Anda di halaman 1dari 26

Rumah Koplax 21

Biarlah Orang Memanggil Kami Dengan Sebutan Orang Koplax, Namun Kami adalah
Manusia Berilmu.!!

Sabtu, 24 September 2011


HAKIKAT PENDIDIKAN MIPA DAN GURU MIPA

TUGAS INDIVIDU
DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
Diampu oleh
Drs.Purwiro Harjati,M.Pd.

HAKIKAT PENDIDIKAN MIPA DAN GURU MIPA

Oleh
NAMA : YENI ARISTA
NPM : 10311669
PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA
KELAS :B
SEMESTER : II

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam yang sampai

saat ini masih memberikan limpahan kasih sayangnya kepada kita dan khususnya kepada

kami karena dapat menyelesaikan tugas mandiri mata kuliah Dasar- Dasar Pendidikan MIPA

ini, dengan judul Hakikat Pendidikan MIPA dan Guru MIPA.

Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada bapak

Drs.Purwiro Harjati,M.Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada

kami dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya tugas ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan tugas ini,

untuk itu kritik dan saran sangat penyusun diperlukan demi perbaikan kedepannya. Terakhir

kami berharap semoga penyusun makalah ini akan dapat memberikan manfaat khususnya

bagi saya.

Metro, Juni 2011

Yeni Arista

NPM : 10311669
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
2.1 Hakikat MIPA................................................................................................... 2
2.2 Hakikat Pendidikan dan Pendidikan MIPA..................................................... 3
2.3 Hakikat Tugas Guru dan Guru MIPA............................................................... 4
2.4 Mengenal IPA....................................................................................... ........... 5
2.5 Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam...................................................... ......... 10
2.6 Hakikat Ilmu Pengatahuan Alam.................................................................... 11
2.7 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam................................................................ 11
2.8 Hakikat IPA.................................................................................................... 12
2.9 Ciri- Ciri IPA......................................................................................... ......... 14
2.10 Sikap Ilmiah........................................................................................ ......... 15
2.11 Nilai- Nilai IPA.................................................................................. 16
2.12 Peranan Matematika Terhadap IPA................................................... 19
2.13 IPA Kualitatif dan IPA Kuantitatif.................................................... 20

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 21


3.1 Kesimpulan................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Dari beberapa mata pelajaran yang disajikan pada sekolah, MIPA adalah mata
pelajaran yang menjadi kebutuhan system dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran
MIPA diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan
aplikasinya.. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan
secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika.
Matematika dan IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari
jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana
berpikir logis, analis, dan sistematis dan konsisten.
MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya dipandang oleh guru atau
siswa atau masyarakat luas yang dapat meneruskan apa informasi dari manusia terdahulu.
Untuk menjadi alat pendidikan yang potensial dapat memberikan uriman (sumbangan) nyata
untuk perwujudan manusia Indonesia yang utuh, lebih baik kita mengetahui hakikat MIPA
dan hakikat guru agar generasi penerus dapat meneruskan informasi Dari manusia
sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT PENDIDIKAN MIPA DAN GURU MIPA

2.1 Hakikat MIPA

Hakekat Matematika

MIPA = Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Matematika + IPA


Ciri Ciri khusus :
IPA: Kerja sama antara ekperimen dan teori
Teori IPA pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar yang kebenarannya
harus diuji dengan eksperimen yang dapat memberikan hasil serupa dalam keadaan yang
sama.
Dengan menggunakan teori dalam IPA orang dapat membuat prediksi (ramalan)
Kuantitatif terhadap suatu prestasi. Pada dasarnya eksperimen merupakan :
- Suatu proses induktif dalam menemukan prinsip dasar yang baru
- Suatu proses deduktif bagi pengujian teori baru
Dalam membuat interprestasi hasil eksperimen untuk pengambilan kesimpulan
diperlukan kemampuan menggunakan inferensi (kesimpulan) statistik.
Inilah yang dikenal dengan metode ilmiah suatu metode yang juga digunakan ilmu
ilmu lain. alam IPA ditekankan pada proses induktif maupun deduktif. alam Matematika
terutama menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksionatik.
Matematika terkenal pula dengan materinya yang sangat hierarkhis sifatnya serta
menghasilkan bahasa yang efisien yang sangat dibutuhkan oleh Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
Dari segi kemampuan analisis kuantitatif terhadap masalah yang berkaitan dengan
pengajaran MIPA, pemodelan matematis dalam taraf sederhana dengan menerapkan
pemahaman atas berbagai konsep dan prinsip dalam MIPA merupakan hal yang mutlak perlu
dikuasai.
Ciri MIPA :
Pengetahuan yang sangat terstruktur dalam arti antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain terjalin hubungan fungsional yang erat.
Karena itu konsep konsep dan prinsip prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai
jika disajikan dalam bentuk terkait satu dengan yang lain dengan simpulan simpulan yang
jelas.
Penerapan berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah
alamiah seringkali memerlukan: keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan Matematika
sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif sedangkan fisika, kimia, biologi
sebagai deskripsi permasalahan yang ada.
Untuk menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam terhadap ilmu sebagai suatu sistem
logis yang indah dan ampuh.
Kesadaran ini akan menimbulkan dedikasi yang tinggi terhadap pemahaman ataupun
pengembangan ilmu sebagai suatu kebutuham hidup.

2.2 Hakikat Pendidikan dan Pendidikan MIPA

A. Pendidikan
Suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu
menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan
kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya.
Tujuan Pendidikan Nasional
2.1 Meningkatkan kualitas manusia
Perwujudan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Berbudi pekerti yang luhur
Berkepribadian
Berdisiplin
Bekerja keras
Tangguh
Bertanggungjawab
Mandiri
Cerdas
Sehat jasmani dan rohani

Pendidikan MIPA
MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya jangan hanya dipandang
sebagai :
1) Sekumpulan informasi hasil kajian orang terdahulu yang harus diteruskan kepada peserta
didik, tetapi harus pula dipandang
2) Sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan uriman (sumbangan) nyata untuk
perwujudan manusia Indonesia yang utuh.

Implikasi dari Ciri MIPA


1. Pendidikan MIPA menghendaki pendekatan pendekatan tertentu dan metode metode
tertentu yang sesuai, serta sarana yang mendukung untuk memantapkan berbagai konsep
MIPA pada anak didik,
membuat mereka mampu berpikir kritis,
menggunakan nalar (akal budi) mereka secara efektif dan efisien.
menanamkan benih sikap ilmiah pada diri mereka
Dengan ciri perilaku ini, lulusan sekolah menengah atas akan merupakan potensi tenaga kerja
berkualitas yang merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan.
2.3 Hakikat Tugas Guru dan Guru MIPA

Dalam upaya menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang selalu
dikemukakan, seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar melainkan juga sebagai
pendidik.
Misi utama guru sebagai pengajar ialah mengupayakan tercapainya tujuan tujuan
instruksional mata pelajaran yang diajarkannya, sedangkan misi utama guru
Sebagai pendidik ialah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik
dalam dimensi yang lebih luas untuk memberikan iuran (sumbangan) nyata bagi pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan pikiran pokok di atas, tugas guru MIPA tidak hanya sekedar
Mengupayakan diperolehnya berbagai pengetahuan dan ketrampilan dalam MIPA dikalangan
peserta didik.
Lebih penting dari itu, seorang guru MIPA hendaknya dapat mendorong berkembangnya
pemahaman dan penghayatan akan prinsip prinsip dan nilai nilai IPA dikalangan peserta
didik dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis dan kreatif,
kecerdasan, serta sikap kritis, terbuka dan ingin tahu.
Sehubungan dengan itu, seorang guru MIPA
Hendaknya tidak sekedar menyampaikan informasi/ceritera tentang MIPA kepada peserta
didik tetapi betul betul membimbing para siswanya berbuat sesuai dengan prinsip prinsip
dan nilai nilai yang terkandung dalam MIPA.
Dengan kata lain, guru MIPA hendaknya
Dapat membawa peserta didiknya untuk menjalani proses MIPA itu sendiri melalui kegiatan
pengamatan, percobaan, pemecahan masalah, diskusi dengan teman temannya dan
sebagainya.
Masih berkaitan dengan sifat dikemukakan di atas, seorang guru MIPA hendaknya
Dapat menumbuhkan kesenangan belajar MIPA dikalangan peserta didik. Ini akan besar
pengaruhnya terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dari pengajaran MIPA.
Disamping itu, seorang guru MIPA
Hendaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga tidak segan mengakui
keterbatasan pengetahuannya tentang hal hal tertentu kepda peserta didik tanpa
mengabaikan tanggungjawabnya membantu mereka menemukan jawaban terhadap persoalan
persoalan yang diajukan.

2.4 Mengenal IPA

Manusia dan Perkembangan Tubuh serta Alam Pikirannya:


1. Manusia sebagai Makhluk yang Unik

(Sifat sifat Unik Manusia : Jasmani dan Naluri Kehidupannya)


Menurut klasifikasi (Biosistematik), manusia tergolong dalam Dunia Hewan. Kalau
tubuh manusia dibedah, maka pada bagian dalam tubuhnya ditemui alat alat (organ) tubuh,
seperti : jantung, hati, paru paru, usus dan lain lain yang tidak banyak berbeda dengan
yang dimiliki hewan lain (misalnya: kucing, kera, dll). Demikian pula kalau kita mempelajari
sistem pernafasan, pencernaan makanan, peredaran darah, persarafan dan fisiologis organ
organ lainnya, pada prinsipnya sama seperti yang terdapat pada hewan.
Kedudukan manusia dalam klasifikasi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primates
Subordo : Anthropoidea
Superfamili : Hominoidea
Famili : Hominidae
Species : Homo sapiens
Sebagaimana diungkapkan oleh Daryono Sutoyo dikemukakan bahwa perbedaan
antara manusia dengan hewan itu terletak pada beberapa hal, antara lain berikut ini :
kelakuan atau tingkah laku manusia dapat berubah ubah
kemampuan untuk mempengaruhi atau mengubah lingkungan pada manusia adalah lebih
besar
manusia membentuk kebudayaan, sedangkan pada hewan boleh dikatakan tidak mengenal
kebudayaan (Daryono Sutoyo:3).
Jelas disini bahwa bagi manusia terdapat lingkungan abiotik dan lingkungan biotik,
juga terdapat lingkunngan kebudayaan (agama, adat istiadat, hasil hasil teknolgi).
Setiap species mempunyai ciri ciri khas yang meliputi:
Ciri ciri struktur;
Ciri ciri fisiologis;
Ciri ciri tingkah laku.
Jadi dilihat dari ketiga ciri khas yaitu struktur tubuh, fisiologis dan tingkah lakunya
manusia mencapai berbagai kemampuan dan kecakapan yang melebihi hewan mamalia
lainnya terutama Primates. Manusia telah mengalami modifikasi struktur tubuh sehingga
dapat memberikan ciri fisiologi atau fungsi dan kemampuan jasmani maupun ciri tingkah
lakunnya tersendiri, yang dapat mengatasi masalah serta penyesuaian dalam hidupnya.
Dari ciri struktur maupun ciri fisiologinya memungkinkan timbulnya ciri-ciri tingkah
laku yang khas bagi manusia sebagai Mamalia yang paling utama. Ciri-ciri tingkah lakunya
itu nampak pada sifat-sifat manusia umumnya.

Adapun sifat-sifat manusia itu sebagai berikut :


1) Berfikir :

a. Manusia itu pada umumnya berfikir egosentris.

b. Berbudaya

c. Senang belajar
2) Bermasyarakat Manusia mempunyai kebutuhan makan :
Untuk keperluan hidupnya manusia memerlukan makanan. Makanan berpengaruh terhadap :
pertumbuhan, perkembangan dan pembiakan. Gizi makanan mempengaruhi kesehatan,
kecerdasan, cara kerja, kebudayaan, manusia, keluarga, ras, bangsa dan lain-lain.
3) Ingin panjang umur :
Akibat sifat ini, manusia itu selalu ingin sehat, mengatasi penyakit, membatasi kerja terlalu
keras, mencegah kelaparan.
4) Suka berteduh :
Akibatnya manusia memakai pakaian. Macam pakaian dipengaruhi oleh iklim, selera
masyarakat dan bahan yang tersedia. Sedangkan cara berpakaian berpengaruh terhadap
kesehatan.
5) Suka mencari kesenangan hidup atau kebahagiaan :
Contoh : rekreasi, kesenian, kosmetika, dan sebagainya.
6) Ingin mempunyai keturunan.
Menurut Wildan Yatim (1974:333) dikatakan bahwa: naluri (instinct) adalah sikap
yang dibawa turun temurun, tak berubah-ubah dan berperan untuk memlihara kelangsungan
hidup sesuatu individu di alam.
Sampai batas-batas tertentu, karena setiap mahluk tak akan mungkin dapat
meninggalkan sama sekali pembawaan naluri.
Contoh:
Naluri makan tidak mungkin ditekan dan ditinggalkan. Namun waktu makan dapat diatur.
Naluri masyarakat manusia telah berkembang oleh karena kemampuan berfikir dan
belajarnya.
Naluri berlindung pada manusia menyebabkan meraka membuat jaket wool, rumah
bertingkat, membuat senjata dan lain-lain.
Inilah keunikan manusia, yang menyangkut jasmaninya yang telah berkembang yang
memungkinkan penyesuaian fisiologi serta terbentuk sikap atau tingkah laku manusia dan
prestasinya yang agak berlainan dengan hewan. Tentunya berkat kemampuan dan
kecakapannya yang tinggi.

Rasa Ingin Tahu


Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini
merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang alam sekitarnya,
benda-benda di sekelilingnya, gunung, awan, bulan, bintang, dan matahari yang
dipandangnya dari jauh, bahkan ia ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu
untuk memenuhi kebutuhan fisik, mempertahankan kelestarian hidupnya, dan untuk
kebutuhan nonfisik, kebutuhan alam pikirannya.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan
perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Pengetahuan manusia berkembang
sampai kepada hal-hal bercocok tanam, menyangkut keindahan dan sebagainya.

Mitos dan Perkembangan Alam Pikiran Manusia


Manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan fisiknya, tetapi juga ingin memenuhi
kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak
dapat terjawab atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk memuaskan alam
pikirannya, manusia membuat atau mereka-reka sendiri jawabannya.
Contoh:

Apakah pelangi itu ?

Karena tak dapat dijawab, mereka meraka-reka dengan jawaban bahwa pelangi adalah
selendang bidadari. Muncul pengetahuan baru, yaitu bidadari.

Mengapa gunung meletus ?

Karena tak tahu jawabannya, maka di reka-reka sendiri dengan jawaban yang berkuasa dari
gunung sedang marah. Muncul pengetahuan baru, yaitu yang disebut yang berkuasa.
Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari
pengamatan, pengalaman dan kepercayaan itu disebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan
atas mitos ini disebut legenda.
Mitos ini timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera
manusia.Misalnya :
1) Penglihatan :
Banyak benda-benda bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh mata. Mata tak dapat
membedakan seluruh gambar yang berbeda dalam satu detik. Mata tak mampu melihat
partikel atau jauhnya benda.
2) Pendengaran :
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai
dengan 30.000 perdetik. Getaran dibawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3) Bau dan rasa :
Bau dan rasa tidak dapat dipastikan benda yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya
bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu : rasa manis, masam, asin, dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita jika
konsentrasinya di udara lebih dari 1/10 juta dari udara. Bau dapat membedakan satu benda
dengan benda yang lain, namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4) Alat perasa :
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif,
sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Jadi mitos ini dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung
maupun dengan alat.
b) Keterbatasan penalaran.
c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
Hasrat ingin tahunya berkembang terus dan mitos merupakan jawaban yang paling
memuaskan pada masa itu. Puncak hasil pemikiran seperti itu yaitu pada zaman Babylonia
700-600 SM. Alam semesta menurut pendapat mereka waktu itu adalah berupa suatu
ruangan atau selungkup. Bumi datar sebagai lantainya dan langit-langit melengkung di atas
sebagai atapnya. Bintang-bintang, matahari dan bulan menempel dan bergerak pada
permukaan dalam langit. Pada atap ada semacam jendela dimana air hujan dapat sampai ke
bumi.
Tetapi yang menakjubkan adalah bahwa mereka telah mengenal ekliptika atau bidang
edar matahari, dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar
kembali ke tempat semula, sama dengan 362,25 hari.
Contoh : ajaran orang-orang Yunani pada 600-200 SM.
Sebagai tonggak sejarah dapat disebutkan disini seorang ahli pikir bangsa Yunani
bernama Thales (624-548 SM), seorang astronom yang juga ahli dibidang matematika dan
tehnik. Beliaulah yang pertama berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan cahayanya
sendiri sedangkan bulan hanya sekedar memantulakan cahayanya dari matahari.
Orang-orang Yunani lainnya yang patut dicatat pemberi iuran kepada perubahan pola
berfikir masa itu antara lain :
1) Pythagoras (500 SM). Terkenal dibidang matematika.
Kita kenal seperti sekarang yaitu dalil Pythagoras (tentang segitiga siku-siku)
C2 = a2 + b2
Jumlah sudut suatu segitiga 180o
a + b + c = 180o
Tentang unsur dasar ia tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat bahwa berpendapat :
ada 4 bentuk yaitu; tanah, api, udara dan air. Tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat
bahwa bumi ini bulat dan berputar; karena berputar maka nampaknya seolah-olah alam
berputar mengelilingi bumi.
2) Demokritos (460-370 SM).
Tentang unsur-unsur dasar ia berpendapat bahwa apabila suatu benda dipecah dan
dibagi terus menerus pada suatu saat sampailah pada bagian yang terkecil dari benda itu.
Bagian terkecil dari benda itu yang tak dapat dibagi-bagi lagi disebut atomos atau atom.
Karena kecilnya, maka tidak tampak oleh mata.
3) Aristoteles (348-322 SM).
Tentang unsur dasar ia menyebutkan adanya zat tunggal. Zat tunggal ini dapat
berubah-ubah bentuk tergantung kondisinya, yaitu menjadi bentuk tanah, air, udara atau api
(transmutasi). Adnya transmutasi ini disebabkan oleh keadaan dingin , lembab, panas dan
kering.
dalam kondisi lembab dan panas bentuk udara
dalam kondisi panas dan kering bentuk api
dalam keadaan kering dan dingin bentuk tanah
dalam keadaan dingin dan lembab bentuk air
Beliau berpendapat pula bahwa apabila disuatu tempat tidak ada apa-apanya (benda) disitu
ada sesuatu yang imaterial yaitu ether. Ia tidak percaya adanya hampa udara.
Ajarannya yang penting adalah suatu pola berfikir dalam memperoleh kebenaran
berdasarkan logika..
Contoh :
semua benda jika dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah
menjadi api (1).

kayu adalah benda (2).

kayu jika dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api
(3).

1. disebut premis mayor yaitu sesuatu yang berlaku umum.


2. premis minor yaitu sesuatu yang khusus.
3. kesimpulan.
Kesimpulan ditarik dari sesuatu yang umum menuju kepada yang khusus. Cara ini
dikenal sekarang sebagai metode deduksi.
4) Ptolomeus (127-151).
Orang besar 450 tahun setelah Aristoteles. Beliau berpendapat bahwa bumi adalah
pusat dari jagat raya, berbentuk bulat, diam setimbang tanpa tiang penyangga. Bintang-
bintang menempel tetap pada langit dan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam.
Planet beredar melalui orbitnya sendiri terletak antara bumi dan bintang.

2.5 Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam

Berkat makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan semakin
meningkatnya kemampuan berfikir manusia maka pada tahun 1500-1600 terjadi perubahan
besar atas semua ajaran Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tinggak sejarah dapat dicatat
disini adalah :
NIKOLAUS COPERNICUS (1473-1543). Ia tidak saja astronom tetapi juga ahli
matematika dan pengobatan. Tulisannya yang terkenal dan merompak pandangan astronom
zaman Yunani berjudul : De Revolutionibus Orbium caelestium. Artinya peredaran alam
semesta. Buku itu ditulis pada tahun 1507 namun tidak segera diumumkan karena prinsip
heliosentrisme (pusat matahari) bertentangan dnegan kepercayaan penguasa pada saat itu.
Pokok ajarannya antara lain:

1. Matahari adalah pusat dari solar sistem. Di dalam sistem itu bumi adalah salah
satu planet diantara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.

2. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.

3. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur dan mengakibatkan adanya
siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.
Pengikut Copernicus yaitu BRUNO (1548-1600) memperoleh kesimpulan lebih jauh lagi
yaitu :

1. Alam raya ini tak ada batasnya.

2. Bintang-bintang tersebar diseluruh ruang angkasa.

Karena keberaniannya mengungkapkan pendapat yang bertentangan dengan penguasa waktu


itu, maka ia dianggap kemasukan setan lalu dibakar sampai mati. tahun 1600.
Ahli Astronomi lain yang juga penting dicatat adalah Johannes Kepler (1571-1630). Ia
mengungkapkan pendapatnya bahwa :

1. Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu garis edar yang


berbetuk elips dengan suatu fokus.

2. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet mengelilingi matahari
secara penuh adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet
itu terhadap matahari.

Perlu dicatat pula orang besar bernama Galileo (1564-1642).


Orang Italia ini dnegan berani mengumumkan penemuannya, dengan teleskop nya yang
mutakhir pada saat itu, yang bertentangan dengan pandangan penguasa. Ia membenarkan
teorinya Copernicus tentang heliosentrisme yang jelas bertentangan dengan ajaran agama saat
itu yang homosentris atau geosentris. Lebih jauh ia menemukan bahwa ada empat buah bulan
yang mengelilingi jupiter. Ia juga menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Suatu bintik
hitam di matahari yang snagat penting untuk menghitung kecepatan rotasi matahari.
kelompok taburan bintang yang ia sebut Milky Way atau bima sakti terdiri dari bermilyar
bintang dan yang sangat menakjubkan adalah ditemukannya cincing saturnus.
Dari Copernicus sampai Galileo dapat kita anggap sebagai permulaan abad ilmu
pengetahuan modern yang menempatkan suatu kebenaran berdasarkan induksi atau
eksperimentasi.

2.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam yang bermula timbil dari rasa ingin tahu manusia, sekarang
telah berkembang pesat dan telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat . Penmuan-
penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi dapat memberikan kemudahan
dan peningkatan kehidupan masyarakat. Misalnya peningkatan penyediaan sandang dan
pangan, kualitas kesehatan individu dan masyarakat.
Kecuali itu, penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan
teknologi merupakan dasar pembuka jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam
selanjutnya. Semua penemuan-penemuan ilmu pengetahuan alam masa kini, bukanlah hasil
penemuan secara serentak, melainkan merupakan jalinan penemuan-penemuan sebelumnya.
Suatu penemuan memungkinkan terdapatnya masalah baru yang mendorong manusia untuk
bereksperimen selanjutnya. Dengan demikian terjadi proses berantai yang dinamis dan
menyebabkan ilmu pengetahuan alam berkembang pesat.
Contoh :Penemuan tentang peranan kromosom dan gen dalam menurunkan sifat-sifat
mahluk hidup dari generasi terdahulu pada generasi berikutnya, telah ditetapkan untuk
memperoleh bibit unggul. Dengan jalan perkawinan silang dan mutasi buatan, diperoleh
tanaman baru yang mempunyai produksi lebih tinggi dan tahan hama. Ini berarti dapat
meningkatkan penyediaan pangan masyarakat.
Contoh lain misalnya dengan diketemukannya mikroskop sederhana, terbuka jalan
untuk mempelajari organisme-organisme kecil yang semula tidak dapat dilihat. Pengetahuan
tentang mikroorganisme itu makin berkembang dan melahirkan ilmi mikrobiologi. Selain itu,
penemuan mikroskop juga membuka jalan bagi pengembangan dan penemuan berbagai jenis
mikroskop yang memiliki kemampuan lebih tinggi.

2.7 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya science berasal dari kata latin
Scientia yang berarti saya tahu. Kata science sebenarnya semula berarti ilmu
pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu
pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan science
maka yang dimaksud adalah natural science atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu
pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik
(Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu
biologi (life science).
Untuk mengidentifikasikan IPA dengan kata-kata atau dengan kalimat yang singkat
tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA
tersebut. Terdapat beberapa definisi IPA diantaranya adalah :
1) Menurut H.W. Fowler : Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan alam yang sistematis
dan dirumuskan , yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan deduksi.
Definisi IPA ini tampaknya banyak diterima dan dipakai di sekolah-sekolah di Indonesia.
2) Menurut Robert B.Sund : Ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga
suatu proses.
Dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur, yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan
sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan tersebut.
3) Definisi lainnya, yaitu menurut James B. Conant : Ilmu pengetahuan alam adalah suatu
rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah
berkembang sebagai hasil eksperiment dan obeservasi dan bermanfaat untuk eksperimen serta
observasi lebih lanjut.
Dalam definisi ke tiga ini terdapat tiga unsur IPA. Yang pertama, adalah serangkaian
konsep dan bagan konsep yang saling berkaitan. Yang dimaksud bagan konsep ialah suatu
konsep yang menyangkut konsep-konsep lain yang relevan. Misalnya konsep evolusi yang
menyangkut konsep mutasi, konsep variasi, konsep penyebaran geografis. Adapun unsur
kedua dari definisi IPA tersebut, berupa proses terutama mempergunakan metoda observasi
dan eksperimen. Sedangkan unsur ketiga berupa manfaat dan penerapannya, yaitu untuk
observasi dan eksperimen lebih lanjut.
Dari ketiga contoh definisi IPA tersebut, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
IPA merupakan suatu pengetahuan yang ilmiah, karena IPA mempunyai syarat-syarat
berikut :
1) Bersifat objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan kenyataan dari objeknya dan dapat
dibuktikan dengan pengamatan dan pengamalan empirik. Adapun objek studi IPA adalah
benda-benda dan gejala-gejala kebendaan, baik benda hidup, benda mati maupun tidak hidup.
2) Bersifat sistematik, artinya IPA mempunyai sistem yang teratur. Sistem ini dipergunakan
untuk menyusun, mengorganisasikan pengetahuan, konsep-konsep dan teori IPA.
3) Mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah. Metode ini dipergunakan untuk
mempelajari objek studi, untuk memperoleh pengetahuan dan juga cara berfikir dan
memcahkan masalah.

2.8 Hakikat IPA

Untuk mempelajari hakikat IPA perlu kita kaji kembali ketiga contoh definisi IPA. IPA
pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan penerapan dengan penjelasan sebagai
berikut :
1) IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk atau hasil. IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan (dalam definisi pertama dan kedua) dan sekumpulan konsep-konsep dan bagan
konsep (dalam definisi ketiga) yang merupakan hasil suatu proses tertentu.
2) IPA pada hakikatnya adalah suatu proses (dalam definisi kedua). Yaitu proses yang
digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk
IPA. Dalam Proses ini digunakan metode ilmiah dan terutama ditekankan pada proses
observasi dan eksperimen (dalam definisi pertama dan kedua).
Dengan mengutip pendapat Einstein tentang proses IPA, John G. Kemeny
menegaskan baha IPA berangkat dari fakta dan berakhir pada fakta. Kemeny menjelaskan
terdapatnya tiga tahapan dalam proses tersebut;
a) Bertolak dari Fakta-fakta khusus hasil observasi dan eksperimen terdahulu, disusun konsep-
konsep kemudian teori-teori. Penyusunan teori secara demikian disebut secara induktif, yaitu
bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum, atau dari fakta-fakta hasil
eksperimen dan observasi, menuju terbentuknya teori. Tahapan ini disebut tahapan induksi.
Contoh :
Dari beberapa pengamatan menunjukkan bahwa tumbuhan berkeping satu mempunyai
akar serabut maka kita selidiki tumbuhan satu lainnya, ternyata semuanya berakar serabut.
Kemudian diambil kesimpulan umum bahwa tumbuhan berkeping satu mempunyai akar
serabut.
b) Tahapan kedua adalah deduksi.Berrtitik tolak dari suatu teori atau kesimpulan umum yang
telah dianggap benar,dapat diramalkan atau diprediksi fakta-fakta baru yang bersifat khusus.
Fakta-fakta atau ramalan-ramalan baru ini merupakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul
dari teori atau kesimpulan umum tersebut.

Contoh :
Misalnya kita sudah menganggap benar kesimpulan umum tentang tumbuhan
berkeping satu tersebut. Bila suatu ketika ditemukan tumbuhan yang berakar serabut, maka
kita deduksikan bahwa tumbuhan tersebut berkeping satu.
c) Diketemukannya dugaan atau ramalan baru, akan mendorong dilakukannya observasi dan
eksperimen selanjutnya, untuk menguji kebenaran ramalan-ramalan tersebut. Tahapan ini
disebut tahapan verifikasi. Ramalan atau konsekuensi yang telah diuji kebenarannya
melahirkan fakta-fakta baru yang secara induktif dapat disusun teori baru lagi. Dengan
demikian, proses-proses IPA merupakan proses yang berantai dan melingkar, yang bertolak
dari fakta dan berakhir pada fakta baru. Secara singkat proses tersebut digambarkan pada
bagan berikut

Matematika mempunyai sumbangan yang penting bagi perkembangan IPA. Matematika


antara lain berperan sebagai penunjang untuk memahami gejala-gejala alam dan untuk
memperhitungkan secara logis sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari observasi dan
eksperimen. Perkembangan IPA bukan hanya karena proses induksi dan deduksi tetapi juga
peranan matematika. Pengetahuan yang diperoleh dengan metoda ilmiah yang disertai
perhitungan matematika melahirkan IPA kuantitatif yang dipandang merupakan IPA modern.

3) Adapun hakikat IPA yang ketiga adalah bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu
penerapan atau aplikasi. penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat
memberi kemudahan bagi kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga berguna untuk
mengembang teori dan teknologi baru.
Erat kaitannya dengan hakikat IPA sebagai suatu penerapan, Norman Campbell
memandang IPA menjadi dua aspek yag satu sama lain tidak dapat dipisahkan bagai mata
uang dnegan kedua sisi-sisinya. Kedua aspek tersebut adalah practical science dan aspek
pure science sebagai practical science IPA sangat bermanfaat dalam kehidupan
masyarakat melalui teknologi. Sebagai pure science, IPA tidak dapat bermanfaat langsung
bagi kehidupan, tetapi mengandung nilai intelektual. Apa yang kita pelajari secara langsung
dari IPA adalah aspek pure science tersebut.

2.9 Ciri- Ciri IPA

Sebagai suatu produk, proses maupun penerapan, IPA memiliki ciri-ciri tertentu yang
dapat membedakan ilmu pengetahuan lain. Adapun ciri-ciri tersebut adalah :
1) Pengetahuan dalam IPA bersifat universal. Ini berarti konsep-konsep dan teori IPA tetap
konsisten danb berlaku dimana-mana. Hal ini antara lain karena IPA tidak membahas nilai-
nilai moral dan etika, dan menjangkau nilai-nilai keindahan dan seni budaya yang nilainya
dipengaruhi oleh kebudayaan masing-masing tempat.
Contoh :
Hukum gravitasi Newton berlaku mulai dari apel-apel yang jatuh ke bumi pada
berbagai tempat, hingga bergeraknya bulan mengelilingi bumi dan juga bergeraknya planet-
planet mengelilingi matahari.
2) Ciri kedua dari IPA ialah konsep-konsep dalam IPA dapat diuji kebenarannya oleh siapa saja
pada setiap waktu. ini berarti konsep-konsep IPA dapat dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan
lain pada waktu yang berbeda-beda.
Contoh :
Berdasarkan hasil pengamatannya, Alexis Bouvard (Perancis) mengamati bahwa
terdapat kelainan-kelainan dari orbit planet Uranus. Dua belas tahun kemudian, John Adam
(Inggris) dan Jean Leverier (Perancis) dengan perhitungan-perhitungan teoritis menunjukkan
bahwa penyimpangan orbit Uranus tersebut disebab planet lain dibelakangnya dnegan lokasi
yang dapat ditentukan. Pada tahu 1842, barulah observatorium Berlin dapat mengamati lokasi
tersebut dan menemukan planet baru yang kemudian diberi nama Neptunus. Dengan
demikian hipotesis Leverier dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain.
3) Ciri ketiga dari IPA adalah bahwa konsep dari teori IPA bersifat tentatif yang berarti
kemungkinan dapat diubah bila ditemukan fakta baru yang tidak sesuai dengan konsep dan
teori tersebut.
Metoda Ilmiah Sebagai Ciri IPA
Metoda ilmiah merupakan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan yang
menentukan apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah. Metode ilmiah yang digunakan, harus
menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bersifat objektif,
sistematis dan konsisten.
Metoda ilmiah terutama digunakan dalam IPA, tetapi juga banyak juga digunakan
dalam ilmu pengetahuan lain. Dalam bentuk dan langkah-langkah sederhana, juga dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan agar memperoleh keputusan
yang objektif. Adapun langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut adalah :
1) Perumusan masalah
Langkah metoda ilmiah diawali dengan merasakan adanya masalah dan berkeinginan untuk
memecahkan masalah. Masalah antara lain timbul karena adanya kesenjangan antara apa
yang seharusnya terjadi dengan keadaan yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan masalah
disini umumnya ialah berupa pertanyaan yang mengandung unsur-unsur apa, mengapa, dan
bagaimana suatu objek yang akan diteliti.
langkah-langkah selanjutnya dalam memecahkan masalah tersebut:
2) Penyusunan hipotesis
3) Pengumpulan data
4) Pengujian hipotesis
5) Pengambilan kesimpulan

2.10 Sikap Ilmiah

Agar kesimpulan yang diperolehnya bersifat objektif. Sikap tersebut disebut sikap
ilmiah yang antara lain sebagia berikut :
1. Objektif terhadap fakta atau kenyataan.
Dengan jujur dia akan menyatakan suatu fakta sesuai dengan kenyataan dan tidak
dipengaruhi oleh perasaannya serta pertimbangan lain. Sikap ini akan melatih kita untuk
mencintai kebenaran yang objektif. Dengan bersifat objektif terhadap fakta ini kita dituntut
untuk membedakan antara fakta dan pendapat pribadi.
2. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan atau keputusan.
Bila belum cukup fakta yang dikumpulkan yang dapat menunjang kesimpulan atau
keputusan itu. Dengan demikian tidak akan mengambil kesimpulan yang didasarkan atas
prasangka.
Contoh :
Seorang ilmuwan yang secara kebetulan menemukan suatu jenis hewan dalam air dia
tidak akan menyimpulkan bahwa hewan tersebut hidup dalam air sebelum mengumpulkan
data tentang hewan tersebut ada berbagai tempat baik darat, air tawar, maupun air laut.
3. Berhati terbuka
Artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun
pendapat atau penemuan orang lain itu bertentangan atau tidak sesuai denagn pendapatnya
sendiri.
Contoh :
Ilmuwan tersebut (contoh 2) telah menyimpulkan bahwa hewan tadi hidup dalam air.
Tetapi ternyata ada ilmuwan lain menemukan hewan serupa hidup di atas pohon-pohon.
Ilmuwan yang pertama bersedia mengubah kesimpulannya asal dia diberi cukup bukti dan
fakta.
4. Bersikap tidak memihak terhadap sesuatu pendapat tertentu tanpa alasan-alasan yang
berdasarkan fakta.
Contoh :
Ingat percobaan Galileo dari menara Pisa. Galileo tidak memihak begitu saja faham
Aristoteles bahwa benda berat akan jatuh lebih dahulu daripada benda ringan.
5. Metoda ilmiah melatih kita untuk tidak percaya kepada takhayul atau sifat untung-untungan,
karena percaya bahwa di alam ini sesuatu terjadi melalui proses tertentu.
6. Dapat bekerja sama dengan orang-orang lain dan bersedia mengkomunikasikan dan
mengumumkan hasil penelitiannya. Ini berarti bahwa penemuan atau pendapat kita rela untuk
diteliti kembali ataupun di kritik dengan alasan-alasan rasional.
7. Selalu memiliki rasa ingin tahu tentang apa, mengapa dan bagaimana sesuatu gejala yang
dijumpainya. Rasa ingin tahu ini akan melatih kepekaan mengenal masalah dan menggugah
keringinannya untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian akan mendorong kita
untuk mencari kebenaran dan penemuan-penemuan baru.
8. Memiliki ketekunan dan kesabaran serta ketelitian dalam melakukan eksperimen, observasi
dan dalam mengumpulkan data serta memecahkan masalah.

2.11 Nilai- Nilai IPA

Adapun nilai-nilai IPA tersebut adalah :


1) Nilai praktis
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu mengembangkan
penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Oleh
karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang secara langsung dan
tidak langsung dapat bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu
sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Penemuan listrik oleh Faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan
berbagai alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tentang hubungan antara IPA dan teknologi ini Paul B.Weiz mengungkapkan bahwa IPA
merupakan tanah tempat teknologi tumbuh dan berkembang. Ungkapan tersebut
menunjukkan bahwa antara IPA dan teknologi terdapat hubungan saling mermbutuhkan,
saling isi mengisi agar dapat terus tumbuh dan berkembang.
2) Nilai intelektual
Keberhasilan memecahkan masalah ini akan memberikan kepuasan intelektual.
Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang memberikan
kepuasan kepada seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan
masalah. Bedakanlah kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang
memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena
mengalahkan lawan politiknya.
3) Nilai-nilai sosial-ekonomi-politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan teknologi
suatu negara, menyebabkan negara tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam
percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.
Contoh :
Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam
kedudukan pilotik internasional yang menentukan.
Contoh :
a) Ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan apolo 11, martabat Amerika
dalam percaturan politik melonjak lebih tinggi.
b) Juga ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I,
martabat Rusia dimata dunia meningkat.
c) Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologinya tinggi, hingga banyak hasil
indusrinya merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.
4) Nilai keagamaan dari IPA
Karena dengan keterbatasan ilmunya manusia belum dan tidak akan pernah
mengetahui asal mula dam akhir dari alam raya dengan pasti.
Contoh :
a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan
pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh
karena itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.
b) Dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi,
tetapi keterbatasan ilmunya, manusia tidak mampu meniadakan gravitasi itu sendiri. Dengan
penemuan-penemuannya manusia makin sadar akan kebesaran Tuhan.
c) Dengan mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan
mikroorganisme, keindahan pergerakan protoplasma, serta kerumitan dan keteraturan reaksi-
reaksi di dalamnya. semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita tentang
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang
sejalan dan sejajar dengan pandanagn agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama
ini, ilmuwan terkenal Albert Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut Ilmu
pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh.
5) Nilai-nilai kependidikan dalam IPA.
Sekitar satu abad yang lampau, karena pelajaran IPA lebih ditekankan pada fakta-
fakta saja, ahli-ahli pendidikan belum mengangap IPA mempunyai kedudukan penting dalam
kurikulum sekolah. Kecuali itu pelajaran IPA pada waktu tersebut sedikit sekali yang
didasarkan atas penemuan-penemuan psikologi belajar.
Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan pada pelajaran IPA:
a) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah
metoda ilmiah yang sering dipergunakannya.
b) Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat
eksperimentasi untuk memecahkan masalah.
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik kaitannya dengan
pelajaran IPA maupun dalam kehidupan.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu yaitu :
a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat kita hidup dan tentang
bagaimana kita harus bersikap yang benar terhadap alam. Dengan pengetahuannya, siswa
diharapkan dapat memanfaakan dan mengelola sumber daya alam secara tepat.
b) Menanamkan sikap hidup ilmiah, yang harus dibawanya dalam perjalanan hidupnya dan
bukan hanya dalam memecahkan masalah ilmiah saja. Sikap ini timbul dari kesadaran akan
pentingnya metoda dan sikap ilmiah yang biasa digunakan oleh para ahli IPA. Dengan
memberikan latihan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara ilmiah, siswa akan
mampu mencari jawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya secara ilmiah.
c) Memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran dan menggunakan alat-
alat. Latihan ketrampilan ini dapat mengembangkan bakat ketrampilan tanga siswa yang
berguna untik dasar-dasar ketrampilan industri. Praktikum, percobaan-percobaa dalam
pelajaran IPA adalah bagian penting yang bermanfaat dalam mencapai tujuan pendidikan IPA.
Kecuali itu pendidikan IPA harus dapat memberikan untuk tumbuhnya ketrampilan-
ketrampilan dasar ini.
d) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan dan
penemuan-penemuannya yang telah berguna bagi dunia. Yang perlu kita didikkan kepada
para siswa untuk menghargai para ilmuwan itu, adalah mengetahui bagaimana penemuan-
penemuan itu dilakukan, menghargai jasa pengorbanannya. Dengan demikian siswa akan
tergugah untuk melakukan percobaan dan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi
manusia.

2.12 Peranan Matematika Terhadap IPA

Menurut dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama
tuanya dengan kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun
sebelum masehi. Tulisan itu pada hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung, pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang
dihitung. Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu
dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka
jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu itu ia dapat
mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah bertambah karena
beranak.
Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk
mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika
terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika
IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari
metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara
bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja
hampir tidak mungkin. Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada
zaman Yunani dapat menghitung besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan
deduksi matematika sebagai berikut:
Pada tanggal 21 juni di Syene (Mesir) pada tengah hari matahari berada tepat di atas
kepala. Saat yang mana di kota Alexandria yang jauhnya 500 Mil tepat berada disebelah utara
Syene matahari jatuh dnegan membentuk 7,4o . Ini dapat diukur melalui bayang-bayang
sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka keliling bumi atau besarnya bumi
dapat dihitung secara matematika. Erathotenes sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi
adalah 24.000 mil dan garis tengah bumi adalah 8.000 mil.
Hipparchus (150 SM) dapat menghitung jarak bumi ke bulan. perhitungannya
diilhami oleh ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa bulan terletak di anatar bumi dan
matahari, juga diilhami oleh gerhana bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan
dipergunakan untuk memperkirakan besarnya bumi. Ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke
bulan adalah 24.000 mil.
Aristarchus juga secara matematika mencoba menghitung jarak bumi ke matahari.
Namun karena kesalahan instrumen ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu
adalah 20 kali jarak bumi ke bulan, padahal jarak yang benar adalah 400 kali. Kesimpulan
lain yang ia peroleh berdasarkan matematika adalah sinar matahari itu tentunya lebih besar
dari bumi. Ia perkirakan sedikitnya tujuh kali lebih besar. Ia berpendapat tidak logis kalau
matahari yang besar itu beredar mengelilingi bumi yang jauh lebih kecil. Mestinya sebaliknya
bumilah yang mengelilingi matahari. Namun pendapatnya tak mendapat tanggapan oleh
masyarakat, sampai pada zaman baru dimana Copernicus dnegan bantuan teleskopnya serta
perhitungan matematik mengumumkan prinsip heliosentrik.
Ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam IPA antara lain adalah :
Phthagoras mengadakan perhitungan terhadap benda-benda segi banyak. Apollonius
mengadakan perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa
dalam perhitungan jarak beredar yang berbentuk elips dari planet-planet. Galileo (1642)
berjasa dalam menetapkan hukum lintasa peluru, gerak dan percepatan. Huygens (1695)
dapat memecahkan teka teki adanya cincin Saturnus, perhitungan tentang bandulan dan ini
terkenal dnegan perhitungan tentang kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara
(pada masa itu orang beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar).
Ini semua adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan IPA selalu
ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.

2.13 IPA Kualitatif dan Kuantitatif

Pada uraian terdahulu telah diterangkan bahwa penemuan-penemuan yang didapat


oleh Copernicus sampai Galileo pada awal abad 17 merupakan perintis ilmu pengetahuan.
Artinya ialah bahwa penemuan-penemuan itu berdasarkan empirik dengan metode induksi
yang objektif dan bukan atas dasar deduksi filosopik seperti zaman Yunani atau berdasar
mitos seperti zaman Babylonia. Penemuan-penemuan itu misalnya saja bahwa di bulan
terdapat gunung-gunung, Jupiter mempunyai empat buah bulan, di matahari terdapat bercak
hitam yang dapat digunakan untuk mengukur percepatan rotasi matahari dan sebagainya.
Penemuan-penemuan seperti ini kita sebut sebagai ilmu pengetahuan alam yang
sifatnya kualitatif. Ipa yang kualitatif ini tidak dapat menjawab pertanyaan yang sifatnya
kausal. Jika kuantitatif yaitu sebaliknya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa MIPA sebagai suatu kumpulan
mata pelajaran, hendaknya dipandang sebagai alat pendidikan yang potensial dapat
memberikan uriman (sumbangan) nyata untuk perwujudan manusia Indonesia yang utuh.
Misi utama guru sebagai pengajar ialah mengupayakan tercapainya tujuan tujuan
instruksional mata pelajaran yang diajarkannya, sedangkan misi utama guru, mengupayakan
terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik, mengupayakan diperolehnya berbagai
pengetahuan dan ketrampilan dalam MIPA dikalangan peserta didik. Seorang guru MIPA
hendaknya dapat mendorong berkembangnya pemahaman dan penghayatan akan prinsip
prinsip dan nilai nilai IPA, hendaknya tidak sekedar menyampaikan informasi/ dapat
membawa peserta didiknya untuk menjalani proses MIPA itu sendiri melalui kegiatan
pengamatan, percobaan, pemecahan masalah, diskusi dengan teman temannya dan
sebagainya, dapat menumbuhkan kesenangan belajar MIPA dikalangan peserta didik. Ciri
MIPA yaitu pengetahuan yang sangat terstruktur, karena itu konsep konsep dan prinsip
prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai jika disajikan dalam bentuk terkait satu
dengan yang lain dengan simpulan simpulan yang jelas. Sumbangan matematika terhadap
perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak
akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari metode
induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara bumi
dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir
tidak mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.2006.Dasar-DASAR Pendidikan MIPA.(online).

http://mamatsasak.blogspot.com/2010/01/dasar-dasar-kependidikan-mipa.html

Diakses Jumat, 3 Juni 2011. Pukul 14.22 wib.

Anonimus.2009.Hakikat MIPA.(online).http://journal.um.ac.id/index.php/mipa

Diakses Jumat, 3 Juni 2011. Pukul 14.50 wib.

Adhi.2009.Hakikat Guru MIPA.(online).http://fmipa.um.ac.id/?p=159

Diakses Jumat, 3 Juni 2011. Pukul 14.06 wib.

Diposkan oleh Charles Flamboyan di 06.18


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Search in Blog
Search in Google

Alamat lainnya

Arsip Blog
Oktober (4)

November (16)

Desember (2)

Juni (14)

September (17)

Oktober (7)

Langganan
Pos
Komentar

Download Soal Tes PTN


Pembahasan Soal-soal

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Jam Indonesia
Pengikut
Download Soal-soal Ujian nasional
Kisi-kisi UN 2009
Kisi-kisi UN 2010
Soal UN IPA 2007
Soal UN IPS 2008
Soal UN IPA 2008
Soal UN IPS 2009
Soal UN IPA 2009
Soal UN IPA 2010
Soal UN IPA 2010 B
Integral Lover's. Gambar template oleh Dizzo. Diberdayakan oleh Blogger.

menu
HOME

Menu coba-coba
HOME

Tukar Link

Link - Banner

Login

search here...

Anda mungkin juga menyukai