Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK 12

“Character Building Melalui Mujahadah Dan Riyadlah”


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Akhlak

Dosen Pengampu : Dr. Khalimi M.Ag

Disusun oleh:

Dandi Priatama Putra (11180163000028)

Muhammad Abdul Rosyid (11180163000051)

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Tazkiyat al-Nafs
Tazkiyah secara etimologis punya dua makna : penyucian dan pertumbuhan.
Sedangkan secara terminology pnyucian (tathahur) jiwa dari segala penyakit dan cacat,
merealisasikan (tahaqquq) sebagai maqam padanya, dan menjadikan asma’ dan sifat
sebagai akhlaknya. Kata tazkiyah makna asalnya adalah An- Naamaa’ (berkembang), Al-
barakah (barakah), dan Zayadah Al-khair (tambahan kebaikan), bisa juga bermakna
menghilangkan sesuatu. Dengan demikian tazkiyah memiliki makna yang beragam akan
tetapi memiliki tujuan dan arah yang sama yakni kesucian jiwa.1
Tazkiyah al-Nafs menurut bahasa artinya pembersihan jiwa atau penyucian diri.
Kata Tazkiyah berasal dari bahasa Arab yakni masdar dari zakka. Tazkiyah al-nafs tidak
akan diperoleh kecuali melalui tathir al-nafs sebelumnya. Kebalikan tazkiyah al-nafs
adalah tadsiyah al-nafs. Kalau tazkiyah al-nafs mengangkat jiwa manusia ke tingkat yang
lebih tinggi sebaliknya tadsiyah al- nafs menjatuhkan jiwa manusia ke tingkat yang
rendah.
Tazkiyat al-Nafs merupakan suatu upaya untuk menjadikan hati menjadi bersih dan
suci, baik lahir maupun pada keyakinan batinnya.2 Tazkiyat al-nafs merupakan salah satu
cara yang dilakukan oleh seseorang yang akan melakukan tasawuf. Menurut imam Al-
Ghazali sebuah upaya untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk baik lahir
maupun batin seseorang harus berawal dari penyucian nafsu (tazkiyat al nafs) dari segala
sesuatu selain Allah melalui mujahadah dan riyadah.3 Ahli lain berpendapat, kegiatan
pokok mengamalkan tasawuf dilakukan dengan tiga cara yakni :
1) Tazkiyat al- Nafs, yaitu membersikan diri dari segala dosa-dosa kecil dan dosa-
dosa besar, serta membersihkan diri dari segala penyakit hati dan sifat-sifat tercela.
2) taqarrub ila Allah, dan
3) hudlur al-qalb ma’a Allah.4
Tazkiyat al-Nafas juga merupakan penyucian jiwa dari sifat-sifat kebinatangan dan
sifat-sifat setan, lalu menggantinya dengan akhlak, ketuhanan (rabbaniyah). Tazkiyat al-
Nafs berupaya menyembuhkan penyakit jiwa (Asqam al nufus) setelah mengetahui
sebab-sebabnya. Tazkiyat al-Nafs sangat erat kaitannya dengan akhlak, kejiwaan, dan
upaya mendekatkan diri kepada Allah swt.5

1
Dr. M Dahlan R, M.A dan Dr. Muhtarom, M.Si., Menjadi Guru yang Bening Hati (Strategi Mengelola Hati di
Abad Modern), (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 91.
2
Fahrudin, “Tasawuf sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan dengan Allah”. Jurnal
Pendidikan Agama Islam. Vol. 14 No. 1, 2016, hlm. 68.
3
Dr. Akhmad Sodiq, M. A, Prophetic Character Building: Tema Pokok Pendidikan Akhlak Menurut Al-
Ghazali (Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT, 2018), hlm. 100.
4
Fahrudin, Op. Cit.
5
Sodiq, Op. Cit. hlm. 69.
Menyucikan diri (Tazkiyah al nafs) berarti menyucikan diri dari perbuatan syirik
dan cabang-cabangnya (riya’ sombong dan lain-lain), menanamkan nilai- nilai
ketauhidan serta menerapkan perbuatan sesuai dengan nama-nama Allah yang diiringi
dengan ibadah kepada Allah, didasari keikhlasan kepada Allah dan mengikuti sunah-
sunah Rasulullah saw. Firman Allah dalam surat An-nur ayat 21 :
ٰ
َ ‫َو َل ْواَل َفضْ ُل هَّللا ِ َع َل ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُت ُه َما َز َك ٰى ِم ْن ُك ْم ِمنْ أَ َح ٍد أَ َب ًدا َو َلكِنَّ هَّللا‬
‫ي َُز ِّكي َمنْ َي َشا ُء ۗ َوهَّللا ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬
Artinya : “Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar itu, semala-mendengar lagi maha mengetahui”
Dari ayat tersebut di atas memberikan I’tibar bahwa menyucikan diri (Tazkiyah al
nafs) merupakan sesuatu yang sangat sulit dan mustahil dapat melakukan sesuatu yang
sangat sulit dan mustahil dapat dilakukan oleh manusia tanpa mendapat karunia dari
Allah SWT. Oleh karena itu, harus ada langkah- langkah yang dilakukan, yaitu
bersungguh-sungguh dalam menyucikan diri dan berdoa kepada Allah agar diberikan
kemampuan dalam menyucikan diri serta konsisten (istiqamah) dalam pelaksanaannya.
Sedangkan jiwa (Nafs) oleh kebanyakan orang dimaknai dengan jiwa atau diri.
Tetapi Nafs berkaitan dengan derajat yang paling rendah atau paling tinggi, maka nafs
memiliki dua arah, menuju hawa nafsu dan menuju hakikat manusia (diri manusia). Dan
al nafs itu mempunyai dua arti. Pertama arti yang mencakup kekuatan amanah dan
syahwat serta sifat-sifat tercela. Sifat inilah yang harus dibasmi dipatahkan. Kedua,
bisikan Rabbani yang merupakan salah satu makna ruh itu sendiri, jiwa dan hati.

Kebahagiaan akhirat dengan mencegah nafs dari keinginan dan menentang segala
nafsu syahwat.6
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Tazkiyat al-Nafs merupakan cara untuk
melakukan tasawuf atau penyucian diri dari segala sifat buruk untuk menjadikan pribadi
bersih dari sifat-sifat tercela.
Al-Qur’an berbicara tentang Tazkiyah al nafs, akan ditemukan cukup banyak ayat-
ayat menunjukkan arti penting dan kedudukan Tazkiyah al nafs yang harus dilakukan
oleh manusia. Adanya ayat-ayat tersebut memberikan arahan kepada manusia untuk
meniti jalan kepada Allah dengan menyucikan jiwanya, karena dalam pandangan Said
Hawa seorang muslim sedang menempuh jalan menuju Allah, selama mengerjakan apa
yang diperintahkan oleh Allah. Sementara Nabi Muhammad memiliki tugas mengajarkan
kitab dan memberi contoh Tazkiyah al nafs dengan sikap dan perbuatan yang dapat
dilihat dan dipandang oleh manusia. Dengan adanya Al-Qur’an dan Nabi Muhammad
Saw yang mengantar dan menggiring manusia pada ma;rifatullah, berarti mengetahui

6
Imam Al Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, (Semarang: Karya Toha Putra, Juz 3,tth, hlm. 75.
Allah ‘Azza wajlla dengan sebenar-benarnya tanpa diiringi oleh pemahaman bahwa
Allah berjasad, serupa dengan mahluk-Nya, bersentuhan. Bertemu fisik, menitis, atau
menyatu dengan jasad mereka. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 186:

ُ َ ‫َوإِ َذا َسأ َ َل‬


ِ ‫اع إِ َذا َد َع‬
ۖ ‫ان‬ ِ ‫ك عِ َبادِي َع ِّني َفإِ ِّني َق ِريبٌ ۖ أ ِجيبُ دَعْ َو َة ال َّد‬
‫ون‬ ُ ْ‫َف ْل َيسْ َت ِجيبُوا لِي َو ْلي ُْؤ ِم ُنوا ِبي َل َعلَّ ُه ْم َير‬
َ ‫ش ُد‬
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Jika manusia telah mengetahui Allah ‘Azza wajalla dengan sebenar- benarnya,
pengetahuan yang mampu menggabungkan dalam diri manusia, ketundukan rasio dan
penghayatan hati, berarti manusia telah akan didapatkan tanpa menempuh jalan menuju
Tazkiyah al nafs.7

1. Tazkiyat al-Nafs Menurut para Sufi


Seseorang yang mengamalkan tasawuf disebut sufi, darwis, atau fakir. dalam
bahasa Arab, sufi (shufi) memiliki beberapa makna termasuk “suci” dan “wol” (para
sufi terdahulu mengenakan mantel wol sederhana dan mencari kesucian batiniah. 8
Para sufi berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kata “shafa” yang artinya kesucian,
yakni kesucian jiwa sang sufi setelah mengadakan “penyucian” jiwa dari kotoran-
kotoran atau pengaruh- pengaruh jasmani. penyucian (katarsis / tazkiyah) pentng
dalam rangka mendekatkan diri kepada yang maha suci yaitu Allah SWT. karena
Yang Maha Suci, hanya bisa didekati oleh yang suci juga.9
a. Konsep Tazkiyah Al-Nafs Menurut Imam al-Muhasibi
Konsep tazkiyah al-nafs didapati dalam karya-karya imam al-Muhasibi
adalah berbentuk pencegahan (wiqayah), pembangunan (tanmiyah) dan juga
rawatan (‘ilaj).
1) Al-Wiqayah
Pencegahan adalah langkah pertama kaedah tazkiyah al-nafs. Perkara
pertama yang harus dilakukan oleh seorang manusia yaitu mengenali dan
membedakan antara baik dan buruk.
2) Al-Tanmiyah
Pembangunan diri melalui amalan dan sifat-sifat terpuji. Perkara kedua ialah
zuhud, yaitu meninggalkan kenikmatan dunia dan keseronokannya karena
bimbang akan terjebak dalam kemurkaan Allah. Kecintaan dan takut kepada
Allah adalah unsur penting yang membangunkan jiwa seorang manusia.
7
Muhtarom, Op Cit,. hlm. 111-112.
8
Robert Frager (Syekh Ragid Al-Jerahi), Hati, Diri, & Jiwa: Psikologi Sufi Untuk Transformasi (Jakarta:
Serambi, 1999). hlm. 11.
9
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006). hlm. 4.
3) Al-‘Ilaj
Terdapat terlalu banyak penyakit dalam diri manusia yang memerlukan
kepada rawatan (‘ilaj). Penyakit-penyakit tersebut adalah menunjuk-nunjuk
(al-riya’), berbangga-bangga (al-ujub), sombong (al- kibr), lalai dan leka (al-
ghirrah) dan dengki (al-hasad).10

b. Konsep Tazkiyah Al-Nafs Menurut Syeikh Ahmad Farid


Syeikh Ahmad Farid menuturkan bahwa ilmu penyucian jiwa itu lebih
penting bagi penuntut ilmu dibanding ilmu-ilmu ibadah lain. Sebagaimana
-pentingnya air bagi ikan dan udara bagi manusia. Hal ini karena ilmu penyucian
jiwa bisa digunakan untuk memperbaiki hati. Ada yang mengatakan hati yang
baik akan mudah menyerap ilmu. Sebagaimana tanah yang subur akan mudah
ditanami.11
c. Konsep Tazkiyah Al-Nafs Menurut al-Ghazali
Konsep Tazkiyah al-nafs menurut al-Ghazali secara umum didasarkan atas
rub-rub yang terdapat dalam kitab ihya’ul ulumuddin yang terdiri dari :
1) Rub Ibadah
Rub al-ibadah yaitu bagian-bagian yang membahas tentang ibadah yaitu yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT. Rub ini berbicara
tentang keutamaan ilmu, aqidah, thaharah, rahasia sholat, puasa, haji dan zikir.
2) Rub Al-Adat
Rub al-adat yaitu bagian-bagian yang membahas tentang hubungan manusia
dengan lingkungannya. Rub ini berbicara tentang tata cara pergaulan,
pernikahan, adab mencari penghidupan dan ketentuan halal dan haram.
3) Rub Al-Akhlak yang terdiri dari akhlak al-muhlikat dan akhlak al- munjiyat.

Rub al-muhlikat yaitu bagian-bagian yang membahas tentang hubungan


manusia dengan dirinya sendiri, khususnya membahas tentang akhlak tercela
yang harus dihindari oleh setiap orang. Rub ini berbicara tentang penyakit jiwa
seperti bahaya lidah, sifat dengki, marah, bakhil, dan bahaya akan kecintaan
pada dunia.
Rub al-Munjiyat yaitu bagian-bagian yang membahas tentang hubungan
manusia dengan dirinya, khususnya membahas tentang sifat- sifat terpuji yang
harus dimiliki oleh setiap manusia. Dan rub ini menjadi obat bagi orang yang
mengalami gangguan kejiwaan.
Dalam pengertian tazkiyah al-nafs dalam kitab ihya’ul ulumuddin yang banyak
membahas tentang tazkiyah itu sendiri yaitu kitab tentang ilmu, aqidah, thaharah dalam

10
Abu Dardaa Mohammad, Salasiah Hanin Hamjah dan Ahmad Irdha Mokhtar, “Konsep Tazkiyah al-Nafs
Menurut al-Harith bin Asad al-Muhasibi”. Jurnal Sultan ALauddin Sulaiman Shah. Vol. 4, No. 1, 2017, hlm.
121.
11
Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs Wa Tarbiyahtuha Kama Yuqorrihu Ulama Salaf, (Solo: Pustaka Arafah, 2004).
hlm. 26.
beribadah, serta kitab tentang keajaiban jiwa dan latihan kejiwaan dalam rub al-
muhlikat.12
Nafs sebagai aspek kejiwaan dari manusia. Dalam QS. al-Imrân ayat 185 :

َ ‫ت ۗ َوإِ َّن َما ُت َو َّف ْو َن أُج‬


‫ُور ُك ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ۖ َف َمنْ ُزحْ ِز َح َع ِن‬ ِ ‫س َذا ِئ َق ُة ْال َم ْو‬ ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬
ِ ‫از ۗ َو َما ْال َح َياةُ ال ُّد ْن َيا إِاَّل َم َتا ُع ْال ُغر‬
‫ُور‬ َ ‫ار َوأ ُ ْد ِخ َل ْال َج َّن َة َف َق ْد َف‬
ِ ‫ال َّن‬
Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Dinyatakan bahwa jiwa merupakan esensi dari manusia. Jiwa adalah sesuatu yang
terdapat dalam badan dan dapat berpisah dengannya. Jiwa adalah ruh yang telah
mempribadi setelah masuk ke dalam tubuh yang akan menjadi manusia.
B. Hakikat Mujahadah dan Riyadlah

Mujahadah menurut bahasa artinya bersungguh-sungguh agar sampai kepada


tujuan. Secara lebih luas Mujahadah merupakan suatu usaha sungguh- sungguh dalam
memerangi hawa nafsu (keinginan-keinginan) serta segala macam ambisi pribadi agar
jiwa menjadi suci bersih bagaikan sebuah kaca yang mampu menangkap apa saja yang
dilihatnya, sehingga berhak memperoleh pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan
kebesaran-Nya. Dengan demikian, mujahadah merupakan tindakan perlawanan terhadap
hawa nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku buruk yang
ditimbulkan oleh nafsu amarahnya, yang lazim disebut Imujahadah al-nafs.
Di dalam Islam, mujahadah merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Ada
banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya adalah firman Allah dalam Al-
Qur’an surah Al-Ankabut : 69

َ ‫ِين َجا َه ُدوا فِي َنا َل َن ْه ِد َي َّن ُه ْم ُس ُب َل َنا ۚ َوإِنَّ هَّللا َ َل َم َع ْالمُحْ سِ ن‬
‫ِين‬ َ ‫َوالَّذ‬
Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Secara harfiah, kata jihad berarti letih, sukar dan sungguh-sungguh. Sedangkan
secara etimologis, jihad berasal dari akar kata bahasa Arab (Jahada- Yujahidu-Jihaadan),
yang berarti mengerahkan segenap potensi dengan ucapan dan tindakan. Di antara
pecahan kata dari kata jihad adalah mujahadah (optimalisasi amal saleh), jahdun (kerja
keras), dan juhdun (usaha). Dengan demikian, jihad yang dimaksud adalah kesungguhan
hati untuk menerapkan nilai-nilai dan ajaran Islam di dalam kehidupan. Dalam konteks
tersebut, beribadah yang dijalankan dengan tulus dan penuh kesungguhan, serta

12
Masyhuri, “Prinsip-prinsip Tazkiyah al-Nafs dalam Islam dan Hubungannya dengan Kesehatan Mental”.
Jurnal Pemikiran Islam. Vol. 37. No. 2, 2012.hlm. 95-96.
berinteraksi dengan sesame manusia yang dijalani dengan penuh kejujuran dan
keikhlasan merupakan perilaku jihad.13
Adapun riyadhah artinya “latihan”, yaitu latihan rohiniah untuk menyucikan jiwa
dengan memerangi jasad (badan). Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan
pembersihan atau pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian
menghiasi jiwanya dengan zikir, ibadah, beramal saleh, dan berakhlak mulia. Pekerja
yang termasuk ke dalam amalan riyadhah adalah mengurangi makan, mengurangi, tidur
untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan lain sebagainya.14
Jika wilayah mujahadah dan riyadhlah dipersempit, maka hal yang wajib dipahami
adalah persoalan nafsu. Nafsu ini lah yang harus dikendalikan dengan benar. Perang
melawan hawa nafsu dalam mujahadah dan riyadhlah tidak dimaksud untuk mematikan
hawa nafsu, tetapi mengelolanya dibawah kontrol akal berdasarkan nilai-nilai syar’i.
Tidak dimatikannya nafsu karena ia diciptakan untuk memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Nafsu merupakan insting dasar manusia. Contohnya, jika nafsu
makan diputus dari manusia, tentu ia akan mati. Oleh karena itu yang dimaksud
mujahadah ini bukanlah menghilangkan keadaan (nafsu) secara keseluruhan, tetapi
mengarahkan nafsu tersebut pada batas kelurusan sesuai aturan syara’ dan akal.
Jadi, target mujahadah menurut Al-Ghazali adalah mendidik, mengelola dan
memberdayakan daya-daya rohani itu secara efektif, sesuai proporsinya (I’tidal). Al-qalb
seharusnya menjadi pengendali, nafsu syahwat dan ghadab harus tunduk dibawah
kendali akal. Penyimpangan rohani terjadi justru saat akal dikendalikan nafsu.15
Dapat disimpulkan bahwa mujahadah dan riyadlah memiliki arti yang sama, yaitu
suatu usaha untuk menyucikan diri dari segala perbuatan buruk. Perbuatan buruk yang
bersumber dari jiwa dan hawa nafsu. Usaha-usaha penyucian diri dari segala sifat buruk.
C. Macam-Macam Mujahadah dan Riyadlah
Pelaksanaan mujahadah diperlukan adanya seorang shaykh untuk membimbing
para murid. Al-Ghazali mengungkapkan bahwa seorang murid memerlukan syaykh dan
guru yang semestinya diikuti untuk dia mendapat panduan ke arah jalan yang betul.
Sesungguhnya jalan agama itu cukup sukar sekali, sedangkan jalan-jalan syaiton amat
banyak pula. Oleh karena itu barang siapa yang tidak ada shaykh maka syaitan akan
memandu kemana arah jalannya. Berdasarkan penelitian terhadap berbagai-berbagai
aliran dan ungkapan para sufi, Ibnu Khaldun merumuskan bahwa mujahadah terbagi
kepada tiga jenis yang berbeda. Yaitu Mujahadah al-Taqwa, Mujahadah al-Istiqomah
dan Mujahadah al-Kashf wa al-Ittila’.16 Adapun sumber lain membagi mujahadah ke
dalam beberapa macam, yakni :
1. Macam-macam mujahadah antara lain:
13
K. Zainuri Ihsan S. Ag dan M. Fathurahman, M.Pd.I, Mujahadah, (Jakarta: Media Pressindo, 2015), hlm. 20.
14
Adnan, “Riyadhah Mujahadah Perspektif Kaum Sufi”. Jurnal Syifa Al-Qulub, Vol. 1 No.

2, 2017. hlm. 123.


15
Sodiqh, Op. Cit., hlm. 107.
16
Ahmad Sunawari Long, Falsafah Ibnu Khaldun, (Kuala Lumpur: penerbit Institut Terjemahan & Buku
Malaysia Berhad, 2015), hlm. 55.
a. Mujahadah Yaumiyah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah yang
dilaksanakan setiap hari oleh pengamal wahidiyah (mujahadah) paling sedikit
satu kali dalam sehari semalam dengan urutan bacaan dalam lembaran sholawat
wahidiyah. Aurod mujahadahnya menggunakan bilangan 7-17. Boleh
dilaksanakan sendiri-sendiri akan tetapi sangat dianjurkan sekeluarga,
selingkungan atau sekampung.pelaksanaannya tidak ditentukan pada salah satu
waktu. Lebih utama jika pelaksanaannya secara rutin misalnya setelah solat
magrib.
b. Mujahadah Usbu‟iyyah Adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah
yang dilaksanakan seminggu sekali oleh Pengamal Wahidiyah se-desa,
kelurahan atau lingkungan. Penyelenggara/penanggung jawabnya adalah
pengurus PSW desa/kelurahan. Tempat mujahadah usbu’iyah boleh menetap
disuatu tempat, akan tetapi lebih dianjurkan berpindah-pindah. Imam mujahada
usbu’yah juga sebaiknya bergantian baik pria maupun wanita. Urutan acara
mujahadah usbu’iyah :
1) Tasyaffu’ dan Istigosah
2) Mujahadah bilangan 7-17
3) Dianjurkan mengadakan pembacaan buku wahidiyah
4) penutup
c. Mujahadah Syahriyah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan
dilaksanakan sebulan sekali. Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah
pengurus PSW Kecamatan dan dapat membentuk panitia pelaksana.
Penyelenggaraan mujahadah ini harus diberitahukan secara tertulis kepada
camat, polsek, atau koramil terdekat. Mujahadah ini dilaksanakan dalam bentuk
seremonial (acara) dengan tema disesuaikan situasi dan kondisi.
Kerangka acara dalam mujahada syahriyah antara lain:
1) Pembukaan
2) Pembacaan ayat suci Al-Qur’an
3) Muqoddimah Sholawat Wahadiyah
4) Prakata panitia
5) Sambutan-sambutan
6) Kuliah wahdaniyah dan mujahadah
7) Penutup.17
d. Mujahadah Ru‟busanah adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamaah dan
dilaksanakan tiga bulan sekali.
e. Mujahadah Nishfusana adalah mujahadah yang dilakukan secara berjamah dan
dilaksanakan setengah tahun sekali.
f. Mujahadah Kubro adalah mujahadah besar-besaran yang dilakukan dalam bulan
muharram dan bulan rojab dalam lingkungan pusat.
g. Mujahadah Khusus adalah mujahadah yang dilakukan secara khusus, misalnya
niat sebelum melaksanakan perkerjaan yang baik.
h. Mujahadah Non stop adalah mujahadah yang dilakukan secara terus menerus
dalam waktu yang mujahadah yang sudah ditentukan.

17
Pesantren At-Tahdzib, Tuntunan Mujahadah & Acara-acara Wahadiyah, (Ngoro Jombang, Jawa Timur:
Dewan Pimpinan Pusat Penyiaran Sholawat Wahadiyah, 1996). 14-16.
i. Mujahadah Momenti/Waktiya adalah mujahadah yang dilaksanakan pada waktu
tertentu yang diintruksikan oleh pengurus pusat.18

2. Adapun macam-macam dari riyadlah, yaitu :


a. Riyadlah orang awam
Upaya melatih dirinya untuk berbuat baik dengan cara berusaha memahami
perbuatan yang dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas, tidak
tercampur dengan sikap riya, dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam
pergaulan, baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun lingkungan
hidupnya.
b. Riyadlah orang khowas (sufi,wali)
Upaya agar selalu tetap berkonsentrasi terhadap Allah ketika melaksanakan
suatu perbuatan baik, sehingga tidak terpengaruh lagi oleh lingkungan
sekelilingnya, penglihatan dan pendengarannya tidak terpengaruh lagi oleh
sesuatu yang ada di sekelilingnya, kecuali hanya menuruti tuntunan kata
hatinya.
c. Riyadlah orang khowasul khowas (nabi, rasul)
Berbuat baik untuk mendapatkan kesaksian Allah dan ma’rifat atau
kebersatuan dengan Allah. Kebersatuan dengan Allah berbeda dengan istilah
penyatuan menurut paham wujudiah. Kebersatuan berarti bersatu dengan Allah
dalam keadaan wujud masih berbeda, yaitu Allah tetap Al-Khalik dan manusia
yang bersatu tetap makhluk.19
Selain itu, terdapat pendapat yang berbeda tentang mujahadah, yaitu :
Di dalam Al-Qur'an Surat Al-Muzzammil Ayat 5 :
‫ْك َق ْواًل َثقِياًل‬
َ ‫إِ َّنا َس ُن ْلقِي َع َلي‬
Artinya : "Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang
berat"
Adapun bagi manusia biasa, untuk mempersiapkan "temperatur" jiwa ini dicapai
dengan riyadlah atau latihan mental spiritual, latihan ini pada dasarnya dan lahirnya
memang latihan fisik, tapi latihan ini memiliki imbas khusus terhadap rohani manusia.
Riyadlah sendiri itu bermacam-macam tergantung tariqah yang dianutnya.

 Ada riyadlah yang menggunakan mantra-mantra atau wirid-wirid tertentu.


 Ada yang dengan cara mengasingkan diri dan mujahadah atau penyiksaan diri,
dengan puasa atau apapun bentuknya.
 Ada yang dengan latihan pemusatan kekuatan pikiran dan perasaan atau dengan
melakukan oleh pernafasan dengan maksud menarik kualitas energi eksternal atau
internal, dari luar dan dari dalam dirinya.
 Ada yang dengan menggabungkan tiga cara di atas.

18
M. Jannah, Deskripsi Mujahadah. https://enprints.stainkudus.ac.id, diakses 15 Desember 2019
19
Fahrudin, Op.Cit., hlm. 70.
 Ada yang didapatkan dengan cara kebetulan tanpa mempersiapkan diri untuk hal
itu, dikategorikan kepada ku aulia atau kaum wali.
 Ada yang kebetulan tanpa 4 hal di atas, tapi tidak dikategorikan kepada para wali.
karena terjadi kepada siapapun tanpa pandang bulu, tanpa melihat agama dan
kesalehannya. Iya hanya sebatas firasat mutlak yang timbul dalam dirinya.20
D. Konsep Karakter Building menurut Islam dan Barat
Karakter adalah nilai yang melembaga dalam diri seseorang yang dikenali sebagai
sifat. Karakter bukanlah watak bawaan, akan tetapi karakter dibentuk berdasarkan
pengalaman dan pembiasaan. Proses membangun sebuah karakter adalah proses
penanaman nilai pada diri seseorang sehingga ia benar-benar menjadi sifat yang menetap
dalam jiwa. Akhlak dan karakter memiliki kaitan yang erat yakni dari kesamaan
keduanya yang terlihat pada inti kajiannya yaitu persoalan penanaman nilai, sehingga
menjadi sifat yang menetap.21

1. Karakter Building Menurut Islam


Menurut Tadkiroatun Musfiroh karakter mengacu pada serangkaian sikap
(attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill).
Menurut Ngainun character building bukan sebuah kegiatan yang bisa
ditentukan kapan pencapaiannya. Kata “character” dalam bahasa Inggris memiliki
beberapa arti: pertama, watak, karakter, sifat. Kedua, peran. Makna “peran” ini
digunakan dalam permainan sandiwara, film dan sejenisnya. Ketiga, huruf.
Dengan demikian, yang dimaksud karakter dalam pembahasan ini adalah
karakter arti pertama, yakni watak atau sifat. Dalam bahasa Indonesia sendiri, kata
“karakter” diartikan dengan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat dan watak. Dengan demikian, orang
“berkarakter” adalah orang yang mempunyai tabiat, mempunyai
kepribadian.karakter sebagai konsep merupakan tindakan, sikap, atau praktik yang
memberi ciri secara khas (characterize) pada pribadi, kelompok sosial dan bangsa.
Dalam konsep pendidikan, character building adalah suatu proses atau usaha
yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak,
sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan (masyarakat) sehingga menunjukkan
perangai dan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai pancasila. Character
building sesungguhnya tidak hanya sebatas dalam dunia pendidikan saja, tetapi
memiliki spektrum yang lebih luas.
Maka, character building dapat dilakukan di dalam maupun di luar dunia
pendidikan.menurut Meoko upaya character building akan menggambarkan hal-hal
pokok, diantaranya: pertama, merupakan suatu proses yang terus menerus
dilakukan untuk membentuk tabiat, watak dan sifat-sifat kejiwaan yang
berlandaskan semangat pengabdian dan kebersamaan. Kedua, menyempurnakan
karakter yang ada untuk terwujudnya karakter yang diharapkan dalam rangka
20
Haetami, iqbal. 2009. Menyibak Takbir Alam Ghaib. Depok: Qultumedia. Hal 124.
21
Sodiq, Op. Cit., hlm. 1-2
penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan. Ketiga, membina
karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan nilai-nilai falsafah
bangsa yaitu pancasila. Dengan demikian, sudah pasti bahwa character building
melalui PAI akan berlandaskan pada nilai-nilai falsafah Islam itu sendiri.
Dalam rangka membentuk karakter melalui pendidikan Islam, ada tiga
komponen sebagai dasar pembelajarannya. Pertama, akidah: tauhid dan iman
merupakan unsur materinya. Tidak banyak kendala yang dihadapi dalam
pengajaran materi tauhid karena tidak ada perbedaan mengenai tauhid dalam umat
Islam. Kedua, ibadah: berisi materi mengenaitata pelaksanaan ibadah ritual. Pada
materi ini, seorang guru memerlukan kebijaksanaan dalam memberikan materi
yang sifatnya khilafiyah dalam hal-hal ibadah. Ketiga, akhlak: menekankan tata
cara hubungan antar manusia dengan manusia lain, dengan Tuhan dan dengan
alam. Materinya menekankan pada aspek pengalaman dan perilaku sehari-hari.22
Selanjutnya berdasarkan betapa pentingnya akhlak atau karakter dalam
pendidikan sehingga Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an surah Al-Qalam
ayat 4 :

‫ك َل َع َل ٰى ُخلُ ٍق َعظِ ٍيم‬


َ ‫َوإِ َّن‬
Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Ayat tersebut menjadi kunci betapa Allah sangat menekankan kepada ummat
manusia untuk memiliki akhlak atau karakter dalam berbagai aspek kehidupan, hal
ini terbukti dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan
akhlak manusia, dan dalam praktik kehidupan beliau dikenal sebagai berakhlak yang
agung dan pantas untuk diteladani.

2. Karakter Building Menurut Barat


Pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan
pendidikan karakter di dunia Barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup
penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam
memperkuat moralitas, perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan
terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di
akhirat sebagai motivasi perilaku bermoral. Inti dari perbedaan-perbedaan ini adalah
keberadaan wahyu Ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter
dalam Islam. Perbedaan-perbedaan diatas karena adanya pemahaman yang berbeda
tentang keyakinanyang dianut.
Dari penjelasan teoritis di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
dan pendidikan akhlak memiliki kesamaan yaitu untuk menjadikan manusia lebih
22
Arif Muzaiyin Sofyan, “Character Building Melalui Pendidikan Studi Kasuh Di MI Miftahul Huda Papungan
01 Blitar”. Jurnal Episteme. Vol. 10, No. 1,2015, hlm. 177-180.
baik, pendidikan karakter bersumber pada nilai-nilai kebaikan universal (nilai-nilai
kehidupan yang baik atau buruknya diakui oleh seluruh umat manusia), dan pada
dasarnya ajaran Islam adalah agama yang mengandung nilai-nilai universal yang
dapat diterima oleh seluruh umat manusia.
Dengan demikian maka pendidikan akhlak bisa dikatakan sebagai pendidikan
karakter atau pembentukan karakter sesuai dengan nilai-nilai Islam yang bersumber
pada ajaran Islam yang universal (al-Qur’an dan Hadist).23

Maka dari sini dapat diketahui bahwa character building menurut pemahaman
Barat adalah melatih sikap dan perbuatan untuk menjadi lebih baik dan bertanggung
jawab atas perbuatan tersebut Sedangkan dalam dunia Islam, character building
merupakan seperangkat konsep tazkiyatunnafs untuk melatih jiwa spiritual
agarmental dan fisik terjaga dari perbuatan tercela.

BAB III
PENUTUP

23
NM Sari, 2013. Konsep Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. https//: digilib.uinsby.ac.id diakses 26
April 2019.
A. Kesimpulan
Tazkiyah al-Nafs menurut bahasa artinya pembersihan jiwa atau penyucian diri.
Kata Tazkiyah berasal dari bahasa Arab yakni masdar dari zakka.
Mujahadah merupakan suatu usaha sungguh- sungguh dalam memerangi hawa
nafsu (keinginan-keinginan) serta segala macam ambisi pribadi agar jiwa menjadi suci
bersih sehingga berhak memperoleh pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan
kebesaran-Nya. Sedangkan Riyadhah artinya “latihan”, yaitu latihan rohiniah untuk
menyucikan jiwa dengan memerangi jasad (badan).
Macam macam mujahadah diantaranya :
a. Mujahadah Yaumiyyah, Usbu’iyyah, Syahriyah, Ru’busanah, Nishfusanah.
b. Mujahadah Kubro
c. Mujahadah Khusus
d. Mujahadah Waqtiya
Macam Macam riyadhah diantaranya : Riyadhah ‘awam, Khowas, dan Khowasul
khowas.
Konsep character building dalam Islam merupakan rumusan syariat kalam Ilahi
dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang kemudian dijadikan pedoman
bagi ummat muslim untuk memperbaiki diri dan membersihkan jiwa serta
menghiasinya dengan akhlak terpuji. Konsep ini dinamakan tazkiyatunnafs, yang
hakikatnya adalah takhalliy dan tahalliy, kemudian dilanjutkan dengan tajalli.
Adapun konsep character building menurut Barat, yang merupakan rumusan
yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan manusia ideal (the
idealhuman), yaitu manusia yang senantiasa melakukan akhlak terpuji dan dapat
mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. 

DAFTAR PUSTAKA
Al Ghazali, Imam. Ihya ‘Ulumuddin. Semarang : Karya Toha Putra. Juz 3, tth
Dahlan dan Muhtarom. 2018. Menjadi Guru yang Bening Hati (Strategi Mengelola Hati di Abad
Modern). Yogyakarta : Deepublish
Fahrudin. 2016. Tasawuf sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan dengan
ALLAH. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 14. No. 1. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.
Haetami, iqbal. 2009. Menyibak Takbir Alam Ghaib. Depok: Qultumedia.
Long, Ahmad Sunawari. 2015. Falsafah Ibnu Khaldun. Kuala Lumpur: penerbit Institut Terjemahan
& Buku Malaysia Berhad,
Shodiq, A. 2018. Prophertic Character Buillding: Tema Pokok Pendidikan Akhlak. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai