Anda di halaman 1dari 11

modul

Pendidikan agama islam

Program pendidikan
Tingkat persiapan bersama (tpb)
Institut pertanian bogor

DAKWAH ISLAMIYAH
Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian dakwah
2.
Menjelaskan hukum dan urgensi
dakwah Islamiyah
3.
Menjelaskan tujuan dan sasaran
dakwah dalam Islam
4.
menjelaskan karakteristik dakwah
Islamiyah
5.
Menjelaskan
unsur-unsur
dalam
berdakwah
6.
Menjelaskan sifat-sifat juru dakwah
A. PENGERTIAN
Dakwah secara bahasa berasal dari kata daa, yadu, dawatan, yang berarti
ajakan, seruan, undangan dan panggilan (A. Kusnawan, 2009:15), dapat juga
berarti mengajak, memanggil, permohonan dan permintaan. Istilah ini sering
diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amar maruf nahi munkar,
mauidhatil hasanah, tabsyir, indzar, tarbiyah, talim dan khatbah (Munir dan
wahyu, 2006:17).
Adapun pengertian dakwah (Islam) menurut para pakar sebagaimana dikutif
oleh A. Kusnawan (2009:15) antara lain: (1) Muhammad Al-Bahiy menyatakan
bahhwa dakwah berarti merubah suatu situasi ke situasi yang lebih baik sesuai
ajaran Islam. (2) Aly Mahfudz mengartikan bahwa dakwah adalah memotivasi
manusia untuk berbuat kebaikan dan petunjuk, menyuruh pada yang maruf dan
mencegah pada yang munkar, untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. (3)
Aly Shalih Al-Mursyid mengartikan dakwah sebagai suatu cara untuk
menegakkan kebenaran yang hakiki dan kebaikan serta hidayah serta
melenyapkan kebathilan dengan berbagai pendekatan, metode dan media. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dakwah mengandung arti
memanggil atau mengajak manusia untuk melaksanakan perintah-perintah Allah
SWT, menjauhi segala larangannya, serta menegakkan seluruh sendi-sendi
agama-Nya (Al-Islam) dalam seluruh asfek kehiupan dengan pendekatan, metode
dan media tertentu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. . Baik
secara individu maupun dalam hidup bermasyarakat (berjamaah). Aktivitas dan
penegakkan dakwah merupakan kebutuhan dasar manusia sebab meskipun
manusia memiliki fitrah (beragama Islam) namun ia tidak bisa lepas dari
kesesatan, karena di dalam diri manusia itu sendiri terdapat potensi untuk
berbuat baik (taqwa) maupun berbuat tidak baik (fuju)r yang peluangnya sama
(QS. Asy-Syams : 8-9). Oleh karena itu dakwah (Islam) mutlak diperlukan
dalam kehidupan manusia untuk mengembangkan potensi taqwanya.
B. HUKUM DAKWAH (AMAR MARUF NAHI MUNKAR)
Setiap muslim (termasuk para pendidik, pelajar, masyarakat, pejabat dll)
wajib untuk berdakwah (mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah dari
keburukan) sesuai dengan level dan kapasitasnya (kemampuannya) masingmasing. Perhatikan (QS. 3:104, 16:125, 12:108, 3:110, 5:63, 28:87)
Rasulullah Saw bersabda :
Barangsiapa di antara kamu melihat suatu kemungkaran maka ubahlah
kemungkaran itu dengan tangannya, jika tidak mampu dengan lisannya, dan jika

tidak mampu dengan hatinya. Dan yang demikian itu selemah-lemahnya iman.
(HR. Muslim).
Sesungguhnya manusia itu jika melihat kemungkaran dan tidak mengubahnya
maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka secara merata. (HR. Abu
Daud, At-Tirmidzi dan Ahmad).
C. URGENSI DAKWAH
1. Sebagai bukti keimanan dan sarana untuk memperoleh rahmat Allah
SWT.
Dakwah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh yang dilandasi dengan
penuh keimanan dan keikhlasan akan mengundang rahmat Allah SWT.
Allah SWT berfirman :





Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa Lagi
Maha Bijaksana. (QS. 9:71)
2. Sebagai bukti keshalehan hamba Allah SWT
Dakwah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan
keikhlasan merupakan bukti keshalehan seorang hamba.
Allah SWT berfirman :



Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada
yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang
shaleh. (QS. 3:114)
3. Perkataan Yang Terbaik
Perkataan yang baik dalam pandangan Allah adalah perkataannya orangorang yang menyeru kepada-Nya dan mengerjakan amal shaleh.
Allah SWT berfirman:




Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata : Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri. (QS. 41:33)
4. Sebagai jalan untuk mencapai umat terbaik
Dakwah yang dilakukan terus menerus akan melahirkan umat yang terbaik
kualitasnya yaitu umat yang selalu beriman kepada Allah dan selalu menyeru
kepada maruf (kebajikan) dan mencegah dari yang buruk (munkar)
Allah SWT berfirman :




Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru
kepada yang ma ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. (QS. 3:110).
5. Mengharapkan lahirnya generasi muttaqin dan sebagai pelepas
tanggungjawab di hadapan Allah SWT
Firman Allah SWT.


Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu
menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab
mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami
mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya
mereka bertakwa". (QS. 7:164)
6. Mendapatkan pahala

Barangsiapa yang mengajak pada petunjuk, maka ia akan mendapat pahala
seperti pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun (HR.Muslim)
( )
Barangsiapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka ia mendapat pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya (HR. Muslim)
7. Sebagai sarana untuk memperoleh kesuksesan
Manusia yang beruntung, sukses dan bahagia baik di dunia maupun di
akhirat menurut pandangan Allah SWT bukanlah manusia yang semata-mata
mempunyai harta yang berlimpah ruah, bukan manuisa yang memangku jabatan
yang tinggi, bukan manusia yang memiliki rumah dan kendaraan yang mewah,
bukan manusia yang menyandang gelar yang tinggi, akan tetapi manusia yang
beruntung adalah manusia yang ketika ia memiliki ilmu, harta, jabatan,
kendaraan yang semuanya itu dipakai dalam rangka amar maruf nahi mungkar.
firman Allah SWT:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma ruf, dan mencegah yang
mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104).
D.

TUJUAN DAKWAH DAN SASARANNYA

Dakwah yang mulia ini tentunya harus di dukung oleh adanya tujuan dan
sasaran yang jelas sehingga memberikan arahan dan metode pencapaian yang
benar, melahirkan kerja yang teratur rapi, dan hasil yang tepat. Di dalam Al-Qur
an surat Yusuf ayat 108 dan QS. An-Nahl ayat 125 ditandaskan bahwa tujuan

dakwah adalah Ilallah, yaitu mengajak manusia ke jalan Allah SWT, meninggikan
kalimat-Nya. Tujuan-tujuan ini bisa disimak dari ayat-ayat al-Qur an surat AshShaf:9 ; At-Taubah :40; al-Baqarah ; 198 dan al-Anfal : 39.
Tujuan yang jelas ini membutuhkan sasaran yang jelas pula yang merupakan
langkah dan jalan dalam mewujudkan tujuan dakwah. Di dalam Al-Quran
disinyalir bahwa manusia berpegang pada tali Allah manakala ia mengingkari
thagut dan beriman kepada Allah dalam waktu yang sama (QS. 2:256-257, 3:110,
al-Anfal:8). Untuk itu sasaran dakwah membentuk I tikad serta fitrah manusia
untuk ingkar (menghindari) kepada thagut dan beriman kepada Allah yang
direalisasikan dalam amal (perbuatan) penegakan yang haq dan penghancuran
yang bathil, sehingga ia keluar dari belenggu kegelapan dan masuk cahaya
benderang-- Al-Islam.
Sebagaimana karakteristiknya, Islam adalah sistem hidup yang memadukan
antara aspek kehidupan universal dan individu yang berarti bahwa masyarakat
Islam akan tegak manakala Islam telah tegak dalam kehidupan setiap individu
muslim dan tegaknya Islam dalam masyarakat akan melindungi tegaknya Islam
dalam individu muslim. Untuk itu arah dakwah ditujukan kepada terbentuknya
kepribadian muslim sebagai identitas (as-simat) dan syi ar Islam.
Adapun sasaran pembinaan di dalam dakwah yang perlu ditempuh antara
lain :
1.
Mengantarkan manusia menuju kepada pengetahuan tentang Islam yang
jelas dan benar (wadhih dan shahih).
2.
Menyadarkan manusia bahwa Al-Islam adalah sistem kehidupan yang
universal (al-Manhaj al-Kully)
3.
Membangun kesadaran ke arah pelaksanaan kerja untuk Islam
4.
Mengarahkan kegiatan kerja kepada aktivitas yang lebih produktif secara
jamai
5.
Berjuang bersama menuju ridha Allah SWT.
E.

Karakteristik Jamaah Dakwah


Diantara karakteristik yang harus diperhatikan bahkan dimiliki oleh setiap
juru dakwah antara lain:
1.
Senantiasa mengajak manusia kepada jalan Allah SWT bukan pada dirinya
dan kelompok secara sempit. (QS.12:108; 16:125)




Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
(QS.12:108)


2.
3.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(QS.16:125)
Landasan dakwahnya Al-Quran, Sunnah Rasul (hadits) serta sistem dan
metodenya diselaraskan dengan manhaj Nabawi (QS. 14:1; 3:30-31;
33:21)
Berusaha mengembangkan sikap kritis, tasamuh (teleransi) dengan sesama
orang beriman, siap berdialog untuk mencari kebenaran dengan prinsip

4.

saling menghormati, saling mencintai dan saling menghargai. (QS.39:1718)


Tidak boleh merasa paling benar dan tidak cenderung selalu menyalahkan
orang lain (QS.49:11)





Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolokolok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokolokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim. (QS.49:11)

F.

Karakteristik Dakwah Islam


Dakwah (Islam) memiliki beberapa karakteristik yang menunjukan
kesempurnaan dan keistimewaan ajaran Islam itu sendiri yang syumuliyah dan
universal, antara lain:
1.
Bersifat Ketuhanan (QS. 3:79; 146-148). Artinya dakwah Islam harus
dilandasi niat yang ikhlas karena Allah SWT, dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan aturan Allah SWT, sehingga pada akhirnya dapat terwujud
tegaknya hukum Allah di muka bumi.



Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah
kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan
tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena
kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya. (QS.3:79)
2.

Bersifat menyeluruh dan tidak parsial (QS. 2:208). Perubahan yang


diinginkan dengan berdakwah ini adalah perubahan yang menyeluruh dan
tidak sepotong-sepotong. Islam mencakup semua aspek dimensi kehidupan
manusia. Jadi, berdakwah pun harus dilakukan diberbagai dimensi
kehidupan manusia (bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial masyarakat,
keluarga, dan lain sebagainya).


Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS.2:208)

3.

Lokal dan Internasional (QS.6:92). Dakwah Islam tidak dibatasi oleh suatu
kelompok dan batas geografis yang sempit, tapi ia bersifat universal
sebagaimana ajarannyabersifat universal dan globalyang mencakup
seluruh manusia bahkan seluruh alam semesta (QS. 21:107)

Dan ini (Al Qur'an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu
memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orangorang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada
adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur'an), dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya. (QS. 6:92)

4.
5.

6.

7.

G.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat


bagi semesta alam. (QS.21:107)
Bersifat Ilmiah. Artinya dakwah Islam bersandar pada argumentasi dan dalil
yang ilmiah, dapat diterima akan yang sehat, bukan dibangun dengan
doktrin-doktrin yang bertentangan dengan akal dan syariat.
Argumentasi yang Islami. Argumentasi yang dikedepankan Islam adalah
argumentasi yang bersifat Islami, tidak kepada idiologi dan sistem
manapun--- Barat maupun Timurtidak dimanipulasi oleh siapa pun dan
untuk kepentingan apa pun.
Resistensi Islam. Seorang juru dakwah yang menyeru kepada Islam haruslah
senantiasa berusaha menyempurnakan penguasan wawasan keislamannya,
meningkatkan ketinggian ruhiyahnya dan menguasai kondisi opersional
yang dijadikan objek dakwahnya (meliputi daerah, kebiasaan, latar belakan,
dan sebagainya).
Kontemporer tidak tradisional. Islam adalah agama yang berlaku hingga
akhir zaman. Oleh karenanya ia harus dapat merespon dan memecahkan
berbagai perkembangan dan permasalahan dunia kontemporer.
Unsur-Unsur Dakwah

Menurut Munir dan Wahyu dalam bukunya Manajemen Dakwah (2006:2134) unsur-unsur dakwah adalah Komponen-komponen yang terdapat dalam
setiap kegiatan dakwah antara lain:
Pertama, dai (pelaku dakwah). Dai adalah orang yang melaksanakan
dakwah baik dengan lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukannya.
(secara individu, kelompok atau lembaga)
Kedua, madu (mitra dakwah). Madu adalah manusia yang menjadi
sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah baik sebagai manusia individu
maupun sebagai kelompok, baik beragama Islam maupun tidak. Secara umum
Al-Quran menjelaskan ada tiga tipe madu, yaitu mukmin, kafir dan munafik
(QS. 2:20). Mukmin dikelompokkan lagi, dzalim linafsihi, muqtashid, dan
sabiqun bilkhairat. Kafir bida dibagi lagi, yaitu kafir dzimmi dan kafir harabi.
Ketiga, maddah ( materi dakwah). Maddah adalah materi atau isi pesan
yang disampaikan dai kepada madu. Dalam hal ini jelas bahwa materi yang
harus disampaikan adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara umum materi tersebut
dapat diklasifikasikan pada beberapa ajaran pokok, yaitu: (1) berkaitan dengan
aqidah, (2) berkaitan dengan syariah (ibadah mahdhah dan muamalah), (3)
berkaitan dengan akhlak.
Keempat, wasilah (media dakwah). Media adalah alat yang digunakan
untuk menyampaikan materi dakwah kepada madu . hal ini dapat berupa lisan,
tulisan, lukisan, audovisual dan akhlak (tingkal laku/perbuatan nyata)
Dalam Al-Quran ketika berdakwah dengan menggunakan lisan, maka
ucapan yang digunakan harus dengan yang terbaik. Antara lain:
a.
Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut)
Term qawlan layyina terdapat dalam surat Thaha/20:44 dalam rangkaian
kisah Nabi Musa ketika menghadapi Firaun.



maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaha:44)
Dalam bahasa arab, seperti yang diungkapkan al-Asfahani dalam Ahmad
Mubarak (2000:252), kata layyin mengandung arti lawan dari kasar, yakni halus
dan lembut. Dalam kontek berkomunikasi, ketika berbicara harus menggunakan
kata-kata yang halus tanpa menyinggung atau menyentuh kepekaan perasannya.
b.

Qaulan Baligha
Term qawlan baigha yang dapat diterjemahkan menjadi perkataan yang
membekas di jiwa terdapat dalam surat an-Nisa/4:63.




Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka. (QS. An-Nisa:63)
Menurut al-Isfahani dalam Ahmad Mubarak (2000:254) menyebutkan
perkataan yang baligh mempunyai dua arti: pertama, suatu perkataan dianggap
baligh ketika dalam diri seseorang terkumpul tiga sifat: (1) memiliki kebenaran
dari sudut bahasa; (2) mempunyai kesesuaian dengan apa yang dimaksudkan;
(3) mengandung kebenaran secara substansial. Kedua, perkataan dianggap
baligh ketika perkataan itu dipersepsi oleh yang mendengar seperti yang
dimaksud oleh yang berkata.
c.

Qaulan Maysura
Term qawlan maysura yang terdapat dalam surat al-Isra/17:28




Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.
(QS. Al-Isra:28)
Dalam bahasa arab, term maysura yang berasal dari kata yasara
mengandung arti mudah lawan dari kata masuran yang artinya sulit. Jika
maysura sifat dari qawlan, maksudnya perkataan yang mudah diterima dan
yang pantas di dengar. (Ahmad Mubarak, 2000:256)
d.

Qaulan Karima
Term qawlan karima terdapat dalam ayat yang mengajarkan etika pergaulan
manusia kepada orang tuanya yang sudah usia lanjut, yaitu pada surat alIsra/17:23.






Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra:23)
Dalam bahasa arab, term karima mengandung arti kata-kata yang penuh
kebajikan. Jika dihubungkan dengan qawl, maka artinya sahlan wa layyina, yakni
perkataan yang mudah dan lembut (Ibnu manzur dalam Ahmad Mubarak,
2000:257)

e.

Qaulan sadida (Perkataan yang lurus dan benar)


Term qawlan sadida terdapat dalam surat an-Nisa/4:4-9; al-Ahzab/33:70-71.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar,(). niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.(QS.
33:70-71)
f.

Qawlan Maruuf
Term qawlun maruuf terdapat dalam surat al-Baqarah/2:263.



Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah
Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Baqarah:263)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan qawlun
marufun adalah kalimatin thayyibah (kata-kata yang baik). kemudian dalam
tafsir ash-Shawiy dinyatakan bahwa qawlun marufun maksudnya kalamun
hasanaun waraddun ala al-saail jamiilun (bicara yang baik dan menjawab
pertannyan dengan indah). Jadi ketika kata
maruf menjadi sifat qawlan
maksudnya perkataan yang baik dan indah.
Kelima, thariqah (metode dakwah). Yaitu jalan atau cara yang ditempuh
oleh juru dakwah (dai) untuk menyampaikan materi dakwah Islam. Metode
memegang peranan penting dalam menyampaikan pesah (dakwah), karena
suatu pesan walaupun baik, jika tidak disampaikan dengan cara yang baik dapat
ditolak oleh madu. Sebaliknya jika suatu pesan sesederhana apa pun isi
pesannya jika disampaikan dengan baik, dapat diterima bahkan disambut baik
oleh madu. Dalam masalah ini diantara metode dakwah yang dapat diterapkan
oleh dai antara lain seperti yang telah Allah SWT gambarkan dalam Al-Quran
surat An-Nahl:125

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS.16:125)
Keenam, atsar (efek dakwah). Dalam setiap kegiatan dakwah akan terjadi
respon dan efek dari madu ( penerima dakwah). Efek sering disebut dengan feed
back (umpan balik). Seorang dai hendaknya memperhatikan masalah ini untuk
melihat apakah pesan yang telah disampaikannya itu dapat membekas pada diri
madu (penerima dakwah) sehingga mau mengamalkannya atau sebaliknya. Jika
dakwahnya ternyata belum dapat mempengaruhi madu nya atau responnya
kurang baik maka segera dai tersebut mengevaluasi diri, hal ini terjadi bisa
dikarenakan metode atau media yang digunakannya kurang tepat, sehingga
perlu mencari media atau metode lain yang dianggap efektif dalam
menyampaikan dakwahnya.

H.

Syarat dan Sifat Juru Dakwah


Syarat-syarat dan sifat-sifat yang harus dipenuhi sosok juru dakwah
sebagaimana diungkapkan oleh Musthafa Ar-Raafii (2002: 38-50) antara lain:
1.
Amal dan kegiatannya harus ikhlas karena mencari ridha Allah SWT dan
karena ingin meraih pahala-Nya.
2.
seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal shaleh. Ia harus
beramal sesuai dengan disyariatkan ajaran Islam. Apa saja yang ia
dakwahkan senantiasa diawali dengan ia sendiri terlebih dahulu
melakukannya. Perhatikan firman Allah SWT.


Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS.2:44)


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat? () Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS.61:2-3)
3.

Dalam berdakwah hendaknya menempuh dengan cara hikmah (bijaksana),


dan melakukannya dengan pendekatan mauizhatil hasanah.


4.

5.

6.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS.16:125)
Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ajaran Islam dan ilmu
yang sesuai dengan zamannya dan menguasai teori dari berbagai aliran
pemiliran, sehingga ia dapat mengungkapkan kesalahan, penyimpangan
atau bahaya-bahaya aliran-aliran tersebut setelah membandingkannya
dengan ajaran Islam. (... dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik) (QS.16:125).
Seorang juru dakwah harus lemah lembut dalam menyampaikan nilai-nilai
dan pandangan-pandangannya. Jika dakwah ini dilakukan dengan jiwa yang
keras lagi kasar, maka hal ini dapat menyebabkan orang yang didakwahi
(madu) akan berpotensi untuk menghindarinya.








Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS.3:159)
Dalam berdakwah ia bertujuan untuk menarik manfaat dan menghilangkan
kemadharatan, menolak kebinasaan dan menegakkan agama serta
menghancurkan kekuatan lawan (musuh Allah).

7.

8.

9.

Harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan. Dakwah bukan perkara
mudah yang bebas dari hambatan dan ancaman, akan tetapi dakwah perlu
perjuangan, pengorbanan serta kesabaran manakala mendapatkan cacian,
hujatan dan ancaman dari orang-orang yang didakwahi. Rasulullah SAW
senantiasa bersikap bijak serta penuh dengan kesabaran dan tetap lemah
lembut ketika dihina dan dicaci maki oleh musuh-musuh Allah (orang-orang
kafir). Namun ketika orang-orang kafir mulai mengancam keselamatan umat
Islam umumnya dan Rasulullah khususnya, maka Rasulullah dan para
sahabat memerangi mereka namun tetap mengedepankan akhlakul
karimah.






Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah
karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar.(QS.3:146)
Harus mengetahui tabiat kejiwaan jamaahnya, dengan memperhatikan apa
yang mereka inginkan, disamping harus mengetahui cara muamalah
dengan mereka. Dalam hal ini dakwah dilakukan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi yang berada didalam lingkungan jamaahnya (madunya).
Umumnya dakwah dengan pendekatan emosional seperti ini hasilnya akan
lebih efektif.
Juru dakwah harus melakukan dengan kekuatan, apabila cara hikmah,
mauizhatil hasanah, dan debat dengan baik tidak berpengaruh. Ia
melakukannya untuk menghadapi lawan karena tidak boleh dibiarkan.
Dakwah dengan cara ini ditegaskan dalam Al-Quran.


Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah
neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
(QS.9:73)


Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka
Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (QS.66:9)

Anda mungkin juga menyukai