-lurus/ dimuliakan oleh Allah dengan wahyuNya dan mengkhususkan mereka dalam
kemuliaan itu dengan cara mengutus mereka kepada makhluknya dan menyeru
 Santri bersama Ustadz/ah mengambil ibrah dari perumpamaan tersebut. mereka kepada Allah, “dan para shidiqin,” mereka itu adalah orang-orang yang
 Santri menggambar ilustrasi tentang perumpamaan Nabi di buku tulis kepercayaan mereka sempurna terhadap apa yang di bawa oleh para Rasul, mereka
mengetahuai kebenaran dan mempercayainya dengan keyakinan diri mereka dan
beserta pelajaran dari gambar tersebut.
merealisasikannya dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan berdakwah kepada
Allah, “dan orang-orang yang mati syahid,” demi meninggikan agama Allah lalu
Kamis,09 MaretZ 2023 mereka terbunuh, “dan orang-orang yang shalih” yaitu orang-orang yang baik lahir
dan batin mereka, lalu baik pula perbuatan mereka, maka setiap orang yang menaati
 Santri diminta oleh Ustadz/ah untuk menjelaskan kembali gambar
Allah niscaya akan bersama orang-orang tersebut dan menjadi teman mereka, “dan
perumpamaan tentang jalan yang lurus.
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya,” yakni dengan berkumpul bersama
 Santri mengarkan penjelasan dari Ustadz/ah tafsir jalannya orang-orang mereka dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan, dan kesenangan dengan
yang diberi nikmat. Yaitu sebagaimana dijelaskan dalam surah an-Nisa ayat mereka pada posisi Rabb semesta alam.
68-69. https://tafsirweb.com/1601-surat-an-nisa-ayat-69.html
Surat An-Nisa Ayat 68
 Santri diberikan tugas untuk membaca kisah para sahabat misalnya Abu
)68( ‫يما‬ ِ ِ ُ َ‫ول ََه َد ْين‬
ً ‫اه ْم ص َراطًا ُم ْستَق‬ َ Bakar ash-Shiddiq, Sayyidus Syuhada’ Hamzah. Kemudian menuliskan 5
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H sifat-sifat mereka yang perlu diteladani

68. Keempat, petunjuk kepada jalan yang lurus, dan ini merupakan keumuman Sejarah Singkat Sahabat Rasulullah Abu Bakar Ash-Shiddiq
setelah kekhususan, karena keutamaan kapada jalan yang lurus tersebut, dan apa Nama lengkap Abu Bakar adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab
yang dikandungnya dari ilmu kebenaran, mencintainya, mendahulukanya dan bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu
beramal dengannya, dengan ketergantungan kebahagiaan dan kemenangan nasabnya dengan nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu
padanya, maka ia sesungguhnya telah di bimbing kepada kebaikan dan akan terlepas Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim
darinya setiap keburukan dan kezhaliman. yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.
https://tafsirweb.com/1600-surat-an-nisa-ayat-68.html Abu Bakar merupakan ayah dari Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW.
Nama sebelum masuk islam adalah Abdul Ka’bah yang artinya ‘hamba Ka’bah’.
Surat An-Nisa Ayat 69 Setelah masuk islam namanya diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah yang artinya
‘hamba Allah.
ِ ِّ ‫ك مع الَّ ِذين َأْنعم اللَّهُ َعلَي ِهم ِمن النَّبِيِّين و‬ ‫الرس َ ِئ‬ ِ
‫ين‬
َ ‫الصدِّيق‬ ََ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ‫ول فَُأول‬ ُ َّ ‫َو َم ْن يُط ِع اللَّهَ َو‬ Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq yang artinya
)69( ‫ك َرفِي ًقا‬ َ ‫س َن ُأولَِئ‬ ِ ِ َّ ‫الشه َد ِاء و‬ ‘yang berkata benar’ setelah beliau membenarkan dan mempercayai peristiwa Isra
ُ ‫ين َو َح‬
َ ‫الصالح‬ َ َ ُّ ‫َو‬ Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya. Dan
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H dari situlah ia lebih dikenal dengan nama “Abu Bakar Ash-Shiddiq”.
Namun istri beliau Qutaylah binti Abdul Uzza dan anaknya Abd Rahman bin Abu
69. Maksudnya, setiap orang yang menaati Allah dan Rasulnya sesuai dengan Bakar tidak mau memeluk Islam sehingga Abu Bakar menceraikannya dan berpisah
kondisinya dan kadar kewajiban atasnya, baik laki-laki atau perempuan, anak kecil dengan anaknya. Tetapi istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah.
atau orang dewasa, ”mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya
nikmat oleh Allah,” yaitu kenikmatan agung yang menuntut kesempurnaan, orang yang menemaninya. Setelah beberapa saat Hijra, Nabi Muhammad SAW
kemenangan, kesempurnaan, dan kebahagiaan, “yaitu; Nabi-nabi” orang-orang yang menikah dengan anak Abu Bakar, sehingga ikatan kekeluargaannya makin erat.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar Mendengar apa yang terjadi pada Hamzah Rasul turut mendoakan agar dirinya
ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini diberikan keteguhan hati pada agama.
sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. "Sejak masuk Islam, Hamzah mempersembahkan semua kekuatan, kemampuan,
Bahkan setelah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap serta hidupnya untuk Allah dan agama, sampai Nabi memberinya gelar agung
sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Assadullah wa Asadu Rasulihi (Singa Allah dan Rasul-Nya)," tulis Khalid Muhammad
Setelah kematian Nabi, dilakukanlah musyawarah di kalangan para pemuka kaum Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW tentang Hamzah bin Abdul
Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Muthalib, Singa Allah (Assadullah) dan Pemimpin Para Syuhada (Sayyidusy
Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M. syuhada’).
Abu Bakar wafat pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang Saat itu akan berlangsung Perang Badar. Kaum Muslim berhadapan dengan kaum
dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di Quraisy dan untuk pertama kalinya Rasul memercayai Hamzah sebagai penegak
dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW. bendera Islam.
https://site.amalsholeh.com/sejarah-singkat-abu-bakar-as-siddiq/ Pertumpahan darah serta kekecewaan banyak menimpa kaum Quraisy atas
kekalahannya melawan kaum muslim selepas perang Badar. Akan tetapi, kaum
Kisah Hamzah bin Abdul Muthalib Quraisy sesegera mungkin ingin membalas dendam untuk membunuh Hamzah pada
Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan sahabat, paman, sekaligus saudara perang berikutnya yaitu perang Uhud. Rasa dendam serta amarah tinggi ada pada
sepersusuan Nabi yang memeluk agama Islam pada periode pertama atau dikenal seluruh kaum Quraisy yang sudah tidak sabar untuk memburu Hamzah.
sebagai as-sabiqun al-awwalun. Hamzah pun tewas oleh sebuah tombak yang diarahkan seseorang bernama Wahsyi
Hamzah dan Muhammad memiliki kedekatan hubungan yang erat karena keduanya dari kaum Quraisy saat Perang Uhud berlangsung. Kematian Hamzah dalam Perang
banyak melakukan hal bersama sedari kecil, sehingga Hamzah pun sangat mengenal Uhud diketahui Rasul dan menjadi luka terdalam hingga menggemparkan seluruh
serta menyayangi Muhammad. kaum. Rasa cinta Nabi kepada Hamzah sangat besar. Dari peristiwa itu turunlah
Ketika Muhammad sedang berupaya untuk menyebarluaskan dakwah mengenai sebuah surah An-Nahl ayat 125-128 sebagai penghormatan untuk Hamzah yang telah
ajaran agama Islam, Hamzah masih belum menjadi seorang Muslim. mendapat pahala di sisi Allah.
Akan tetapi, rasa hormat untuk melindungi Nabi Muhammad selalu ada pada dirinya. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210331095704-284-624231/kisah-
Bahkan ia tidak pernah rela jika ada salah seorang yang menjelekkan atau menyakiti hamzah-bin-abdul-muthalib-yang-dijuluki-singa-allah
keponakannya itu.
Suatu waktu seseorang dari kaum Quraisy menjelek-jelekan Muhammad dan kabar
tersebut didengar oleh Hamzah sampai membuatnya murka.
Meskipun status agama Hamzah belum Islam, dirinya sangat marah jika ada yang
mencela Muhammad dalam hal apa pun.Dengan suara lantang Hamzah membela
keponakannya sambil menyatakan kepada kaum Quraisy perihal dirinya sudah
mengikuti ajaran Muhammad. Hamzah selalu membela Nabi Muhammad dari kaum
Quraisy yang suka mencela keponakannya itu.
Para kaum Quraisy yang mendengar pernyataan Hamzah itu dibuat gelisah karena
ada kemungkinan pengikut Muhammad bisa jauh lebih banyak. Setelah kejadian
tersebut Hamzah sempat dilanda keraguan atas agama Islam. Namun pelarian dirinya
hanya kepada Allah untuk meminta keyakinan, kebenaran serta petunjuk. Maha suci
Allah atas segala kuasanya mengabulkan doa-doa Hamzah sampai membuat dirinya
yakin. Kemudian ia bergegas menemui Rasul untuk menceritakan kejadian yang
dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai