Anda di halaman 1dari 6

Memahami beberapa kaidah dakwah ( Madya )

Dakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah swt dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah (mad’u) yang kita dakwahi beriman
kepada Allah swt , Melakukan kebaikan dan mengingkari keburukan dan semua yang di
ibadahi selain Allah swt sehingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya
Islam.

Dakwah adalah pekerjaan yang paling tinggi dan paling mulia karena dakwah adalah tugas
para Rasul, sedangkan mereka adalah makhluk yang paling mulia secara mutlak, paling
terhormat dan paling dekat kepada Allah swt

Dakwah tugas para khalifah dan pewaris nabi yang terdiri dari para ulama yang
mengamalkan ilmunya yang menunjukkan kepada manusia kebenaran mendorong mereka
mencintai kebenaran mengeluarkan mereka dari pekatnya kegelapan menuju fajar cahaya
ilmu dan iman, firman Allah swt

‫ومن احسن َقۡو اٗل ِّمَّمن َد َع ٓا ِإَلى ٱِهَّلل َو َعِمَل َٰص ِلٗح ا َو َق اَل ِإَّن ِني ِمَن ٱۡل ُم ۡس ِلِميَن‬

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah swt,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri?" ( Fussilat: 33 )

Dalam berdakwah tentu ada kaidah atau tata cara yang dianjurkan untuk diterapkan agar
pesan dakwah tersampaikan dengan baik.

Pengenalan sebelum penugasan

Para dai perlu memperhatikan prinsip yang seharusnya dipenuhi dalam rangka
meluluhkan hati objek dakwah yaitu (at-ta’rif qoblaa taklif), upaya untuk membuat senang
dalam menggeluti besarnya pahala yang dijanjikan atas setiap kebaikan yang dilakukan.

sebelum memberi beban perlu ada fase pengenalan pada objek dakwah. Fase
perkenalan merupakan fase terpenting dalam dakwah karena apabila seorang dai baik
dalam mengemukakan awal dakwahnya berupa pengenalan maka hati manusia akan
terbuka untuk menerimanya dan mereka menjadi senang untuk melaksanakannya.

Alquran diturunkan untuk mengenalkan kepada manusia tentang 4 persoalan sebelum


memberikan beban kepada mereka dengan perintah apapun yaitu :

a. mengenalkan kepada mereka tentang Rabb mereka agar mereka beribadah


kepadanya
b. mengenalkan akan diri mereka agar mereka memahami hakikat keberadaan
atau eksistensi mereka
c. mengenalkan tentang alam semesta agar mereka menggunakan dan
memakmurkannya, dan
d. mengenalkan pada mereka tentang akhir perjalanan hidup yang menanti-nanti
mereka di akhirat ini semua agar mereka memiliki persepsi yang benar dan
keyakinan yang lurus sehingga perilakunya menjadi benar

Yang didahulukan dalam mempelajari Islam adalah penerimaan kita terhadap segala
sesuatu yang datang dari Allah SWT, sehingga akan muncul rasa ketaatan sebagai buah
dari pengetahuan tentang Allah SWT dan rasulnya. Kemudian setelah selesai mengenalkan
kebenaran, hal pertama kali yang harus dilakukan para penegak kebenaran adalah
membuka mata orang lain untuk melihat sinarnya, dan memberitahukan kepada orang-
orang yang tidak tahu terhadap kebenaran, serta menjadikan kebenaran itu dalam
kehidupan ini menjadi jelas. hal ini dilakukan bukan dengan kekerasan akan tetapi dengan
cara menarik perhatian dan menjelaskan yang masih samar serta menguraikan yang masih
belum bisa dipahami.

Ada beberapa tahapan dakwah yang perlu dilampahi yaitu:

a. Tahap pengenalan terhadap pola pikir


b. Tahap pembentukan seleksi pendukung dan kaderisasi serta pembinaan, dan
c. Tahap aksi dan aplikasi
Seorang dai wajib memberikan penjelasan kepada objek dakwahnya sebelum
memberikan tugas dengan berbagai beban di perjalanan. dan perlu diingat sesungguhnya
jalan dakwah ini akhirnya adalah menyenangkan
‫ز‬ٞ‫َكَت َب ٱُهَّلل َأَلۡغ ِلَب َّن َأَن ۠ا َو ُرُسِلۚٓي ِإَّن ٱَهَّلل َقِو ٌّي َع ِز ي‬
Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa. ( Almujadilah 21)

oleh karena itu dai wajib memberitahukan kepada orang-orang yang menempuh
perjalanan dakwah tentang urgensi kepercayaan (Tsiqoh ) di sepanjang perjalanan itu.
Tsiqoh itulah yang akan mampu mengantarkan mereka kepada tujuan yang diinginkan
sehingga tidak tersesat di tengah jalan. Seorang dai perlu menentukan tujuan-tujuan
sasaran yang harus dicapai sebagaimana juga harus menentukan tahapan-tahapan yang
akan ditempuh dalam aktivitas dakwah. Diantara target yang hendak diraih adalah
“terwujudnya kepribadian islami yang utuh dan sempurna” yaitu kepribadian kepribadian
yang memiliki kriteria : (paham, ikhlas, amal, jihad, pengorbanan, taat, teguh pendirian,
totalitas dalam berislam (tajarrud), ukhuwah, dan kepercayaan ( Tsiqoh ) )

Mempermudah bukan mempersulit

Dalam Berdakwah mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran para dai harus
berlaku ramah juga lemah lembut kepada objek dakwah dan tidak mempersulitnya. Juga
santun dalam melarang perbuatan maksiat agar ajakan itu dapat diterima dengan baik.

Kisah Nabi Musa dalam mendakwahi kaumnya atut untuk kita jadikan pelajaran

‫ٱۡذ َهَب ٓا ِإَلٰى ِفۡر َع ۡو َن ِإَّن ُهۥ َط َغ ٰى َف ُقواَل َلُهۥ َقۡو اٗل َّلِّي ٗن ا َّلَع َّلُهۥ َي َت َذ َّك ُر َأۡو َي ۡخ َشٰى‬

(43)Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas
(44)maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Kebatilan yang ditunjukkan dan di bangga-banggakan Firaun yang mengaku sebagai


Tuhan semesta alam tidaklah menyebabkan adanya sikap keras dan ocehan juga caci maki
dalam menyampaikan kebenaran padanya, walaupun ia berhak mendapatkannya. Namun
Allah SWT, tentunya ingin mengajarkan bahwa sebesar apapun kebatilan maka cara yang
ditetapkan diterapkan untuk menentangnya adalah kata-kata yang lembut apa tujuannya
Allah subhanahu wa ta'ala menjawab mudah-mudahan ia mau ingat atau takut. Pada
dasarnya maanusia selalu menerima apapun selama disampaikan padanya dengan etika
dan kelembutan, baik itu kebatilan ataupun kebenaran, ini tidak menafikan adanya metode
kekerasan dan celanaan dalam berdakwah bila diperlukan dan dengan pertimbangan
maslahat dan Mudhorot, namun yang seringkali dilupakan bahwa cara dasar dakwah dan
penyampaian kebenaran itu adalah dengan lemah lembut dan sopan santun.

Sebagaimana Firman Alloh SWT dalam Surat Ali Imron Ayat 159

‫َفِبَم ا َر ۡح َمٖة ِّم َن ٱِهَّلل ِلنَت َلُهۖۡم َو َلۡو ُك نَت َفًّظ ا َغ ِليَظ ٱۡل َقۡل ِب ٱَلنَفُّض وْا ِم ۡن َح ۡو ِلَۖك َفٱۡع ُف َع ۡن ُهۡم َو ٱۡس َت ۡغ ِفۡر َلُهۡم َو َش اِو ۡر ُهۡم ِفي ٱَأۡلۡم ِۖر َفِإَذ ا‬
‫َع َز ۡم َت َفَت َو َّكۡل َع َلى ٱِۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل ُيِحُّب ٱۡل ُم َت َو ِّك ِليَن‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Nabi Muhammad SAW juga berpesan dalam Hadis yang diriwayatkan sahabat Anas Bin
Malik

)‫ َو َب ِّش ُروا َو َال ُتَن ِّفُروا‬,‫ (َي ِّسُروا َو َال ُتَع ِّسُروا‬:‫َع ِن الَّن ِبِّى َص لى هللا عليه و سلم قال‬, ‫عن َأَن ٍس رضي هللا عنه‬

Dari Anas Radhiyallahu Anhum Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam Bersabda:


Ringankanlah (ajaran da’wahmu) dan jangan mempersulit, dan beri kabar gembira dan
jangan kamu buat orang kabur. (HR Bukhari, Muslim)

Berikanlah kesan kepada masyarakat bahwa syariat Islam tidaklah menakutkan dan
mengerikan. Dalam ajaran Islam kita mengenal istilah rukhshoh atau kemudahan. Saat
dalam perjalanan jauh kita dibolehkan menggabung shalat atau meringkasnya. Saat
keadaan sakit kita dibolehkan untuk berbuka puasa atau shalat dengan cara duduk. Saat
hujan kita diperbolehkan shalat di rumah dan atau menggabungnya saat shalat di masjid.
Itulah bukti-bukti bahwa syariat Islam sebenarnya memudahkan. Begitupun saat
berdakwah, hendaknya jangan menyulitkan masyarakat yang menyebabkan mereka lari
dari ajaran Islam yang mulia.

Pada hakikatnya, agama ini dimaksudkan untuk memermudah bukan mempersulit


manusia. Sebagaimana Firmannya

....... ‫ ُيِر يُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱۡل ُيۡس َر َو اَل ُي ِر يُد ِبُك ُم ٱۡل ُع ۡس َر‬..........

, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu” (QS Al Baqarah 185).

Dalam Islam, ada perintah dan larangan. Dan semua perintah itu dikerjakan sesuai
kemampuan. Misalnya jika sakit, boleh salat dalam kondisi duduk, dst. Namun untuk
larangan, harus tegas sejak awal. Karena sejatinya perintah dan larangan agama itu demi
kebaikan manusia juga.

Pokok sebelum cabang

Dalam syariat Islam, ada hal-hal yang bersifat pokok dan ada yang cabang. Pada aspek
yang pokok lebih urgen untuk ditanamkan pada pemahaman objek dakwah. Seperti
penjelasan tentang rukun Islam dan rukun iman.

Sholat lima waktu itu hal pokok. Namun ada hal-hal cabang di dalam bacaan sholat dan
gerakannya yang bersifat cabang. Seperti meletakkan kedua tangan saat sholat. Di sini ada
perbedaan. Ada yang agak ke atas, tengah, dan bawah. Ini hanyalah hal cabang. Tidak
terlalu diperuncing perbedaan ini. Karena hal yang pokok sudah jelas: sholatlah. Jika sudah
melaksanakan salat dengan baik, maka hal yang cabang tak perlu dipermasalahkan agar
tetap menjaga persaudaraan muslim. Karena, persatuan Islam itu salah hal pokok dalam
Islam.

Kaidah ini pernah dijelaskan Rasulullah SAW saat menasehati Muadz Bin Jabal RA
ketika hendak berdakwah kepada kaum Ahlul Kitab. Rasulullah SAW bersabda:
‫ "إنك‬:‫ لما بعث معاذا إلى اليمن قال له‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ أن رسول هللا‬:-‫رضي هللا عنهما‬- ‫عن ابن عباس‬
،-‫ "إلى أن يوحدوا هللا‬:‫وفي رواية‬- "‫ فليكن أوَل ما تدعوهم إليه شهادة أن ال إله إال هللا‬،‫تأتي قوما من أهل الكتاب‬
‫ فإن هم أطاعوك‬،‫فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن هللا افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة‬
‫ فإن هم أطاعوك لذلك فإياك‬،‫لذلك فأعلمهم أن هللا افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم َف ُتَر ُّد على فقرائهم‬
."‫ واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين هللا حجاب‬،‫وَك َر اِئَم أمواِلهم‬

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani). Jika engkau menemui mereka, maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka mematuhimu
dalam hal tersebut, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas
mereka shalat lima kali sehari semalam. Bila mereka mematuhimu dalam hal tersebut maka
sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka atas zakat yang diambil
dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang miskin
mereka. Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka jangan sekali-kali engkau
mengambil harta mereka yang paling baik. Berhati-hatilah menyangkut doa orang yang
teraniaya, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah,”. ( Muttafaqun Alaihi )

Hal penting pula, dai hendaknya menjauhi titik singgung perbedaan. Banyaknya masalah-
masalah furu’ (cabang) jika terus diperdebatkan, sehingga dapat memecah belah shaf dan
persatuan umat. Maka, jika menemukan perbedaan, selesaikanlah dengan ‘kaidah emas’
“kita bekerja sama dalam hal-hal yang kita sepakati bersama, dan saling memaafkan
dalam hal hal yang kita perselisihkan.” Bahayanya adalah jika sibuk dengan perbedaan
kecil, maka akan mengesampingkan persoalan besar.

Oleh karena itu, wajib setiap mengawali dakwah, memulai aktivitas dakwah dengan yang
pokok sebelum yang furu’, hal hal yang bersifat kuliyat (keseluruhan), sebelum yang
juz’iyat (sebagian), yang ijmaliy (global) sebelum yang tafshiiliy (rinci).

Wollohu A’lam Bissowab.

Anda mungkin juga menyukai