Anda di halaman 1dari 11

Tarekat (Islam)

artikel daftar Wikimedia

Tarekat (Arab: ‫ﻃﺮﻳﻘﺔ‬, t ranslit erasi: Tharīqah) merupakan sebuah ist ilah yang merujuk
kepada aliran- aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam. Secara bahasa berarti "jalan" atau
"metode", dan secara konseptual bermakna "jalan kering di tengah laut" ini juga di anggap
"merujuk kepada sebuah ayat dalam Alquran": "Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa,
‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, [dan] buatlah untuk
mereka jalan kering di tengah laut'." (Q.S. Thāhā [20]: 77).

Pemimpin sebuah tarekat biasa disebut sebagai Mursyīd (dari akar kata rasyada, yang art inya:
"penuntun"). Adapun para pengikut tarekat biasa disebut sebagai Murīd (dari akar kata arāda, yang
art inya: "yang menginginkan"), yang bermakna orang yang menginginkan untuk mendekat kepada
Tuhan; atau Sālik (dari akar kata salaka, yang art inya "yang memasuki"), yang bermakna orang
yang memasuki atau menempuh jalan menuju Tuhan.

Metafora tarekat sebagai "jalan" harus dipahami secara khusus, sehubungan dengan ist ilah syariat
yang juga memiliki art i "jalan". Dalam hal ini tarekat bermakna sebagai jalan yang khusus atau
individual, yang merupakan fase kedua dari skema umum tahapan perjalanan keagamaan: syariat,
tarekat, hakikat, dan makrifat.

Ada banyak aliran tarekat yang berkembang di dunia Islam, beberapa diantaranya lahir dan besar di
Indonesia.
Arti Tarekat
Kata tarekat atau tharīqah (Arab: ‫ )ﻃﺮﻳﻘﺔ‬berasal dari kata tharīq (Arab: ‫ )ﻃﺮﻳﻖ‬yang memiliki
bebeberapa art i: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) metode atau sistem (uslub), (3)
mazhab, aliran, atau haluan (mazhab), (4) keadaan (halah), (5) t iang tempat berteduh, tongkat,
atau payung (‘amud al-mizalah). Menurut Mulyadi Kartanegara, dalam konteks t radisi Arab, kata
"tarekat" dimaknai sebagai: jalan kecil (jalan pintas) menuju wadi (oase) di gurun dan sulit dilalui
karena terkadang sudah tertutup pasir.[1]

Dalam konteks agama, Alwi Shihab mendefinisikan tarekat merupakan suatu metode tertentu
yang ditempuh seseorang secara kontinyu untuk membersihkan jiwanya dengan mengikuti
jalur dan tahapan-tahapan dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah Swt.[2] Hal ini
senada dengan pendapat Al- Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740- 816 M) bahwa tarekat ialah
metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui
berbagai maqamat (tahapan-tahapan).

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian: pertama, merupakan metode pemberian
bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri
dengan Tuhan; dan kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai
dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila dit injau dari sisi lain, tarekat it u mempunyai t iga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem
kekerabatan (persaudaraan), dan sistem hierarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh
atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan
silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau
syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

Pengertian di atas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf.
Pengertian it u dapat ditemukan pada berbagai tarekat yang ada, seperti al- Ahadiyyah, Qadiriyah,
Naqsyabandiyah, Rifa'iah, Samaniyah, dan lain- lain. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan
kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan
t idak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan
tarekat besar dan kenamaan.
Empat Fase Perjalanan

Bagan yang menggambarkan kedudukan


tarekat dalam empat tingkatan spiritual
(syari'ah, tariqah, haqiqah, dan ma'rifah yang
dianggap tidak terlihat)

Kaum sufi berpendapat bahwa terdapat empat t ingkatan spiritual umum dalam Islam, yaitu
syari'ah (syariat), tariqah (tarekat), haqiqah (hakikat), dan ma'rifah (makrifat). Tingkatan
keempat dianggap merupakan int i dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh t ingkatan
kedalaman spiritual beragama tersebut. Dalam kitab Sirr al-Asrar, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani
memberikan penjelasan seraya mengutip sebuah hadits dan ayat berikut:

Rasulullah saw pernah bersabda: "Tidurnya orang alim jauh lebih mulia
daripada ibadahnya orang bodoh." ... Firman-Nya: "Allah mewafatkan
jiwa-jiwa ketika ajalnya tiba; adapun bagi yang belum sampai ajalnya,
(Allah mewafatkannya) dalam tidur mereka.
Kemudian Dia menahan jiwa-jiwa yang ajalnya telah tiba, dan
membebaskan jiwa-jiwa yang lain (yang belum sampai ajalnya) hingga
batas waktu yang telah ditentukan." (Q.S. Az-Zumar: 42). Inilah yang
dimaksud orang alim dalam hadits Nabi s.a.w. di atas. Mereka termasuk
insan ruhani, manusia khusus, yang sekalipun ajal belum tiba tetapi
mereka sudah kembali ke negeri asali sang jiwa, yakni negeri hakikat di
semesta al-qurbah yang dekat dengan Allah Ta'ala. Negeri ini tidak akan
dapat dicapai oleh mereka yang masih hidup kecuali dengan Ilmu
Hakikat; dan ilmu ini tidak
dapat diperoleh kecuali dengan menempuh jalan Syariat, Thariqat,
dan Makrifat.[3]

Di dalam kitab tersebut Syeikh Abdul Qadir al- Jailani juga mengutip sebuah hadits: "(Ilmu)
syariat itu pohon, rantingnya thariqat, daunnya makrifat, dan buahnya hakikat".[3]

Mempelajari tarekat

Syarat
Muhammad Hasyim Asy'ari sebagaimana dikutip oleh Mohammad Sholikhin, seorang
penganalisis tarekat dan sufi, mengatakan bahwa ada delapan syarat dalam mempelajari
tarekat:[4]

Qashd shahih, menjalani tarekat dengan


tujuan yang benar. Yaitu menjalaninya
dengan sikap ubudiyyah, dan dengan
niatan menghambakan diri kepada
Tuhan.
Shidq sharis, haruslah memandang
gurunya memiliki rahasia keistimewaan
yang akan membawa muridnya ke
hadapan Ilahi.
Adab murdhiyyah, orang yang mengikuti
tarekat haruslah menjalani tata-krama
yang dibenarkan agama.
Ahwal zakiyyah, bertingkah laku yang
bersih/sejalan dengan ucapan dan
tingkah-laku Nabi Muhammad SAW.
Hifz al-hurmah, menjaga kehormatan,
menghormati gurunya, baik ada
maupun tidak ada, hidup maupun mati,
menghormati sesama saudaranya
pemeluk Islam, hormat terhadap yang
lebih tua, sayang terhadap yang lebih
muda, dan tabah atas permusuhan
antar-saudara.
Husn al-khidmah, mereka-mereka yang
mempelajari tarekat haruslah
mempertinggi pelayanan kepada guru,
sesama, dan Allah SWT dengan jalan
menaati segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Raf' al-himmah, orang yang masuk
tarekat haruslah membersihkan niat
hatinya, yaitu mencari khashshah
(pengetahuan khusus) dari Allah, bukan
untuk tujuan duniawi.
Nufudz al-'azimah, orang yang
mempelajari tarekat haruslah menjaga
tekad dan tujuan, demi meraih makrifat
khashshah tentang Allah.
Tujuan
Tujuan tarekat adalah membersihkan jiwa dan menjaga hawa- nafsu untuk melepaskan diri dari
pelbagai bentuk ujub, takabur, riya', hubbud dunya (cinta dunia), dan sebagainya. Tawakal, rendah
hati/tawadhu', ridha, mendapat makrifat dari Allah, juga menjadi tujuan tarekat.[4]

Tanggapan
Ada yang menganggap mereka yang menganggap orang- orang sufi dan tarekat sebagai orang yang
bersih (shafa) dari kekotoran, penuh dengan pemikiran "dan yang baginya sama saja antara nilai
emas dan batu- batuan," tulis Muhammad Sholikhin dalam bukunya. Ada pula yang menganggap
mereka mencapai makna orang yang berkata benar, semulia- mulianya manusia
setelah para Nabi sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa (4):69.[4] Namun, Ibnu Taimiyah
mengatakan pendapat ini salah sama sekali. Yang benar, adalah "orang- orang yang berijt ihad dalam
ketaatannya kepada Allah."[4]

Tarekat-tarekat di Indonesia
Berikut ini adalah tarekat- tarekat utama yang ada dan berkembang di Indonesia:

Tarekat Tarekat
Ba Maulawiyah
'Alawiyyah Tarekat
Tarekat Idrisiyah Naqsyabandiyah
Tarekat Tarekat Qadiriyah
Khalwatiyah
Tarekat Qadiriyah Tarekat
wa Syadziliyah
Naqsyabandiyah Tarekat
Tarekat Syattariyah
Qudusiyah Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tarekat Wetu
Samaniyah
Telu

Untuk mengkaji ribuan tarekat yang ada dan berkembang di seluruh dunia, seorang Pakar Ilmu
Tarekat Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan [5] dengan karyanya Tafsir Midadurrahman sebanyak 115
jilid dan menjadi mufassir yang mendapatkan penghargaan MURI sebagai Penulis tafsir
terpanjang dan tertebal di seluruh dunia. Mengkaji penafsiran ayat- ayat Al- Qur'an dengan
perspektif ribuan tarekat. Dengan metode Sanadi.[6]

Lihat pula

Mistisismemi
Suluk
Salik
Sufisme Silsilah
Tarekat

Referensi

1. Zaprulkhan (2016). Ilmu Tasawuf sebuah


Kajian Tematik (http://www.rajagrafindo.c
o.id/produk/ilmu-tasawuf-sebuah-kajian-t
ematik-2/) . Depok: PT. RajaGrafindo
Persada. hlm. 87. ISBN 9789797699048.
2. Shihab, Alwi (2009). Akar Tasawuf di
Indonesia: Antara Tasawuf Sunni dan
Tasawuf Falsafi (http://www.alwishihab.c
om/inspirasi/2014/9/20/antara-tasawuf-s
unni-dan-tasawuf-falsafi-akar-tasawuf-di-i
ndonesia) . Depok: Pustaka IMaN.
hlm. 183.
3. Al-Jailani, Syekh Abdul Qadir (2021).
Sirrul Asrar. Jakarta: Qaf Media Kreativa.
ISBN 9786236219065.
4. {{Cite
book|last=Sholikhin|first=Mohammad|dat
e=2012|title=Mukjizat dan Misteri Lima
Rukun Islam: Menjawab Tantangan
Zaman|location=Yogyakarta|publisher=Al
Barokah|isbn=9786027703476}l
5. Internasional, Asyraf. "Tentang Profil
Shohibul Faroji" (https://p2k.unkris.ac.id/i
d1/2-3065-2962/Shohibul-Faroji_51731_p
2k-unkris.html) .
6. MURI, Tafsir Midadurrahman. "Tentang
Tafsir Midadurrahman" (https://penasantr
i.id/blog/2018/12/02/midadurahman-kita
b-tafsir-tertebal-di-dunia/) .
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Tarekat_(Islam)&oldid=25055598"

Halaman ini terakhir diubah pada 23 Desember


2023, pukul 19.04. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai